OLEH:
AHMAD ZAKIH
2112070215
PENDAHULUAN
Sektor keuangan berperan penting bagi suatu negara karena memegang peran
penting dalam perekonomian negara sebagai penyedia dana utama bagi pembiayaan
semakin tingginya risiko gagal bayar para peminjam dana dikarenakan secara
tahun sebelumnya. Pada Oktober 2022 kondisi sudah mulai membaik, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menilai stabilitas sistem keuangan terjaga dan kinerja intermediasi
pemulihan ekonomi nasional di tengah pelemahan ekonomi dan inflasi global yang
tinggi. Berdasarkan data dari OJK pada Agustus 2022 kredit perbankan tumbuh
relatif stabil.
Dalam melakukan kegiatan usahanya bank menerima dana pihak ketiga dari
masyarakat berupa tabungan, giro dan deposito, melalui dana tersebut bank akan
mengelola dana pihak ketiga dalam bentuk penyaluran kredit. Pada umumnya
Pada kenyataannya kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat tidak
terbebas dari risiko gagal bayar, dimana risiko gagal bayar memiliki peluang untuk
dapat terjadi dan dapat mengancam kondisi kesehatan bank. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui dan menilai kinerja bank dapat digunakan rasio Non Performing Loan
(NPL). NPL merupakan rasio yang membandingkan antara total kredit bermasalah
terhadap total kredit yang disalurkan dalam bentuk persentase. NPL dapat
digunakan sebagai indikator risiko kredit, dimana semakin rendah tingkat rasio
NPL maka akan semakin rendah tingkat kredit bemasalah yang terjadi yang berarti
juga semakin baik kondisi bank tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggi
tingkat rasio NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh
Gambar 1.1
(Dalam Persentase)
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui tingkat Non Performing Loan pada
bank umum selama kurun waktu 5 tahun dari 2018-2022 dimana tingkat NPL cukup
berfluktuatif. Pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 angka NPL mengalami
peningkatan. Namun, pada tahun 2021 dan tahun 2022 angka NPL mengalami
penurunan. Berdasarkan data, tingkat NPL tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar
3,06% yang berarti semakin tingginya tingkat NPL, maka semakin tinggi pula risiko
kredit macet yang ditanggung oleh pihak perbankan. Tingginya NPL pada tahun
2020 dapat terjadi karena disebabkan faktor eksternal dimana hadirnya pandemi
Covid-19 yang sangat berpengaruh terhadap kinerja dan kesehatan perbankan, hal
NPL merupakan indikator utama untuk menilai kinerja bank, hal tersebut
dikarenakan NPL yang tinggi merupakan indikator gagalnya bank dalam mengelola
bisnis yang akan menimbulkan beberapa risiko seperti masalah likuiditas dan
Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 telah menetapkan bahwa salah satu
kriteria bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan
performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit.
Performing loan (NPL) pada sektor perbankan, yaitu faktor internal debitur, faktor
internal bank, serta faktor eksternal non bank dan debitur. Faktor internal debitur
meliputi baik buruknya karakter debitur, usia dan kemunduran usaha debitur.
Faktor internal bank meliputi capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, return
on asset, bank size dan sebagainya. Sementara itu, untuk faktor eksternal non bank
dan debitur meliputi bencana alam, pandemi Covid-19, peraturan pemerintah dan
dilakukan dengan cara menilai rasio Net Performing Loan (NPL), maka diperlukan
analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor internal bank seperti capital adequacy
modal untuk mendukung kelancaran kegiatan usaha. Capital adequacy ratio (CAR)
dapat menjadi indikator yang digunakan Bank Indonesia untuk upaya menetapkan
ketentuan penyediaan modal minimum bank. Semakin tinggi CAR maka semakin
besar modal yang dimiliki, dengan memiliki modal yang besar maka penyaluran
gagal bayar.
jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan dana pihak ketiga dimana
Untuk mengetahui dan menilai kinerja perbankan, dapat dilihat dari rasio
profitabilitas seperti Return On Asset (ROA). Semakin besar ROA, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga akan meningkatkan kredit
Selain itu, Bank Size dinilai sebagai faktor internal yang mendukung aktivitas
operasional bank dimana berhubungan dengan ukuran bank dan asetnya. Bank Size
akan menggambarkan seberapa besar suatu bank dimana semakin besar ukuran
perusahaan maka akan semakin besar pula total aset yang dimiliki, hal tersebut
Liviawati, Dkk (2023), Jusmansyah, Dkk (2017) dan Sarita, Dkk (2018)
berpendapat bahwa, CAR berpengaruh signifikan terhadap NPL. Akan tetapi,
Menurut Astrini, Dkk (2018), Sakinah (2021), Rabbani, Dkk (2022), dan
Sarita, Dkk (2018) berpendapat bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap NPL.
Akan tetapi, menurut Rasyiddin, Dkk (2022), Cahyati (2018), dan Wulandari Dkk
menurut Cahyati (2018) dan Melani, Dkk (2016) mengemukakan bahwa ROA tidak
Menurut Astrini, Dkk (2018), Liviawati, Dkk (2023) dan Sarita, Dkk (2018)
berpendapat bahwa Bank Size berpengaruh signifikan terhadap NPL. Akan tetapi,
Berdasarkan uraian latar belakang dari riset sebelumnya, maka penelitian ini
akan menganalisis beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur Non
Performing Loan dengan judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit
Ratio, Return On Asset dan Bank Size Terhadap Non Performing Loan (Studi Pada
Perusahaan Sektor Keuangan Sub Sektor Perbankan yang Tercatat di BEI Tahun
2017-2022)”.
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Performing Loan?
Performing Loan?
Loan?
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:
Performing Loan.
Performing Loan.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai sumber informasi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
tentang pengaruh CAR, LDR, ROA dan Bank Size terhadap Non
BEI.
faktor internal bank seperti CAR, LDR, ROA dan Bank Size terhadap Non