Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH MAKRO EKONOMI DAN FUNDAMENTAL BANK TERHADAP NON

PERFORMING LOAN
(Studi Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2016)

Oleh:

KARMILA AISYAH AHMADI


MOH. AMIN
RISKI AMALIA MADI
(Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh makro ekonomi dan
fundamental bank terhadap non performing loan pada bank. Penelitian ini diuji dengan tujuh
variabel independen yaitu: nilai tukar, pertumbuhan gross domestic product, tingkat suku bunga
(BI rate), loan to deposit ratio, return on asset, pertumbuhan kredit dan loan losses provision.
Populasi penelitian ini adalah bank umum swasta nasional devisa yang terdaftar di bursa efek
Indonesia yang berjumlah 44 bank. Dengan menggunakan teknik purposive sampling penulis
memilih 10 bank sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan
panel data sebagai alat pengolahan data dengan menggunakan program eviews 9.

Hasil penelitian menemukan bahwa nilai tukar dan pertumbuhan gross domestic product
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap non performing loan, loan to deposit ratio
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap non performing loan, tingkat suku bunga (BI rate)
dan loan losses provision bepengaruh positif signifikan terhadap non performing loan sedangkan
return on asset dan pertumbuhan kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing
loan.

Kata Kunci: nilai tukar, pertumbuhan gross domestic product, tingkat suku bunga (BI rate), loan
to deposit ratio, return on asset, pertumbuhan kredit dan loan losses provision

I. PENDAHULUAN

Perbankan mempunyai peranan penting dalam memenuhi kewajibannya


dalam perekonomian suatu negara. Bank sebagaimana yang dipersyaratkan oleh pihak
merupakan lembaga keuangan yang memiliki kreditur. Risiko kredit pada bank di lihat dari
fungsi intermediasi antara pihak yang non performing loan. Penyebab terjadinya
kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak NPL dilihat dari faktor kelemahan bank dalam
yang kekurangan dana (lack of fund). menganalisis dan mengawasi penyaluran
Salah satu sumber pendapatan bank kredit yang diberikan dan faktor moral dimana
berupa bunga yang berasal dari penyaluran pihak bank tidak menerapkan prinsip kehati-
kredit ke masyarakat (dana pihak ketiga). hatian dan tidak menerapkan praktek
Dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat perbankan yang tidak sehat.
pihak bank tidak menutup kemungkinan akan NPL merupakan salah satu indikator
mendapat risiko kredit. Karena tidak semua dalam menilai kinerja fungsi bank, tingginya
kredit yang diberikan kepada nasabah tingkat NPL menunjukkan kesehatan bank
dapat tertagih pada waktunya tapi ada juga yang rendah karena banyak terjadi kredit
kredit yang tidak lancar pelunasannya atau bermasalah di dalam kegiatan bank tersebut.
dapat digolongkan kredit bermasalah. Bank Indonesia menetapkan ketentuan ukuran
Fahmi (2011:104) mengatakan bahwa maksimal tingkat rasio NPL sebesar 5%. Jika
risiko kredit merupakan risiko yang bank memiliki tingkat NPL melebihi 5% maka
disebabkan oleh ketidakmampuan para debitur bank dapat dikatakan mengalami kegagalan
kredit. Kredit bermasalah yang besar dalam menyatakan bahwa pertumbuhan kredit tidak
industri perbankan membawa dampak yang berpengaruh terhadap NPL.
luas yang akan merugikan bank. Penelitian yang dilakukan Ozili (2015)
Non performing loan dipengaruhi oleh dua yang menujukkan bahwa loan losses provision
faktor yaitu faktor makro ekonomi dan mikro berpengaruh positif terhadap terjadinya NPL
ekonomi. Faktor makro ekonomi yang Kajian penelitian ini menindaklanjuti
mempengaruhi Non performing loan saran yang diungkapkan Messai dan Jouini
diantaranya adalah pertumbuhan gross (2013) yang menyarankan menambahkan
domestic product (GDP), tingkat suku bunga. variabel makro ekonomi terkait dengan nilai
Dan faktor mikro ekonomi dilihat dari tukar dan variabel fundamental bank terkait
fundamental bank diantaranya return to asset dengan likuditas. Likuiditas pada bank
(ROA), pertumbuhan kredit dan loan loss diproksikan dengan loan to deposit ratio yang
provission (Messai dan Jouini ,2013). mempengaruhi non performing loan.
Penelitian-penelitian mengenai penyebab Berdasarkan research gap (hasil penelitian
terjadinya non performing loan telah dilakukan terdahulu) dan fenomena yang telah
oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian dipapakarkan diatas maka penulis mengangkat
yang dilakukan Soebagio (2005) judul ―Pengaruh Makro Ekonomi dan
mengemukakan bahwa nilai tukar berpengaruh Fundamental Bank Terhadap Non Performing
positif yang signifikan terhadap NPL. Berbeda Loan pada Bank Umum Swasta Nasional
dengan penelitian yang dilakukan oleh Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Washington (2014) mengemukakan bahwa periode 2012 sampai 2016.‖
nilai tukar berpengaruh negatif signifikan
terhadap NPL. Sedangkan Rosita dan II. TINJAUAN PUSTAKA
Musdolifah (2006) mengemukakan bahwa nilai
tukar tidak berpengaruh terhadap NPL. 2.1 Teori Risiko Kredit
Penelitian yang dilakukan Ahmad dan
Bashir (2013) mengatakan bahwa pertumbuhan Hanafi (2009:165) mengatakan bahwa
GDP memiliki hubungan negatif terhadap NPL risiko kredit adalah risiko yang terjadi jika
hal ini bertentangan dengan penelitian Beck et counterparty (pihak lain dalam transaksi
al., (2013) yang menemukan hubungan positif bisnis) tidak bisa memenuhi kewajibannya. Di
antara GDP dan kredit bermasalah. dalam menilai risiko kredit bank harus
Penelitian yang dilakukan Mada dan mempertimbangkan tiga hal yaitu : default
Arfinto (2015) mengemukakan bahwa tingkat probability, credit exposure, recovery rate.
suku bunga berpengaruh positif terhadap NPL. .
Hal tersebut bertentangan dengan penelitian 2.2 Signalling theory
Ahmad dan Bashir (2013) yang menyatakan Signalling theory mengasumsikan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara tingkat bahwa terdapat asimetri informasi antara
suku bunga dengan NPL. Penelitian yang manajer dengan investor atau calon investor.
dilakukan oleh Barus dan Erik (2016) Manajer dipandang memiliki informasi tentang
mengemukakan bahwa LDR berpengaruh perusahaan yang tidak dimilki oleh investor
positif signifikan terhadap NPL. Berbeda maupun calon investor. Teori pensinyalan
dengan penelitian yang dilakukan Mada dan menjelaskan alasan pentingnya perusahaan
Arfinto (2015) mengemukakan bahwa LDR menyajikan informasi kepada publik (Wolk et
berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL. al., 2006).
Penelitian yang dilakukan Achmadi
(2004) mengatakan bahwa ROA berpengaruh 2.3 Indikator Risiko Kredit
positif terhadap NPL. Berbeda dengan 2.3.1 Non Performing Loan
penelitian yang dilakukan Messai dan Jouini Risiko kredit pada bank dilihat dari Non
(2013) mengemukakan bahwa dampak ROA performing loan. Kredit bermasalah adalah
berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL. kredit yang dapat menimbulkan persoalan,
Penelitian yang dilakukan Khemraj dan bukan hanya terhadap bank selaku lembaga
Pasha (2009) mengemukakan bahwa pemberi kredit, tetapi juga terhadap nasabah
pertumbuhan kredit berpengaruh positif penerima kredit (Mahmoedin, 2010:1). Siamat
terhadap NPL. Berbeda dengan penelitian yang (2005) mengatakan bahwa penetapan kualitas
dilakukan Andres dan Bonilla (2012) kredit didasarkan pada penilaian yang
dilakukan dengan menganalisis faktor prospek memperhitungkan nilai barang dan jasa
usaha, kinerja debitur dan kemampuan berdasarkan pada harga konstan.
membayar.
Menurut ketentuan Bank Indonesia 2.4.3 Tingkat suku bunga (BI rate)
terdapat tiga kelompok kolektibilitas yang Sukirno (1994:377) mengatakan
merupakan kredit bermasalah atau non bahwa pembayaran atas modal yang
performing loan (Kuncoro dan Suhardjono, dipinjam dari pihak lain dinamakan bunga.
2002) sebagai berikut : kredit kurang lancar, Bunga yang dinyatakan sebagai persentase
kredit diragukan dan kredit macet. dari modal dinamakan tingkat suku bunga.
Proses pemberian dan pengelolaan Berarti tingkat suku bunga adalah persentase
kredit yang baik diharapkan dapat menekan pembayaran modal yang dipinjam dari lain
NPL sekecil mungkin. Artinya, tingginya NPL pihak. Penentuan suku bunga di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh kemampuan Bank pada biaya dana (cost of fund) maupun bunga
dalam menjalankan proses pemberian kredit kredit (lending rate) mengacu pada BI rate. BI
dengan baik serta dalam hal pengelolaan rate ialah kebijakan yang dibuat oleh Bank
kredit, termasuk tindakan pemantauan Indonesia mengenai suku bunga, yang
(monitoring) setelah kredit disalurkan dan diumumkan di publik yang mencerminkan
tindakan pengendaliaan bila terdapat indikasi sikap kebijakan moneter.
penyimpangan kredit maupun indikasi gagal
bayar (Djohanputro dan Kountur, 2007). Bank 2.5 Fundamental Bank
Indonesia menetapkan ketentuan ukuran 2.5.1 Loan to deposit ratio (LDR)
maksimal tingkat rasio NPL sebesar 5%.
Kasmir (2012:319) mengatakan bahwa
2.4 Faktor Makro Ekonomi loan to deposit ratio untuk mengukur koposisi
jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
2.4.1 Nilai tukar dengan jumlah dana masyarakat dan modal
Badar et al. (2013) mengatakan sendiri yang digunakan.
bahwa kurs adalah tingkat pertukaran satu Simorangkir (2004:147) mengatakan
mata uang dengan satu satu mata uang lain. bahwa loan to deposit ratio merupakan
Nilai tukar ditentukan oleh pasar valuta asing perbandingan antara kredit yang diberikan
yang terus-menerus tetap dibuka selama 24 dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman
jam sehari kecuali akhir pekan yang terdiri dari yang diterima, tidak termasuk pinjaman sub
berbagai jenis pedagang mata uang. Nilai tukar ordinasi. Loan to deposit ratio mempunyai
mata uang sebagian besar dipengaruhi oleh peranan yang sangat penting sebagai indikator
pertukaran barang modal dan jasa dalam yang menunjukkan tingkat ekspansi kredit
perdagangan internasional. Penurunan mata yang dilakukan bank sehingga LDR dapat juga
uang lokal akan menghasilkan barang impor digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya
mahal yang menempatkan tekanan untuk suatu fungsi intermediasi bank. Besarnya loan
membiayai kredit pedagang oleh bank to deposit ratio menurut Peraturan Bank
komersial dan risiko kegagalan mengalami Indonesia maksimum adalah 92% dengan batas
peningkatan. minimum 78% (PBI Nomor 15/7/PBI/2013).

2.4.2 Gross domestic product


Menurut Mc Eachern (2000:146) bahwa 2.5.2 Return on asset (ROA)
gross domestic product / GDP artinya Kasmir (2008:201) mengatakan bahwa
mengukur nilai pasar dari barang dan jasa return on assets (ROA) merupakan rasio yang
akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
berada dalam suatu negara selama jangka yang digunakan dalam perusahaan. Semakin
waktu tertentu biasanya satu tahun. Terdapat besar rasio ROA suatu bank maka akan
dua jenis gross domestic product yaitu sebagai semakin besar pula tingkat keuntungan yang
berikut (Mankiw, 2000) : 1) Nominal GDP dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
(GDP nominal) merupakan GDP yang posisi bank tersebut dilihat dari sisi
memperhitungkan nilai barang dan jasa penggunaan aset, standar rasio ROA yang
berdasarkan pada harga berlaku. 2). Real GDP aman menurut bank Indonesia adalah berkisar
(GDP rill) merupakan GDP yang antara 0,5% sampai dengan 1,25%.
Syamsuddin (2009:63) mengatakan mengakibatkan penurunan kemampuan debitur
bahwa ROA adalah pembandingan antara laba dalam menyelesaikan pinjaman, bahkan dalam
bersih setelah pajak dengan jumlah aktiva banyak kasus mengakibatkan peningkatkan
NPL.
2.5.3 Pertumbuhan kredit H1 : Nilai tukar berpengaruh positif
Pertumbuhan kredit memperlihatkan signifikan terhadap non performing loan
peningkatan atau penurunan jumlah seluruh (NPL)
kredit yang dipinjam dari beberapa periode
waktu atau bisa dalam bentuk persentase. Utari Pengaruh GDP terhadap non performing
et al. (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan loan (NPL)
kredit yang berlebihan dapat mengancam Menurut McEachern (2000:146)
kestabilan ekonomi makro. Peningkatan kredit mengatakan bahwa gross domestic product /
khususnya kredit konsumsi dapat memicu GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang
pertumbuhan permintaan aggregat diatas dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber
output potensial yang mengakibatkan daya yang berada dalam suatu negara selama
perekonomian memanas. Selama periode jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
ekspansi, sektor perbankan cenderung Pertumbuhan GDP memperlihatkan
memiliki ekspektasi yang terlalu optimis pada peningkatan income individu juga peningkatan
kemampuan membayar nasabah dan akibatnya pada perusahaan, oleh karena itu kemampuan
kurang hati-hati dalam memberikan kredit untuk membayar hutang (kredit) menjadi
kepada golongan berisiko tinggi. Sebagai meningkat dan dampaknya NPL menurun.
akibatnya terjadi penumpukan pinjaman yang Sebaliknya penurunan GDP memperlihatkan
berpotensi menjadi bad loan. income individu juga peningkatan pada
perusahaan menjadi menurun sehingga
2.5.4 Loan loss provision kemampuan untuk membayar hutang (kredit)
Loan loss provision dianggap sebagai juga menurun dan NPL mengalami
mekanisme kendali atas pinjaman yang peningkatan (Ahmad dan Bashir, 2013).
dianggap berpotensi ―hilang‖. Salah satu teori H2 : GDP berpengaruh negatif
yang berkaitan dengan hal tersebut adalah signifikan terhadap non performing loan
collateral yang merupakan salah satu bagian (NPL)
dari prinsip 5 c pemberian kredit. Collateral
merupakan jaminan oleh calon debitur yang Pengaruh tingkat suku bunga terhadap non
memungkinkan untuk disita oleh bank untuk performing loan (NPL)
mengantisipasi gagal bayar (kasmir, 2008). Sukirno (1994:377) mengatakan
Konsep collateral sejalan dengan loan loss bahwa tingkat bunga adalah persentase
provision yang merupakan jaminan yang pembayaran modal yang dipinjam dari lain
dibuat oleh bank sebagai antisipasi kredit pihak. Tingkat suku bunga mengacu pada BI
bermasalah. Hal tersebut sejalan dengan loan rate.
loss provision dimana semakin tinggi jaminan Bofondi dan Ropele (2011) bahwa
maka kemungkinan kredit bermasalah semakin peningkatan suku bunga memperburuk kualitas
kecil. Jumlah loan loss provision ditentukan dari pinjaman semakin tingginya bunga kredit
berdasarkan pada kualitas posisi portofolio membuat debitur semakin sulit membayarkan
pinjaman. pinjamannya. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa semakin tinggi bunga yang dibebankan
Pengaruh nilai tukar terhadap non kepada debitur maka kemungkinan besar akan
performing loan (NPL) meningkatkan kredit bermasalah. Hubungan
Nilai tukar adalah perbandingan nilai ini juga bisa dijelaskan dengan menurunnya
tukar mata uang suatu Negara dengan mata kemampuan peminjam untuk memenuhi
uang Negara asing (Hasibuhan, 2005:14). kewajibannya sehingga tingkat suku bunga
Wikutama, 2010 (dalam Yulita, 2014) berpengaruh positif signifikan terhadap kredit
menjelaskan bahwa depresiasi home currency bermasalah.
memberikan dampak terhadap pinjaman dalam H3 : tingkat suku bunga berpengaruh
valuta asing karena nilai pinjaman meningkat positif signifikan terhadap non performing
secara relatif sesuai dengan penurunan loan (NPL)
tersebut. Peningkatan jumlah kewajiban akan
Pengaruh loan to deposit ratio (LDR) H5 : Return on asset (ROA)
terhadap non performing loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap non
Dendawijaya (2005) mengatakan bahwa performing loan (NPL)
LDR menggambarkan kemampuan bank
membayar kembali penarikan yang dilakukan Pengaruh pertumbuhan kredit terhadap
nasabah deposan dengan mengandalkan kredit non performing loan (NPL)
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Pertumbuhan kredit menujukkan
Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula peningkatan atau penurunan jumlah seluruh
kemampuan likuiditas bank, semakin besar kredit yang dipinjam dari waktu ke waktu
kredit yang salurkan dibandingkan dengan (biasanya dalam bentuk persentase).
simpanan masyarakat pada suatu bank Keeton (1999) dalam Ghosh (2015)
membawa konsekuensi semakin besar risiko menyatakan bahwa semakin cepat
yang harus ditanggung oleh bank yang pertumbuhan kredit sebenarnya akan
bersangkutan. Sehingga akan menyebabkan berimplikasi peningkatan kerugian kredit. Hal
semakin besar pula kemungkinan terjadinya ini dapat pula terjadi karena ketika bank
NPL. meningkatkan penawaran kreditnya, bank
Astrini et al. (2014) mengatakan bahwa mencoba memberikan kelonggaran mengenai
semakin tinggi rasio LDR maka akan standar kredit, atau melakukan berbagai
menyebabkan meningkatnya rasio NPL yang kecurangan lainnya, sehingga meskipun
terjadi pada bank. Karena apabila bank terkesan bank mampu menjalankan fungsi
memiliki LDR yang tinggi maka bank akan intermediasinya dengan baik karena kreditnya
mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman banyak tersalurkan, namun debitur yang tidak
yang tinggi yang nantinya akan mengakibatkan kompeten hanya akan membawa masalah
terjadinya kredit bermasalah dan bank akan kredit macet bagi bank yang bersangkutan.
mengalami kerugian. H6 : Pertumbuhan kredit berpengaruh
H4 : Loan to deposit ratio (LDR) positif signifikan terhadap non performing
berpengaruh positif signifikan terhadap non loan (NPL)
performing loan (NPL)
Pengaruh loan loss provision (LLP)
Pengaruh return on asset terhadap non terhadap non performing loan (NPL)
performing loan (NPL) Loan loss provision mencerminkan
Kasmir (2008:201) mengatakan bahwa sikap umum sistem perbankan untuk
ROA merupakan rasio yang menunjukkan mengendalikan risiko. Abid, et al (2014)
hasil (return) atas jumlah aktiva yang menghubungkan variabel kualitas kredit ini ke
digunakan dalam perusahaan. dalam hipotesis ―skimping‖ milik Berger de
ROA merupakan efisiensi dalam Young (1997). Dalam hal ini, meningkatnya
pemanfaatan aset dan menunjukkan seberapa CKPN kredit sebagai hasil estimasi besarnya
besar pendapatan yang dihasilkan dari aset. risiko kredit yang meningkat akan membuat
Hal ini juga sesuai dengan hipotesis ―bad bank melakukan berbagai penghematan untuk
management‖ pada penelitian Berger deYoung menekan biaya operasional lainnya.
(1997) yang mengatakan bahwa praktik Penghematan yang dilakukan para manager
manajemen yang buruk akan berdampak pada demi terlihat efisien, justru akan menimbulkan
laba mereka akibat persoalan efisiensi biaya masalah jangka panjang. Terkait dengan
yang dikeluarkan perusahaan serta kualitas penghematan biaya aktivitas pengkreditan,
kredit yang diberikan pada debitur. Praktik semakin biaya tersebut ditekan, maka bisa
manajemen yang buruk tersebut dikarenakan menjadikan kualitas kredit tersebut menurun
para manajer yang tidak kompeten dalam pada akhirnya kualitas kredit yang rendah akan
menjalankan berbagai kegiatannya. Ketika meningkatkan NPL. Selain itu meningkatnya
mereka tidak memiliki keterampilan yang LLP akan mengurangi laba bersih dari bank
cukup dalam hal credit scoring, menilai yang bersangkutan. Kebijakan menaikkan
agunan hingga pengawasan terhadap debitur, margin tentu akan dipertimbangkan meskipun
faktor-faktor kesalahan manajemen tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan peluang
akhirnya meningkatkan NPL. terjadinya kredit bermasalah yang lebih besar.
H7 : Loan loss provision (LLP)
berpengaruh positif signifikan terhadap non
performing loan (NPL)

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Nilai Tukar

Gross Domestic product H2 H1

Tingkat Suku Bunga H3 H3


H3
Non Performing
Loan to Deposit Ratio H4 H3 Loan (NPL)
H5
Return on Asset H3
H6
Pertumbuhan Kredit
H7
Loan loss provision

III. METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang digunakan


Populasi dalam penelitian ini adalah menggunakan
regresi data panel dengan bantuan program
Populasi dalam penelitian ini adalah eviews 9, dengan model persamaan regresi data
seluruh bank umum swasta nasional devisa panel adalah sebagai berikut:
yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode Y=β0 +b1X1i-t +b 2X2i-t + b 3X3i-t + b 4X4 i-t +b
2012 sampai 2016 yang berjumlah 44 . Teknik 5X5i-t +b 6X6i-t + b 7 X7i-t + e i-t
pengambilan sampel dalam penelitian ini Widarjono (2013)
dengan cara non probabilitas dengan
menggunakan metode purposive sampling, Keterangan:
sehingga sampel yang terpilih dalam penelitian Y = Variabel dependen (NPL)
ini berjumlah 10 bank. X = Variabel independen
β0 = konstanta
JENIS DAN SUMBER DATA b 1 – b 7 = koefisien regresi
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif. Dalam X1 = Nilai tukar pada unit i pada periode
penelitian ini data yang digunakan adalah data t
panel /pooled data, yaitu gabungan antara data X2 = GDP pada unit i pada periode
time series dan data cross setion. X3 = Tingkat suku bunga (BI rate) pada
Sumber data yang digunakan dalam unit i pada periode t
penelitian ini adalah data sekunder. Data yang X4 = LDR pada unit i pada periode t
digunakan dalam penelitian diperoleh dari X5 = ROA pada unit i pada periode t
indonesian capital market directory (ICMD), X6 = Pertumbuhan kredit pada unit i
indonesia stock exchange (IDX), otoritas jasa pada periode t
keuangan (OJK), direktori perbankan X7 = Loan loss provision (LLP) pada
Indonesia, badan pusat statistik. unit i pada periode t
e = error term pada unit i pada periode t
ANALISIS DATA
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Asumsi Klasik

4.1.1 Uji Normalitas


10
Series: Residuals
Sample 1 50
8 Observations 50

Mean -3.51e-16
6 Median -0.109825
Maximum 1.560380
Minimum -1.614965
Std. Dev. 0.764123
4
Skewness 0.141339
Kurtosis 2.345226
2
Jarque-Bera 1.059657
Probability 0.588706
0
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Sumber: hasil output eviews 9

Berdasarkan tabel di atas dapat sebesar 1,059 < 2 dan mempunyai probabilitas
disimpulkan bahwa 50 data digunakan dalam sebesar 0,58 > 0,05 dengan demikian dapat
penelitian ini mempunyai nilai jarque-bera disimpulkan bahwa data dari variabel dalam
penelitian ini telah terdistribusi normal.
4.1.2 Uji Multikolinearitas

Sumber: hasil output eviews 9

Berdasarkan table di atas dapat nilai lebih dari 0,8. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 50 data yang digunakan disimpulkan bahwa data variabel dalam
dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa penelitian ini tidak mengalami
tidak terdapat hubungan variabel bebas dengan multikolinearitas.
4.1.3 Uji Autokorelasi

Sumber: hasil output eviews 9

Berdasarkan tabel di atas merupakan adalah 0,4158 lebih besar dari 0,05. Sehingga
hasil regresi setelah dilakukan metode dapat disimpulkan data dalam variabel
transformasi terhadap persamaan pengujian penelitian ini tidak terdapat autokeralasi.
autokorelasi dengan menggunakan uji breusch-
godfrey (BG). Nilai probability obs*R-squared
4.1.4 Uji heterokedastisitas

Sumber: hasil output eviews 9

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat probability obs*R-squared sebesar 0,0795


disimpulkan bahwa 50 data yang digunakan lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa disimpulkan data dalam variabel penelitian ini
pengujian heteroskedastisitas yang dilakukan tidak terdapat heteroskedastisitas atau data
dengan uji white dapat dilihat bahwa bersifat homoskedastisitas.

4.2 Pemilihan Model (Teknik Estimasi) Regresi Data Panel.


4.2.1 Uji Chow

Sumber: hasil output eviews 9

Dari hasil pengujian chow dapat ditolak dan Ha diterima sehingga dapat
dilihat pada tabel 4.7, probabilitas cross disimpulkan model yang tepat adalah model
section F sebesar 0,0138 dimana hasil fixed effect.
probabilitas cross section F < 0,05 maka Ho

4.2.3 Uji Hausman

Sumber: hasil output eviews 9

Dari hasil pengujian hausman dapat Dari dua uji model dapat disimpulkan
dilihat pada tabel 4.8. Nilai probabilitas 1,00 > bahwa model random effect lebih baik dan
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima tepat digunakan dalam penelitian ini dari pada
sehingga dapat disimpulkan model yang tepat model common effect dan fixed effect.
adalah model random effect.

4.3 Uji Kelayakan (Goodness of Fit) Model Random Effect


4.3.1 Koefisien Determinasi (R2)

Sumber: hasil output eviews 9


Berdasarkan table diatas, nilai mampu menjelaskan variabel terikat sebesar
koefisien R2 sebesar 0,706616 atau 70,66%. 70,66%, sedangkan sisanya (29,34%)
Artinya variabel bebas dalam model regresi dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
4.3.2 Uji Simultan (F test)

Sumber: hasil output eviews 9

Hasil uji F pada penelitian ini memiliki nilai tingkat suku bunga (BI rate), LDR, ROA,
koefisien sebesar 14,45110 dengan prob (F pertumbuhan kredit, LLP) secara simultan
statistik) sebesar 0,000000 < 0,05. Maka H0 mempunyai pengaruh secara signifikan
ditolak dan Ha diterima. Hasil ini memiliki arti terhadap non performing loan.
bahwa variabel bebas (nilai tukar, GDP,

4.3.3 Uji Parsial (t test)


Hasil Regresi
Variabel Coefficient Prob. Hasil Regresi
ER 0,000484 0,1229 Berpengaruh positif tidak signifikan
GDP 1,550263 0,2524 Berpengaruh positif tidak signifikan
IR 0,106337 0,0229 Berpengaruh positif signifikan
LDR -0,005207 0,7285 Berpengaruh negatif tidak signifikan
ROA -0,597174 0,0001 Berpengaruh negatif signifikan
LOANS -0,015459 0,0488 Berpengaruh negatif signifikan
LLP 0,812547 0,0009 Berpengaruh positif signifikan
Sumber: hasil olahan, eviews 9

Berdasarkan hasil analisis regresi pada (GDP) sebesar 0,2542 yang lebih besar jika
tabel diatas diketahui bahwa nilai probabilitas dibandingkan dengan (α) = 0,05 maka H0
variabel nilai tukar (ER) sebesar 0,1229 yang diterima. Hal ini berarti secara statistik gross
lebih besar jika dibandingkan dengan (α) = domestic product (GDP) tidak memiliki
0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti secara pengaruh signifikan terhadap NPL.
statistik nilai tukar (ER) tidak memiliki Berdasarkan hasil analisis regresi
pengaruh signifikan terhadap NPL. pada tabel diatas diketahui bahwa nilai
probabilitas variabel tingkat suku bunga (BI
Berdasarkan hasil analisis regresi rate) sebesar 0,0229 yang lebih kecil jika
pada tabel diatas diketahui bahwa nilai dibandingkan dengan (α) = 0,05 maka H0
probabilitas variabel gross domestic product ditolak. Hal ini berarti secara statistik tingkat
suku bunga (BI rate) memiliki 0,0001 yang lebih kecil jika dibandingkan
pengaruh signifikan terhadap NPL. dengan (α) = 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini
Berdasarkan hasil analisis regresi berarti secara statistik return on asset memiliki
pada tabel diatas diketahui bahwa nilai pengaruh signifikan terhadap NPL.
probabilitas variabel loan to deposit ratio Berdasarkan hasil analisis regresi
(LDR) sebesar 0,7285 yang lebih besar jika pada table diatas diketahui bahwa nilai
dibandingkan dengan (α) = 0,05 maka H0 probabilitas variabel pertumbuhan kredit
diterima. Hal ini berarti secara statistik loan to (LOANS) sebesar 0,0488 yang lebih kecil jika
deposit ratio (LDR) tidak memiliki pengaruh dibandingkan dengan (α) = 0,05 maka H0
signifikan terhadap NPL. dolak. Hal ini berarti secara statistik
Berdasarkan hasil analisis regresi pertumbuhan kredit memiliki pengaruh
pada tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikan terhadap NPL.
probabilitas variabel return on asset sebesar
Berdasarkan hasil analisis regresi mengalami kenaikan biasanya kegiatan usaha
pada tabel diatas diketahui bahwa nilai juga akan menguntungkan sehingga
probabilitas variabel loan loss provision (LLP) pendapatan yang diterima masyarakat
sebesar 0,0488 yang lebih kecil jika meningkat.
dibandingkan dengan (α) = 0,05 maka H0
diterima. Hal ini berarti secara statistik loan Tingkat suku bunga berpengaruh positif
loss provision memiliki pengaruh signifikan terhadap non performing loan (NPL)
terhadap NPL. Hasil t-test menunjukkan bahwa
variabel tingkat suku bunga memiliki pengaruh
PEMBAHASAN yang signifikan terhadap NPL. Artinya
semakin tinggi tingkat suku bunga pinjaman
Nilai tukar berpengaruh positif terhadap maka semakin tinggi tingkat NPL karena pihak
non performing loan (NPL) nasabah tidak dapat membayar kewajibannya
Hasil yang diperoleh pada pengujian dengan tepat waktu. Peningkatan suku bunga
hipotesis pertama sejalan dengan penelitian memperburuk kualitas dari pinjaman semakin
Linda et al. (2015) yang menemukan bahwa tingginya bunga kredit membuat debitur
kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap non semakin sulit membayarkan pinjamannya.
performing loan yang dimiliki oleh sebuah Dengan demikian dapat diartikan bahwa
bank, karena perubahan nilai tukar tidak begitu semakin tinggi bunga yang dibebankan kepada
dirasakan oleh nasabah, keadaan tersebut debitur maka kemungkinan besar akan
terjadi karena perubahan kurs yang relatif meningkatkan kredit bermasalah.
terjadi dalam jangka pendek, sehingga situasi
tersebut tidak begitu mengganggu bisnis yang Loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh
dijalankan nasabah oleh sebab itu perubahan positif terhadap non performing loan (NPL)
nilai tukar rupiah tidak mempengaruhi Hasil t-test menunjukkan bahwa
kemampuan nasabah untuk membayar tagihan variabel LDR tidak memiliki pengaruh yang
kredit. Perubahan nilai tukar yang terjadi signifikan terhadap NPL. Meskipun
hanya mempengaruhi besaran harga produk pengaruhnya tidak signifikan. namun
yang hendak dibeli oleh nasabah diawal hubungan negatif yang terjadi antara LDR
transaksi saja. Fenomena tersebut mendorong dengan NPL tersebut sesuai dengan teori
rasio kredit bermasalah yang diukur dengan intermediasi perbankan. Rasio LDR yang
non performing loan tidak mengalami berada pada kisaran terbaik yang ditentukan
perubahan berarti akibat adanya perubahan Bank Indonesia menunjukkan bahwa bank
kurs. yang bersangkutan telah berhasil menjalankan
fungsi intermediasinya yaitu funding dan
GDP berpengaruh negatif terhadap non lending dengan baik. Ketika LDR terlalu
performing loan (NPL) rendah. dana yang berhasil dihimpun bank
Variabel GDP memberikan hasil belum dimanfaatkan secara optimal dalam
estimasi tanda koefisien yang positif tidak bentuk penyaluran kredit, sehingga pendapatan
sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Hasil bunga yang diterima pun lebih sedikit. Jika
t-test menunjukkan bahwa variabel GDP tidak tujuan manajemen perusahaan adalah mengejar
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba. maka strategi menaikkan suku bunga
NPL. Meningkatnya GDP menunjukkan kredit akan dipilih dan pada akhirnya
adanya peningkatan aktivitas ekonomi meningkatkan potensi debitur gagal bayar.
membuat pendapatan masyarakat akan Penyaluran kredit yang tinggi diharapkan akan
meningkat sehingga masyarakat bisa mampu menekan rasio NPL.
memenuhi kewajibannya dan resiko terjadinya
kredit bermasalah akan mengalami penurunan Return on asset (ROA) berpengaruh negatif
dapat dikatakan jika peningkatan GDP akan terhadap non performing loan (NPL)
menurunkan terjadinya NPL. Hal ini dapat Hasil t-test menunjukkan bahwa
terjadi karena dengan adanya kenaikan variabel ROA memiliki pengaruh yang
pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan signifikan terhadap NPL. ROA merupakan
bahwa semua bidang usaha dalam kondisi baik efisiensi dalam pemanfaatan aset dan
yang ditandai dengan peningkatan menunjukkan seberapa besar pendapatan yang
produktivitas. Pada saat pertumbuhan dihasilkan dari asset. Hal ini juga sesuai
dengan hipotesis ―bad management‖ pada bank melakukan berbagai penghematan untuk
penelitian Berger deYoung (1997) yang menekan biaya operasional lainnya.
mengatakan bahwa praktik manajemen yang Penghematan yang dilakukan para manager
buruk akan berdampak pada laba mereka demi terlihat efisien justru akan menimbulkan
akibat persoalan efisiensi biaya yang masalah jangka panjang. Terkait dengan
dikeluarkan perusahaan serta kualitas kredit penghematan biaya aktivitas pengkreditan
yang diberikan pada debitur. Praktik semakin biaya tersebut ditekan maka bisa
manajemen yang buruk tersebut dikarenakan menjadikan kualitas kredit tersebut menurun
para manajer yang tidak kompeten dalam pada akhirnya kualitas kredit yang rendah akan
menjalankan berbagai kegiatannya. Ketika meningkatkan NPL. Selain itu meningkatnya
mereka tidak memiliki keterampilan yang LLP akan mengurangi laba bersih dari bank
cukup dalam hal credit scoring. menilai yang bersangkutan. Kebijakan menaikkan
agunan hingga pengawasan terhadap debitur, margin tentu akan dipertimbangkan meskipun
faktor-faktor kesalahan manajemen tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan peluang
akhirnya meningkatkan NPL. terjadinya kredit bermasalah yang lebih besar.

Pertumbuhan kredit berpengaruh positif V. KESIMPULAN DAN SARAN


terhadap non performing loan (NPL) 5.1 Kesimpulan
Hasil t-test menunjukkan bahwa Nilai tukar (ER) berpengaruh positif
variabel pertumbuhan kredit memiliki tidak signifikan terhadap NPL, gross domestic
pengaruh yang signifikan terhadap NPL. product (GDP) berpengaruh positif tidak
Keeton (1999) dalam Ghosh (2015) signifikan terhadap NPL, tingkat suku bunga
menyatakan bahwa semakin cepat (BI rate) berpengaruh positif signifikan
pertumbuhan kredit sebenarnya akan terhadap NPL, loan to deposit ratio (LDR )
berimplikasi peningkatan kerugian kredit. Hal berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
ini dapat pula terjadi karena ketika bank NPL, return on asset (ROA) berpengaruh
meningkatkan penawaran kreditnya bank negatif signifikan terhadap NPL, pertumbuhan
mencoba memberikan kelonggaran mengenai kredit (LOANS) berpengaruh negatif signifikan
standar kredit atau melakukan berbagai terhadap NPL, loan loss provision (LLP)
kecurangan lainnya sehingga meskipun berpengaruh positif signifikan terhadap NPL.
terkesan bank mampu menjalankan fungsi
intermediasinya dengan baik karena kreditnya 5.2 Keterbatasan Penelitian
banyak tersalurkan namun debitur yang tidak 1. Sampel yang digunakan dalam
kompeten hanya akan membawa masalah penelitian ini terbatas pada 10 bank
kredit macet bagi bank yang bersangkutan. saja (bank umum swasta nasional
Pada faktanya. berdasarkan hasil devisa)
pengujian penelitian kali ini asumsi tersebut 2. Penelitian ini menggunakan data
tidak dapat dibuktikan. Justru hal sebaliknya tahunan dengan demikian dalam
yang berlaku bahwa pertumbuhan kredit penelitian ini tidak dapat menangkap
dengan asumsi penyaluran kredit selektif akan peristiwa-peristiwa penting dalam
menurunkan tingkat kredit bermasalah bulanan, kuartalan dan semesteran
sehingga hubungannya menjadi negatif. yang berdampak pada efisiensi dan
Semakin besar tingkat pertumbuhan kredit risiko bank.
maka rasio NPL akan berkurang.
5.3 Saran
Loan loss provision (LLP) berpengaruh Untuk penelitian selanjutnya
positif terhadap non performing loan (NPL) disarankan tetap menggunakan variabel
Hasil t-test menunjukkan bahwa dalam penelitian ini dan menambahkan
variabel LLP memiliki pengaruh yang variabel makro ekonomi yaitu income per
signifikan terhadap NPL. Abid. et al (2014) kapita dan variabel fundamental yaitu
menghubungkan variabel kualitas kredit ini ke CAR.
dalam hipotesis ―skimping‖ milik Berger de
Young (1997). Dalam hal ini meningkatnya
CKPN kredit sebagai hasil estimasi besarnya
risiko kredit yang meningkat akan membuat
DAFTAR PUSTAKA

Abid, Lobna, Ouertani, M., N & Ghorbel, S., Beck, Roland, Jakubik, P.& Piloiu. 2013.‖ Non
Z. 2014. ―Macroeconomic and performing loans What matters
Bank- Specific Determinants of in Addition to the Economic
Household’s Non-Performing Cycle?.‖ Working Paper Series.
Loans in Tunisia. Journal of
Economics and Finance Vol. 13 Berger A. N. & R. DeYoung. (1997).
p. 58 – 68. ―Problem loans and cost
efficiency in commercial
Achmadi, M.Uzahir. 2014. ‖Pengaruh CAR, banks.‖ Journal of Banking and
BOPO, ROA, terhadap Non Finance, vol. 21, pp. 849‐870.
Performing Loans Bank
Nasional. ―Media Bisnis. Djohanputro, B., & Kountur, R. 2007. Non
Volume 6, Nomor 1. Performing Loans Bank
Perkreditan Rakyat. Laporan
Ahmad, F. & Bashir, T. 2013. ―Explanatory Penelitian. Bank Indonesia- GTZ
Power of Bank Specific
Variables as Determinants of Bofondi, M., Ropele, T. 2011. Macroeconomic
Non-Performing Loans: determinants of bad loans:
Evidence from Pakistan Banking evidence from Italian banks.
Sector‖. World Applied Sciences Occasional Papers, 89.
Journal: Pakistan 22 (9): 1220-
1231. IDOSI Publications. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen
Perbankan: edisi Kedua,
Andres, Carlos & Olaya Bonilla. 2012. Cetakan Kedua, Ghalia
‖Macroeconomic Determinants Indonesia. Bogor Jakarta.
of the Non- Performing Loans in
Spain and Italy.‖ Fahmi, Irham .2011.‖Analisis Laporan
Keuangan.‖ Bandung : Alfabeta
Astrini, Km Suli, I Wayan Sawendra & I Ketut
Suwarna. 2014. Pengaruh CAR, Ghosh, Amith, 2015. ―Banking-industry
LDR, Dan Bank Size Terhadap specific and regional economic
NPL Pada Lembaga Perbankan determinants of non performing
Yang Terdaftar Di Bursa Efek loans: Evidence from US states‖.
Indonesia. E-Journal Bisma Journal of Financial Stability
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.20. p 93– 104.
Vol. 2, diakses 2 Desember
2015. Hanafi, M.M. 2009. Manajemen Risiko: Edisi
Kedua. Yogyakarta : Unit
Badar, Munib, Atiya Yasmin Javid & Shaheed Penerbit dan Percetakan Sekolah
Zulfiquar. 2013. Impact of Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Macro economic forces on
Nonperforming loans an Hasibuhan, Malayu. 2005. Dasar-Dasar
empirical study. Elixir Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
International Journal .
Kasmir. 2014.‖ Dasar Dasar Perbankan: Edisi
Barus, A. C. & Erick. 2016. Analisis Faktor- Revisi 2008. Jakarta: PT Raja
Faktor yang Mempengaruhi Non Grafindo Persada.
Performing Loan pada Bank
Umum di Indonesia. Jurnal Wira . 2008. Analisis Laporan Keuangan.
Ekonomi Mikroskil. Volume 6, Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nomor 02.
Khemraj, T., Pasha, S. 2009. The determinants
of non-performing loans: An
econometric case study of Publishing Finance and
Guyana. The Caribbean Centre Accounting, Vol.1 No.2.
for Banking and Finance Bi-
annual Conference on Banking Roslita, Maya & Musdolifah. 2016.‖Pengaruh
and Finance, St. Augustine, Makroekonomi, Capital
Trinidad. Adequacy Ratio, Loan To
Deposit Ratio Dan Pertumbuhan
Kuncoro, Mudrajad & Suhardjono. 2002. Kredit Terhadap Non
Manajemen Perbankan. Teori Performing Loan Pada Bank
dan Aplikasi. Yogyakarta: Asing Di Indonesia Periode
BPFE. 2013-2014.‖ Jurnal Ilmu
Manajemen. Volume 4, Nomor
Linda, Mukthia, Roza. 2015. Pengaruh Inflasi, 2.
Kurs dan Tingkat Suku Bunga
terhadap Non Performing Loan Simorangkir. 2004. Pengantar Lembaga
pada PT. Bank Tabungan Keuangan Bank dan Non Bank.
Negara Tbk Cabang Padang. Bogor: Ghalia Indonesia.
Journal of Economic and
Economic Education Vol.3 No.2 Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori
(137-144). Ekonomi Makro. Jakarta :
Penerbit Raja Grafindo.
Mada, R.P & Arfinto, E. D. 2015. Analisis
Faktor-Faktor yang Syamsuddin, Lukman. (2009). Manajemen
Mempengaruhi Non Performing Keuangan Perusahaan: Konsep
Loans di Indonesia (Studi Pada Aplikasi ing Planning,
Bank Umum Konvensional yang Supervision, lan Making
Terdaftar di Bank Indonesia Decision (New Edition). Jakarta:
Tahun 2011-2014). Diponegoro PT. Raja Grafindo Persada.
Journal of Management.
Volume 4, Nomor 3. Soebagio, Hermawan. 2005. Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Mahmoeddin, As. 2010. Melacak Kredit Terjadinya Non Performing
Bermasalah:Cetakan Pertama. Loan (NPL) Bank Umum
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Komersial. Tesis
Dipublikasikan. Tesis Prodi
Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makro Sains Akuntansi Program Pasca
Ekonomi. Edisi Keempat. Sarjana Universitas Diponegoro.
Jakarta: Erlangga.
Utari, G A Diah, Trinil Arimurti & Ina
McEachern, William. 2000. Ekonomi Makro: Nurmalia Kurniati. 2012.
Pendekatan Kontemporer. Pertumbuhan Kredit Optimal.
Jakarta: Salemba Empat. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan.
Messai, Ahlem, S, & Fathi, Jouni. 2013.
―Micro and Macro Determinants Washington, Gitonga Kariuki. 2014. Effect Of
of Nonperforming Loans. Macroeconomic Variables On
‖International Journal of Credit Risk In The Kenyan
Economics and Financial Issues, Banking System. International
3(4): 852—860. Journal of Business and
Commerce (Online), Vol. 3, No.
Ozili, P.K. 2015. ―How Managers Anticipate 9, Pg. 01-26.
Non-Performing Loans :
Evidence From U.S, Europe, Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika:
Asia and Africa. Red Fame Pengantar dan Aplikasinya,
Ekonosia. Jakarta.
Wolk, Harry I., et al . (2004). Accounting Tingkat Kredit Bermasalah Pada
Theory Conceptual Issues in a Bank Umum Di Indonesia.
Political and Economic Skripsi Jurusan Manajemen
Environment Sixth Edition. Program Sarjana Universitas
Ohio: Thomson Learning. Diponegoro.

Yulita, Anatia. 2014. Analisis Pengaruh


Faktor Makroekonomi Terhadap

Anda mungkin juga menyukai