PROPOSAL SKRIPSI
PEMBIMBING:
Dr. SUNARYATI, S.E, M.Si
NIP. 19751111 200212 2 002
Pada tahun 2008 merupakan awal krisis global yang dialami oleh
global. Krisis keuangan ini membuktikan bahwa setiap negara masih tidak
keuangan melalui kebijakan yang telah dilakukan oleh bank sentral tidak
cukup mampu dalam menstabilkan krisis keuangan tersebut. Maka dari itu
sangat diperlukan tanggung jawab besar dari bank sentral dalam melakukan
yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencegah dan
1
keterkaitan (interconnectedness) antar pasar keuangan ataupun instansi dan
Value (LTV) dan Pertumbuhan Kredit, lalu untuk berkaitan dengan likuiditas
Minimum, dan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang memiliki
2
1. Loan to Value
Kebijakan Loan to Value ini mengatur rasio fasilitas kredit yang mana
masyarakat.
Deposits Ratio (LDR) yang mana untuk mengukur tingkat likuiditas suatu
bank. Jika suatu rasio semakin tinggi maka dapat di indikasikan bahwa
oleh jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai suatu kredit menjadi
semakin besar.
transparansi nilai suatu suku bunga kredit yang digunakan. Dalam hal ini
risk system yang terjadi pada UMKM akibat dari pertumbuhan kredit yang
3
tinggi sehingga dapat menimbulkan kegagalan dalam kredit yang disalurkan.
memitigasi risk system yang terjadi pada sektor UMKM, jika menggunakan
luas dalam perekonomian sehingga tidak dapat fokus pada masalah yang
adalah dalam memitigasi risiko kredit agar tidak terjadi gangguan pada sektor
terhadap kredit perbankan dari tahun 2019 hingga 2020 mengalami fluktuaktif
4
Dari data di atas pertumbuhan kredit UMKM terhadap kredit
yang terjadi pada sektor kredit ini bisa diatasi melalui kebijakan
dapat menjadi lebih aman dari kegagalan kredit yang terjadi ataupun
Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit
golongan II dan 75% golongan III dalam peraturan tersebut disebutkan mulai
diatas bahwa relaksasi Loan To Value (LTV) yang dilakukan oleh Bank
UMKM.
(shock) apabila ada gangguan risiko sistemik yang terjadi pada sistem
5
pertumbuhan kredit dan pembiayaan UMKM terhadap GDP dari tahun 2010
hingga 2018:
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
0.00
Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Dec-16 Dec-17 Dec-18
Sumber : Statistik Perbankan Syariah dan Laporan UMKM BI (data yang diolah)
dan pembiayaan UMKM mengalami fluktuaktif dari tahun 2010 hingga 2018
akan tetapi GDP mengalami tren positif dari tahun 2010 hingga 2018 artinya
dampak terhadap GDP dari tahun ke tahun. Tren positif GDP tersebut juga
semakin bertambahnya jumlah lapangan usaha dari sektor UMKM. Sektor ini
salah satu solusi dalam mengurangi tingkat pengangguran dan menjadi salah
6
satu faktor pendorong dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia.
disalurkan kepada UMKM, adapun besaran lapangan usaha yang dimiliki oleh
7
meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM setiap tahunnya baik itu secara
didapatkan hasil yang ilmiah dan komprehensif. Dilihat dari segi kredit
dan tingkat Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) mampu memberikan pengaruh
lainnya.
8
Penelitian terdahulu Akhmad Kosasih (2016) tentang Analisis
Pengaruh Kebijakan Loan to Value (LTV), Suku Bunga Kredit Konsumsi dan
dari harga yang tidak wajar atau bisa disebut dengan economic bubbles.
9
B. Rumusan Masalah
yang ada:
Pembiayaan UMKM?
Pembiayaan UMKM?
Pembiayaan UMKM?
Pembiayaan UMKM?
Pembiayaan UMKM?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat kita peroleh beberapa tujuan dari adanya
10
2. Menganalisis apakan ada pengaruh GWM-LDR terhadap Pertumbuhan
D. Manfaat Penelitian
E. Landasan Teori
11
Pada sistem keuangan terdapat beberapa lembaga keuangan yang memiliki
12
pertumbuhan kredit dengan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan
yang positif.
13
Berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang UMKM juga
minta pembiayaan.
2. Kebijakan Makroprudensial
terjadi pada lembaga keuangan baik itu risiko kredit ataupun likuiditas,
menurut Stijn Claessens (2012) ada dua dimensi penting dalam kebijakan
14
regulasi keuangan yang diterapkan pada individual lembaga keuangan ke
kebijakan untuk menekan risiko yang terjadi akibat dari prosiklikalitas yang
Risiko Instrumen
Kredit 1. Loan To Value ratio
Deposit Ratio
Deposit Ratio
2. Capital Surcharge
Sumber : Bank Indonesia, www.bi.go.id
stabillizer.
15
Dalam penerapannya, Bank Indonesia (2013) menerapkan 4 langkah strategi
yaitu:
selain itu juga dengan survei dan FGD kepada stakeholders institusi
keuangan terkait.
Loan to Value merupakan rasio antara nilai kredit yang diberikan oleh
Bank Umum maupun Bank Umum Syariah terhadap nilai agunan pada
16
dan juga merupakan kebijakan untuk perbankan konvensional
pada tahun 2012, 2015 dan 2019. Pada tahun 2019 Bank Indonesia
yang wajib dipelihara oleh bank berupa saldo giro pada Bank
17
terhitung berdasarkan selisih LDR Bank dengan LDR yang
kredit, sehingga bank memiliki nasabah yang tercatat pada sisi neraca
penyaluran kredit yang dilakukan tidak terlepas dari risiko kredit (default
bunga bank dalam jangka waktu yang dijadwalkan. Dalam ketentuan Bank
18
dan pembiayaan UMKM adalah positif semakin tinggi nya NPL
4. BI Rate
BI Rate merupakan suatu kebijakan tingkat suku bunga yang diatur oleh
penentuan suku bunga baik itu berupa dana ataupun kredit harus mengacu
meningkat.
5. Inflasi
yang menyangkut dimensi ekonomi dan non ekonomi seperti aspek sosial,
19
Berikut adalah rumus IHK :
a. Teori Kuantitas
b. Teori Keynes
ekonominya.
c. Teori Strukturalis
penurunan.
20
F. Telaah Pustaka
properti di Provinsi Gorontalo dan terhindar dari harga yang tidak wajar
(Bubbles).
21
VAR menghasilkan bahwa adanya pengaruh signifikan IHP, Tingkat Suku
22
juga memfokuskan bagaimana penyaluran kredit yang dilakukan oleh
23
Tabel. Penelitian Terdahulu
No Penelitian dan Tahun Sumber Referensi Judul Variabel dan Alat Ringkasan Hasil
Analisis
1 Eric Matheus Tena Jurnal Fakultas Pengaruh Kebijakan CAR , GWM dan Siklus Pada model pertama yang
Yoel. 2016 Ekonomi Makroprudensial Kredit menggunakan memuat keseluruhan bank (103),
Universitas Katolik terhadap Siklus Kredit alat Common Effect instrumen CAR lag 1 periode
Parahyangan : sebuah studi atas Model (CEM), Fixed mempengaruhi ATMR kredit
instrumen CAR dan Effect Model (FEM), secara negatif. Selanjutnya, pada
GWM Perbankan dan Random Effect model kedua dimana variabel
Indonesia 2006-2013 Model (REM) ATMR pasar ditambahkan ke
dalam model, CAR
mempengaruhi ATMR kredit
secara negatif sebesar 0,722%
namun mempengaruhi ATMR
pasar secara positif sebesar
0,338%
2 Meutia Qudraty Jurnal Perspektif Efektifitas Kebijakan Total Kredit Bank Berdasarkan hasil analisis
, Suriani. 2016 Ekonomi Darrusalam Makroprudensial Umum, NPL, LDR, statistik deksriptif, dapat
Perbankan dan LTV di Aceh. Alat disimpulkan bahwa sejak tahun
Penyaluran Kredit di analisis Metode Statistik 2011 hingga 2014 total
Aceh Deskriptif penyaluran kredit pada bank
24
umum di Provinsi Aceh terus
meningkat namun kredit
bermasalah (NPL) tidak
meningkat (masih berada dalam
batas toleransi BI yaitu ≤ 5
persen).
3 Adam Abdul Aziz. Jurnal Ilmiah Analisis Pengaruh Pertumbuhan Kredit, Instrumen makroprudensial
2017 Universitas Instrumen Kebijakan GWM+LDR, Cappital GWMLDR pada penelitian ini
Brawijaya Makroprudensial Buffer, NPL dan GDP. tidakberpengaruh terhadap
(Capital Buffer dan Alat Analisis FGLS pertumbuhan kredit bank umum
Giro Wajib Minimum dan Pooldata di Indonesia. Hal inidisebabkan
+ Loan to Deposite Heterogenitas (Data trend pertumbuhan kredit yang
Ratio) terhadap Panel) cenderung melambat dalam
Pertumbuhan Kredit mengikuti pertumbuhan GDP
Bank Umum yang mengalami penurunan.
Konvensional Di Instrumen makroprudensial
Indonesia Periode Capital Buffer mampu
2011Q1-2016Q4 mempengaruhi pertumbuhan
kredit bank umum di Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan
perlambatan dan menurunnya
pertumbuhan kredit di periode
25
kontraksi (bust period),
4 Akhmad Kosasih. Thesis, Universitas Analisis Kebijakan Penyaluran Kredit Kebijakan penurunan LTV
2016 Terbuka Loan To Value, Suku Properti, LTV, Suku memiliki pengaruh positif
Bunga Kredit Bunga, NPL. Alat terhadap kredit properti dengan
Konsumsi dan Non analisi yang digunakan koefisien korelasi 0,56 dan
Performing Loans adalah Regresi Linier pertumbuhan kenaikan NPL
terhadap Penyaluran Berganda (OLS) memiliki pengaruh positif
Kredit Properti oleh terhadap kredit properti 1%
Perbankan di Provinsi
Gorontalo
5 Renita Nur Pretiwi. Skripsi, Universitas Analisis Efektivitas LTV, Pertumbuhan Kebijakan LTV efektif dalam
2018 Jember Kebijakan kredit perbankan , IHK , mempengaruhi pertumbuhan
Makroprudensial pada GDP, Alat analisis kredit jangka panjang sebesar
Instrumen Loan To VECM 0,18%
Value (LTV) dalam
Memitigasi Risko
Kredit di Indonesia
6 Sandi Atmaja Skripsi, Universitas Dampak Kebijakan Suku bunga, Inflasi, Suku bunga, LDR dan
Siravati. 2017 Negeri Semarang Loan To Value dan Pertumbuhan Ekonomi, pertumbuhan berpengaruh positif
Variabel LTV, LDR, KPR terhadap kredit pemilikan rumah.
Makroekonomi Sedangkan inflasi dan LTV
terhadap Permintaan tidak memiliki pengaruh
26
Kredit Pemilikan terhadap kredit pemilikan rumah.
Rumah di Jawa
Tengah
7 Hylton Hollander. Journal of Macroprudential Contingent convertible modal countercyclical rule dan
2017 debt, capital adequacy
Macroeconomics policy with CoCos memberikan pendekatan
(CA) ratios, Bank
convertible debt ganda yang efektif untuk
capital
kebijakan makroprudensial. Di
satu sisi, aturan kecukupan
modal meringankan penumpukan
sistemik risiko melalui
penyangga modal. Di sisi lain,
CoCos mampu mengurangi
dampak penurunan modal bank
secara tiba-tiba.
8 Novrianti Putri Jurnal Media Efektivitas Kebijakan LTV, GDP, Suku Berdasarkan hasil analisis data,
Ardely Bunga, KPR, alat variabel kredit properti KPR dan
Ekonomi Makroprudensial
, Syofriza Syofyan. analisis menggunakan
2016 Bank Indonesia analsis panel Model KPA secara signifikan
Common Effect dan Fix dipengaruhi oleh kebijakan Loan
Effect to Value, produk domestik bruto
Indonesia dan variabel interaksi
Loan to Value dengan suku
27
bunga kredit konsumsi. variabel
kredit properti KPR dan KPA
tidak dipengaruhi oleh variabel
suku bunga kredit konsumsi
9 Jeannine Bailliu a Jurnal Economic Macroprudential Rules output, investasi, Makalah ini menyoroti
, Cesaire Meh a
Modelling and Monetary Policy tingkat bunga nominal, pentingnya koordinasi moneter
, Yahong Zhang. 2015 inflasi dan biaya
when Financial dan kebijakan makroprudensial
keuangan eksternal.
frictions matter di hadapan guncangan keuangan.
Mengingat
sifat terbuka dari ekonomi
Kanada, guncangan keuangan
memancar dari pasar keuangan
internasional mungkin juga
penting dalam hal ini konteks.
Memperluas model saat ini ke
kasus terbuka kecil ekonomi
dengan demikian akan tampak
seperti jalan yang menjanjikan
untuk penelitian di masa depan
10 Bakhtiar Efendi. 2019 Jurnal Kajian Efektivitas Kebijakan pinjaman ke nilai, suku Hasilnya menunjukkan bahwa
bunga pinjaman
Ekonomi dan Makroprudensial instrumen kebijakan
konsumen, produk
Kebijakan Publik Terhadap Stabilitas domestik bruto, dan makroprudensial (pinjaman ke
28
Sistem Keuangan Di variabel interaksi nilai) efektif untuk dikendalikan
pinjaman terhadap nilai
Indonesia dengan tingkat bunga pinjaman properti. Kemudian,
kredit konsumen dan secara simultan empat variabel
variabel dependen
independen berpengaruh
adalah pinjaman
properti. Metode yang signifikan terhadap pinjaman
digunakan dalam tesis properti dan sebagian suku bunga
ini adalah data
kredit konsumen tidak
panel metode regresi.
signifikan berpengaruh pada
pinjaman properti. Berdasarkan
hasil uji koefisien integrasi,
kemampuan variabel independen
dalam model untuk menjelaskan
perubahan variabel dependen
adalah sebesar 62,68%.
11 Feri Anggriawan, Skripsi, Universitas Analisis Pengaruh LDR, tingkat suku Bahwa ada pengaruh signifikan
2015 bunga kredit, IHP dan
Airlangga Kebijakan IHP, Tingkat Suku Bunga Kredit,
Pertumbuhan Kredit
Makroprudensial Properti LDR terhadap pertumbuhan
terhadap pertumbuhan VAR kredit sektor properti
kredit sektor properti
Indonesia
12 Ahmad Kholid Skripsi, UIN Sunan Efektifitas Kebijakan LTV/FTV, GWM-LDR, Hasil menunjukan bahwa tujuan
Ubaidillah, 2019 BI Rate, Inflasi, Nilai
Kalijaga Yogyakarta Makroprudensial kebijakan makroprudensial
29
sebagai Tukar, Kredit sebagai countercyclical telah
Perbankan
Countercyclical terpenuhi dengan kebijakan
Konvensional,
Penyaluran Kredit dan Pembiayaan Perbankan LTV/FTV dan GWM-LDR
Syariah,
Pembiayaan dengan indikator secara umum
VECM
Perbankan di kebijakan LTV/FTV dan GWM-
Indonesia LDR mampu meng-address
prosiklikalitas kredit dan
pembiayaan
30
G. Pengembangan Hipotesis
diuji kembali secara empiris. Berdasarkan pada landasan teori dan penelitian
31
maka penyaluran kredit dan pembiayan akan mengalami penurunan.
UMKM Konvensional
wajib dijaga oleh suatu bank dalam bentuk rekening giro pada Bank
dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihitung melalui selisih antara
32
antara batas atas dengan batas bawah LDR target. Jika pengetatan
pembiayaan UMKM
33
Loan (NPL) setiap bank mengalami peningkatan maka penyaluran
sebagai berikut:
UMKM Konvensional
4. BI Rate
Jika BI Rate dinaikkan maka Suku Bunga Dasar Kredit juga naik
34
H 4 a = BI Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap
apabila inflasi terjadi maka harga suatu komoditas atau barang akan
UMKM Konvensional
35
H 5b = inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap
H. Kerangka pemikiran
LTV/FTV Inflasi
Pertumbuhan Kredit dan
Pembiayaan UMKM
GWM-LDR BI Rate
NPL
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Rate, dan Inflasi terhadap pertumbuhan kredit dan pembiayaan UMKM, serta
36
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekundar. Data-
data tersebut diperoleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Data
sekunder dalam penelitian ini berupa data runtut waktu (time series) per bulan
mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2018 . Dalam penelitian ini dugunakan
Pembiayaan UMKM
perbankan indonesia serta laporan bulan Bank Indonesia dan total pembiayaan
sebagai berikut:
a. LTV/FTV
37
kebijakan pelonggaran dan sebelum kebijakan pengetatan sedangkan 1
b. GWM-LDR
Merupakan simpanan minimum berbentuk mata uang rupiah yang
wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo giro pada Bank
Bank Indonesia.
d. BI Rate
Merupakan suatu kebijakan tingkat suku bunga yang diatur oleh Bank
38
dalam menarik uangnya setelah melakukan penyimpanan selama 7
dengan efektif.
e. Inflasi
dan non ekonomi seperti aspek sosial, politik, dan budaya masyarakat.
4. Metode Analisis
memperlihatkan setiap variabel sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai
lag dari variabel itu sendiri serta nilai lag variabel lain yang ada di dalam
Yt =
A0 + A1 Y t−1 + A2 Y t−2 ..... + Ap Y t−p
+ t
39
Dimana :
t = Vektor residual
Asumsi yang digunakan dalam model VAR adalah semua variabel tak bebas
a. UMKM Konvensional
Kredit t = C1 + a1
Kredity t−1 + a1
LTV t + a1
GWM −LDR t +
a1
NPLt + a1 BIrate t−1 + a1 Inflasit−1 + t
b. UMKM Syariah
a1
GWM −LDR t + a1
NPLt + a1 BIrate t−1 + a1
Inflasit−1 + t
40
Selanjutnya, apabila terdapat kointegrasi maka alat analisis yang digunakan
adalah Vector Error Corection Model (VECM). Dalam analisis model ini
diasumsikan bahwa semua variabel independen harus bersifat stasioner, uji ini
dilakukan karena adanya unit root yang akan menghasilkan persamaan regresi
spurious.
1. Uji Stasioner
level yang sama sehingga diperoleh data yang stasioner. Data yang
p
ΔY t = α 0 + γ Y t−1 + β i ∑i ΔY t−i+1 + ε t
Dimana :
α 0 = Intersep
P = Panjang lag
Ε = Error term
41
Adapun prosedur dalam pengujian stasioner yaitu dengan
MacKinnon.
membandingkan nilai ADF dengan nilai kritisnya distribusi
Nilai statistik ADF dapat diketahui dari nilai t statistik koefisien γ Y t−1.
Jika nilai ADF lebih besar dari nilai kritisnya maka dapat disimpulkan
data yang digunakan adalah data yang stasioner. Jika sebaliknya nilai ADF
lebih kecil dari nilai kritisnya maka data yang digunakan adalah data yang
tidak stasioner.
Jika nilai stasioner sudah diketahui langka selanjutnya dalam model VAR
optimal. Jika dalam lag memiliki besaran yang digunakan terlalu sedikit
untuk makan residual dari regresi maka proses white noise tidak akan
Berikut kriteria dalam pengujian lag untuk mengetahui jumlah lag yang
optimal:
42
b. Schwarz Information Criterion (SIC)= -2 ( 1r )+k logT(T )
c. Hannan-Quinn Information Criterion(HQ) = --
2 ( 1r )+ Klog( log(T
T )
)
Dimana :
T= Total observasi/pengamatan
lag yang paling kecil dari AIC, SIC dan HQ yang diajukan.
sekarang apakah memiliki hubungan yang searah, hubungan dua arah atau
n
Yt = ∑i=1 δi Y t−1 + ∑mi=1 ¿ ¿ ϕ1 X t−1 + ε2 t
43
Berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui tidak dapat berkorelasi
variabel X
4. Uji Kointegrasi
melakukan pengujian stasioner ditingkat level akan tetapi data tetap tidak
terkointegrasi atau tidak suatu data. Jika nilai hitung LR > nilai kritis LR
nilai hitung LR < nilai kritis LR maka tidak ada kointegrasi antar
44
untuk mengidentifikasi kointegrasi antar variabel, jika ada kointegrasi
maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Error
Ajija, 2011).
J. Sistematika Pembahasan
diantaranya:
45
melandasi penelitian ini. Gambaran tersebut akan didukung dengan data,
dalam penelitian dan bersumber dari buku, artikel maupun jurnal. Pada
bagian ini juga dipaparkan tentang teori yang melandasi hubungan antar
tersebut. Bab ini juga merupakan jawaban atas pertanyaan yang muncul
jawaban atas pertanyaan penelitian. Dalam bab ini juga berisi tentang
46
Daftar Pustaka
Bailliu, J., Meh, C., & Zhang, Y. (2015). "Macroprudential rules and monetary policy
when financial frictions matter". Economic Modelling, 50, 148–161.
https://doi.org/10.1016/j.econmod.2015.06.012
47
Kosasih, A. (2016). Analisis Pengaruh Kebijakan Loan to Value (LTV), Suku Bunga
Kredit Konsumsi dan Non Performing Loans terhadap Penyaluran Kredit
Properti oleh Perbankan di Gorontalo. Universitas Terbuka.
Rosalina, R., Lestari, M. N., Ekonomi, F., Galuh, U., Koefisien, A., Poduct, K., &
Determinasi, A. (2019). "Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap
Penyaluran Kredit". Bussiness Management and Enterpreneurship Journal, 1.
48
Widiyanti, Mariso, M., & Sjahruddin. (2014)." Pengaruh CAR, ROA, NPL, BOPO
dan DPK terhadap Penyaluran Kredit UMKM di Indonesia (Studi pada Bank
Umum yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012". Jom Fekon, 1(2), 1–15.
49