Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT

RATIO, RETURN ON ASSET DAN BANK SIZE TERHADAP


NON PERFORMING LOAN (STUDI PADA PERUSAHAAN
SEKTOR KEUANGAN SUB SEKTOR PERBANKAN YANG
TERCATAT DI BEI TAHUN 2018-2022)

OLEH:
AHMAD ZAKIH
2112070215

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JAKARTA
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor keuangan berperan penting bagi suatu negara karena memegang peran

penting dalam perekonomian negara sebagai penyedia dana utama bagi pembiayaan

perekonomian. Negara selalu berupaya mendorong perkembangan sektor keuangan

untuk meningkatkan perekonomian, sehingga mampu tumbuh lebih tinggi. Khusus

untuk Indonesia, sektor keuangan masih didominasi oleh perbankan. Akibatnya,

segala sumber pembiayaan pembangunan dan perekonomian tergantung dari

perbankan. Perbankan berperan sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat

serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

nasional kearah peningkatan taraf hidup seluruh rakyat.

Kondisi perbankan mengalami gangguan akibat adanya pandemi Covid-19

yang berdampak cukup besar terhadap kondisi perbankan. Hadirnya pandemi

membuat perbankan tidak dapat leluasa menyalurkan kredit karena disebabkan

semakin tingginya risiko gagal bayar para peminjam dana dikarenakan secara

mayoritas masyarakat atau perusahaan mengalami penurunan pendapatan akibat

pandemi Covid-19. Tingginya risiko gagal bayar para peminjam akan

mempengaruhi kondisi kesehatan bank, sehingga bank perlu meninjau dan

menyeleksi kredit yang disalurkan kepada debitur.


Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan pada Maret 2020 menunjukkan

terjadinya peningkatan risiko kredit pada sektor perbankan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Pada Oktober 2022 kondisi sudah mulai membaik, Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) menilai stabilitas sistem keuangan terjaga dan kinerja intermediasi

lembaga jasa keuangan membaik, yang berkontribusi terhadap berlanjutnya

pemulihan ekonomi nasional di tengah pelemahan ekonomi dan inflasi global yang

tinggi. Berdasarkan data dari OJK pada Agustus 2022 kredit perbankan tumbuh

relatif stabil.

Dalam melakukan kegiatan usahanya bank menerima dana pihak ketiga dari

masyarakat berupa tabungan, giro dan deposito, melalui dana tersebut bank akan

mengelola dana pihak ketiga dalam bentuk penyaluran kredit. Pada umumnya

perbankan mengandalkan pendapatan bunga kredit sebagai pemasukan utama yang

didukung dengan pendapatan-pendapatan lainnya seperti fee based income.

Pada kenyataannya kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat tidak

terbebas dari risiko gagal bayar, dimana risiko gagal bayar memiliki peluang untuk

dapat terjadi dan dapat mengancam kondisi kesehatan bank. Oleh sebab itu, untuk

mengetahui dan menilai kinerja bank dapat digunakan rasio Non Performing Loan

(NPL). NPL merupakan rasio yang membandingkan antara total kredit bermasalah

terhadap total kredit yang disalurkan dalam bentuk persentase. NPL dapat

digunakan sebagai indikator risiko kredit, dimana semakin rendah tingkat rasio

NPL maka akan semakin rendah tingkat kredit bemasalah yang terjadi yang berarti

juga semakin baik kondisi bank tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggi
tingkat rasio NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh

pihak bank (Barus & Erick, 2016).

Gambar 1.1

Tinkat Non Performing Loan

Tahun 2018 – 2022

(Dalam Persentase)

Sumber: Data sekunder diolah dari Otoritas Jasa Keuangan, 2023

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui tingkat Non Performing Loan pada

bank umum selama kurun waktu 5 tahun dari 2018-2022 dimana tingkat NPL cukup

berfluktuatif. Pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 angka NPL mengalami

peningkatan. Namun, pada tahun 2021 dan tahun 2022 angka NPL mengalami

penurunan. Berdasarkan data, tingkat NPL tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar

3,06% yang berarti semakin tingginya tingkat NPL, maka semakin tinggi pula risiko

kredit macet yang ditanggung oleh pihak perbankan. Tingginya NPL pada tahun

2020 dapat terjadi karena disebabkan faktor eksternal dimana hadirnya pandemi
Covid-19 yang sangat berpengaruh terhadap kinerja dan kesehatan perbankan, hal

ini dikarenakan krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19

menyebabkan risiko gagal bayar kredit yang cukup tinggi.

NPL merupakan indikator utama untuk menilai kinerja bank, hal tersebut

dikarenakan NPL yang tinggi merupakan indikator gagalnya bank dalam mengelola

bisnis yang akan menimbulkan beberapa risiko seperti masalah likuiditas dan

sebagainya. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia dalam

Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 telah menetapkan bahwa salah satu

kriteria bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan

kelangsungan usahanya adalah bank dengan rasio kredit bermasalah (non

performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit.

Pada dasarnya, terdapat tiga faktor umum yang mempengaruhi Non

Performing loan (NPL) pada sektor perbankan, yaitu faktor internal debitur, faktor

internal bank, serta faktor eksternal non bank dan debitur. Faktor internal debitur

meliputi baik buruknya karakter debitur, usia dan kemunduran usaha debitur.

Faktor internal bank meliputi capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, return

on asset, bank size dan sebagainya. Sementara itu, untuk faktor eksternal non bank

dan debitur meliputi bencana alam, pandemi Covid-19, peraturan pemerintah dan

sebagainya (Halim, 2015). Untuk dapat mengetahui kinerja perbankan dapat

dilakukan dengan cara menilai rasio Net Performing Loan (NPL), maka diperlukan

analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor internal bank seperti capital adequacy

ratio, loan to deposit ratio, return on asset, dan bank size.


Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank selalu mengandalkan

modal untuk mendukung kelancaran kegiatan usaha. Capital adequacy ratio (CAR)

dapat menjadi indikator yang digunakan Bank Indonesia untuk upaya menetapkan

ketentuan penyediaan modal minimum bank. Semakin tinggi CAR maka semakin

besar modal yang dimiliki, dengan memiliki modal yang besar maka penyaluran

kredit akan mengalami peningkatan sehingga akan menyebabkan tingginya risiko

gagal bayar.

Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat digunakan untuk mengukur komposisi

jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan dana pihak ketiga dimana

tingginya LDR mencerminkan semakin besar angka penyaluran kredit perbankan

sehingga risiko gagal bayar bank akan ikut meningkat.

Untuk mengetahui dan menilai kinerja perbankan, dapat dilihat dari rasio

profitabilitas seperti Return On Asset (ROA). Semakin besar ROA, semakin besar

pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga akan meningkatkan kredit

yang disalurkan dan diikuti dengan peningkatan risiko kredit.

Selain itu, Bank Size dinilai sebagai faktor internal yang mendukung aktivitas

operasional bank dimana berhubungan dengan ukuran bank dan asetnya. Bank Size

akan menggambarkan seberapa besar suatu bank dimana semakin besar ukuran

perusahaan maka akan semakin besar pula total aset yang dimiliki, hal tersebut

memungkinkan bank untuk meningkatkan penyaluran kredit yang akan berpotensi

pada meningkatnya risiko kredit macet (Astrini Dkk, 2018).

Menurut Astrini, Dkk (2018), Sakinah (2021), Rabbani, Dkk (2022),

Liviawati, Dkk (2023), Jusmansyah, Dkk (2017) dan Sarita, Dkk (2018)
berpendapat bahwa, CAR berpengaruh signifikan terhadap NPL. Akan tetapi,

menurut Rasyiddin, Dkk (2022), Cahyati (2018), Melani, Dkk (2016)

mengemukakan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL.

Menurut Astrini, Dkk (2018), Sakinah (2021), Rabbani, Dkk (2022), dan

Sarita, Dkk (2018) berpendapat bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap NPL.

Akan tetapi, menurut Rasyiddin, Dkk (2022), Cahyati (2018), dan Wulandari Dkk

(2021) berpendapat bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL.

Menurut Rasyiddin, Dkk (2022), Sakinah (2021) dan Jusmansyah, Dkk

(2017) berpendapat bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap NPL. Namun,

menurut Cahyati (2018) dan Melani, Dkk (2016) mengemukakan bahwa ROA tidak

berpengaruh signifikan terhadap NPL.

Menurut Astrini, Dkk (2018), Liviawati, Dkk (2023) dan Sarita, Dkk (2018)

berpendapat bahwa Bank Size berpengaruh signifikan terhadap NPL. Akan tetapi,

menurut Wulandari Dkk (2021) mengemukakan bahwa Bank Size tidak

berpengaruh terhadap NPL.

Berdasarkan uraian latar belakang dari riset sebelumnya, maka penelitian ini

akan menganalisis beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur Non

Performing Loan dengan judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit

Ratio, Return On Asset dan Bank Size Terhadap Non Performing Loan (Studi Pada

Perusahaan Sektor Keuangan Sub Sektor Perbankan yang Tercatat di BEI Tahun

2017-2022)”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan?

2. Apakah Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan?

3. Apakah Return On Asset berpengaruh signifikan terhadap Non Performing

Loan?

4. Apakah Bank Size berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio

terhadap Non Performing Loan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap

Non Performing Loan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return On Assets terhadap Non

Performing Loan.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Bank Size terhadap Non

Performing Loan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai sumber informasi

tambahan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan

perusahaan sektor keuangan sub sektor perbankan yang tercatat di BEI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi bagi para peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

tentang pengaruh CAR, LDR, ROA dan Bank Size terhadap Non

Performing Loan sektor keuangan sub sektor perbankan yang tercatat di

BEI.

b. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi kepada para pimpinan untuk dapat mengetahui faktor – faktor

yang mempengaruhi Non Performing Loan sehingga dapat membantu

dalam evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan.

c. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

investor untuk memberikan tambahan informasi mengenai komponen

faktor internal bank seperti CAR, LDR, ROA dan Bank Size terhadap Non

Performing Loan perbankan sehingga dapat menjadi pertimbangan

investor dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan modalnya.

Anda mungkin juga menyukai