Anda di halaman 1dari 19

JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No.

1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP KINERJA


KEUANGAN SEKTOR PERBANKAN PERIODE 2013-2017

Deny Ismanto

Universitas Ahmad Dahlan


deny.ismanto@mgm.uad.ac.id

ABSTRACT

This study discusses liquidity risk, credit risk, operational risk, and interest rates risk on
financial performance at the National Private Foreign Exchange Commercial Bank listed on
the Indonesia Stock Exchange for the period 2013-2017. The population in this study was 23
banks. The sampling technique using purposive sampling method, based on research criteria,
the samples used in the study were 11 bank. The analysis tool used is panel regression data
with eviews 6. The data used in this study is secondary data obtained from the official website
pages of the Indonesia Stock Exchange and Bank Indonesia. Partially, the results of the study
indicate that negative liquidity risk to financial performance, negative credit risk to financial
performance, negative operational risk to financial performance, and positive interest rates
increase to financial performance. Simultaneously liquidity risk, credit risk, operational risk
and interest rate risk affect financial performance.

Keywords: Financial Performance; Liquidity Risk; Credit Risk; Operational Risk; Interest
Rates Risk.

terlebih lagi jika sampai mengakibatkan


PENDAHULUAN terjadinya krisis, sehingga perbankan yang
mengelola kinerjanya dengan baik akan
Peran Perbankan dalam mendorong sistem keuangan yang baik.
perekonomian menjadi faktor yang Menurut Undang-Undang RI
mendominasi sistem keuangan saat ini, Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
dianggap peranan perbankan ini sangat di Indonesia terdiri dari Bank Umum dan
penting untuk membantu memperbaiki dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pada data
menunjang pertumbuhan perekonomian di statistik perbankan Indonesia bank yang
suatu negara. Sistem keuangan memegang memiliki jumlah aset, jumlah kredit dan
peranan penting dalam perekonomian, penyaluran dana pihak ketiga terbesar
sistem keuangan berfungsi mengalokasikan ditahun 2018 adalah Bank Umum Swasta
dana dari pihak yang mengalami surplus Nasional (BUSN) devisa. Jika dilihat dari
kepada pihak yang mengalami defisit. data perbandingan tahun 2017 dan 2018,
Apabila sistem keuangan mengalami BUSN devisa memiliki kenaikan yang
ketidakstabilan, maka pengalokasian dana cukup besar terkait dengan jumlah aset dan
akan menjadi salah satu faktor penting yang penyaluran dana pihak ketiga. Hal ini dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal menunjukan bahwa bank BUSN devisa
ini menunjukkan sistem keuangan yang sebagai lembaga perantara keuangan
tidak stabil, akan berdampak pada (financial intermediaries) memiliki
memperburuk kondisi perekonomian, kepercayaan masyarakat yang tinggi.

102
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

Tabel 1. Perkembangan Aset, Jumlah Dengan terjaganya kestabilan sistem


Kredit dan Penyaluran Dana Pihak keuangan dan kinerja yang baik dari sektor
Ketiga (Miliar Rupiah) perbankan akan menghasilkan kondisi
Kelompok Jumlah Aset Jumlah Kredit Dana Pihak perekonomian yang baik untuk suatu
Bank Ketiga
2017 2018 2017 2018 2017 2018 negara, tentu tidak terlepas dari berbagai
Bank 2,986,6 2,985,3 1,968,4 1,906,5 2,213,9 2,108,7 risiko yang dihadapi dalam sektor
Persero 17 52 19 43 02 29
BUSN 2,964,8 3,012,2 1,923,2 1,909,4 2,222,3 2,258,3
perbankan.
Devisa 55 62 26 90 17 84
BUSN Non
88,231 88,810 60,221 60,408 65,276 65,920
Devisa
BPD 604,82 612,85 393,43 387,09 449,38 483,63 REVIEW LITERATUR DAN
0 3 9 3 9 9
Bank 331,73 341,33 225,14 224,90 174,66 177,83
HIPOTESIS
Campuran 4 5 0 8 0 1
Bank Asing 411,37 417,83 211,48 215,57 163,83 160,79
6 3 6 8 2 9
Landasan Teori
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia-Vol 16, No 1. Perbankan
3, Februari 2018 Menurut Undang-Undang RI
Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perkembangan dunia perbankan Perbankan dalam Kasmir (2013), yang
semakin dilirik oleh berbagai kalangan, dimaksud dengan Bank adalah “badan
tidak menutup kemungkinan suatu usaha yang menghimpun dana dari
perbankan akan terus mengoptimalkan masyarakat dalam bentuk simpanan dan
kinerjanya. Berdasarkan dengan upaya menyalurkannya kepada masyarakat
melihat dan mengukur kinerja suatu bank, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio bentuk lainnya dalam rangka
profitabilitas. Rasio profitabilitas untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
mengukur kemampuan perusahaan dalam banyak.” Kasmir (2013) menambahkan
menghasilkan suatu laba dan mengukur dari pengertian di atas, secara lebih luas
manajemen dalam memperoleh keuntungan lagi bahwa bank merupakan perusahaan
yang diperoleh dari penjualan dan investasi. yang bergerak dalam bidang keuangan,
Setiap bank memiliki upaya untuk artinya aktivitas perbankan selalu
meningkatkan rasio profitabilitas untuk berkaitan dalam bidang keuangan.
mendapatkan kinerja yang baik. Untuk Sehingga berbicara mengenai bank tidak
meningkatkan profitabilitas suatu bank terlepas dari masalah keuangan.
harus mampu menganalisis dan mengelola Bank adalah suatu badan usaha
risiko yang kemungkinan akan terjadi. yang tugas utamanya sebagai lembaga
Upaya bank dalam meninngkatkan perantara keuangan (financial
profitabilitas dengan menerapkan salah intermediaries), yang menyalurkan dana
satunya manajemen risiko. dari pihak yang kelebihan dana (idle
Sektor perbankan di Indonesia fund surplus unit) kepada pihak yang
menyadari bahwa setiap risiko yang membutuhkan dana atau kekurangan
dihadapinya akan berpengaruh pada kinerja dana (deficit unit) pada waktu yang
perbankan dan tingkat profitabilitas. ditentukan (Dendawijaya, 2009). Bank
Manajemen risiko sebagai pendeteksi merupakan suatu badan yang berada
kerugian yang mungkin terjadi di masa dalam lembaga keuangan yang
yang akan datang. Risiko yang dinilai menjalankan aktivitas keuangan seperti
terdiri atas 8 (delapan) jenis risiko yaitu menghimpun dana dan menyalurkan
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dana dengan tujuan meningkatkan taraf
risiko operasional, risiko hukum, risiko hidup masyarakat.
reputasi, risiko stratejik, dan risiko Adapun jenis-jenis bank menurut
kepatuhan (Otoritas Jasa Keuangan: Surat Kasmir (2013), sebagai berikut:
Edaran No.14/SEOJK.03/2017).

103
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

a. Dilihat Dari Segi Fungsinya b) Bank Rakyat Indonesia (BRI)


Menurut Undang-Undang RI c) Bank Tabungan Negara (BTN)
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Sedangkan bank milik
perbankan, maka jenis jenis pemerintah daerah (pemda)
perbankan terdiri dari: terdapat di daerah tingkat I dan
1) Bank Umum tingkat II masing-masing provinsi.
Bank umum adalah bank Sebagai contoh:
yang melaksanakan kegiatan a) BPD DKI Jakarta
usaha secara konvensional dan b) BPD Jawa Barat
atau berdasarkan prinsip syariah c) dan BPD lainnya
yang dalam kegiatannya 2) Bank Swasta Nasional
memberikan jasa dalam lalu lintas Bank jenis ini seluruh atau
pembayaran. Sifat jasa yang sebagian besar sahamnya dimiliki
diberikan adalah umum, dalam arti oleh swasta nasional serta akte
dapat memberikan seluruh jasa pendiriannyapun didirikan oleh
perbankan yang ada. Begitu pula swasta, begitu pula pembagian
dengan wilayah operasinya dapat keuntungannya untuk keuntungan
dilakukan di seluruh wilayah. swasta pula. Contoh bank swasta
Bank umum juga dapat disebut nasional antara lain:
bank komersial (commercial a) Bank Muamalat
bank). b) Bank Central Asia
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) c) Bank Bumi Putra
Bank Perkreditan Rakyat d) Bank Danamon
(BPR) adalah bank yang e) Bank Duta
melaksanakan kegiatan usaha f) dan bank swasta lainnya
secara konvensional atau 3) Bank Milik Koperasi
berdasarkan prinsip syariah dalam Kepemilikan saham-saham
kegiatannya tidak memberikan bank ini dimiliki oleh perusahaan-
jasa dalam lalu lintas pembayaran. perusahaan yang berbadan hukum
koperasi. Contoh bank milik
b. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya koperasi ini adalah bank umum
Menurut Kasmir (2013), koperasi Indonesia.
ditinjau dari segi kepemilikan 4) Bank Milik Asing
maksudnya adalah siapa saja yang Bank jenis ini merupakan
memiliki bank tersebut. Kepemilikan cabang dari bank yang ada di
ini dapat dilihat dari akte pendirian luar negeri, baik milik swasta
dan penguasaan saham yang dimiliki asing maupun milik pemerintah
bank yang bersangkutan. Jenis bank asing. Jelas kepemilikannya
dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah oleh pihak luar negeri.
adalah sebagai berikut: Contoh Bank milik asing ini
1) Bank Milik Pemerintah adalah:
Dimana baik akte pendirian a) ABN AMRON Bank
maupun modalnya dimiliki oleh b) Deutsche Bank
pemerintah sehingga seluruh c) Amerika Express Bank
keuntungannya adalah milik d) Bank of Amerika
pemerintah. Contoh bank milik e) Bank of Tokyo
pemerintah dan pemerintah daerah f) Bangkok Bank
adalah: g) dan bank asing lainnya
a) Bank Negara Indonesia 46
(BNI)

104
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

5) Bank Milik Campuran transaksi yang dilakukan masih


Kepemilikan saham bank dalam batas-batas negara.
campuran dimilki oleh pihak
asing dan pihak swasta d. Dilihat Dari Segi Cara
nasional. Kepemilikan Menentukan Harga
sahamnya secara mayoritas Jenis bank dilihat dari segi cara
dimiliki oleh warga Negara menentukan harga baik harga jual
Indonesia. Contoh bank maupun harga beli, terbagi menjadi
campuran ini adalah: dalam dua kelompok yaitu:
a) Sumitomo Niaga Bank 1) Bank Berdasarkan Prinsip
b) Bank Merincorp Konvensional
c) Bank Sakura Swadarma Dalam mencari keuntungan
d) dan bank campuran lainnya dan menentukan harga kepada
para nasabahnya, bank yang
c. Dilihat Dari Segi Status berdasarkan prinsip konvensional
Menurut Kasmir (2013), bila ini menggunakan dua metode
dilihat dari segi kemampuannya yaitu menetapkan bunga sebagai
dalam melayani masyarakat, maka harga, baik untuk produk
bank umum dapat dibagi kedalam dua simpanan seperti giro, tabungan,
macam. Kedudukan atau status ini maupun deposito dan sistem
menunjukan ukuran kemampuan pengenaan biaya atas jasa-jasa
bank dalam melayani masyarakat bank lainya.
baik dari segi jumlah produk, modal 2) Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
maupun kualitas pelayanannya. Oleh Bagi bank yang
karena itu, untuk memperoleh status berdasarkan prinsip syariah dalam
tersebut diperlukan penilaian- penetuan harga produknya sangat
penilaian dengan kriteria tertentu. berbeda dengan bank berdasarkan
Status bank yang dimaksud adalah: prinsip konvensional. Bank
1) Bank Devisa berdasarkan prinsip syariah
Merupakan bank yang adalah aturan perjanjian
dapat melaksanakan transaksi ke berdasarkan hukum islam antara
luar negeri atau yang bank dengan pihak lain untuk
berhubungan dengan mata uang menyimpan dana atau
asing secara keseluruhan, pembiayaan usaha atau kegiatan
misalnya transfer keluar negeri, perbankan lainnya.
inkaso keluar negeri, travelers
cheque, pembukaan dan 2. Kinerja Keuangan
pembayaran letter of credit dan Menurut Fahmi (dalam Fitri,
transaksi lainnya. Persyaratan- 2016), kinerja keuangan adalah suatu
persayaratan untuk menjadi bank analisis yang dilakukan untuk melihat
devisa ini ditentukan oleh Bank sejauh mana suatu perusahaan telah
Indonesia. melaksanakan dengan menggunakan
2) Bank Non Devisa aturan-aturan pelaksanaan keuangan
Merupakan bank yang secara baik dan benar. Menurut
belum mempunyai izin untuk Jumingan (dalam Fitri, 2016), kinerja
melaksanakan transaksi sebagai keuangan bank merupakan gambaran
bank devisa sehingga tidak kondisi keuangan bank pada suatu
dapat melaksanakan transaksi periode tertentu baik menyangkut aspek
seperti bank devisa. Jadi bank penghimpunan dana maupun penyaluran
non devisa ini melaksanakan dana yang biasanya diukur dengan

105
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

indikator kecukupan modal, likuiditas bagi bank umum. Penilaian kualitas


dan profitabilitas bank. penerapan manajemen risiko bertujuan
Rasio yang digunakan untuk untuk mengevaluasi efektivitas
menilai kinerja keuangan yaitu rasio penerapan manajemen risiko bank sesuai
profitabilitas. Rasio profitabilitas prinsip yang diatur dalam ketentuan
merupakan rasio untuk menilai otoritas jasa keuangan mengenai
kemampuan perusahaan dalam mencari penerapan manajemen risiko bagi bank
keuntungan. Penggunaan rasio umum. Penerapan manajemen risiko
profitabilitas dapat dilakukan dengan bank sangat bervariasi menurut skala,
menggunakan perbandingan antara kompleksitas, dan tingkat risiko yang
berbagai komponen yang ada di laporan dapat ditoleransi oleh bank. Dengan
keuangan, terutama laporan keuangan demikian, dalam menilai kualitas
neraca dan laporan laba rugi. penerapan manajemen risiko perlu
Pengukuran dapat dilakukan untuk diperhatikan karakteristik dan
beberapa periode operasi. Tujuannya kompleksitas usaha Bank (Otoritas Jasa
adalah agar terlihat perkembangan Keuangan: Surat Edaran
perusahaan dalam rentang waktu No.14/SEOJK.03/2017).
tertentu, baik penurunan atau kenaikan, Penilaian kualitas penerapan
sekaligus mencari penyebab perubahan manajemen risiko dilakukan terhadap 8
tersebut (Kasmir, 2013). (delapan) jenis risiko yaitu, risiko pasar,
Terkait dengan kinerja keuangan risiko likuiditas, risiko kredit risiko
perbankan dalam penelitian ini, maka operasional, risiko hukum, risiko
rasio profitabilitas yang digunakan yaitu reputasi, risiko strategis, dan risiko
ROE ((Return on Equity). ROE adalah kepatuhan. Dari 8 (delapan) jenis risiko
rasio untuk mengukur laba bersih dalam penerapan manajemen risiko,
sesudah pajak dengan modal sendiri. risiko sebagai indikator untuk mengukur
Rasio ini menunjukan efisiensi kesehatan suatu bank diantaranya risiko
penggunaan modal sendiri. Semakin pasar, risiko likuiditas, risiko kredit dan
tinggi risiko ini, semakin baik. Artinya risiko operasional. Adapun 8 (delapan)
posisi perusahaan semakin kuat, jenis risiko yaitu sebagai berikut:
semakin pula sebaliknya (Kasmir, a. Risiko Likuiditas
2013). Menurut Fahmi (2014), risiko
likuiditas merupakan bentuk risiko
3. Manajemen Risiko yang dialami oleh suatu perusahaan
Menurut Hubbart dalam Rustam karena ketidakmampuannya dalam
(2017), manajemen risiko adalah proses memenuhi kewajiban jangka
indentifikasi, penilaian, dan prioritas pendeknya, sehingga itu memberi
risiko yang diikuti oleh koordinasi dan pengaruh kepada terganggunya
aplikasi sumber daya ekonomi untuk aktivitas perusahaan ke posisi tidak
meminimalkan, memantau dan berjalan secara normal.
mengawasi kemungkinan terjadinya Menurut Hanafi (2014), risiko
peristiwa yang tidak menguntungkan. likuiditas terjadi jika perusahaan
Penilaian kualitas penerapan mengalami kesulitan membayar
manajemen risiko mencerminkan kewajiban jangka pendek. Jika risiko
penilaian terhadap kecukupan sistem likuiditas tidak ditangani dengan
pengendalian risiko yang mencakup baik, risiko tersebut bisa meningkat
seluruh pilar penerapan manajemen menjadi risiko solvabilitas atau
risiko sebagaimana diatur dalam solvency risk, yang bisa
ketentuan otoritas jasa keuangan mengakibatkan kebangkrutan
mengenai penerapan manajemen risiko perusahaan. Risiko likuiditas bank

106
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

bersumber dari sisi aset dan sisi memenuhi kewajibannya


pasiva. (wanprestasi). Risiko kredit
1) Sisi Aset menjadi semakin penting karena
Jika bank memberikan akhir-akhir ini banyak peristiwa
jaminan atau komitmen untuk gagal bayar yang dialami oleh
memberikan utang sejumlah perusahaan-perusahaan domestik,
tertentu dimasa mendatang (misal luar negeri, bahkan Negara
tiga bulan). Misalkan tiga bulan sekalipun.
mendatang calon debitur datang ke Menurut Fahmi (2014),
bank untuk memanfaatkan janji risiko kredit merupakan bentuk
bank tersebut, maka bank harus ketidakmampuan suatu
bisa menyediakan sejumlah uang perusahaan, institusi, lembaga
yang telah dijanjikan. Jika bank maupun pribadi dalam
gagal memberikan sejumlah uang menyelesaikan kewajiban-
tersebut, maka bank menghadapi kewajiban secara tepat waktu baik
risiko likuiditas. pada saat jatuh tempo maupun
2) Sisi Pasiva sesudah jatuh tempo dan itu semua
Sumber dana bank sebagian sesuai dengan aturan dan
besar berasal dari dana pihak kesepakatan yang berlaku.
ketiga dalam bentuk tabungan dan Investor cenderung menempatkan
deposito. Tabungan praktis bisa dana ditempat yang mampu
ditarik setiap saat. Deposito memberi kenyamanan dalam
mempunyai jangka waktu yang bentuk keuntungan dan keamanan.
biasanya cukup pendek (satu bulan Perbankan menerima mereka yang
sampai satu tahun). Jika penarikan surplus finansial ini (investor)
dana oleh masyarakat terjadi lebih dengan tanggungjawab
besar dari yang diperkirakan, memberikan sejumlah keuntungan
maka bank tersebut bisa dalam bentuk bunga dan
menghadapi krisis likuiditas. Jika mengelola dana tersebut dalam
krisis tersebut tidak ditangani, bentuk kredit serta mengambil
perusahaan bisa terancam selisih keuntungan sebagai
kelangsungannya. Misalkan pendapatan perbankan. Hal ini
masyarakat menjadi panik karena membuat para investor merasakan
tidak bisa mengambil adanya permasalahan pada saat
tabungannya, atau muncul rumor dana itu ditempatkan, salah
tertentu yang tidak baik, satunya disebabkan oleh kredit
masyarakat bisa mengalami krisis macet. Maka jika dihubungkan
kepercayaan terhadap bank dengan persoalan risiko kredit
tersebut. Sebagai akibatnya, sudah jelas bahwa keputusan
masyarakat akan menarik dananya investasi yang berbentuk financial
secara bersamaan dari bank investment sangat memiliki
tersebut. Bank bisa jatuh karena keterkaitan kuat.
sumber dana menghilang, ditarik
masyarakat secara bersamaan. c. Risiko Operasional
Menurut Fahmi (2014),
b. Risiko Kredit risiko operasional merupakan
Menurut Hanafi (2016), risiko yang umumnya bersumber
risiko kredit terjadi jika dari masalah internal perusahaan,
counterparty (pihak lain dalam dimana risiko ini terjadi
transaksi bisnis kita) tidak bisa disebabkan oleh lemahnya sistem

107
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

kontrol manajemen yang e. Risiko Hukum


dilakukan oleh pihak internal Risiko hukum adalah risiko
perusahaan. akibat tuntutan hukum dan atau
Menurut Dendawijaya kelemahan aspek yuridis yang
(2009), rasio biaya operasional dialami suatu perusahaan.
digunakan untuk mengukur Manajemen risiko hukum
tingkat efisiensi dan kemampuan diperlukan untuk memastikan
bank dalam melakukan kegiatan bahwa proses manajemen risiko
operasionalnya. Setiap dapat meminimalkan
peningkatan biaya operasional kemungkinan dampak negatif dari
akan berakibat pada berkurangnya kelemahan aspek yuridis,
laba sebelum pajak yang pada ketiadaan dan atau perubahan
akhirnya akan menurunkan laba peraturan perundang-undangan,
atau profitabilitas bank yang dan proses litegasi (Rustam,
bersangkutan. 2017).

d. Risiko Pasar f. Risiko Reputasi


Menurut Rustam (2017), Risiko reputasi adalah risiko
risiko pasar adalah risiko pada akibat menurunya tingkat
laporan posisi keuangan dan kepercayaan stakeholder yang
rekening administratif akibat bersumber dari persepsi negatif
perubahan harga pasar, antara lain terhadap perusahaan. Risiko
risiko berupa perubahan secara reputasi terjadi akibat kejadian-
keseluruhan dari kondisi pasar, kejadian yang merugikan reputasi
termasuk risiko perubahan harga perusahaan, misalnya pemberitaan
opsi. Risiko pasar umum dibagi ke negatif di media masa,
dalam empat kategori, yaitu risiko pelanggaran etika bisnis, dan
suka bunga, risiko posisi ekuitas, keluhan nasabah atau hal-hal lain
risiko nilai tukar, dan risiko posisi yang bisa menyebabkan risiko
komoditas. reputasi (Rustam, 2017).
Risiko suku bunga adalah
risiko akibat perubahan harga g. Risiko Strategis
instrumen keuangan dari posisi Risiko strategis adalah
trading book atau akibat risiko akibat ketidaktepatan dalam
perubahan nilai ekonomis dari pengambilan dan atau pelaksanaan
posisi banking book yang suatu keputusan strategis serta
disebabkan oleh perubahan suku kegagalan dalam mengantisipasi
bunga. Tujuan utama manajemen perubahan lingkungan bisnis.
risiko pasar adalah untuk Risiko strategis ini bisa timbul
meminimalkan kemungkinan antara lain karena kelemahan
dampak negatif akibat perubahan perusahaan dalam proses
kondisi pasar terhadap aset dan formulasi strategi dan
permodalan perusahaan. Dengan ketidaktepatan dalam perumusan
ini, perusahaan diharapkan akan strategi, sistem informasi
mampu menjaga agar risiko pasar manajemen yang kurang
yang diambil perusahaan berada memadai, penetapan tujuan
dalam batas yang dapat ditoleransi strategis yang terlalu agresif,
perusahaan dan perusahaan ketidaktepatan dalam
memiliki modal yang cukup untuk implementasi strategi, dan
menutup risiko pasar. kegagalan dalam mengantisipasi

108
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

perubahan lingkungan bisnis keuangan. Berdasarkan uraian di atas,


(Rustam, 2017). dapat ditarik hipotesis:
H1: Risiko Likuiditas Berpengaruh
h. Risiko Kepatuhan Negatif Signifikan Terhadap
Menurut Rustam (2017), Kinerja Keuangan Sektor
risiko kepatuhan adalah risiko Perbankan Tahun 2013-2017.
akibat perusahaan tidak memenuhi
dan atau tidak melaksanakan 2. Pengaruh Negatif Risiko Kredit
peraturan perudangan-undangan Terhadap Kinerja Keuangan.
dan ketentuan yang berlaku di Risiko kredit merupakan risiko
sebuah Negara. Risiko kepatuhan yang terjadi akibat ketidakmampuan
dapat bersumber dari perilaku suatu perusahaan dalam memenuhi
hukum, yakni perilaku/aktivitas kewajibannya tepat pada waktu yang
perusahaan yang menyimpang telah disepakati. Keputusan investasi
atau melanggar dari ketentuan atau dalam hal ini memiliki keterkaitan kuat,
peraturan perundangan-undangan karena investor akan mengalirkan dana
yang berlaku. mereka kepada suatu lembaga atau pihak
yang memiliki sistem keamanan dan
Hipotesis menguntungkan. Perbankan mendapat
1. Pengaruh Negatif Rasio Likuiditas aliran dana dari investor dengan
Terhadap Kinerja Keuangan tanggungjawab dalam memberikan
Risiko likuiditas merupakan risiko sejumlah keuntungan dalam bentuk
yang terjadi akibat ketidakmampuannya bunga dan mengelola dana tersebut
perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam bentuk kredit, serta mengambil
jangka pendeknya. Sumber dana suatu selisih keuntungan sebagai pendapatan
bank sebagian besar berasal dari dana perbankan. Maka, jika hal ini membuat
pihak ketiga dalam bentuk tabungan dan para investor merasakan adanya
deposito. Jika penarikan dana oleh permasalahan yang membuat
masyarakat terjadi lebih besar dari yang ketidaknyamanan pada saat dana itu
diperkirakan oleh bank, maka bank ditempatkan, salah satunya disebabkan
tersebut bisa menghadapi krisis oleh masalah kredit yang mengakibatkan
likuiditas. Jika krisis tersebut tidak perusahaan memiliki risiko kredit tinggi.
ditangani, perusahaan bisa terancam Fitri (2016), dalam penelitiannya risiko
kelangsungannya. Ketidakmampuan kredit yang diukur dengan NPL (Net
suatu perbankan dalam memenuhi Performing Loan) menunjukan bahwa
kewajiban jangka pendek akan penerapan manajemen risiko kredit
berdampak pada krisis kepercayaan (NPL) berpengaruh negatif signifikan
masyarakat. Sebagai akibatnya, terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan
masyarakat akan menarik dananya uraian di atas, dapat ditarik hipotesis:
secara bersamaan dari bank tersebut. H2: Risiko Kredit Berpengaruh
Bank bisa jatuh karena sumber dana Negatif Signifikan Terhadap
menghilang, ditarik masyarakat secara Kinerja Keuangan Sektor
bersamaan. Tingginya likuiditas suatu Perbankan Tahun 2013-2017.
bank dalam hal tersebut menjadi
ancaman bagi bank itu sendiri yang 3. Pengaruh Negatif Risiko Operasional
berdampak pada kinerja keuangan. Attar Terhadap Kinerja Keuangan.
(2014) dalam penelitiannya risiko Risiko operasional merupakan
likuditas yang diukur dengan LDR risiko yang terjadi disebabkan oleh
(Loan to Deposit Ratio) berpengaruh lemahnya sistem manajemen yang
negatif tidak signifikan terhadap kinerja

109
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

dilakukan oleh pihak internal kinerja keuangan. Berdasarkan uraian di


perusahaan. Hampir semua risiko yang atas, dapat ditarik hipotesis:
terjadi disebabkan oleh kegagalan H4: Risiko Suku Bunga Berpengaruh
mengelola risiko operasional, karena
Positif Signifikan Terhadap
kaitanya dengan berbagai kesalahan
manusia, kegagalan sistem dan Kinerja Keuangan Sektor
kegagalan lainnya yang bersumber dari Perbankan Tahun 2013-2017.
internal dan eksternal perusahaan. Hal
itulah yang menyebabkan semakin 5. Pengaruh Risiko Likuiditas, Risiko
tinggi risiko operasional, maka semakin Kredit, Risiko Operasional, Dan
tinggi biaya operasional yang Risiko Suku Bunga Secara Simultan
dikeluarkan oleh suatu bank. Hal
Terhadap Kinerja Keuangan.
tersebut akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak yang H5: Risiko Likuiditas, Risiko Kredit,
pada akhirnya akan menurunkan laba Risiko Operasional, Dan Risiko
atau profitabilitas bank yang Suku Bunga Secara Simultan
bersangkutan. Kansil (2017) dalam Berpengaruh Signifikan Terhadap
penelitiannya risiko operasional yang Kinerja Keuangan Sektor
diukur dengan BOPO (Belanja Perbankan Tahun 2013-2017.
Operasional terhadap Pendapatan
Operasional) menunjukan bahwa
berpengaruh negatif signifikan terhadap Model Penelitian
kinerja keuangan. Berdasarkan uraian di
Risiko Likuiditas
atas, dapat ditarik hipotesis: (X1) H1 -
H3: Risiko Operasional Berpengaruh
Negatif Signifikan Terhadap Risiko Kredit H2 -
Kinerja Keuangan Sektor (X2)
Kinerja Keuangan
Perbankan Tahun 2013-2017. (Y)
Risiko Operasional
(X3) H3 -
4. Pengaruh Positif Risiko Suku Bunga
H4 +
Terhadap Kinerja Keuangan. Risiko Suku Bunga
(X4)
Risiko suku bunga adalah risiko
akibat perubahan harga instrumen H5

keuangan dari posisi trading book atau


akibat perubahan nilai ekonomis dari Gambar 1. Model Penelitian
posisi banking book yang disebabkan
oleh perubahan suku bunga. Ketika suku
bunga meningkat, maka profitabilitas METODE PENELITIAN
bank juga meningkat, hal ini ditunjukan
dengan melihat suku bunga simpanan Populasi dan Teknik Pengambilan
Sampel
yang meningkat, maka akan menjadi
Populasi adalah wilayah generalisasi
daya tarik masyarakat untuk
yang terdiri atas objek/subjek yang
menabungkan atau menginvestasikan mempunyai kualitas dan karakteristik
dananya. Fathunnida (2017) dalam tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitiannya menunjukan bahwa dipelajari dan kemudian ditarik
variabel tingkat suku bunga (BI Rate) kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi
berpengaruh positif signifikan terhadap dalam penelitian ini adalah Bank Umum

110
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

Swasta Nasional (BUSN) devisa yang data sehingga rasio


terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tidak dapat dihitung.
tahun 2013-2017 yang berjumlah 23 bank. Jumlah Sampel 11
Sugiyono (2016) menjelaskan sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik Bardasarkan pada kriteria yang telah
yang dimiliki oleh populasi tersebut. ditentukan, maka jumlah sampel dalam
Teknik pengambilan sampel yang penelitian ini tertera pada tabel 3 berikut:
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling, yaitu teknik Tabel 3. Daftar Sampel Penelitian
penentuan sampel dengan pertimbangan No Kode Nama Bank
tertentu. Adapun pertimbangan yang 1 AGRO Bank Rakyat Indonesia
dimaksud disini berupa penentuan sampel Agroniaga
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. 2 BBKP Bank Bukopin
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian 3 BBMD Bank Mestika Dharma
ini, yaitu: 4 BBNP Bank Nusantara
a. Objek yang diteliti yaitu Bank Umum Parahyangan
Swasta Nasional (BUSN) devisa yang 5 BMAS Bank Maspion Indonesia
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 6 BNGA Bank CIMB Niaga
tahun 2013-2017. 7 BNII Bank Maybank Indonesia
b. Bank umum swasta nasional (BUSN) 8 BSIM Bank Sinarmas
devisa yang menerbitkan laporan
9 NISP Bank OCBC NISP
keuangan secara lengkap pada periode
10 BNLI Bank Permata
pengamatan 2013-2017.
11 MEGA Bank Mega
c. Kelengkapan data selama penelitian,
Jika dalam proses penelitian terdapat Sumber: Bursa Efek Indonesia (2020)
perbankan yang tidak memberikan
kelengkapan data sehingga tidak dapat Definisi Operasional
dihitung rasionya, maka dalam 1. Variabel Independen
penelitian akan dikeluarkan dari Dalam penelitian ini
pemilihan sampel. menggunakan empat variabel
independen, yaitu risiko likuiditas yang
Tabel 2. Kriteria Pemilihan Sampel diproksikan oleh LDR (Loan to Deposit
No Kriteria Jumlah Ratio), risiko kredit yang diproksikan
1 Bank umum swasta 23 oleh NPL (Net Performing Loan), risiko
nasional (BUSN) operasional yang diproksikan oleh
devisa yang terdaftar BOPO (Belanja Operasional terhadap
di Bursa Efek Pendapatan Operasional) dan risiko suku
Indonesia pada tahun bunga yang diproksikan oleh (BI 7-Day
2013-2017. Repo Rate atau BI Rate). Adapun
2 Bank umum swasta (7) variabel independen yang digunakan
nasional (BUSN) sebagai berikut:
devisa yang tidak a. LDR (Loan to Deposit Ratio)
menerbitkan laporan Risiko likuiditas yang diukur
keuangan secara dengan LDR (Loan to Deposit Ratio).
lengkap pada periode LDR adalah rasio yang
2013-2017. memperlihatkan kemampuan bank
3 Bank umum swasta (5) dalam membayar kembali atau
nasional (BUSN) mengembalikan dana dari deposan
devisa yang tidak atas kredit yang diberikannya. LDR
memiliki kelengkapan dapat dirumuskan sebagai berikut:

111
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521
Jumlah kredit yang diberikan harapan menguatnya sinyal kebijakan
LDR = Dana pihak ketiga moneter dengan suku bunga
(Reverse) Repo Rate 7 hari sebagai
b. NPL (Net Performing Loan) acuan utama di pasar keuangan dan
Risiko kredit (Credit Risk) yang meningkatnya efektivitas transmisi
diukur dengan NPL ( Net Performing kebijakan moneter melalui
Loan). Semakin tinggi nilai NPL pengaruhnya pada pergerakan suku
maka semakin tinggi jumlah kredit bunga pasar uang dan suku bunga
yang bermasalah, hal ini perbankan.
menyebabkan kondisi suatu Risiko suku bunga merupakan
perbankan dalam kondisi bermasalah, risiko yang terjadi akibat perubahan
sehingga akan berdampak pada suku bunga yang terjadi di pasar,
kinerja keuangan perbankan tersebut. terkait dengan risiko suku bunga
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai dalam penelitian ini diukur dengan
berikut: menggunakan BI 7-Day Repo Rate
𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
NPL = atau BI Rate semakin meningkatnya
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
suku bunga maka profitabilitas bank
c. BOPO (Belanja Operasional terhadap juga meningkat, hal ini ditunjukan
Pendapatan Operasional) dengan melihat suku bunga simpanan
Risiko operasional yang diukur yang meningkat maka akan menjadi
dengan BOPO (Belanja Operasional daya tarik masyarakat untuk
terhadap Pendapatan Operasional). menabungkan atau menginvestasikan
Rasio biaya operasional digunakan dananya, hal tersebut tentu akan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan berdampak untuk kinerja keuangan
kemampuan bank dalam melakukan perbankan.
kegiatan operasionalnya
(Dendawijaya, 2009). Rasio BOPO 2. Variabel Dependen
yaitu perbandingan antara biaya Variabel dependen dalam
operasional dan pendapatan penelitian ini adalah kinerja keuangan
operasional. Rasio ini dapat pada sektor perbankan tahun 2013-2017
dirumuskan sebagai berikut: yang diukur dengan Return On Equity
Biaya Operasional (ROE). ROE adalah perbandingan
BOPO =
Pendapatan Operasional antara laba bersih bank dengan modal
sendiri. ROE dalam penelitian ini
merupakan rasio atas laba bersih
d. BI 7-Day Repo Rate atau BI Rate terhadap modal sendiri pada sektor
Risiko suku bunga yang diukur perbankan yang terdaftar pada sampel
dengan BI 7-Day Repo Rate atau BI penelitian. ROE dapat dirumuskan
Rate. Bank Indonesia melakukan sebagai berikut:
penguatan kerangka operasi moneter Laba Bersih
(Return On Equity) = Modal Sendiri
dengan mengimplementasikan suku
bunga acuan atau suku bunga
kebijakan baru yaitu BI 7-Day Teknik Analisis Data
(Reverse) Repo Rate, yang berlaku 1. Analisis Asumsi Klasik
efektif sejak 19 Agustus 2016, a. Normalitas
menggantikan BI Rate. Dengan Menurut Widarjono (2013), uji
penggunaan instrumen BI 7-Day signifikasi pengaruh variable
(Reverse) Repo Rate sebagai suku independen terhadap variabel
bunga kebijakan baru, adanya dependen melalui uji t hanya akan
valid jika residual yang kita dapatkan

112
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

mempunyai distribusi normal. Ada regresi menjadi tidak efisien


dua metode yang bisa digunakan (underestimate) sehingga pengujian
untuk mendeteksi nilai residual hipotesis dengan uji t menjadi tidak
mempunyai distribusi normal yaitu valid (overestimate). Untuk
dengan melalui histogram residual mengidentifikasi terjadinya
dan uji Jarque-Bera. heteroskedastisitas, maka dalam
Dalam penelitian ini penelitian ini menggunakan uji
menggunakan metode uji Jarque- Breusch Pagan Godfrey (BPG).
Bera untuk menguji nilai residual. Pengambilan keputusan dengan
Metode J-B ini didasarkan pada menggunakan program Eviews 6
sampel besar yang diasumsikan adalah sebagai berikut:
bersifat asymptotic. Pengambilan Prob.Chi square (p-value) > 0,05 (α),
keputusan pada uji JB ini yaitu jika maka tidak terjadi
nilai probabilitas dari statistik JB heteroskedastisitas.
lebih besar dari alpha (α), maka data Prob. Chi square (p-value) < 0,05 (α),
berdistribusi normal. maka terjadi heteroskedastisitas.
b. Autokorelasi d. Multikolinieritas
Autokorelasi merupakan Menurut Kusuma (2012),
korelasi antara satu variabel multikolinieritas merupakan salah
gangguan dengan variabel gangguan satu masalah dalam analisis regresi
lainnya. Sedangkan salah satu asumsi OLS, yang berarti terdapat korelasi
penting metode OLS berkaitan atau hubungan yang sangat tinggi di
dengan variabel gangguan adalah antara variabel independen. Untuk
tidak adanya hubungan antara mengidentifikasi terjadinya
variabel gangguan satu dengan multikolinieritas, maka penelitian ini
variabel gangguan lainnya melakukan pengujian dengan
(Widarjono, 2013). Pengujian dugaan program Eviews 6 untuk mendeteksi
terjadinya autokorelasi dapat di uji korelasi diantara variabel
dengan menggunakan uji Breusch- independen, dengan kesimpulan jika,
Godfrey. Menurut Kusuma (2012), Prob. (p-value) < 0,05 (α), maka tidak
uji B-G sering juga disebut sebagai terjadi multikolinieritas.
uji LM (Lagrange Multiplier). Uji ini Prob. (p-value) > 0,05 (α), maka
dapat menutupi kelemahan pada uji terjadi multikolinieritas.
D-W ketika memberikan hasil “tidak
ada kesimpulan”. Pengambilan 2. Analisis Regresi Data Panel
keputusan dapat dilakukan sebagai Tipe data yang digunakan dalam
berikut: penelitian ini adalah data panel yang
Prob. Chi square (p-value) > 0,05 (α), terdiri dari pengabungan antara data time
maka tidak ada autokorelasi series dan cross section yaitu dari
Prob. Chi square (p-value) < 0,05 (α), banyak perusahaan yang dijadikan
maka terjadi autokorelasi sampel dalam waktu pengamatan
c. Heteroskedastisitas beberapa tahun, maka analisis yang
Menurut Kusuma (2012), digunakan dalam penelitian ini adalah
heterokidastisitas adalah kondisi analisis regresi data panel.
dimana nilai varians error untuk Persamaan regresi dalam
setiap data pengamatan tidak konstan penelitian ini adalah
atau var (ei) = δ2. Pada kenyataannya Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
nilai residual sulit memiliki varian Keterangan :
konstan, yang membuat nilai taksiran α = Konstanta
varians dan standar error koefisien b1,b2,b3,b4 = Koefisien

113
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

Y = Kinerja keuangan nol maka kita mempunyai garis regresi


X1 = Risiko likuiditas yang kurang baik (Widarjono, 2013).
X2 = Risiko kredit
X3 = Risiko operasional
X4 = Risiko suku bunga HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (Uji T)
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini uji t (uji
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
parsial) digunakan untuk menguji
a. Normalitas
signifikasi dari masing-masing variabel Tabel 4. Hasil Uji Normalitas
independen yaitu risiko likuiditas, Keterangan Prob. Jarque-
risiko kredit, risiko operasional dan Bera
risiko suku bunga terhadap variabel Uji Jarque-Bera 0,132398
dependen yaitu kinerja keuangan. Berdasarkan hasil uji Jarque-
Tingkat signifikasi yang digunakan α = Bera pada tabel 4 di atas, dapat
0,05 atau 5%. Jika t hitung > t tabel, disimpulkan bahwa data berdistribusi
maka hipotesis diterima, dan jika t normal. Hal ini ditunjukan dengan
hitung < t tabel, maka hipotesis ditolak. nilai probabilitas dari statistik J-B
lebih besar dari α yaitu 5% (0,132398
> 0,05).
2. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian uji f (uji simultan) b. Autokorelasi
digunakan untuk menguji signifikasi Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi
variabel independen secara bersama- Keterangan Prob. Chi-
sama yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, Square
risiko operasional dan risiko suku bunga Uji Breusch- 0,0577
terhadap variabel dependen yaitu kinerja Godfrey
keuangan. Tingkat signifikasi yang Berdasarkan hasil uji Breusch-
digunakan α = 0,05 atau 5%. Jika f Godfrey dapat disimpulkan bahwa
hitung > f tabel, maka hipotesis diterima, tidak terjadi masalah autokorelasi,
dan jika f hitung < f tabel, maka ditunjukan dengan nilai Prob. Chi
hipotesis ditolak. square (p-value) lebih besar dari α
3. Uji Koefisien Determinasi yaitu 5% (0,0577 > 0,05).
Koefisien determinasi (R2) adalah
koefisien yang menjelaskan hubungan c. Heteroskedastisitas
antara variabel dependen (Y) dengan Tabel 6. Hasil Uji
dependen (Y) dalam suatu model. Heteroskedastisitas
Koefisien determinasi (R2) digunakan Keterangan Prob. Chi-
untuk menjelaskan seberapa besar Square
proporsi varian variabel dependen Uji Breusch 0,2168
dijelaskan oleh variabel independen. Pagan Godfrey
Nilai koefisiensi determinasi ini terletak Berdasarkan hasil uji BPG pada
antara 0 dan 1. Pada persamaan regresi tabel 6 di atas, dapat disimpulkan
linier berganda semakin angkanya bahwa tidak terjadi masalah
mendekati 1 maka semakin baik garis heterokidastisitas, ditunjukan dengan
regresi karena mampu menjelaskan data nilai Prob. Chi square (p-value) lebih
aktualnya. Semakin mendekati angka besar dari α yaitu 5% (0,2168 > 0,05).

114
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

d. Multikolinieritas sebaliknya, apabila nilai LDR turun 1


Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas satuan maka nilai ROE akan
LDR NPL BOPO BI RATE mengalami kenaikan sebesar -
LDR 1,000000 -0,092290 -0207374 0,083529 0,047791 satuan.
NPL -0,092290 1,000000 0,627088 -0,307873 c. Nilai koefisien regresi untuk variabel
BOPO -0,207374 0,627088 1,000000 -0,010103
BI
kredit (NPL) sebesar -0,612191 yang
0,083529 -0,307873 -0,010103 1,000000 bertanda negatif artinya jika NPL
RATE
Berdasarkan hasil uji naik 1 satuan maka ROE akan
multikolinieritas dapat disimpulkan mengalami penurunan sebesar -
bahwa tidak terjadi masalah 0,612191 satuan. Dan sebaliknya,
multikolinieritas, ditunjukan dengan apabila nilai NPL turun 1 satuan
nilai korelasi antar variabel maka nilai ROE akan mengalami
independen yang lebih rendah dari kenaikan sebesar -0,612191 satuan.
0,90 atau 90%. d. Nilai koefisien regresi untuk variabel
risiko operasional (BOPO) sebesar -
2. Hasil Uji Regresi Data Panel 0,688901 yang bertanda negatif
Tabel 8. Hasil Analisis Regresi artinya jika BOPO naik 1 satuan
Variabel Coefficient T-Statistic maka ROE akan mengalami
penurunan sebesar -0,688901
C 70,17125 11,84956
satuan. Dan sebaliknya, apabila nilai
LDR -0,047791 0,913312
BOPO turun 1 satuan maka nilai ROE
NPL -0,612191 2,004341
akan mengalami kenaikan sebesar -
BOPO -0,688901 15,32043
0,688901 satuan.
BI RATE 0,590102 2,308358
e. Nilai koefisien regresi untuk variabel
Berdasarkan hasil dari uji regresi risiko suku bunga (BI RATE) sebesar
data panel model fixed effect maka 0,590102 yang bertanda positif
diperoleh persamaan analisis regresi artinya jika BI RATE naik 1 satuan
sebagai berikut: maka ROE akan mengalami kenaikan
Y = 70,17125 – 0,047791X1 – sebesar 0,590102 satuan. Dan
0,612191X2 – 0,688901X3 sebaliknya, apabila nilai BI RATE
+0,590102X4 + e. turun 1 satuan maka nilai ROE akan
mengalami penurunan sebesar
Persamaan analisis regresi 0,590102 satuan.
tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: 3. Hasil Uji Parsial (Uji T)
a. Nilai konstanta sebesar 70,17125
Tabel 9. Hasil Uji Parsial
artinya apabila tidak ada pengaruh Variabel Koefisien T-Hitung T- Ket.
variabel risiko likuiditas (LDR), Tabel
risiko kredit (NPL), risiko LDR Tidak
-0,047791 0,913312 1,675
operasional (BOPO) dan risiko suku Signifikan
bunga (BI RATE) yang memiliki nilai NPL -0,612191 2,004341 1,675 Signifikan
sama dengan nol, maka nilai BOPO -0,688901 15,32043 1,675 Signifikan
BI Signifikan
konstanta terhadap kinerja keuangan RATE
0,590102 2,308358 1,675
(ROE) adalah sebesar 70,17125. 1) Pengujian variabel risiko likuiditas
b. Nilai koefisien regresi untuk variabel (X1)
risiko likuiditas (LDR) sebesar - Berdasarkan hasil uji regresi
0,047791 yang bertanda negatif data panel dengan model fixed effect
artinya jika LDR naik 1 satuan maka menunjukan nilai koefisien sebesar -
ROE akan mengalami penurunan 0,047791, dengan nilai t-hitung
sebesar -0,047791 satuan. Dan variabel risiko likuiditas sebesar

115
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

0,913312 lebih kecil dari nilai t-tabel 4) Pengujian variabel risiko suku bunga
yaitu 1,675, yang artinya variabel (X4)
risiko likuiditas berpengaruh negatif Berdasarkan hasil uji regresi
tidak signifikan, sehingga dapat data panel dengan model fixed effect
disimpulkan hipotesis pertama yang menunjukan nilai koefisien sebesar
menyatakan bahwa risiko likuiditas 0,590102, dengan nilai t-hitung
berpengaruh negatif signifikan variabel risiko suku bunga sebesar
terhadap kinerja keuangan pada Bank 2,308358 lebih besar dari nilai t-tabel
Umum Swasta Nasional (BUSN) yaitu 1,675, yang artinya variabel
devisa yang terdaftar di Bursa Efek risiko suku bunga berpengaruh positif
Indonesia pada tahun 2013-2017 signifikan, sehingga dapat
ditolak. disimpulkan hipotesis keempat yang
2) Pengujian variabel risiko kredit (X2) menyatakan bahwa risiko suku bunga
Berdasarkan hasil uji regresi berpengaruh positif signifikan
data panel dengan model fixed effect terhadap kinerja keuangan pada Bank
menunjukan nilai koefisien sebesar - Umum Swasta Nasional (BUSN)
0,612191, dengan nilai t-hitung devisa yang terdaftar di Bursa Efek
variabel risiko kredit sebesar Indonesia pada tahun 2013-2017
2,004341 lebih besar dari nilai t-tabel diterima.
yaitu 1,675, yang artinya variabel
risiko kredit berpengaruh negatif 4. Hasil Uji Simultan (Uji F)
signifikan, sehingga dapat Tabel 10. Hasil Uji Simultan
disimpulkan hipotesis kedua yang N F-Hitung F- Ket.
menyatakan bahwa risiko kredit Tabel
berpengaruh negatif signifikan 55 79,09323 2,79 Signifikan
terhadap kinerja keuangan pada Bank
Umum Swasta Nasional (BUSN) Berdasarkan hasil uji secara
devisa yang terdaftar di Bursa Efek simultan pada tabel 10 di atas,
Indonesia pada tahun 2013-2017 menunjukan nilai f-hitung sebesar
diterima. 79,09323, yang mana lebih besar dari
3) Pengujian variabel risiko operasional nilai f-tabel yaitu 2,79. Artinya variabel
(X3) risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
Berdasarkan hasil uji regresi operasional dan risiko suku bunga secara
data panel dengan model fixed effect simultan berpengaruh signifikan,
menunjukan nilai koefisien sebesar - sehingga dapat disimpulkan hipotesis
0,688901, dengan nilai t-hitung kelima yang menyatakan bahwa variabel
variabel risiko operasional sebesar risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
15,32043 lebih besar dari nilai t-tabel operasional dan risiko suku bunga secara
yaitu 1,675, yang artinya variabel simultan berpengaruh signifikan
risiko operasional berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada Bank
negatif signifikan, sehingga dapat Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa
disimpulkan hipotesis ketiga yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
menyatakan bahwa risiko operasional pada tahun 2013-2017 diterima.
berpengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja keuangan pada Bank 5. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Umum Swasta Nasional (BUSN) Tabel 11. Hasil Uji Koefisien
devisa yang terdaftar di Bursa Efek Determinasi
Indonesia pada tahun 2013-2017 N R-Squared
diterima. 55 0,965136

116
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

Berdasarkan hasil uji koefisien berpengaruh negatif signifikan terhadap


determintasi di atas, menunjukan nilai R- kinerja keuangan sektor perbankan
Square sebesar 0,965136 atau 96,51%, periode 2013-2017. Hipotesis kedua
yang artinya variabel kinerja keuangan yang mengatakan risiko kredit
dapat dijelaskan oleh variabel berpengaruh negatif signifikan terhadap
independen yaitu risiko likuiditas, risiko kinerja keuangan sektor perbankan
kredit, risiko operasional dan risiko suku periode 2013-2017 diterima.
bunga sebesar 96,51%, sedangkan Risiko kredit merupakan risiko
3,49% dijelaskan oleh variabel-variabel yang terjadi akibat ketidakmampuan
lainnya yang tidak diteliti dalam suatu perusahaan dalam memenuhi
penelitian ini. kewajibannya tepat pada waktu yang
telah disepakati. Keputusan investasi
Pembahasan dalam hal ini memiliki keterkaitan kuat,
1. Pengaruh Negatif Risiko Likuiditas karena investor akan mengalirkan dana
(LDR) Terhadap Kinerja Keuangan mereka kepada suatu lembaga atau pihak
(ROE). yang memiliki sistem keamanan dan
Berdasarkan hasil uji di atas, dapat menguntungkan. Perbankan mendapat
diperoleh nilai koefisien sebesar - aliran dana dari investor dengan
0,047791 dan nilai t-hitung lebih kecil
tanggungjawab dalam memberikan
dari t-tabel 1,675 (0,913312 < 1,675).
sejumlah keuntungan dalam bentuk
Artinya risiko likuiditas berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap kinerja bunga dan mengelola dana tersebut
keuangan sektor perbankan periode dalam bentuk kredit, serta mengambil
2013-2017. Hipotesis pertama yang selisih keuntungan sebagai pendapatan
mengatakan risiko likuiditas perbankan.
berpengaruh negatif signifikan terhadap Sebuah bank yang dirongrong
kinerja keuangan sektor perbankan oleh kredit bermasalah dalam jumlah
periode 2013-2017 ditolak. besar, akan cenderung menurunkan
Peraturan Bank Indonesia profitabilitasnya (Aldrigde, 2008). Hal
No.19/6/PBI/2017 menyatakan bahwa tersebut akan membuat para investor
LDR merupakan rasio kredit yang merasakan adanya permasalahan yang
diberikan kepada pihak ketiga dan membuat ketidaknyamanan pada saat
memenuhi persayaratan tertentu untuk
dana itu ditempatkan, salah satunya
diterbitkan oleh bank agar memperoleh
pendanaan. LDR yang tinggi disebabkan oleh masalah kredit yang
menunjukkan profitabilitas yang besar, mengakibatkan perusahaan memiliki
karena kredit yang disalurkan oleh bank risiko kredit tinggi. Fitri (2016), dalam
berjalan dengan efektif. Berdasarkan penelitiannya risiko kredit yang diukur
penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan NPL (Net Performing Loan)
Sofyan (2016) menunjukkan bahwa menunjukan bahwa penerapan
LDR berpengaruh positif terhadap ROE. manajemen risiko kredit (NPL)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
2. Pengaruh Negatif Risiko Kredit kinerja keuangan.
(NPL) Terhadap Kinerja Keuangan
(ROE). 3. Pengaruh Negatif Risiko Operasional
Berdasarkan hasil uji di atas, dapat
(BOPO) Terhadap Kinerja Keuangan
diperoleh nilai koefisien sebesar -
(ROE).
0,612191 dan nilai t-hitung lebih kecil
dari t-tabel 2,004341 (2,004341 > Berdasarkan hasil uji di atas, dapat
1,675). Artinya risiko kerdit diperoleh nilai koefisien sebesar -

117
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

0,688901 dan nilai t-hitung lebih kecil 4. Pengaruh Positif Risiko Suku Bunga
dari t-tabel 15,32043 (15,32043 > (BI Rate) Terhadap Kinerja
1,675). Artinya risiko operasional Keuangan (ROE).
berpengaruh negatif signifikan terhadap Berdasarkan hasil uji di atas, dapat
kinerja keuangan sektor perbankan diperoleh nilai koefisien sebesar -
periode 2013-2017. Hipotesis ketiga 0,590102 dan nilai t-hitung lebih kecil
yang mengatakan risiko operasional dari t-tabel 2,308358 (2,308358 >
berpengaruh negatif signifikan terhadap 1,675). Artinya risiko suku bunga (BI
kinerja keuangan sektor perbankan Rate) berpengaruh positif signifikan
periode 2013-2017 diterima. terhadap kinerja keuangan sektor
Risiko operasional merupakan perbankan periode 2013-2017. Hipotesis
risiko yang terjadi disebabkan oleh keempat yang mengatakan risiko suku
lemahnya sistem manajemen yang bunga (BI Rate) berpengaruh positif
dilakukan oleh pihak internal signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hampir semua risiko yang sektor perbankan periode 2013-2017
terjadi disebabkan oleh kegagalan diterima.
mengelola risiko operasional, karena Risiko suku bunga adalah risiko
kaitanya dengan berbagai kesalahan akibat perubahan harga instrumen
manusia, kegagalan sistem dan keuangan dari posisi trading book atau
akibat perubahan nilai ekonomis dari
kegagalan lainnya yang bersumber dari
posisi banking book yang disebabkan
internal dan eksternal perusahaan. Hal
oleh perubahan suku bunga. Ketika suku
itulah yang menyebabkan semakin bunga meningkat, maka profitabilitas
tinggi risiko operasional, maka semakin bank juga meningkat, hal ini ditunjukan
tinggi biaya operasional yang dengan melihat suku bunga simpanan
dikeluarkan oleh suatu bank. Hal yang meningkat, maka akan menjadi
tersebut akan berakibat pada daya tarik masyarakat untuk
berkurangnya laba sebelum pajak yang menabungkan atau menginvestasikan
pada akhirnya akan menurunkan laba dananya. Mankiw (2007) mengatakan
atau profitabilitas bank yang return on equity dipengaruhi oleh
bersangkutan. aktivitas makro ekonomi suatu negara.
Menurut Dendawijaya (2005) Suku Bunga Bank Indonesia yang
rasio biaya operasional digunakan untuk merupakan bagian dari instrumen
moneter Bank Indonesia selaku Bank
mengukur tingkat efisiensi dan
Sentral dalam mengendalikan laju
kemampuan bank dalam melakukan tingkat inflasi di Indonesia. Suku Bunga
kegiatan operasinya. Semakin besar Bank Indonesia merupakan ukuran
rasio operasional, menandakan semakin biaya modal yang harus dikeluarkan
kecil tingkat efisiensi operasional bank oleh pelaku usaha atau suatu perusahaan
dan sebaliknya. Kansil (2017) dalam untuk menggunakan dana dari para
penelitiannya risiko operasional yang investor.
diukur dengan BOPO (Belanja Naiknya tingkat suku bunga
Operasional terhadap Pendapatan dapat menarik perhatian investor untuk
Operasional) menunjukan bahwa menyimpan uangnya di bank. Ketika
berpengaruh negatif signifikan terhadap banyak investor yang menyimpan
kinerja keuangan. uangnya di bank, menandakan kinerja
keuangan perusahaan dinilai baik oleh
para investor. Fathunnida (2017) dalam
penelitiannya menunjukan bahwa
variabel tingkat suku bunga (BI Rate)

118
DENY ISMANTO
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Periode 2013-2017

berpengaruh positif signifikan terhadap 5. Hasil penelitian secara simultan bahwa


kinerja keuangan. risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
operasional dan risiko suku bunga
5. Risiko Likuiditas (LDR), Risiko berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Kredit (NPL), Risiko Operasional keuangan.
(BOPO) dan Risiko Suku Bunga (BI
Rate) Berpengaruh Secara Simultan Saran
Terhadap Kinerja Keuangan (ROE). 1. Penelitian selanjutnya dapat
Berdasarkan hasil uji secara menambahkan variabel lain yang
simultan, diperoleh nilai f-hitung memungkinkan memiliki pengaruh
sebesar 79,09323, yang mana lebih besar terhadap kinerja keuangan perbankan.
dari nilai f-tabel yaitu 2,79. Artinya Misalnya risiko strategis, risiko reputasi
variabel risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko kepatuhan.
risiko operasional dan risiko suku bunga 2. Penelitian selanjutnya dapat
secara simultan berpengaruh signifikan menambahkan periode pengamatan
terhadap kinerja keuangan. Hipotesis untuk memperoleh hasil penelitian yang
kelima yang mengatakan risiko lebih baik.
likuiditas, risiko kredit, risiko 3. Peneliti menyarankan untuk investor dan
operasional dan risiko suku bunga secara calon investor lebih memperhatikan
simultan berpengaruh signifikan risiko yang memiliki pengaruh terhadap
terhadap kinerja keuangan pada sektor kinerja keuangan suatu perbankan
perbankan periode 2013-2017 diterima. sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil keputusan.

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Aldrigde, John. E., dan Siswanto Sutojo.
Berdasarkan hasil dari pengujian
(2008). Good Corporate
pengaruh penerapan manajemen risiko
Governance. Jakarta: Damat Mulia
terhadap kinerja keuangan sektor
Pustaka.
perbankan pada Bank Umum Swasta
Nasional (BUSN) devisa yang terdaftar di Attar, Dini, dkk. (2014). Pengaruh
BEI tahun 2013-2017, maka dapat diambil Penerapan Manajemen Risiko
kesimpulan sebagai berikut: Terhadap Kinerja Keuangan
1. Hasil penelitian secara parsial bahwa Perbankan yang Terdaftar di Bursa
risiko likuiditas (LDR) berpengaruh Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi
negatif tidak signifikan terhadap kinerja Panscasarjana Universitas Kuala
keuangan. Banda Aceh Vol. 3 No.1.
2. Hasil penelitian secara parsial bahwa
risiko kredit (NPL) berpengaruh negatif Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen
signifikan terhadap kinerja keuangan. Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.
3. Hasil penelitian secara parsial bahwa
risiko operasional (BOPO) berpengaruh Dendawijaya, Lukman. (2009). Manajemen
negatif signifikan terhadap kinerja Perbankan. Edisi 2. Bogor: Ghalia
keuangan. Indonesia.
4. Hasil penelitian secara parsial bahwa
risiko suku bunga (BI 7-Day Repo Rate Fahmi, Irham. (2014). Manajemen Risiko.
atau BI Rate) berpengaruh positif Bandung: Alfabeta.
signifikan terhadap kinerja keuangan.

119
JURNAL FOKUS ● VOLUME 10 No. 1 ● Maret 2020
P-ISSN: 2088-4079 | E-ISSN: 2716-0521

Fathunnida, dkk. (2017). Dampak makro Bank Devisa. Jurnal Ilmu dan Riset
ekonomi terhadap Profitabilitas Manajemen.
Bank. Jurnal Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Mulawarman Samarinda Vol. 9 Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
No.1. (mixed Methods). Bandung : CV.
Alfabeta.
Fitri, Aulia Diani. (2016). Pengaruh Risiko
Pasar, Risiko Kredit dan Risiko Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998
Operasional Terhadap Kinerja Tentang Perbankan
Keuangan Perbankan. E-Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Wijarjono, Agus. (2013). Ekonometrika
Padang. Pengantar dan Aplikasinya disertai
Panduan E-Views (Edisi 4).
Hanafi, Mamduh M. (2016). Manajemen Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Risiko. Edisi 3. Yogyakarta: UPP
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN.

Kansil, Deyby dkk. (2017). Pengaruh


Risiko Perbankan Terhadap Kinerja
Keuangan Tahun 2013-2015. Jurnal
EMBA Vol. 5 No. 3.

Kasmir. (2013). Bank dan Lembaga


Keuanga Lainnya. Jakarta: Rajawali.

Kasmir. (2013). Analisis Laporan


Keuangan. Jakarta: Rajawali.

Kusuma, Desta Rizky dan Deny Ismanto.


(2012). Modul Praktikum E-views.

Mankiw, N. Gregory. (2007).


Makroekonomi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Otoritas Jasa Keuangan: Surat Edaran


No.14/SEOJK.03/2017

Peraturan Bank Indonesia


No.19/6/PBI/2017

Rustam, Bambang Rianto. (2017).


Manajemen Risiko: Prinsip,
Penerapan dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Empat.

Sofyan. (2016). Pengaruh CAR, BOPO,


NPL dan LDR Terhadap ROE Pada

120

Anda mungkin juga menyukai