Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Credit crunch dalam perbankan konvensional di berbagai negara,

khususnya di negara-negara yang terkena dampak krisis keuangan menjadi bahan

kajian yang menarik. Bagi para pengambil kebijakan, hal ini diperlukan dalam

rangka mengatasi terbatasnya kredit pada proses pemulihan perekonomian.

Walaupun secara konklusif berbagai kajian yang telah dilakukan mengambil

kesimpulan bahwa terjadi penurunan kredit di negara-negara Asia sejak terjadinya

krisis keuangan global, namun sebab-sebab terjadinya penurunan tersebut masih

menjadi pertanyaan, apakah disebabkan oleh melemahnya permintaan akibat

resesi pasca krisis ataukah karena penawaran kredit oleh perbankan yang

menurun.

Secara umum credit crunch terjadi karena ketimpangan penawaran dan

permintaan kredit. Penawaran dengan terlalu berhati-hatinya perbankan dalam

memilih nasabah trauma krisis dan juga rendahnya permintaan atau kemauan

nasabah untuk meminjam uang karena terlalu tingginya kemungkinan resiko yang

akan ditanggung (Gosh and Gosh,1999). Sehingga apabila fenomena credit

crunch ini dibiarkan terus menerus maka akan mengganggu pertumbuhan

ekonomi khususnya pertumbuhan sektor riil

Dampak krisis keuangan global tahun 2008 mengakibatkan melemahnya

kondisi perekonomian di negara-negara maju, dimana negara-negara tersebut

merupakan tujuan utama ekspor negara-negara berkembang khususnya Indonesia,

1
sehingga hal ini akan mempengaruhi juga laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Krisis keuangan global 2008 tentunya juga berdampak pada dunia perbankan,

misalnya dalam melakukukan kebijakan kredit, bank melakukan kebijakan kredit

yang lebih selektif sehingga hal ini dapat memunculkan fenomena credit crunch.

Credit crunch adalah keengganan, bank dan penghematan pinjaman (the

reluctance of bank and thrift to lend) yang dilakukan oleh bank. Dengan kata lain

terjadi penurunan pasokan kredit sebagai akibat merosotnya kemauan bank untuk

menyalurkan kredit (Bernanke dan Lown, 1991).

Pada perbankan syariah istilah credit crunch identik dengan financial

crunch hal ini merujuk pada proses intermediasi perbankan syariah yang tidak

menggunakan istilah kredit tetapi pembiayaan (financing). Akan tetapi fenomena

financial crunch pada perbankan syariah seharusnya tidak terjadi karena di dalam

sistem perbankan syariah dituntut untuk selalu bisa menyalurkan pembiayaan

secara maksimal, hal ini karena dalam perbankan syariah tidak dibenarkan

penimbunan dana yang sia-sia, fungsi uang hanya sebagai alat pertukaran bukan

sebagai alat penyimpan kekayaan (Karim, 2008). Oleh karena itu jika sistem ini

dijalankan dengan benar, maka fungsi intermediary bank dapat lebih bisa

terlaksana.

Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan bisnis

lembaga keuangan syari’ah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia

internasional maupun di Indonesia. Konsep perbankan dan keuangan Islam yang

pada mulanya di tahun 1970-an hanya merupakan diskusi teoritis, kini telah

menjadi realitas faktual yang dapat dibuktikan dan sangat potensial. Pada era

2
perekonomian saat ini, perbankan syariah telah menjadi fenomena global,

termasuk di negara-negara yang tidak berpenduduk mayoritas muslim.

Di Indonesia terdapat dua sistem perbankan yaitu system bunga (interest

rate system) dan system bagi hasil atau yang lebih dikenal dengan system tanpa

bunga (free interest rate system). Di dalam perbankan syariah juga terdapat

instrument SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Hal ini menunjukkan

bahwa Indonesia memiliki dual monetary system yaitu mekanisme tingkat bunga

dan bagi hasil. Sistem bagi hasil sebagai sebuah prinsip perhitungan berdasarkan

pendapatan produsen atau peminjam yang memiliki sifat fleksibel terhadap

pengembalian bagi hasilnya, dengan sistem ini pertambahan JUB (jumlah uang

beredar) akan mengikuti pertambahan output yang terjadi.

Keberadaan perbankan syariah dengan sistem bagi hasil menimbulkan

kemungkinan perpindahan konsumen peminjam dari sistem bunga ke bagi hasil.

Mekanisme subtitusi tersebut membuat terjadinya lack di kebijakan moneter

Indonesia. Kemungkinan yang lain, hal tersebut dapat mereduksi efek negatif

daripada pengurangan pinjaman di sektor konvensional. Reduksi tersebut timbul

sebagai akibat dari mekanisme pinjaman syariah yang membuat keseimbangan

antar pertumbuhan di sektor moneter dan sektor riil sehingga penambahan

proporsi pinjaman syariah pada perekonomian dapat menekan inflasi.

Di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah juga

tumbuh makin pesat, secara fantastis. Masyarakat dunia, para pakar dan

pengambil kebijakan ekonomi, ingin menerapkan konsep syariah ini secara serius.

Di Indonesia prospek perbankan syariah makin cerah dan menjanjikan. Bank

3
syariah di Indonesia, diyakini akan terus tumbuh dan berkembang, hal ini seiring

dengan perkembangan pemahaman masyarakat tentang bagaimana konsep atau

operasional sistem perbankan syariah dijalankan. Perkembangan industri lembaga

syariah ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional.

Apalagi dengan pertumbuhan industri yang rata-rata mencapai 60 persen dalam

lima tahun terakhir ini. Penyebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini

megalami pertumbuhan pesat. Jika pada tahun 2006 jumlah jaringan kantor hanya

637 kantor, sekarang ini jumlah tersebut menjadi 2.663 (Data BI Desember 2012).

Dengan demikian jaringan kantor tumbuh lebih dari 300 persen. Jaringan kantor

tersebut telah menjangkau masyarakat di 33 propinsi dan di banyak

kabupaten/kota. Sementara itu Jumlah BUS (Bank Umum Syariah) juga

bertambah yang sebelumnya pada tahun 2006 hanya 2 BUS, saat ini bertambah

menjadi 11 buah sampai Desember 2012.(Direktorat Perbankan Syariah

BI,2012).

Tabel 1. Perkembangan Kantor, Asset, DPK, Pembiayaan, FDR dan NPF


Bank Syariah di Indonesia Tahun 2006 – 2012.

Item 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kantor 637 782 1024 1223 1763 2101 2663


Asset (m) 26,722 36,538 49.555 66,090 97,519 145,467 195,018

DPK (m) 20,672 28,012 36.852 52,271 76,036 115,415 147,512

Pembiayaan (m) 20,445 27,944 38.195 46,886 68,181 102,655 147,505

FDR (%) 98,90 99,76 103,65 89,70 89,67 88,94 100,00

NPF (%) 4,75 4,05 1,42 4,01 3.02 2,52 2,22


m = miliar rupiah, % = Persen
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2012

4
Dari paparan data diatas, yang menjadi pertanyaan apakah memungkinkan

Bank Syariah mengalami keengganan menyalurkan pembiayaan setelah krisis

ekonomi global. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuktikan apakah bank

syariah betul-betul tahan terhadap krisis ekonomi global?. Dalam hal ini penulis

mengambil judul penelitian : Analisis Financial Crunch Perbankan Syariah di

Indonesia Pada Saat Krisis Keuangan Global 2008

1.2. Perumusan Masalah

Krisis keungan global yang terjadi pada tahun 2008 telah berimbas ke

perekonomian di Indonesia khususnya dalam dunia perbankan. Krisis keungan

global juga mengakibatkan terjadinya credit crunch dalam dunia perbankan dan

memungkinkan juga terjadi pada perbankan syariah. Hal ini dibuktikan dengan

pertumbuhan DPK yang cukup pesat namun tidak dibarengi dengan pertumbuhan

yang signifikan pada pembiayaan. Fenomena financial crunch pada perbankan

syariah seharusnya tidak terjadi, karena di dalam sistem perbankan syariah

dituntut untuk selalu bisa menyalurkan pembiayaan secara maksimal, hal ini

karena dalam perbankan syariah tidak dibenarkan penimbunan dana yang sia-sia.

Fungsi uang hanya sebagai alat pertukaran bukan sebagai alat penyimpan

kekayaan. Oleh karena itu jika dalam perbankan syariah terjadi financial crunch,

maka tidak ada bedanya antara bank syariah dengan bank konvensional.

5
1.3. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan diatas ini memunculkan beberapa pertanyaan penelitian

yaitu :

1. Apakah telah terjadi financial crunch perbankan syariah pada saat krisis

keuangan global tahun 2008?.

2. Faktor apa yang mempengaruhi pembiayaan di perbankan syariah?

1.3. Keaslian Penelitian

Seperti telah disinggung di muka, perkembangan perbankan syariah juga

tumbuh makin pesat dan fantastis membuat penelitian tentang perbankan syariah

banyak dilakukan sebagai langkah alternatif dalam pengambilan kebijakan

pemerintah, bank sentral dan industri perbankan. Bahkan hal ini tidak saja terjadi

di Indonesia namun juga di negara-negara lain. Beberapa penelitian terkait

diantaranya sebagai berikut :

6
Tabel 2. Peneltian Terkait

No Peneliti Judul Penelitian Fokus Kajian

1. Sundararajan dan Islamic Financial Pembiayaan profit and loss


Errico (2002) Institution and Products sharing ternyata merubah
In The Global Financial resiko kredit langsung dari
System bank ke para depositor, tetapi
juga menaikkan ke seluruh
tingkat resiko pada asset of
bank balance sheets
2. Juda Agung dan Credit Crunch di Mengkaji sebab-sebab
Bambang Kusmiarso Indonesia setelah Krisis turunnya kredit perbankan
(2002) 1997 dengan analisis empiris, bai
secara agregat maupun
individual perbankan.
3. Eduardo Borensztein Financial crisis and Penelitian ini menganalisis
dan Jong-Wha Lee credit crunch in Korea: credit crunch pada saat krisis
(2002) evidence from firm-level keuangan di Korea. dengan
data menggunakan data tingkat
perusahaan
4. Doddy Zulverdi, Bank portfolio model Penelitian ini menganalisis
Iman Gunadi, and monetary policy perilaku bank dalam memilih
Bambang Pramono in Indonesia komposisi portofolio mereka
(2007) dan dampaknya terhadap
efektivitas proses transmisi
kebijakan moneter di
Indonesia.
5. Martin Cihak dan Islamic Bank and Mengukur kekuatan stabilitas
Heiko Hesse (2008) Financial Stability: An keuangan perbankan dengan
Empirical Analysis menaksir berdasarkan bukti
individual bank syariah dan
bank konvensional
6. Xiaolou Yang The role of trade credit Penelitian ini menguji
(2011) in the recent subprime perilaku pembiayaan
financial perusahaan ', terutama
crisis hubungan kausal antara kredit
perdagangan dan kredit
perbankan pada waktu krisis
dan menemukan bahwa
perusahaan dengan posisi
keuangan yang lebih rentan
akan terpengaruh negatif oleh
krisis

7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya

terletak pada alat analisis yang digunakan, obyek penelitian dan adanya

pendeteksian menangkap perubahan struktural yang mungkin terjadi dari periode

sebelum dan sesudah krisis keuangan global pada perbankan syariah.

1.4. Tujuan Penelitian

Melihat perumusan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis apakah terjadi financial crunch di perbankan syariah

pada saat krisis keuangan global 2008.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada

industri perbankan syariah di Indonesia

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah dan otoritas moneter penelitian ini sebagai dasar berpijak

dari dalam pengambilan kebijakan moneter khususnya dalam pengembangan

perbankan syariah di Indonesia.

2. Bagi praktisi perbankan penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah awal

strategic plan dalam pengembangan perusahaan dalam melakukan strategi

bisnis baik angka pendek maupun jangka panjang.

3. Bagi lingkungan pendidikan diharapkan mampu memberikan wawasan

ilmiah terhadap segala permasalahan yang berkaitan dengan dunia

perbankan nasional.

8
1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, berisikan latar belakang, rumusan masalah, keaslian

penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, memberi gambaran mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya sesuai dengan persamaan atau model gravitasi, serta

penjabaran landasan teori yang digunakan dalam merumuskan hipotesis.

BAB III METHODOLOGI PENELITIAN, rincian mengenai pendekatan

ekonometrika dalam mengestimasi persamaan gravitasi, serta mendefinisikan

variable-variabel yang diukur.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN, berisikan pengujian

signifikan variable-variabel yang menjelaskan antara variable independen dan

dependen, serta menganalisis hasil konsistensinya terhadap teori.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan uraian singkat sebagai hasil

temuan serta masukan ataupun kelemahan model dalam menjelaskan Analisis

Financial Crunch Perbankan Syariah di Indonesia Pada Saat Krisis Keuangan

Global 2008.

Anda mungkin juga menyukai