Anda di halaman 1dari 10

Faktor Pendorong dan Penghambat Investasi

Disusun oleh :

Thomas Aquino Vito Bagaskara

8111420314

Enggal Prayoga Wijaya

8111419222

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2023
Latar Belakang

Globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri, sekalipun diselingi


dengan regionalisasi, yang pada hakekatnya merupakan bentuk globalisasi yang terbatas.
Karena globalisasi, pergerakan arus modal juga semakin deras. Arus modal yang deras
diduga terjadi pada awal tahun 1990-an ketika perekonomian dunia mengalami gelombang
investasi.1 Hal ini berdampak pada keterbukaan ekonomi di berbagai negara, terutama negara
berkembang. Keterbukaan ini dapat diartikan sebagai keterbukaan ekonomi, keterbukaan
kebijakan modal dan keterbukaan informasi, maka dari itu investasi sangatlah penting bagi
negara mana saja.

Investasi memiliki peranan penting bagi pertumbuhan nasional. Peningkatan investasi


bukan hanya akan menumbuhkan ekonomi serta pendapatan nasional, melainkan juga
membuka lapangan pekerjaan yang berbanding lurus dengan mengurangi jumlah
pengangguran dan kemiskinan, di sisi lain investasi asing yang masuk ke suatu negara
membantu mendorong perputaran modal dalam negeri yang mana hal ini sangatlah
dibutuhkan bagi negara berkembang.

Pertumbuhan teori ekonomi yang dikembangkan oleh kaum Neo-Klasik menekankan


peran modal yang dimiliki suatu negara. Modal yang bersumber dari dalam negeri maupun
luar negeri akan membantu perekonomian suatu negara. Investasi dalam negeri atau yang
juga dikenal dengan nama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dianggap mampu
mendorong perekonomian suatu negara berkembang dengan sangat baik, dimana jika
investasi yang terjadi di dalam negeri mengalami peningkatan maka akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Bagi Indonesia, di samping PMDN, Penanaman Modal Asing (PMA)
yang dilakukan investor asing memiliki peranan yang besar dalam melengkapi kebutuhan
investasi dalam negeri.2 Investasi langsung asing meningkatkan kemampuan produksi dan
menjadi media transfer teknologi dari luar negeri ke dalam negeri. Dalam hal produksi,
investasi asing dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dalam negeri dengan transfer
teknologi yang dibawa bersamaan dengan masuknya investasi asing. Kehadiran investasi
asing juga dapat meningkatkan daya saing dan keunggulan produk domestik.

1
Firdaus Jufrida, Mohd. Nur Syechalad, and Muhammad Nasir, “Analisis Pengaruh Investasi Asing Langsung
(FDI) Dan Investasi Dalam Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,” Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam 2, no. 1 (2017): 54–68.
2
Muhammad Arif Prasetyo, “PERANAN HUKUM INVESTASI DALAM MENINGKATKAN PENANAMAN MODAL DI
INDONESIA” (2013): 12–26.
Teori tentang investasi langsung asing merupakan teori yang berkembang setelah
perkembangan teori perdagangan dan teori investasi menghadapi dampak peningkatan
globalisasi. Teori Hecksher Ohlin menyatakan bahwa pola perdagangan suatu negara
ditentukan oleh kelimpahan sumber daya yang dimilikinya (endowment factor). Teori
perdagangan yang dikemukakan Heckscher Ohlin menunjukkan kelemahannya karena tidak
mampu mengantisipasi dampak perkembangan teknologi yang pesat, sedangkan teori
investasi yang berbasis modal (capital flows) juga kurang tepat untuk menggambarkan
fenomena pergerakan modal dua arah, negara sedang berkembang dan negara maju. 3 Teori
Fisher tentang tingkat bunga mengawali permulaan teori tentang modal. Pemikiran Fisher
menggambarkan pemikiran kaum klasik tentang modal, yaitu aliran finansial yang bergerak
dari tingkat bunga rendah menuju ke tingkat bunga tinggi (konsep interest differential).
Pergerakan tersebut bersifat otomatis karena kaum klasik mengasumsikan variabel harga
memiliki respon yang fleksibel.4 Pemikiran Fisher tentang modal dikritik oleh Keynes
sebagai ketidak mungkinan tindakan yang dilakukan oleh investor. Keynes berargumentasi
bahwa investor bukanlah orang yang memiliki banyak pilihan. Pilihan yang dihadapi investor
tidak bersifat divisible, namun pilihan tersebut terbatas. 5 Investor hanya dihadapkan pada
kondisi yang ada dan hanya mampu memilih dari kondisi yang ada tanpa mampu
menciptakan alternatif lainnya. Oleh sebab itu Keynes berpandangan bahwa investor hanya
berhadapan dengan daftar investasi (investment schedule). Maka pilihan menjadi terbatas,
dan dari pilihan terbatas tersebut investor harus membuat pilihan yang paling efisien
(Marginal Efficiency of Investment).

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan,


penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap kegiatan penanaman modal
selalu terkait dengan kemungkinan terjadinya risiko yang dapat mengakibatkan berkurangnya
atau bahkan hilangnya nilai modal. Oleh karena itu pertimbangan terhadap faktor-faktor
tertentu diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal dan meminimalkan
kerugian.

3
Agung Nusantara, “Faktor Pendorong Aliran Masuk Investasi Langsung Asing Di Negara Sedang Berkembang,”
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan 2, no. 1 (2013): 52–65.
4
Ibid.
5
Candra Irawan, “Pengaturan Alih Teknologi Pada Kegiatan Penanaman Modal Untuk Percepatan Penguasaan
Teknologi Di Indonesia,” Supremasi Hukum: Jurnal Penelitian Hukum 28, no. 1 (2019): 71–82.
Masalah utama dalam perijinan yang banyak dikeluhkan pelaku usaha biasanya
mengacu pada proses ekspor impor komoditas barang, proses pengurusan legalitas usaha
yang membutuhkan persyaratan yang sangat banyak dengan prosedur berbelit-belit dan
birokratis sehingga memakan waktu yang lama serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Tidak berhenti sampai di sana, seringkali bentuk perijinan yang dihasilkan tidak efisien
karena banyaknya regulasi yang tumpang tindih (overlapping) antara instansi pusat dan
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dan tidak berlaku secara nasional.

Faktor Pendorong Investasi di Indonesia.

Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing (PMA)


dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) melalui Sistem Pelayanan Satu Atap dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan instansi yang
berwenang untuk mengkoordinasi pelaksanaan investasi di Indonesia adalah Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). BKPM dibentuk sebagai satu-satunya instansi
pemerintah yang menangani kegiatan PMA dan PMDN dengan pertimbangan meningkatkan
efektivitas dalam menarik investor berinvestasi di Indonesia. Oleh karena itu, dengan adanya
pelayanan satu atap, diharapkan nantinya pelayanan terhadap investor akan menjadi lebih
cepat dibandingkan pelaksanaan sebelumnya. Pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas
penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM, berdasarkan
pelimpahan kewenangan dari Menteri/Kepala Lembaga Non Departemen yang mendampingi
bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan melalui sistem pelayanan satu pintu.

Modal bagi negara berkembang adalah salah satu masalah umum dalam
menggerakkan perekonomian. Keterbatasan tabungan domestik maupun penanam modal di
negara berkembang berbanding terbalik dengan pencapaian target pembangunan. Untuk
alasan itu, maka pemerintah di negara berkembang lebih cenderung membuat kebijakan yang
diharapkan mampu mendorong dengan cepat aliran modal asing untuk masuk dan
meminimalkan aliran modal asing untuk keluar. Peningkatan aliran masuk investasi langsung
asing sangat diperlukan bagi negara berkembang mengingat negara berkembagn merupakan
wilayah yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat namun tidak diimbangi dengan
akumulasi modal yang memadai. Beberapa faktor pendorong penanaman modal pada suatu
negara yaitu:6

1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan

6
Sentosa Sembiring, “Hukum Investasi” 4, no. 1 (2010): 1–23.
2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing

3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan,


Semakin stabil kondisi politik suatu negara akan mendorong iklim investasi yang
baik.

4. Murahnya komoditi
Murahnya komoditi yang bisa didapatkan di suatu negara bisa berdampak kepada
efisiensi ongkos bagi perusahaan dalam proses produksi, contoh: gawai merk ‘xiaomi’
buatan Cina yang harganya terjangkau adalah dampak dari murahnya komoditi
mentah yang bisa didapatkan oleh Xiaomi dalam membuat barang.

5. Tenaga kerja dan upah minimum,


Banyaknya tenaga kerja yang tersedia serta upah yang murah menjadi daya tarik bagi
investor, nilai upah tenaga kerja di suatu negara ditentukan dari kualitas sumber daya
manusianya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tenaga kerja
murah yang melimpah dan dibayar murah. Karena daya tarik tersebut banyak
perusahaan-perusahaan dunia tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.

6. Perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha


Kegiatan penyelenggaraan perizinan berusaha di Indonesia diselenggarakan melalui
Pelayanan Terpadu Satu Pintu dengan harapan memudahkan penyelenggaraan
perizinan bagi investor.

7. Suku bunga
Jika tingkat suku bunga rendah maka tingkat investasi akan meningkat dan
sebaliknya.

8. Inflasi,
Investasi memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap investasi

9. Struktur perpajakan, pabeanan, dan cukai


Dalam ketentuan Peraturan Kementrian Keuangan (PMK) No.159/PMK.010/2015
sebuah perusahaan diperlakukan sama dengan warga Indonesia untuk keperluan pajak
berdasarkan pendirian perusahaan atau tempat kegiatan usaha di Indonesia, berlaku
juga pada perusahaan asing yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Indonesia
dengan berbentuk usaha tetap (Permanent Establishment). Fasilitas yang diberikan
pada badan usaha yang merupakan industri pionir contohnya seperti tertera di pasal 4
ayat (1) tentang pengurangan pajak penghasilan badan.

Selain itu fasilitas kemudahan yang diberikan pada setiap investor yang akan
melakukan investasi di Indonesia dari sisi agraria contohnya sepertu dalam memberikan
pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah. Tanah meliputi permukaan bumi yang ada di
daratan dan permukaan bumi yang berada di bawah air, termasuk air laut. Hak atas tanah
adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan
ukuran panjang dan lebar. Hak atas tanah dalam UUPA dibagi menjadi:

a. Hak Milik;

b. Hak Guna Usaha;

c. Hak Guna Bangunan;

d. Hak Pakai;

e. Hak Gadai;

f. Hak Usaha Bagi Hasil;

g. Hak Menumpang;

h. Hak Sewa dan lainnya.

Hak-hak atas tanah tersebut dapat diperbaharui oleh investor setelah dilakukan
evaluasi bahwa tanah yang dipakai masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan,
sifat dan tujuan pemberian hak yang diatur dalam Pasal 22 ayat (3) Undang-undang No.25
Tahun 2007. Hal ini sejalan dengan ketentuan fungsi sosial tanah sebagaimana ketentuan
Pasal 15 Undang-Undang Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 yaitu bahwa
tanah harus dipelihara dengan baik agar bertambah kesuburannya serta mencegah
kerusakannya.
Faktor Penghambat Investasi di Indonesia.

Indonesia, terlepas dari berbagai macam kelebihannya yang memberikan dorongan


investasi yang besar, masih memiliki beberapa permasalahan yang menghambat datangnya
investasi ke Indonesia. Beberapa diantaranya adalah SDM yang rendah, belum meratanya
infrastruktur, dan masalah klasik, yaitu perizinan yang birokrasinya terlalu panjang. Berikut
adalah uraian tentang beberapa faktor penghambat Investasi di Indonesia.

1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah.

Idealnya, dalam sebuah negara yang menarik untuk ditanamkan modal oleh kita
sebaiknya memiliki masyarakat yang memiliki kualitas yang bagus. Seperti misalnya Jerman
dengan kualitas insinyur di berbagai bidangnya. Sebaliknya, ketika sebuah negara memiliki
masyarakat yang memiliki kualitas SDM yang rendah, kita akan beresiko untuk rugi karena
hal tersebut.

Kualitas SDM yang rendah ini menjadi permasalahan yang berantai. Hal ini bisa
disebabkan oleh belum meratanya infrastruktur hingga masih banyaknya masyarakat yang
lalai akan pentingnya pendidikan. Salah satu contoh kasusnya adalah Indonesia masih
memiliki tingkat literasi yang rendah. Program for International Student Assessment
mengadakan survey yang dirilis ke Organization for Economic Co-operation and
Development di tahun 2019 yang menyebutkan bahwa literasi masyarakat Indonesia berada di
tingkat ke 62 dari 70 negara. Sedangkan UNESCO menyatakan bahwa tingkat kegemaran
membaca di Indonesia adalah 1:1000, yang artinya dalam seribu orang hanya terdapat satu
orang yang gemar membaca.7 Permasalahan ini dapat menjadi efek domino terhadap
perkembangan ekonomi di Indonesia, terutamanya adalah investasi terhadap Indonesia itu
sendiri. Pengaruhnya terhadap investor adalah rendahnya tingkat kepercayaan investor
terhadap masyarakat Indonesia sendiri.

Selain dari itu, ketimpangan Pendidikan di Indonesia lumayan tinggi. Berdasarkan data
yang di peroleh pada tahun 2022 dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil, penduduk Indonesia berjumlah 275,36 juta jiwa. Di dalam penduduk tersebut terdapat

7
https://bisniskumkm.com/harbuknas-2022-literasi-indonesia-peringkat-ke-62-dari-70-negara/
26,5% atau sebesar 65 juta penduduk yang tidak bersekolah sama sekali. Hal ini
membuktikan bahwa kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih kurang kuat 8

2. Infrastruktur yang Kurang Merata.

Sebuah daerah yang masuk ke dalam kategori tertinggal mempunyai sifat pembangunan
yang berkualitas rendah, yang artinya masyarakatnya tidak memiliki peluang untuk
berkembang yang setara dengan daerah lain secara skala nasional. Karena masyarakatnya
memiliki kualitas SDM yang rendah untuk perspektif investor, maka investor enggan atau
tidak memiliki keyakinan yang kuat untuk melakukan penanaman modal kepada daerah
tersebut.

Selain itu, infrastruktur transportasi yang kurang baik yang dimiliki oleh daerah tertinggal
juga memberikan dampak negatif terhadap laju investasi di daerah tersebut. Hal ini
dikarenakan infrastruktur transportasi dapat memberikan dorongan terhadap interaksi
ekonomi antar daerah sehingga dapat memaksimalkan perkembangan atau dapat mendorong
investasi terhadap daerah tersebut.9

3. Perizinan yang Rumit.

Permasalahan perizinan yang rumit ini sudah menjadi masalah yang sudah klasik.
Regulasi dalam penanaman modal di Indonesia belum bisa untuk memberikan rasa aman
untuk investor.10 Oleh karena itu, dengan adanya omnibus law, idealnya, semua permasalahan
terkait dengan regulasi perizinan investasi di Indonesia akan berkurang. Kendati demikian,
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda
menyebutkan bahwa tidak meratanya perizinan Rencana Detail Tata Ruang yang terintegrasi
dengan online single submission. Dari 2000 daerah yang memiliki rencana detail tata ruang,
sampai tanggal 17 Januari 2023 hanya 118 daerah yang sudah terintegrasi. Hal ini
menyebabkan tidak keluarnya izin lokasi pabrik industri. Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang ini bergantung dengan kesiapan dan regulasi pemerintah daerah.

Selain permasalahan perizinan, adanya pungutan liar juga bisa memberikan hambatan
terhadap investasi di beberapa daerah. Pungutan liar ini bisa berasal dari masyarakat local

8
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/20/hanya-6-warga-indonesia-yang-berpendidikan-
tinggi-pada-juni-2022
9
Organisation For Economic CoOperation And Development, “Impact of Transport Infrastructure Investment
on Regional Development.” 2002
10
https://business-law.binus.ac.id/2019/08/23/perizinan-investasi-antara-penghambat-dan-pendorong-
investor-asing-ke-indonesia/
sampai dengan pejabat yang bersangkutan dengan daerah tersebut. Contoh terjadinya kasus
Pungli adalah di daerah Sampung, Ponorogo. Kasus ini ditenggarai oleh terdapatnya
kelompok penduduk sekitar yang memungut dana ‘kompensasi’ kepada sopir-sopir tambang
yang beroperasi di daerah tersebut. Hal ini menjadi isu yang sudah lumrah untuk diberbagai
macam bidang usaha industri.
Arif Prasetyo, Muhammad. “PERANAN HUKUM INVESTASI DALAM
MENINGKATKAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA” (2013): 12–26.

Irawan, Candra. “Pengaturan Alih Teknologi Pada Kegiatan Penanaman Modal Untuk
Percepatan Penguasaan Teknologi Di Indonesia.” Supremasi Hukum: Jurnal Penelitian
Hukum 28, no. 1 (2019): 71–82.

Jufrida, Firdaus, Mohd. Nur Syechalad, and Muhammad Nasir. “Analisis Pengaruh Investasi
Asing Langsung (FDI) Dan Investasi Dalam Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia.” Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam 2, no. 1 (2017): 54–68.

Nusantara, Agung. “Faktor Pendorong Aliran Masuk Investasi Langsung Asing Di Negara
Sedang Berkembang.” Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan 2, no. 1 (2013):
52–65.

Sembiring, Sentosa. “Hukum Investasi” 4, no. 1 (2010): 1–23.

Anda mungkin juga menyukai