Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP

TINGKAT KREDIT BANK SERTA IMPLIKASINYA PADA


KESEHATAN PERBANKAN
Agnes Sheryta Anastasya Purba
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email : agnessheryta30@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor
terhadap Tingkat Kredit Bank serta Implikasinya pada Kesehatan Perbankan tahun 2013 – 2020 , dimana krusialnya
peran kredit dalam dunia perbankan ditengah faktor makroekonomi yang bergerak fluktuatif sebagai dasar
permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan Metode Simultan untuk
menganalisis apakah terdapat pengaruh Faktor Makroekonomi sebagai variabel terikat terhadap Tingkat Kredit dan
Kesehatan Perbankan sebagai variabel bebas. Dari penelitian ini diketahui bahwa kekuatan pasar pada tingkat
tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan jumlah ekspor yang rendah mampu meningkatkan tingkat kredit bank,
adapun kekuatan pasar bank besar lebih tinggi dibandingkan dengan bank kecil. Hasil juga menunjukkan bahwa
bank besar memiliki tingkat kredit bank yang lebih tinggi. Hasil ini juga sekaligus mendukung kesehatan perbankan,
semakin meningkatnya tingkat kredit bank maka kesehatan bank akan lebih stabil atau bahkan bisa meningkat lebih
baik.

Kata Kunci : Tingkat Kredit , Faktor Makroekonomi, Kesehatan Perbankan

A. PENDAHULUAN
Pada September 2008, gempar dengan kejadian yakni bangkrutnya Lehman Brothers
dimana ini merupakan perusahaan bank investasi terbesar keempat yang ada di Amerika Serikat.
Kehancuran pada perusahaan ini mendorong penurunan tajam pada sektor keuangan di Amerika
Serikat dan memicu krisis keuangan global yang tidak terlihat selama lebih dari 80 tahun. Efek
krisis dirasakan di seluruh dunia, bahkan setelah satu dekade, dimana terlihat pada kondisi
produk domestik bruto pada negara- negara ber-ekonomi utama terus mengalami penurunan.
Dalam kondisi krisis, negara di Eropa tidak dapat menahan sisa-sisa krisis global dengan baik
dan hal tersebut memunculkan krisis ekonomi dikawasan lain. Salah satu penyebab utama krisis
global yang diikuti dengan runtuhnya perusahan Lehman Brothers ialah kegagalan dalam
meminimalir risiko atau mengabaikan risiko terkait dalam memberikan pinjaman hipotek (aset
atau properti) kepada peminjam dengan nilai kredit rendah, sehingga berdampak pada
banyaknya peminjam yang mengalami gagal bayar, lalu perusahaan tidak dapat menanggung
risiko dari melonjaknya tingkat kredit tersebut. Berdasarkan gambaran kondisi yang dialami
oleh Lehman Brothers bahwa Salah satu cara tradisional bank untuk dapat menghasilkan uang
adalah dengan memberikan pinjaman, dimana kepentingan bank untuk memberikan pinjaman
tetap wajib didasarkan pada standar dan ketentuan serta kehati-hatian.
Disisi lain beberapa teori memberikan gambaran terkait munculnya potensi krisis
keuangan, jika suatu negara mengalami ekspansi pada kegiatan kredit domestik. Hal ini juga
dapat terjadi, bila negara yang sedang mengalami kondisi adanya penurunan tingkat suku bunga,
lalu adanya peningkatan atas permintaan kredit dalam kegiatan usaha (investasi) dalam
memperbesar modal usaha dengan tujuan meningkatkan produktifitas kegiatan usahanya, jika
tidak dapat terkonsolidasi dengan baik maka beban tersebut akan menjadi tanggungan pemberi
modal (seperti perbankan). Jika dilakukan perbandingan dengan tingkat bunga luar negri
Tingkat bunganya cukup rendah, akan menurunkan minat masyarakat untuk menabung juga
mendorong pengaliran dana keluar negeri, sehingga perbankan akan mengalami kesulitan dalam
melakukan penghimpunan dana.
(Bencivenga S. , 1991) berpendapat bahwa perbankan merupakan Industri yang
mempunyai peran penting dalam ekonomi sebuah negara yang memiliki peran sebagai lembaga
intermediasi yang menyalurkan dana masyarakat ke dalam investasi asset produktif yang akan
mendorong produktivitas pada sektor riil, akumulasi kapital, dan pertumbuhan ekonomi secara
agregat. Dimana Menurut Laporan Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2019,
praktik perbankan di Indonesia masih mengacu pada kredit dalam memperoleh pemasukan
utama yang digunakan dalam opersional bank itu sendiri. Hal ini membuat terkonsentrasikan
usaha bank pada pemberian kredit yang merupakan bagian sifat usaha bank sebagai lembaga
intermediasi.

Gambar 1. 1 Penyaluran Kredit pada Bank di Indonesia (Miliar Rupiah)

4,500,000
4,000,000
3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
-
2016 2017 2018 2019 2020

Kredit KerjaKredit KonsumsiKredit InvestasiTotal Kredit

Sumber: SEKI Bank Indonesia 2020

Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Tahun 2020, selama periode tahun
2016 hingga 2020, total kredit Indonesia mengalami kenaikan yang fluktuatif dan cukup
besar yakni sebesar 4.045.258 Miliar Rupiah di tahun 2020 dari 3.160.285 di tahun 2016. Hal
ini akan sangat memiliki dampak bagi kinerja bank atas penyaluran kredit yang dilakukannya.
Disisi lain, terdapat gap pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa penurunan tingkat
suku bunga terhadap peningkatan permintaan kredit. Penelitian dilakukan karna melihat
bagaimana kredit memegang peran penting dalam perbankan terutama dengan kondisi krisis
ekonomi yang sedang dihadapi seluruh dunia termasuk Indonesia, sedikit banyak mempengaruhi
indikator makroekonomi terutama di Indonesia yang sedang bergejolak ditengah pandemic saat
ini serta masih sedikitnya penelitian mengenai pengaruh faktor makroekonomi terhadap tingkat
kredit perbankan dan Kesehatan perbankan dan apakah tingkat kredit perbankan juga Kesehatan
perbankan saling mempengaruhi .
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan jumlah ekspor
terhadap tingkat kredit bank tahun 2013 – 2020? Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, nilai
tukar rupiah, dan jumlah ekspor terhadap kesehatan bank tahun 2013 – 2020? Bagaimana
adanya tingkat kredit perbankan dalam mempengaruhi tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah,
dan jumlah ekspor terhadap kesehatan bank tahun 2013 – 2020?
Maka dengan uraian diatas perlu ditinjau kembali berdasarkan peneliatian sebelumnya
yang masih kontradiktif terhadap teori tentang tingkat kredit yang ada dan penelitian yang
dilakukan mengenai topik ini masih sedikit beberapa tahun terakhir dilakukan oleh para peneliti
. Penjelasan diatas mendasari perlunya penelitian kembai terkait Pengaruh Tingkat Suku
Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Bank Serta
Implikasinya Pada Kesehatan Perbankan Tahun 2013-2020.

B. KAJIAN PUSTAKA
Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh bank dalam
menjalankan kegiatan operasional perbankan yang dilakukan secara normal serta mampu
menjalankan seluruh pelaksanaan kredit dana pihak ketiga serta menjalankan kewajibannya
dengan baik melalui aturan yang telah sesuai dengan peraturan instansi yang berlaku.
Tingkat Kredit Bank
Dalam menjalankan perannya sebagai perantara keuangan yakni melakukan penyaluran
dana dari sisi surplus kepada sisi yang defisit dana, bank juga melakukan usahanya sebagai
lembaga keuangan yang menawarkan kepercayaan serta jasa. Bank berupaya semaksimal
mungkin untuk dapat melakukan peningkatan jumlah nasabah baru, memperbesar modal yang
dimiliki juga melakukan perluasan pemberian kredit serta jasa- jasanya.
Dalam hal ini kredit mememiliki peran yang penting dalam dunia perbankan, dimana
kredit diartikan sebagai penyerahan barang, jasa, maupun uang dari satu sisi (kreditur) yang
berdasarkan kepercayaan kepada sisi lain (debitur) melalui sebuah perjanjian terkait pembayaran
dari debitur kepada kreditur pada waktu yang telah ditentukan oleh kedua sisi. Hal ini memiliki
arti bahwa semua kegiatan perkreditan wajib berlandaskan kepercayaan, karena tanpa adannya
kepercayaan tidak akan terjadi pemberian kredit.

Teori Kuantitas Uang


Teori Kuantitas Uang atau The Quantity Theory of Money dikembangkan oleh ekonom
Irving Fisher, dimana teori ini menjelaskan bagaimana jumlah uang beredar ditentukan oleh
sistem perbankan bersamaan dengan keputusan kebijakan bank sentral.
𝑴×𝑽=𝑷×𝑻

Teori Permintaan dan Penawaran Kredit


Permintaan dan penawaran merupakan penentu keseimbangan pasar kredit perbankan.
Suku bunga kredit serta faktor-faktor lainnya seperti kegiatan perekonomian, kondisi internal
para debitur serta faktor non-ekonomi lainnya merupakan penyebab terdapat Permintaan kredit.
Menurut teori, permintaan kredit terpengaruh secara negative atau ceteris paribus kepada suku
bunga kredit. Permintaan kredit itu sendiri pada dasarnya merupakan permintaan uang, yang
menjadikan permintaan kredit bisa dimengerti sebagai permintaan uang. Teori permintaan uang
adalah sebagai berikut:
1. Teori Klasik
2. Teori Keynesian
Sedangkan dari sisi penawaran permintaan kredit. Barang atau jasa yang diberikan bank
dalam proses pemberian kredit merupakan mata uang, sehingga pemberian kredit dapat
dikatakan sebagai pemberian uang kepada masyarakat yang nantinya harus dikembalikan
bergantung pada dengan perjanjian yang telah ditentukan sebelumnya antara pihak bank serta
masyarakat tersebut (Meydianawathi, 2010). Peredaran uang di masyarakat ditentukan oleh
pemerintah, bank sentral, bank umum, dan masyarakat (Nopirin, 1990). Pada saat yang sama,
dalam pandangan Keynes, jumlah uang beredar seutuhnya dikendalikan oleh bank sentral serta
tidak terpengaruh oleh suku bunga.

Tingkat Suku Bunga


Pemahaman terkait tingkat suku bunga merupakan suatu kewajiban perbankan dalam
memberikan balas jasa untuk nasabah yang membeli ataupun melakukan penjualan produknya
hal ini mengacu pada prinsip konvensional. Tingkat suku bunga bagi bank juga dapat memiliki
arti seperti sebuah harga yang harus dibayarkan kepada bank oleh nasabah.
Pada negara berkembang seperti Indonesia, tingkat suku bunga atau suku bunga acuan
bank Indonesia (BI Rate) ialah sebuah instrumen pengendalian moneter yang digunakan Bank
Indonesia sebagai bank sentral guna mencapai sasaran kebijakan moneter, baik secara awal
maupun sasaran antara ataupun sasaran akhir. Disisi lain, suku bunga bank Indonesia juga
adalah suku bunga atas penetapan kebijakan moneter yang menggambarkan sikap atau stance
yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia serta dipublikasikan kepada masyarakat.

Teori Tingkat Suku Bunga


1. Irving Fisher
Mengemukakan bahwa tingkat suku bunga seperti harga barang dan jasa
lainnya, besarnya angka dari permintaan juga penawaran loanable funds sendiri
yang menentukan tingkat suku bunga.
𝒊=𝒓+𝝅
2. Teori Klasik
Dikutip dari Boediono (1980) mengenai teori klasik, bunga merupakan
harga dari loanable funds atau bisa disebut dengan dana investasi. Tingkat bunga
merupakan sebuah indikator yang dapat digunakan untuk menetapkan apakah
seseorang hendak menabung maupun berinvestasi. Semakin banyaknya dana yang
ditawarkan maka, akan semakin tinggi tingkat bunganya.
3. Teori Keynes: Liquidty Preference Theory
Mengutip dari Boediono (1980), Uang menurut Keynes (1936), adalah
sebuah bentuk kekayaan yang dimiliki masyarakat. Transaksi, berjaga- jaga serta
spekulasi merupakan sebagian alasan masyarakat untuk memegang uang. Menurut
Keynes (1936) beranggapan bahwa permintaan uang dengan tujuan transaksi serta
berjaga- jaga kurang peka terhadap tingkat bunga. Dapat juga disebut dengan
liquidity preference yaitu permintaan uang dengan maksud untuk spekulasi yang
menjadikan permintaan uang serta tingkat bunga berhubungan (Miller dan
Pulsmelli, 1985)
4. Sintesa Klasik dan Keynesian: IS-LM
Uang merupakan produktif serta sebagai dana investasi yang biasa timbul
karena Sintesa klasik tingkat bunga. Dana yang dipegang oleh pengusaha mampu
menambah modal serta mendapat laba yang tinggi. Dapat dikatakan bahwa, uang
mampu menambah produktifitas serta sebab terdapat penambahan produktifitas ini
sehingga pengusaha ingin memenuhi pembayaran bunga. Padahal, sintesa Keynes
menegaskan uang sebagai aktiva likuid guna mendapatkan keuntungan dalam pasar
keuangan (Boediono, 1980). Dimana kedua sintesa tersebut digabungkan dalam
sintesa Hicks. Dimana investasi, tabungan, permintaan uang untuk spekulasi serta
penawaran uang dengan pendekatan IS-LM merupakan keempat faktor yang
berhasil diintegralkan.
5. Model Keseimbangan Ekonomi Mundell-Flemming
Model Mundell-Flemming dipakai untuk melakukan analisis terhadap
efektivitas dari kebijakan ekonomi dengan konteks perekonomian terbuka yang
terkoordinasi antara nilai tukar serta tingkat bunga. Tiga komponen utama dalam
model ini yaitu keseimbangan pasar uang-modal, keseimbangan ekonomi juga
keseimbangan pasar barang serta jasa. Seperti yang diketahui bahwa besarnya
ekspor neto memiliki hubungan yang terbalik dengan nilai tukar, dalam
keseimbangan pasar barang juga jasa. Bila terjadi penguatan terhadap nilai tukar,
maka akan menyebabakan harga barang domestik menjadi lebih murah, yang
menjadi penyebab dari peningkatan ekspor. Sedangkan harga barang luar negeri
mengalami kenaikan, yang menyebabkan kegiatan impor berkurang. Dengan
demikian terjadi surplus perdagangan membaik.

Nilai Tukar Rupiah


Nilai tukar biasa juga disebut kurs merupakan harga mata uang maupun nilai mata uang
suatu negara yang cenderung maupun relatif terhadap mata uang negara lain. Beberapa pendapat
terkait nilai tukar menjabarkan , harga satu satuan mata uang pada satuan mata uang lain
merupakan pengertian dari nilai tukar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diketahui
konsep suatu nilai tukar meliputi dua mata uang, dimana letak titik keseimbangan dari mata
uang tersebut terletak pada sisi penawaran juga permintaan yang bersumber dari kedua mata
uang tersebut.

Konsep Ekspor
Ekspor memiliki definisi sebagai aktivitas mengeluarkan barang dari daerah pabean
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 mengenai perdagangan serta Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2006 mengenai perubahan UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan.
Daerah pabean adalah wilayah NKRI yang mencakup wilayah darat, ruang udara diatasnya,
Kerangka Penelitian

C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan kuantitatif yaitu sebuah
metode penelitian yang membahas terkait kumpulan data juga angka, serta analisis yang menggunakan
kaidah statistik. Metode kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang didasarkan pada konsep
filsafat positivisme yang menggunakan suatu media populasi maupun sampel tertentu. Penelitian
pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit bank serta
implikasinya pada kesehatan perbankan merupakan penelitian empiris yang menggunakan data sekunder
dan diolah dengan menggunakan program Eviews

Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam peneliti ini, dimensi waktu yang digunakan ialah bersifat longitudinal atau time
series yakni dengan rentang waktu Januari tahun 2013 sampai dengan Desember tahun 2020
yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Indonesia dan special data dissemination
standards yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Lokasi dan waktu penelitian adalah suatu
tempat serta waktu yang dipergunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Dalam
penelitian ini lokasi penelitian ialah data statistik makroekonomi dan perbankan di Indonesia
yang berbetuk agregat kuartal.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel penelitian


Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah menggunakan analisis model
Persamaan Simultan atau Simultaneous Equation. Beberapa teori menjelaskan, bahwa sistem
persamaan simultan ialah suatu sistem persamaan yang memiliki lebih dari satu persamaan yang
terdiri dari masing- masing variabel independen maupun variabel dependen.
Model dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan Logaritma Natural yakni
transformasi data kedalam bentuk lain dimaksudkan untuk meniadakan penyimpangan pada uji
asumsi klasik agar terdistribusi normal. Sehingga model estimasi yang kita gunakan dapat
memenuhi semua syarat uji asumsi klasik. Penggunaan pendekatan Logaritma Natural pada
variabel penelitian Nilai Tukar dan Jumlah Ekspor juga dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan mengenai terdapatnya elastisitas pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen. Selain itu, dengan data Nilai Tukar dan Jumlah Eskpor yang fluktuatif pada tahun
penelitian dilakukan, sehingga besar kemungkinan bahwa bentuk data akan ekstrem yang
dimana dengan penggunaan Logaritma Natural ini diharapkan akan membantu perilaku data
yang ekstrem.
Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan metode ekonometrika seperti yang
𝑁𝑃𝐿 = 𝛽0 + 𝛽1𝑅𝑂𝐴𝑡 + 𝛽2𝑆𝐵𝐼𝑡 + 𝛽3𝐿𝑁𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡 + 𝛽4𝐿𝑁𝐸𝑋𝑃𝑡 + 𝑒𝑡

𝑅𝑂𝐴 = 𝛽0 + 𝛽1𝑁𝑃𝐿𝑡 + 𝛽2𝑆𝐵𝐼𝑡 + 𝛽3𝐿𝑁𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡 + 𝛽4𝐿𝑁𝐸𝑋𝑃𝑡 + 𝑒𝑡

sudah dijelaskan diatas maka metode yang tepat ialah menggunakan metode semi logaritma
natural, sehingga hasil model yang digunakan pada penelitian ini dapat memenuhi syarat Best
Liniear Unibiased Estimator (BLUE). Berikut adalah model perasamaan dalam penelitian ini;
Keterangan:

𝑁𝑃𝐿 : Non-Peforming Loan (Rasio Tingkat Risiko Kredit Bank)

𝑅𝑂𝐴 : Return of Asset (Rasio Kesehatan Bank)

𝑆𝐵𝐼 : Tingkat Suku Bunga acuan Bank Indonesia (%)

𝐿𝑁𝐾𝑈𝑅𝑆 : Logaritma Natural untuk Nilai Tukar Rupiah atas Dollar

𝐿𝑁𝐸𝑋𝑃 : Logaritma Natural untuk Jumlah Ekspor

𝛽0 : Konstanta

𝛽1, 𝛽2, 𝛽3, 𝛽4 : Koefisien untuk variabel independen NPL, ROA, SBI, LNKURS, LNEXP

t : penanda data berjenis time series

𝜀𝑡 : standard error

D. HASIL PENELITIAN

Uji Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif ialah statistic yang dipakai guna menganalisis data yang telah
dikumpulkan. Adapun penjabaran dari analisis deskriptif bisa dipantau berikut:

Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif

Menurut tabel hasil analisis deskriptif berarti bisa dijabarkan berikut:


Variable Non performing loan (NPL) mempunyai ratarata nilai sebesar 8,72% dengan
nilai simpangan baku sebesar 0,76. Nilai NPL tertinggi yaitu sebesar 10,17% dan nilai NPL
terendah sebesar 7.11%. Standar deviasi mengukur seberapa jauh data menyimpang dari mean.
Ketika nilai rata-rata melebihi standar deviasi, data memiliki distribusi yang merata, dan nilai
rata- rata dapat digunakan untuk mewakili kumpulan data yang lengkap. Nilai rata-rata yang
diperoleh variable NPL sebesar 8,72% menunjukan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia
memiliki masalah pada pengelolahan kredit sehingga muncul nilai kredit bermasalah yang
melebihi ambang batas aman yang ditetapkan Bank Indonesia pada Peraturan BI No
23/2/PBI/2021 yaitu sebesar 5%.
Variable Return On Assets (ROA) mempunyai ratarata nilai sebesar 2,56% dengan nilai
simpangan baku sebesar 0,28. Nilai ROA tertinggi yaitu sebesar 3,16% dan nilai NPL terendah
sebesar 1,9%. Standar deviasi merupakan cerminan dari rata-rata penyimpangan data dari mean.
Nilai rata- rata yang lebih besar dari nilai simpangan baku menunjukan bahwa data memiliki
sebaran data yang merata sehingga nilai rata-rata yang diperoleh dapat digunakan sebagai
representasi dari keseluruhan data. Nilai rata-rata ROA yang diperoleh perusahaan Perbankan di
Indonesia sebesar 2,56% menunjukan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia memiliki
kemampuan menghasilkan laba yang sangat baik karena memiliki nilai ROA lebih besar dari
standar ROA yang ditetapkan Bank Indonesia melalui Peraturan BI No. 13/1/PBI/2011, standar
terbaik Return On Assets (ROA) adalah lebih dari 1,5%.
Nilai tingkat Suku Bunga dalam penelitian ini diproksikan dengan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa nilai rata-rata yang
diperoleh variable SBI adalah sebesar 5,84% dengan nilai simpangan baku sebesar 1,27. Nilai
SBI tertinggi sebesar 7,75% dan nilai SBI terendah sebesar 3,75%. Nilai rata-rata yang lebih
besar dari nilai simpangan baku menunjukan bahwa data memiliki sebaran data yang merata jadi
ratarata nilai yang didapat bisa dipakai sebagai representasi dari semua data. Proksi nilai tukar
rupiah (IDR) terhadap dolar Amerika Serikat dihitung menggunakan fungsi Logaritma Natural
(USD). Dalam penelitian ini, log natural (Ln) digunakan untuk menghilangkan volatilitas pada
data yang salah. Jika nilai tukar dimanfaatkan secara langsung, maka nilai variabel tersebut akan
cukup besar, terutama jika dibandingkan dengan nilai-nilai variabel rasio lainnya. Nilai rata-rata
variabel nilai tukar adalah 9,49 dengan standar deviasi 0,10 menurut hasil analisis deskriptif.
Nilai tukar tertinggi dan terendah masing-masing adalah 9,52 dan 9,63. Ketika mean lebih besar
dari standar deviasi, data memiliki distribusi yang merata, dan mean yang dihasilkan dapat
digunakan untuk mewakili kumpulan data yang lengkap.
Variable Nilai Total Ekspor merupakan proksi dari nilai ekspor dari komoditas
perdagangan Indoneisa dengan menggunakan fungsi Logaritma Natural. Dalam penelitian ini,
log natural (Ln) digunakan untuk menghilangkan volatilitas pada data yang salah. Jika nilai
ekspor dimanfaatkan secara langsung, maka nilai variabelnya akan cukup besar, terutama jika
dibandingkan dengan nilai variabel rasio lainnya. Nilai rata-rata yang dihasilkan oleh variabel
Ekspor adalah sebesar 9,53 dengan standar deviasi sebesar -0,94, menurut hasil analisis
deskriptif. Nilai Ekspor tertinggi sebesar 9,74 dan nilai Ekspor terendah sebesar 9.17. Ketika
nilai rata-rata melebihi standar deviasi, data memiliki distribusi yang merata, dan nilai rata-rata
dapat digunakan untuk mewakili kumpulan data yang lengkap.

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual memiliki distribusi
data normal atau tidak. Metode yang dipakai pada tes normalitas ialah tes Jarque-
Bera. apabila skor probabilitas lebih banyak diikuti dengan kriteria signifikansi 0,05
maka diperoleh data yang memiliki sebaran data normal, dan sebaliknya. Berikut
merupakan perolehan tes Jarque- Bera:
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas Model 1 (ROA,SBI,Kurs & Ekspor -> NPL
Probabilitas model persamaan pertama adalah 0,170343, lebih besar dari nilai alpha
(0,170343 > 0,05) menurut uji normalitas menggunakan teknik Jarque-Bera pada model
persamaan pertama (ROA, SBI, Kurs, dan Ekspor ke NPL). Sehingga bisa dinyatakan
kalau persamaan pertama memiliki residual data yang berdistribusi normal. Tes
normalitas berikutnya dilakukan pada persamaan model kedua (NPL, SBI, Kurs, & Expor
terhadap ROA) dengan menggunakan metode Jarque-Bera. Hasil uji normalitas bisa
dipakai pada gambar berikut:

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas Model 2 (NPL, SBI, Kurs & Ekspor -> ROA)

Menurut uji normalitas dengan metode Jarque-Bera pada model persamaan kedua
(NPL, SBI, Kurs, & Expor terhadap ROA) menunjukan model persamaaan kedua
memiliki probabilitas sebesar 0,769247 atau nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha
(0,769247 > 0,05). Sehingga bisa dinyatakan kalau persamaan kedua memiliki residual
data yang berdistribusi normal

2. Uji Multikolinieritas
Untuk memeriksa apakah variabel independen dalam model regresi terhubung,
dilakukan uji multikolinearitas (independen) (Ghozali,2013;105). Frase toleransi dan
variabilitas kadang-kadang digunakan secara bergantian. Jika terjadi regresi tunggal, nilai
Inflating Factor (VIF) dapat digunakan untuk melihat apakah terdapat multikolinearitas.
Tidak ada multikolinearitas dalam penelitian jika nilai VIF kurang dari sepuluh. Hasil uji
multikolinearitas dapat dilacak sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Multikolinieritas Model 1

Hasil uji multikolinieritas menunjukan bahwa seluruh variable penelitian tidak


mengalami gejala multikolinieritas pada data observasi. Hasil uji multikolinieritas
menunjukan nilai VIF masing-masing ROA (3,772708), SBI (1,685472), Kurs
(1,811800), dan Ekspor (2,004800). Data observasi memiliki nilai VIF kurang dari 10
(VIF < 10) untuk semua variabel penelitian, menunjukkan bahwa tidak ada
kekhawatiran multikolinearita
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinieritas Model 2

Hasil uji multikolinieritas menunjukan bahwa seluruh variable penelitian tidak


mengalami gejala multikolinieritas pada data observasi. Hasil uji multikolinieritas
menunjukan nilai VIF masing-masing NPL (1.166407), SBI (1.079581), Kurs
(1.249690), dan Ekspor (1.072970). Nilai VIF untuk semua variabel penelitian kurang
dari 10 (VIF < 10), menunjukkan bahwa multikolinearitas tidak menjadi masalah.

3. Uji Heteroskedastisitas

Tes heteroskedastisitas dipakai guna menentukan apakah pada suatu data ada
heteroskedastisitas maupun tidak. Salah satu tindakan guna melihat adanya
heterostidaknya dengan uji White. Jika probabilitas Obs*R- squared > 0,05, model tidak
menunjukkan heteroskedastisitas; jika probabilitasnya adalah Obs*R- squared < 0,05,
modelnya demikian.

Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1

Uji heteroskedastisitas model pertama (ROA, SBI, Kurs, dan Ekspor ke NPL)
menghasilkan nilai probabilitas 0,0661 untuk Obs*R-squared. Nilai probabilitas Obs*R-
squared lebih dari 0,05 (0,0661 > 0,05), menunjukkan bahwa persamaan model pertama
tidak memiliki masalah heteroskedastisitas.

Uji Heteroskedastisitas berikutnya dilakukan pada persamaan model kedua (NPL,


SBI, Kurs, & Expor terhadap ROA) dengan menggunakan metode White. Hasil uji
Heteroskedastisitas bisa dipantau berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 2

Nilai probabilitas Obs*R-squared adalah 0,2606 sesuai dengan hasil uji


heteroskedastisitas model kedua (NPL, SBI, Kurs, dan Ekspor terhadap ROA). Nilai
probabilitas Obs*R-squared lebih dari 0,05 (0,2606 > 0,05), menunjukkan bahwa
persamaan model kedua tidak memiliki masalah heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan guna menelusuri apakah residual saling berhubungan


atau tidak. Tes asumsi autokorelasi mampu ditentukan lewat Durbin Watson Test.
Tabel berikut merupakan hasil perhitungan tes asumsi autokorelasi.

Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi Model 1

Hasil uji autokorelasi menunjukan bahwa model pertama memiliki nilai Durbin
Watson sebanyak 1,832720. Hal tersebut menjelaskan bahwa nila DW lebih banyak dari
skor dU untuk n (96) dan k (4) yakni sebanyak 1,7553 serta lebih kecil dari skor 4-dU (4
- 1.7553 = 2,2447). Dengan demikian maka disimpukan bahwa skor Durbin Watson
terletak diantara skor dU dan 4-dU (1,7553<1,832720<2,2447) berarti bisa ditarik
simpulan kalau model pertama tidak memiliki gejala autokorelasi positif ataupun
negatif.
Pendekatan Durbin Watson digunakan untuk melakukan uji autokorelasi
selanjutnya pada persamaan model kedua (NPL, SBI, Kurs, dan Ekspor ke ROA).
Gambar berikut menunjukkan hasil uji autokorelasi:

Tabel 7. Hasil Uji Autokorelasi Model 2

Hasil uji autokorelasi menunjukan bahwa model kedua memiliki nilai Durbin
Watson sebanyak 1,785228. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai DW lebih banyak dari
skor dU untuk n (96) dan k (4) yakni sebanyak 1,7553 serta lebih kecil dari skor 4-dU (4
- 1.7553 = 2,2447). Dengan demikian maka disimpukan bahwa skor Durbin Watson
terletak diantara skor dU dan 4-dU (1,7553<1,785228<2,2447) sehingga bisa ditarik
simpulan kalau model kedua tidak memiliki gejala autokorelasi positif ataupun negatif.

Uji Hipotesis Persamaan 1


Persamaan pertama merupakan persaman yang bertujuan untuk menguji variable yang
berpengaruh terhadap tingkat kredit bank. Hasil uji hipotesis pada persamaan pertama berikut :
Tabel 2 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh SBI, Kurs, dan Ekspor terhadap Tingkat Kredit

Hasil uji hipotesis pada model persamaan pertama menunjukan nilai R- squared sebesar
0.318148 menunjukan bahwa variable tingkat kredit (NPL) dapat dijelaskan oleh ROA, SBI,
Kurs, dan Expor sebesar 31.81%. Prosentase tersebut menunjukan kalau sumbangan dampak
variabel independent terhadap variable dependen ialah sebesar 31,81% sedangkan sisahnya yaitu
sebesar 68,19% dipengaruhi oleh variable yang tidak dimasukan dalam persamaan. Adapun
persamaan pertama dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

Persamaan Simultan Tingkat Kredit Bank

𝑁𝑃𝐿 = 𝛽0 + 𝛽1𝑅𝑂𝐴𝑡 + 𝛽2𝑆𝐵𝐼𝑡 + 𝛽3𝐿𝑁𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡 + 𝛽4𝐿𝑁𝐸𝑋𝑃𝑡 + 𝑒𝑡

NPL = 49,24 + (-2,23*ROA) + 0,19*SBI +(- 5,27*LN_KURS) + 1,48*LN_EXP

Berdasarkan persamaan yang diperoleh, maka tingkat kredit bisa diterangkan berikut:
1. Nilai konstanta yang didapat sebesar 49,24 memperlihatkan kalau apabila variable
ROA, SBI, Kurs, dan Ekspor tidak mengalami perubahan maka diperkirakan akan
terjadi peningkatan nilai NPL sebesar 49,24.
2. Variable ROA mempunyai koefisien nilai negatif sebesar -2,23 serta nilai probabilitas
yang bernilai 0,0000. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% alpha (0,0000 < 0,05)
menunjukkan bahwa Tingkat Kesehatan (ROA) Bank memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap Tingkat Kredit (NPL). Nilai koefisien bernilai negative menunjukan
bahwa variable kesehatan bank memiliki pengaruh negative terhadap tingkat kredit.
Akibatnya, dapat dikatakan bahwa kesehatan bank memiliki dampak negatif dan
cukup besar pada tingkat kredit. Dengan kata lain, nilai ROA yang semakin tinggi
dapat menurunkan tingkat NPL pada perusahaan perbankan di Indonesia.
3. Probabilitas yang bernilai 0,0065. Nilai probabilitas lebih kecil dibandingkan derajat
alpha 5% (0,0065 < 0.05) menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan tingkat
suku bunga (SBI) terhadap tingkat Kredit (NPL). Nilai koefisien bernilai positif
menunjukan bahwa variable tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif terhadap
tingkat kredit. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan tingkat suku bunga terhadap tingkat kredit. Dengan kata lain, nilai SBI yang
semakin tinggi dapat meningkatkan tingkat NPL pada perusahaan perbankan di
Indonesia.
4. Dengan koefisien negatif -5,27 dan probabilitas 0,0000, variabel nilai tukar memiliki
nilai koefisien negatif. Nilai probabilitas lebih kecil dibandingkan derajat alpha 5%
(0,0000 < 0.05) menunjukan kalau terdapat pengaruh signifikan Kurs terhadap tingkat
Kredit (NPL). Nilai koefisien bernilai negative menunjukan bahwa variable Kurs
memiliki pengaruh negative terhadap tingkat kredit. Berarti bisa ditarik simpulan
kalau ada pengaruh negative serta signifikan Kurs terhadap tingkat kredit. Berarti,
nilai Kurs yang semakin tinggi dapat menurunkan tingkat NPL pada perusahaan
perbankan di Indonesia.
5. Variable Ekspor mempunyai koefisien nilai sebesar 1,48 serta nilai probabilitas yang
bernilai 0,0684. Nilai probabilitas lebih besar dibandingkan derajat alpha 5% (0,0684>
0.05) memperlihatkan kalau ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
Kredit (NPL). Hal tersebut memperlihatkan kalau Ekspor bukan merupakan factor
determinan yang berpengaruh terhadap tingkat Kredit (NPL) pada perusahaan
Perbankan di Indonesia.

Uji Hipotesis Persamaan 2


Persamaan pertama merupakan persaman yang bertujuan untuk menguji variable yang
berpengaruh terhadap Kesehatan Bank. Teradapat hasil uji hipotesis pada persamaan pertama
bisa dipantau berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Hipotesis Persamaan 2 Pengaruh SBI, Kurs, dan Ekspor
terhadap Kesehatan Bank

Hasil uji hipotesis pada model persamaan pertama menunjukan nilai Adjusted R-squared
sebesar 0,7799 menunjukan bahwa variable Kesehatan bank (ROA) dapat dijelaskan oleh NPL,
SBI, Kurs, dan Expor sebesar 77,99%. Prosentase tersebut menunjukan kalua sumbangan
dampak variabel independent terhadap variable dependen ialah sebesar 77,99% sedangkan
sisahnya yaitu sebesar 22,01% dipengaruhi oleh variable yang tidak dimasukan dalam
persamaan. Adapun persamaan kedua dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

Persamaan Simultan Kesehatan Bank

𝑅𝑂𝐴 = 𝛽0 + 𝛽1𝑁𝑃𝐿𝑡 + 𝛽2𝑆𝐵𝐼𝑡 + 𝛽3𝐿𝑁𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡 + 𝛽4𝐿𝑁𝐸𝑋𝑃𝑡 + 𝑒t

ROA = 5,787 + (-0,099*NPL) + 0,088*SBI + (-1,419*LN_KURS) + 1,105*LN_EXP

Berdasarkan persamaan yang diperoleh, maka tingkat kredit bisa dipantau kalau :
1. Nilai konstanta yang didapat sebesar 5,787 memperlihatkan apabila variable NPL,
SBI, Kurs, dan Ekspor tidak mengalami adanya perubahan berarti diperkirakan akan
terjadi peningkatan nilai ROA sebesar 5,787. Variable NPL mempunyai koefisien nilai
negatif sebesar -0,099 serta nilai probabilitas yang bernilai 0,0000. Nilai probabilitas
lebih kecil dibandingkan derajat alpha 5% (0,0000 < 0.05) menunjukan kalau terdapat
pengaruh signifikan Tingkat Kredit (NPL) terhadap Kesehatan Bank (ROA). Nilai
koefisien bernilai negative menunjukan bahwa variable Tingkat Kredit memiliki
pengaruh negative terhadap Kesehatan Bank. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh negative dan signifikan Tingkat Kredit terhadap Kesehatan Bank. Dengan
kata lain, nilai NPL yang semakin tinggi dapat menurunkan tingkat ROA pada
perusahaan perbankan di Indonesia.
2. Variable SBI mempunyai koefisien nilai positif sebesar 0,088 serta nilai probabilitas
yang bernilai 0,0000. Nilai probabilitas lebih kecil dibandingkan derajat alpha 5%
(0,0000 < 0.05) menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan tingkat suku bunga
(SBI) terhadap Kesehatan Bank (ROA). Nilai koefisien bernilai positif menunjukan
bahwa variable tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif terhadap Kesehatan
Bank. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan tingkat
suku bunga terhadap Kesehatan Bank. Dengan kata lain, nilai SBI yang semakin
tinggi dapat meningkatkan tingkat ROA pada perusahaan perbankan di Indonesia.
3. Variable Kurs mempunyai koefisien nilai negatif sebesar -1,419 serta nilai probabilitas
yang bernilai 0,0000. Nilai kemungkinan yang kurang dari 5% (0,0000 < 0,05)
menyiratkan bahwa nilai tukar memiliki dampak yang cukup besar terhadap tingkat
kesehatan bank (ROA). Nilai koefisien bernilai negative menunjukan bahwa variable
Kurs memiliki pengaruh negative terhadap Kesehatan Bank. Akibatnya, dapat
dikatakan bahwa Bursa berdampak negatif dan cukup besar terhadap kesehatan bank.
Dengan kata lain, nilai Kurs yang semakin tinggi dapat menurunkan tingkat ROA pada
perusahaan perbankan di Indonesia.
4. Variable Ekspor mempunyai koefisien nilai positif sebesar 1,105 serta nilai
probabilitas yang bernilai 0,0000. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari derajat alpha
5% (0,0000 < 0,05) menunjukkan bahwa besarnya ekspor berpengaruh besar terhadap
tingkat kesehatan bank (ROA). Nilai koefisien bernilai positif menunjukan bahwa
variable tingkat Ekspor memiliki pengaruh positif terhadap Kesehatan Bank. Maka
berarti bisa ditarik simpulan kalau adanya pengaruh positif serta signifikan tingkat
Ekspor terhadap Kesehatan Bank. Berarti, nilai Ekspor yang semakin tinggi dapat
menaikkan tingkat ROA pada perusahaan perbankan di Indonesia.

PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN


Hasil penelitian ini memberikan jawaban terkait gap penelitian mengenai apakah
tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan jumlah ekspor perbankan mampu meningkatkan
tingkat kredit bank ataukah menurunkan tingkat kredit bank di indonesia periode tahun 2013-
2020. Hasil menunjukkan bahwa kekuatan pasar pada tingkat tingkat suku bunga, nilai tukar
rupiah, dan jumlah ekspor yang rendah mampu meningkatkan tingkat kredit bank, adapun
kekuatan pasar bank besar lebih tinggi dibandingkan dengan bank kecil. Hasil juga
menunjukkan bahwa bank besar memiliki tingkat kredit bank yang lebih tinggi.
Hasil ini juga sekaligus mendukung kesehatan perbankan, semakin meningkatnya tingkat
kredit bank maka kesehatan bank akan lebih stabil atau bahkan bisa meningkat lebih baik. Oleh
karena itu, penelitian ini dapat mendorong perbankan untuk memperkuat kinerja perbankan,
mengingat pentingnya tingkat kredit bank dalam pengembangan kesehatan bank, bank perlu
perlu lebih inovatif dalam melakukan pengembangan produk dan layanan agar mampu bersaing
dan menjaga tingkat kesehatan bank
Sehubungan dengan hasil penelitian ini juga bahwa ada hubungan atau pengaruh yang
diberikan tingkat suku bunga, nilai tukar dan ekspor terhadap tingkat kredit bank dan tingkat
kesehatan bank. Adanya tingkat kredit bank yang baik dan juga kesehatan bank baik maka akan
mampu meningkatkan perekonomian Negara, artinya sektor perbankan menjadi salah satu faktor
penting bagi ekonomi Negara. Sehingga pada sektor perbankan harus di mempertahankan
tingkat kredit bank dalam mempertahakan kesehatan perbankan

KESIMPULAN
Menurut temuan riset serta pembahasan, berarti riset ini bisa disimpulkan sebagaimana
berikut:
1. Tingkat Suku Bunga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Kredit
Bank. Hal tersebut menjabarkan bahwa Tingkat Suku Bunga memiliki dampak yang
signifikan bagi kenaikan Tingkat Kredit Bank.
2. Nilai Tukar Rupiah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Tingkat Kredit
Bank. Hal tersebut menunjukan bahwa Nilai Tukar Rupiah mempunyai efek yang
signifikan bagi penurunan Tingkat Kredit Bank pada perusahaan.
3. Ekspor mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Tingkat Kredit
Bank. Hal tersebut menjelaskan bahwa peningkatan Ekspor tidak berpengaruh secara
langsung pada kenaikan Tingkat Kredit Bank.
4. Kesehatan Bank berpengaruh negative dan signifikan terhadap tingkat kredit bank.
Dengan kata lain, nilai ROA yang semakin tinggi dapat menurunkan tingkat NPL pada
perusahaan perbankan di Indonesia.
5. Tingkat Kredit Bank mempunyai dampak negatif dan signifikan terhadap Kesehatan
Bank. Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan Tingkat Kredit Bank akan
berpengaruh secara langsung pada penurunan Kesehatan Bank.
6. Tingkat Suku Bunga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kesehatan
Bank. hal ini menunjukkan bahwa nilai SBI yang semakin tinggi dapat meningkatkan
tingkat ROA pada perusahaan perbankan di Indonesia.
7. Kurs memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kesehatan Bank. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Kurs yang semakin tinggi dapat menurunkan tingkat ROA
pada perusahaan perbankan di Indonesia.
8. Ekspor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kesehatan Bank. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Ekspor yang semakin tinggi dapat meningkatkan tingkat
ROA pada perusahaan perbankan di Indonesia.
SARAN

Menurut temuan riset dan kesimpulan diatas, berarti saran yang dapat diberikan penulis
melalui hasil penelitian ini :
1. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan melaksanakan tindak lanjut serta melakukan pengembangan hasil riset
dengan menambahkan beberapa variable lain yang mempengaruhi Tingkat Kredit Bank
dan Kesehatan Bank serta dapat memperuas sumber mauoun refrensi yang digunakan
dalam penelitian untuk mengembangkan penelitian sekanjutnya. Juga, dalam proses
pengumpulan data yang dilakukan agar lebih teliti dan sumber yang kompeten sebagai
sumber data yang digunakan dalam penelitian.
2. Bagi pihak perbankan
Dengan Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan perbankan dalam
meningkatkan kualitas kesehatan bank melalui tingkat kredit bank. Dimana perbankan
hendaknya melakukan peningkatan tingkat kredit bank dengan memperhatikan tingkat suku
bunga dan nilai rupiah agar. Selain itu, Untuk jumlah ekspor meskipun merupakan salah satu
hal yang kurang mampu meningkatkan kredit bank dan tidak memiliki dampak pada
kesehatan bank perbankan juga tetap harus menaruh perhatian pada variabel ekspor.
3. Bagi Pihak Pemerintah
Dengan hasil dan datapada penelitian ini pemerintah diharapkan dapat lebih mengontrol
faktor makroekonomi, terutama pada penelitian ini ekspor sebagai salah satu faktor tidak
langsung yang kegiatannya perlu didukung lebih oleh pihak pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

A.,Sartono,2001,Manajemen keuangan internasional. BPFE Yogyakarta.


Alatas, A. (2015). Trend Produksi dan Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia. DOI
, Vol.1 No.2, Juli 2015.

Ali Purwito dan Indriani, Ekspor Impor Sistem Harmonis dan Pajak dalam Kepabean,
Jakarta, 2015
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan
Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS dan Eviews. RajawaliPers.
Bencivenga, Valerie R., and Bruce D. Smith. "Financial Intermediation and Endogenous
Growth." The Review of Economic Studies 58, no. 2 (1991): 195-209
Boediono. 1980. Ekonomi makro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Boediono, 1991, Ekonomi Makro, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
Edo, Delsy Setiawati Ratu., dan Ni Luh Putu Wiagustini. 2014. Analisis Pengaruh Rasio
CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank Yang
Terdaftar di BEI. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 3.11: 650-673
ISSN : 2337-3067.
Endang Winarsih, Moh. Adenan, dan Aisah Jumiati. 2015. Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Nilai Tukar, Tingkat Bunga, dan Inflasi Terhadap Permintaan Kredit di
Indonesia (Studi Kasus Bank Umum Periode 2008Q1-2015Q4).
Ginting, Ari Maulana. 2017. “Analisis Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. (11), 1.
Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometric Fourth Edition. The McGraw−Hill
Companies.
Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld, 2000, Ekonomi Internasional: Teori dan
Kebijakan, Terjemahan, Indeks, Jakarta.
Kusuma, Afifah Dian. 2018. Pengaruh inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Mata Uang, CAR,
NPF, dan FDR Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
Yogyakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan
Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internasional. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Salemba Empat.
Maryadi, M. (2017). Pengaruh Pengendalian Kredit Terhadap Kesehatan Bank pada PT.
Bank Bukopin Tbk Cabang Cendrawasih Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Publik, 7(2), 81–90.
Meydianawathi, Luh Gede. (2010). Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan
Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Universitas Udayana Denpasar :
Buletin Studi Ekonomi. Volume 12 Nomor 2 Tahun 2010.
Muhamad Ridwan. 2013. Pengaruh Faktor Mikro dan Makro Terhadap Non Performing
Loan Pada Beberapa Bank Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Keuangan
Nomor 3 Volume 2. Universitas Dipenegoro, Semarang.
Muzayyinulhaq, ‘Analisis Permintaan Dan Penawaran Kredit Perbankan Di Indonesia’,
2019 Nurochman, Rachmiawati Indah, ‘Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia’, Accounting Analysis
Journal, 2 2019.
Oktayanti, N. K. A., & Murtanto. (2016). ANALISIS PENGARUH TINGKAT
KESEHATAN BANK TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN
PENDEKATAN RESIKO PADA. Jurnal Akuntasi Trisakti (e-Journal), 3(1), 1–
22.
Prathama Rahardja, Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: LPFEUI.
2008.
Rahmi, M. N. (2016). PENGARUH KESEHATAN BANK TERHADAP
PENYALURAN KREDIT PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2014. Jurnal Akutansi
AKUNESA, 4(3), 1–25.
Ri’fat Pasha. (2009). ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT
SERTA IDENTIFIKASI PELUANG EKSPANSI PEMBIAYAAN KREDIT
SEKTORAL DI WILAYAH KERJA KBI MALANG. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol. 13, No. 1 Januari 2009,
80
81
80
42
43
44
45
46
80

1. Kurs memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kesehatan

Bank. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Kurs yang semakin tinggi dapat

menurunkan tingkat ROA pada perusahaan perbankan di Indonesia.

2. Ekspor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

Kesehatan Bank. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Ekspor yang semakin tinggi

dapat meningkatkan tingkat ROA pada perusahaan perbankan di Indonesia.

5.2. Saran

Menurut temuan riset dan kesimpulan diatas, berarti saran yang

dapat diberikan penulis melalui hasil penelitian ini :

1. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan melaksanakan tindak lanjut serta melakukan

pengembangan hasil riset dengan menambahkan beberapa variable lain

yang mempengaruhi Tingkat Kredit Bank dan Kesehatan Bank serta

dapat memperuas sumber mauoun refrensi yang digunakan dalam

penelitian untuk mengembangkan penelitian sekanjutnya. Juga, dalam

proses pengumpulan data yang dilakukan agar lebih teliti dan sumber

yang kompeten sebagai sumber data yang digunakan dalam penelitian.

2. Bagi pihak perbankan

Dengan Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan

perbankan dalam meningkatkan kualitas kesehatan bank melalui tingkat

kredit bank. Dimana perbankan hendaknya melakukan peningkatan

tingkat kredit bank dengan memperhatikan tingkat suku bunga dan nilai

rupiah agar. Selain itu, Untuk jumlah ekspor meskipun merupakan salah

satu hal yang kurang mampu meningkatkan kredit bank dan tidak

memiliki dampak
81

pada kesehatan bank perbankan juga tetap harus menaruh perhatian

pada variabel ekspor.

3. Bagi Pihak Pemerintah

Dengan hasil dan datapada penelitian ini pemerintah diharapkan

dapat lebih mengontrol faktor makroekonomi, terutama pada penelitian

ini ekspor sebagai salah satu faktor tidak langsung yang kegiatannya

perlu didukung lebih oleh pihak pemerintah.


82

DAFTAR PUSTAKA

A.,Sartono,2001,Manajemen keuangan internasional. BPFE Yogyakarta.

Alatas, A. (2015). Trend Produksi dan Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia. DOI

, Vol.1 No.2, Juli 2015.

Ali Purwito dan Indriani, Ekspor Impor Sistem Harmonis dan Pajak dalam
Kepabean, Jakarta, 2015

Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi
dan Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS dan Eviews. RajawaliPers.

Bencivenga, Valerie R., and Bruce D. Smith. "Financial Intermediation and


Endogenous Growth." The Review of Economic Studies 58, no. 2 (1991):
195-209

Boediono. 1980. Ekonomi makro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Boediono, 1991, Ekonomi Makro, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

Edo, Delsy Setiawati Ratu., dan Ni Luh Putu Wiagustini. 2014. Analisis Pengaruh
Rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas
Bank Yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana 3.11: 650-673 ISSN : 2337-3067.

Endang Winarsih, Moh. Adenan, dan Aisah Jumiati. 2015. Pengaruh


Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar, Tingkat Bunga, dan Inflasi Terhadap
Permintaan Kredit di Indonesia (Studi Kasus Bank Umum Periode 2008Q1-
2015Q4).

Ginting, Ari Maulana. 2017. “Analisis Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia”. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. (11), 1.
Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometric Fourth Edition. The McGraw−Hill
Companies.

Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld, 2000, Ekonomi Internasional: Teori dan
Kebijakan, Terjemahan, Indeks, Jakarta.

Kusuma, Afifah Dian. 2018. Pengaruh inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Mata Uang,
CAR, NPF, dan FDR Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia. Yogyakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan

Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internasional. Edisi Kedelapan.


Jakarta: Salemba Empat.
83
84

Anda mungkin juga menyukai