Anda di halaman 1dari 13

JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), CAPITAL ADEQUACY RATIO


(CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), DAN RETUTN ON ASSET
TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK BUMN YANG
TERDAFTAR DI BEI

Dy Ilham Satria1, Asmaul Husna2


1,2
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

dyilham@unimal.ac.id1, asmaulhusnailyas12@gmail.com2

Abstract: This Study aims to examine the effect of third party funds, capital adequacy ratios, non performing loans,
return on assets on lending to state owned banks listed on IDX. The data used in this study are secondary data in
the form of panel data, which is a combination of cross section data and time series data, the number of samples
in this study are 32 bank using the saturation sample technique. Data was accessed through the website
www.idx.co.id. Data analysis method in this research uses multiple linear regression analysis methods. The results
of the study found that partially third party funds have a positive and significant effect on lending, while capital
adequacy ratio, non performing loans and return on assets have no significant effect on lending.

Keywords: Third Party Funds, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset and Lending.

PENDAHULUAN dikarenakan bank tidak dapat menarik kembali


angsuran pokok dari kredit yang diberikan. Risiko
Indonesia telah mengalami perkembangan kredit dapat terjadi disebabkan oleh faktor eksternal
ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan ini tidak maupun faktor internal. Faktor eksternal diantaranya
terlepas dengan adanya peran perbankan sebagai ialah para debitur yang tidak sanggup membayar
lembaga keuangan yang mengatur, menghimpun, dan pinjaman ataupun kondisi ekonomi di negara dan
menyalurkan dana yang telah dipercayakan oleh lainnya. Sedangkan faktor internal disebabkan oleh
masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan kelalaian dari pihak bank itu sendiri yang tidak
deposito. Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki menganalisis riwayat keuangan nasabah sebelum
peran yang sangat penting yaitu sebagai penghubung memberikan pinjaman. Adapun cara mengukur
antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang terjadinya risiko kredit yang disebabkan oleh faktor
membutuhkan dana. Melalui bank, dana tersebut internal menurut (Galih, 2011) ialah dengan
kemudian disalurkan ke pihak-pihak yang menghitung jumlah dana pihak ketiga (DPK), capital
membutuhkan dana dalam bentuk kredit ataupun adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL),
dalam bentuk lainnya. dan return on asset (ROA).
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Dana pihak ketiga (DPK) ialah sumber
pasal 1 Nomor 10 Tahun 1998 yang berbunyi bank pendanaan bank yang bersumber dari masyarakat
adalah sebagai lembaga keuangan yang menghimpun sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro,
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan tabungan dan deposito. Dana yang dihimpun ini akan
menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui kredit.
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dana pihak ketiga berupa giro, tabungan, dan deposito
Menurut (IAI, 2009) bank adalah lembaga yang ini dihimpun bank melalui berbagai macam produk
memiliki peranan sebagai penghubung dalam hal dana yang ditawarkan pada masyarakat luas, yang
keuangan antara pihak yang membutuhkan dana menaruh kepercayaan terhadap bank yang
dengan pihak yang kelebihan dana, serta sebagai bersangkutan untuk menyimpan uangnya kemudian
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas ditarik kembali pada saat jatuh tempo dengan imbalan
pembayaran. Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bunga maupun capital gain dari bank tersebut
bahwa perbankan memiliki peranan dalam (Muljono, 2006). Dana pihak ketiga (DPK) dapat
menyalurkan kredit kepada masyarakat. Namun menjadi salah satu faktor internal penyebab terjadinya
keputusan bank dalam menyalurkan kredit pun dapat risiko kredit karena dalam penyalurannya, tinggi atau
menimbulkan banyak risiko, salah satunya ialah risiko rendahnya tingkat penyaluran kredit oleh bank dapat
kredit. Menurut (Karim, 2011), risiko kredit ialah dilihat dari besarnya dana pihak ketiga yang
risiko yang diakibatkan oleh adanya kegagalan nasabah disalurkan.
dalam membayar kewajibannya atau dalam istilah Capital adequacy ratio (CAR) ialah rasio
lainnya disebut kredit macet. Risiko kredit muncul yang dipakai untuk mengukur kecukupan modal
2

terhadap risiko dari aktiva bank. Sebagai faktor internal BTN 189.51 224.07 18.2
bank CAR juga berpengaruh pada tingkat kesehatan Total 2.607.93 2.950.56 13.1
bank yang mewakili kecukupan modal bank. Non Kredit
performing loan (NPL) disebut sebagai kredit Sem 1 Sem 1
bermasalah atau kredit macet adalah pinjaman yang 2016 2017 Pertumbuhan
mengalami kesulitan dalam pelunasan diakibatkan Bank
(Rp (Rp Tahunan
karena adanya faktor kesengajaan atau faktor eksternal triliun) triliun)
di luar kontrol debitur seperti kondisi ekonomi yang BRI 615.58 687.94 11.8
buruk. CAR dan NPL merupakan faktor internal yang Bank
juga perlu menjadi pertimbangan bank dalam 610.9 682 11.6
Mandiri
menyalurkan kredit karena akan berpengaruh terhadap BNI 357.22 412.18 15.4
kinerja bank itu sendiri, dimana pengelolaan CAR dan BTN 149.32 177.4 18.8
NPL dapat mempengaruhi laba yang diperoleh (ROA) Total 1.733.02 1.959.52 13.1
oleh bank.
NPL
Bank BUMN merupakan badan usaha
(Gross)
perbankan yang sebagian besar kepemilikan modalnya
Sem 1 Sem 1
dipegang oleh negara melalui penyertaan secara
2016 2017 Pertumbuhan
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang Bank
(Rp (Rp Tahunan
dipisahkan. Bank BUMN memiliki fungsi dan peranan
triliun) triliun)
yang sama dengan bank umum lainnya yaitu sebagai
BRI 2.39 2.34 -0.05
penghimpun, penyalur, dan pelayanan jasa dalam lalu
Bank
lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat, 3.86 3.82 -0.04
Mandiri
yang bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembayaran nasional dalam rangka peningkatkan BNI 3 2.8 -0.2
pemerataan pertumbuhan ekonomi serta keseimbangan BTN 3.41 3.23 -0.18
nasional agar terwujudnya kesejahteraan rakyat Total 3.165 3.0475 -0.1175
banyak. DPK
Bank BUMN juga memiliki peranan penting Sem 1 Sem 1
sebagai salah satu badan usaha milik negara, dimana 2016 2017 Pertumbuhan
Bank
eksistensinya diharapkan dapat menaikkan APBN bagi (Rp (Rp Tahunan
negara. Tidak hanya itu, dengan adanya pengelolaan triliun) triliun)
kinerja yang baik, akan meningkatkan aset bank yang BRI 683.74 768.04 12.3
akan sangat berguna bagi negara dan juga bank itu Bank
691.4 760.9 10.1
sendiri. Berikut merupakan capaian kinerja bank Mandiri
BUMN pada periode 2016-2017 yang dikutip dari BNI 391.49 463.86 18.5
CNN Indonesia. BTN 134.56 159.13 18.3
Tabel 1 Total 1.901.19 2.151.93 13.2
Tabel Kinerja Bank BUMN Tahun 2016-2017 Sumber : CNN Indonesia 2017
Laba
Sem 1 Sem 1 Dari tabel tersebut, akumulasi laba bank
2016 2017 Pertumbuhan BUMN pada tahun 2017 meraup untung bersih sebesar
Bank
(Rp (Rp Tahunan Rp 30,63 triliun, melonjak naik dari tahun 2016 sebesar
triliun) triliun) Rp 24,69 triliun. Pertumbuhan penyaluran kredit juga
BRI 12.18 13.45 10.4 mengalami kenaikan dari tahun 2016 sebesar Rp
Bank 1.733,02 triliun dan tahun 2017 naik sebesar Rp
7.1 9.5 33.7 1.959,52 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL)
Mandiri
BNI 4.37 6.41 46.7 membaik dari tahun 2016 sebesar 3,165 persen menjadi
BTN 1.04 1.27 22 3,0475 persen pada tahun 2017. Dari sisi
Total 24.69 30.63 24.1 penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) empat
bank BUMN mencapai Rp 2.151,93 triliun atau
Total 2.607.93 2.950.56 13.1
tumbuh 13,2 persen. Capaian kinerja ini membuat total
Aset
aset bank BUMN naik sebesar 13,1 persen menjadi Rp
Sem 1 Sem 1
2.950,56 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp
2016 2017 Pertumbuhan
Bank 2.607,9 triliun.
(Rp (Rp Tahunan
Meskipun tingkat penyaluran kredit pada
triliun) triliun)
bank BUMN ini meningkat permasalahan risiko kredit
BRI 907.84 1.027.34 13.2 bisa saja terjadi sama halnya seperti bank umum
Bank lainnya, karena semakin besar terjadinya kredit maka
971.44 1.067.41 9.9
Mandiri semakin besar pula risiko kredit yang ditimbulkan.
BNI 539.14 631.74 17.2 Dikutip dari media berita harian CNN Indonesia,
3

kinerja bank BUMN sangat terbantu oleh proyek- Dana Pihak Ketiga (DPK)
proyek infrastruktur yang digulirkan oleh pemerintah. Dana pihak ketiga sangatlah penting bagi
Hal ini dapat dilihat dari tingginya penyaluran kredit bank dalam menunjang keberlangsungan usahanya.
pada sektor konstruksi secara umum di portofolio Bank menghimpun dana dari berbagai pihak yaitu dana
kredit bank BUMN, namun kenaikan penyaluran kredit yang berasal dari bank itu sendiri (pihak kesatu), dana
dari proyek pemerintah memiliki risiko tidak yang berasal dari pihak lain (pihak kedua) dan dana
berkelanjutan (sustainable). Di sisi lain tingkat yang berasal dari masyarakat (pihak ketiga) berupa
penyaluran kredit ke sektor konsumsi dan komoditas tabungan, giro dan deposito. Menurut Undang-Undang
belum sepenuhnya pulih jika dibandingkan dengan Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dana pihak ketiga
kondisi tiga tahun sebelumnya. Apabila kondisi ini merupakan dana yang dipercayakan masyarakat
terus menerus terjadi, dampak yang akan ditimbulkan kepada bank untuk dilakukan penyimpanan dana dalam
tidak hanya bagi bank itu sendiri tapi juga bagi negara. bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan
bentuk lainnya. Dana pihak ketiga dapat dihitung
TINJAUAN PUSTAKA menggunakan rumus:

A. Landasan Teoritis
Kondisi Non Performing Loan (NPL) Pada Tahun Dana Pihak Ketiga = giro + tabungan + deposito
2005
Kredit bermasalah atau non performing loan Capital Adequacy Ratio (CAR)
(NPL) yang dialami perbankan nasional pada tahun Capital adequacy ratio (CAR) merupakan
2005 sebagian besar disumbang oleh bank BUMN rasio yang mengukur kecukupan modal terhadap risiko
sebesar 73,1% atau senilai Rp 39,1 triliun, sedangkan dari aktiva bank. (Dendawijaya, 2005) mengatakan
bank non-BUMN menyumbang NPL sebesar 26,9% capital adequacy ratio ialah rasio yang menunjukkan
atau senilai Rp 15,2 triliun. Berdasarkan data laporan seberapa jauh semua aktiva bank yang memiliki risiko
keuangan publikasi Bank Indonesia (BI) tercatat Bank (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank
Mandiri memberi kontribusi 64,2%, Bank Negara lain) yang dibiayai dari dana modal bank sendiri,
Indonesia (BNI) sebesar 23,67%, Bank Rakyat disamping mendapatkan dana dari sumber luar, seperti
Indonesia (BRI) 9,7 % dan Bank Tabungan Negara dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain.
(BTN) sebesar 2,03%. Bank Indonesia (BI) mencatat Standar CAR menurut BIS (Bank for International
pada tahun 2005 rata-rata NPL gross perbankan Settlements) minimum sebesar 8%, jika kurang dari itu
Indonesia sebesar 8,3% dan NPL net 5,8%. Angka ini akan dikenakan sanksi oleh Bank Sentral (Hasibuan,
melonjak signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2004 dalam Wardiah, 2013). Capital adequacy ratio
2004 sebesar 4,5% NPL gross dan 1,7% NPL net. Hal dapat dihitung menggunakan rumus:
ini disebabkan karena kondisi makro ekonomi
Indonesia yang kurang stabil, yang ditandai dengan Modal
inflasi tinggi. Akibatnya perbankan harus menaikkan CAR = x 100 %
ATMR
tingkat suku bunga, namun kenaikan suku bunga ini
membuat debitur kesulitan untuk mengembalikkan Keterangan :
pinjamannya (www.detikfinance.com). Kondisi ini ATMR : Aset tetap menurut resiko
menyebabkan tingkat NPL pada tahun 2005 meningkat
dan melebihi dari syarat penilaian tingkat kesehatan Non Performing Loan (NPL)
bank yang telah ditetapkan sebesar 5%. Menurut Siamat dalam (Galih, 2011) non
performing loan atau sering disebut sebagai kredit
Teori Penawaran Uang bermasalah yaitu pinjaman yang mengalami kesulitan
Teori penawaran uang menjelaskan bank dalam pelunasan diakibatkan karena adanya faktor
berfungsi sebagai perantara dari pihak kelebihan dana kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar
dan pihak yang kekurangan dana. Bank menerima kontrol debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk.
simpanan dana pihak ketiga dari pihak kelebihan dana Semakin tinggi rasio ini, maka semakin buruk pula
dan memberikan penawaran kredit bagi pihak yang kualitas kredit bank karena semakin banyak jumlah
kekurangan dana dalam bentuk kredit investasi, kredit kredit yang bermasalah. Menurut (Bank Indonesia,
modal kerja, dan kredit konsumsi. Penawaran kredit ini 2015) No. 17/11/PBI/2015 menetapkan bahwa ambang
dapat diartikan sebagai penawaran uang kepada batas rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 5%,
masyarakat yang kekurangan dana. Penawaran uang semakin tinggi nilai NPL yaitu diatas 5%, maka bank
yang dilakukan oleh bank tergantung pada permintaan tersebut dikatakan tidak sehat. Non performing loan
yang dilakukan oleh debitur, permintaan uang dapat dihitung menggunakan rumus:
dipengaruhi pula oleh suku bunga bank. Semakin
rendah suku bunga pinjaman maka kecenderungan
permintaan uang akan naik. Sedangkan penawaran NPL = x 100 %
uang yang dilakukan oleh bank mengikuti permintaan
uang atau kebutuhan yang diminta oleh debitur.
4

Return on Asset (ROA) perbankan, maka hal tersebut dapat menimbulkan


Return on assets (ROA) ialah rasio yang terjadinya keengganan bank dalam menyalurkan kredit
dipakai untuk mengukur kemampuan manajemen bank kepada masyarakat sehingga tingkat penyaluran kredit
dalam mendapatkan keuntungan (laba) secara yang diberikan akan semakin menurun.
menyeluruh. ROA dapat mengukur kemampuan 4. Pengaruh Return on Asset (ROA) Terhadap
perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa Penyaluran Kredit
lampau untuk kemudian diperkirakan di masa yang Return on asset adalah perbandingan antara
akan datang. Menurut (Kasmir, 2013) return on asset pendapatan dengan total aset yang dimiliki bank.
adalah rasio yang menunjukkan hasil atas keseluruhan Return on asset menampilkan seberapa besar
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Menurut penggunaan aset yang digunakan untuk menghasilkan
(Tandelilin, 2010) return on asset menggambarkan pendapatan. Semakin besar ROA maka semakin
sejauh mana kemampuan aset yang dimiliki optimal pula penggunaan aktiva yang dimiliki bank
perusahaan dapat menghasilkan laba. untuk menghasilkan pendapatan. Menurut
Return on asset dapat dihitung menggunakan (Dendawijaya, 2005) bahwa kegiatan perkreditan yang
rumus: dilakukan bank mencapai 70%-80% dari kegiatan
usaha bank. Hal tersebut membuktikan bahwa
ROA = x 100 % mayoritas kegiatan usaha bank adalah penyaluran
kredit. Oleh karena itu, semakin tinggi ROA maka
membuktikan bahwa semakin optimal penggunaan
B. Pengaruh Antar Variabel aktiva perusahaan untuk memperoleh pendapatan
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap maka berarti kegiatan kredit oleh bank telah
Penyaluran Kredit dioptimalkan untuk mendapatkan pendapatan.
DPK ialah sumber dana bank yang berasal 5. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan (NPL) dan Return on Asset (ROA) Terhadap
Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, Penyaluran Kredit
dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit Dana pihak ketiga merupakan salah satu
tergantung pada besarnya DPK yang dapat dihimpun indikator untuk mengetahui besarnya penyaluran kredit
oleh perbankan. Dana pihak ketiga adalah salah satu yang akan dilakukan bank. Semakin tinggi dana pihak
indikator untuk mengetahui besarnya penyaluran kredit ketiga yang dihimpun, semakin besar pula kredit yang
yang dilakukan bank. Semakin banyak dana yang dapat dapat disalurkan oleh bank. Namun dalam penyaluran
dihimpun oleh bank maka semakin besar pula kredit kredit ini pun dapat menimbulkan terjadinya risiko
yang dapat disalurkan oleh bank. Dengan begitu kredit. Untuk mencegah timbulnya kerugian akibat
masyarakat yang melakukan pinjaman ke bank akan adanya risiko kredit, rasio capital adequacy ratio
semakin banyak dan dana yang dihimpun bank akan digunakan untuk mengukur kecukupan modal terhadap
berputar kembali dalam perekonomian serta bank risiko dari aktiva bank, rasio ini berpengaruh pada
semakin banyak mendapatkan pendapatan dari bunga tingkat kesehatan bank yang mewakili kecukupan
pinjaman kredit yang diberikan kepada masyarakat modal bank. Non performing loan merupakan salah
(Bagaskoro, 2017). satu indikator untuk mengetahu sejauh mana bank
2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap mengalami kredit macet. CAR dan NPL merupakan
Penyaluran Kredit faktor internal bank yang perlu diperhatikan dalam
Capital adequacy ratio (CAR) ialah rasio menyalurkan kredit, karena jika dalam pengelolaan
yang menunjukkan modal dari bank yang dapat yang salah maka akan mempengaruhi tingkat laba yang
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan diperoleh oleh bank tersebut.
usaha dan untuk menutupi risiko adanya kerugian yang
disebabkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). C. Kerangka Konseptual
Semakin tinggi CAR yang terjadi maka semakin besar Atas dasar analisis tersebut, maka pengaruh
pula keuntungan yang dapat digunakan untuk dari masing-masing variabel terhadap penyaluran
mengantisipasi adanya potensi kerugian yang kredit dapat digambarkan dalam kerangka konseptual
diakibatkan oleh penyaluran kredit. berikut ini:
3. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap
Penyaluran Kredit
Non performing loan adalah salah satu
indikator untuk mengetahui sejauh mana suatu bank
mengalami kredit bermasalah. Semakin tinggi nilai non
performing loan yaitu di atas 5% maka bank tersebut
dikatakan tidak sehat. Apabila bank tidak sehat maka
bank harus mengurangi penyaluran kreditnya
(Bagaskoro, 2017). Dengan begitu, semakin tinggi
kredit macet atau kredit bermasalah yang dialami oleh
5

Populasi dan Sampel


Dana Pihak Ketiga
Menurut (Sugiyono, 2013) populasi ialah
(X1)
suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek serta mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,
Capital Adequacy Ratio
Penyaluran kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang
(X2)
Kredit digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
(Y) perbankan BUMN yang terdaftar di BEI dari tahun
Non Performing Loan 2011 sampai dengan tahun 2018 sebanyak 4
(X3) perusahaan yaitu: Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk dan Bank Mandiri
Return On Asset (Persero) Tbk. Menurut (Sugiyono, 2013), sampel
(X4) ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sampel jenuh yaitu teknik yang
Gambar 1 besifat mengambil seluruh anggota populasi menjadi
Kerangka Konseptual sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini
sebanyak 4 perbankan dengan observasi dalam
D. Hipotesis penelitian ini berjumlah 32 observasi.
Berdasarkan teori dan perumusan masalah
yang dikemukakan sebelumnya, hipotesis dalam Jenis dan Sumber Data
penelitian ini adalah: Data yang digunakan dalam penelitian ini
H1 : Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh adalah data sekunder, (Sugiyono, 2017) mengatakan
terhadap Penyaluran Kredit pada bank BUMN bahwa data sekunder merupakan data yang diperoleh
yang terdaftar di BEI secara tidak langsung baik dari buku, catatan, bukti
H2 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh yang telah ada atau arsip yang dipublikasikan maupun
terhadap Penyaluran Kredit pada bank BUMN tidak dipublikasikan. Adapun data sekunder dalam
yang terdaftar di BEI penelitian ini bersumber dari laporan tahunan
H3 : Non Performing Loan (NPL) berpengaruh perusahaan bank selama periode 2011-2018.
terhadap Penyaluran Kredit pada bank BUMN
yang terdaftar di BEI Teknik Pengumpulan Data
H4 : Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
Penyaluran Kredit pada bank BUMN yang beberapa metode pengumpulan data sesuai dengan
terdaftar di BEI masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang
H5 : DPK, CAR, NPL, dan ROA berpengaruh digunakan dalam penelitian ini adalah metode
terhadap Penyaluran Kredit pada bank BUMN dokumentasi. (Sugiyono, 2017) mengatakan bahwa
yang terdaftar di BEI. metode dokumentasi yaitu data dikumpulkan dari bukti
dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek
METODE PENELITIAN penelitian, pada penelitian ini berupa laporan keuangan
yang telah dipublikasikan kepada masyarakat.
Objek dan Lokasi Penelitian
Dalam sebuah penelitian yang pertama kali Uji Asumsi Klasik
dilakukan adalah menentukan objek penelitian yang 1. Uji Heterokedasitas
akan diteliti, dimana objek tersebut telah mencakup Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
fenomena yang akan dijadikan bahan penelitian untuk menguji apakah sebuah model regresi terjadi
kemudian mencari solusi dalam pemecahan masalah ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan
tersebut. Menurut (Arikunto, 2010) mengatakan bahwa ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari
objek penelitian ialah variabel penelitian yang satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
berkenaan dengan inti dari problematika penelitian. terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Metode
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Dana yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
Pihak Ketiga (X1), Capital Adequacy Ratio (X2), Non heteroskedastisitas menggunakan Uji Glajser yang
Performing Loan (X3), Return On Asset (X4), dan dilakukan dengan menggunakan bantuan program
Penyaluran Kredit (Y). Penelitian dilakukan pada bank Eviews. Uji Glajser dilakukan dengan membuat nilai
BUMN yang terdaftar di BEI selama periode 2011- absolut dari residual kemampuan melakukan regresi
2018. Bank BUMN yang terdaftar di BEI yaitu: Bank seluruh variabel bebas terhadap nilai absolut residual.
Negara Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia Tbk, Adapun teknik pengambilan keputusan pada Uji
Bank Tabungan Negara Tbk, dan Bank Mandiri Tbk. Glajser adalah sebagai berikut (Gujarati & Poter,
2012):
6

1. Jika nilai signifikan seluruh variabel bebas pada Dimana:


Uji Glajser berada diatas 0,05 maka dapat Y : Penyaluran Kredit
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. α : Konstanta
2. Jika nilai signifikan seluruh variabel bebas pada β1, β2, β3, β4, : Koefisien Regresi
Uji Glajser berada dibawah 0,05 maka dapat X1 : Dana Pihak Ketiga (DPK)
disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. X2 : Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3 : Non Performing Loan (NPL)
2. Uji Multikolineritas
X4 : Return On Asset (ROA)
Dalam uji asumsi klasik, Uji multikolinearitas
e : Kesalahan residual (Koefisien Error)
merupakan uji untuk mengetahui terdapat atau
tidaknya hubungan diantara veriabel-veriabel bebas. Untuk melakukan regresi data panel, maka
Menurut (Ghozali, 2011) uji ini bertujuan untuk diperlukan beberapa pengujian untuk memilih model
menguji apakah pada model ditemukan adanya korelasi regresi data panel yang sesuai dengan penelitian ini
antara variabel independen. Pada model yang baik dengan menggunakan alat statistik berupa Eviews.
seharusnya antara variabel independen tidak terjadi Adapun model-model beserta pengujian model di
korelasi. dalam data panel adalah sebagai berikut:
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
melihat gejala multikolinearitas adalah dengan Pengujian Hipotesis
menganalisis matrik korelasi veriabel-veriabel 1. Uji Secara Parsial (Uji t)
independen. Menurut (Gujarati & Poter, 2012) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
menyatakan bahwa apabila korelasi antara dua variabel seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
bebas melebihi 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa secara terpisah (individual) dalam menerangkan variasi
terjadi gejala multikilinearitas di dalam penelitian variabel dependen. Uji t dilakukan dengan tingkat
tersebut. keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisa (α) 5%
derajat kebebasan (degree of freedom) yang digunakan
3. Uji Autokorelasi
adalah df = n-k. Taraf nyata inilah yang akan
Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji
digunakan untuk mengetahui kebenaran hipotesis
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara
(Ghozali, 2011).
kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan
Menurut (Ghozali, 2011) dasar pengambilan
kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.
keputusan pada uji t adalah sebagai berikut:
(Ghozali, 2005) mengatakan bahwa uji autokorelasi ini
1. Jika thitung > ttabel dan nilai signifikan < 0,05,
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
maka variabel independen yang terdiri dari
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio,
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
Non Performing Loan, dan Return on Asset
t-1 (sebelumnya).
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau
variabel dependen yaitu penyaluran kredit pada
tidaknya autokorelasi yaitu dengan melakukan Uji
bank BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
Durbin-Watson (DW test). Berikut adalah kriteria
Indonesia.
autokorelitas ada tiga, yaitu (Ghozali, 2011):
2. Jika thitung < ttabel dan nilai signifikan > 0,05,
1. Nilai Uji Durbin-Watson di bawah -2 berarti
maka variabel independen yang terdiri dari
diindikasi ada autokorelasi positif.
Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio,
2. Nilai Uji Durbin-Watson di bawah -2 sampai
Non Performing Loan, dan Return on Asset
2 berarti diindikasi tidak ada autokorelasi.
secara parsial tidak berpengaruh signifikan
3. Nilai Uji Durbin-Watson di atas 2 berarti
terhadap variabel dependen yaitu penyaluran
diindikasi ada autokorelasi negatif.
kredit pada bank BUMN yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam 2. Uji Secara Simultan (Uji F)
penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Pengujian ini bertujuan untuk melihat
Analisis regresi linear berganda merupakan suatu seberapa berpengaruh variabel independen secara
teknik statistik yang diukur melalui koefisien bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara
parameter, untuk dapat mengetahui seberapa besar pembuktiannya dengan membandingkan nilai F tabel
pengaruh variabel independen terhadap variabel dengan nilai F hitung yang terdapat pada tabel analysis
dependen. Variabel dependen yang digunakan adalah of variance. Menurut (Ghozali, 2011) dasar
Penyaluran Kredit dan variabel independen yaitu Dana pengambilan keputusan pada uji F adalah sebagai
Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non berikut:
Performing Loan, dan Return On Asset. Adapun 1. Jika Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan < 0,05,
persamaan regresi linear berganda dirumuskan sebagai maka variabel independen yang terdiri dari
berikut: Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio,
Non Performing Loan, dan Return on Asset
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e secara simultan berpengaruh signifikan
7

terhadap variabel dependen yaitu penyaluran perbankan BUMN yang menjadi sampel pada
kredit pada bank BUMN yang terdaftar di Bursa penelitian ini adalah sebesar 14,49656 dengan standar
Efek Indonesia. deviasi sebesar 0,313869 dan nilai minimal 13,77000
2. Jika Fhitung < Ftabel dan nilai signifikan > 0,05, serta nilai maksimalnya sebesar 14,93000.
maka variabel independen yang terdiri dari Dikarenakan nilai rata-rata lebih besar dari nilai
Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, standar deviasi, hal ini menunjukkan bahwa terjadi
Non Performing Loan, dan Return on Asset fluktuasi dengan representasi yang baik pada
secara simultan tidak berpengaruh signifikan perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
terhadap variabel dependen yaitu penyaluran Kemudian untuk variabel Dana Pihak Ketiga
kredit pada bank BUMN yang terdaftar di Bursa (DPK) nilai rata-rata sebesar 14,54719 dengan standar
Efek Indonesia. deviasi sebesar 0,331908, nilai minimal sebesar
13,79000 dan nilai maksimal sebesar 14,98000. Nilai
3. Koefisien Determinasi (R2)
rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasi sehingga
Menurut (Ghozali, 2011), tujuan dari
mengindikasikan fluktuasi dengan representasi yang
koefisien determinasi (R2) yaitu untuk mengukur
baik pada perbankan yang menjadi sampel dalam
sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan
penelitian ini. Selanjutnya pada variabel Capital
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
Adequacy Ratio (CAR) nilai rata-rata sebesar 18,60688
0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil artinya
dengan standar deviasi sebesar 2,572908, nilai minimal
kemampuan variabel-variabel independen dalam
sebesar 14,64000 dan nilai maksimal sebesar
menerangkan variasi variabel dependen sangat
23,10000. Nilai rata-rata pada variabel ini lebih besar
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
dari nilai standar deviasi sehingga menunjukkan bahwa
variabel independen memberikan hampir semua
terjadi fluktuasi dengan representasi yang baik pada
informasi yang dibutuhkan. Untuk data silang relative
perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
rendah karena adanya variasi yang besar antara
Variabel Non Performing Loan (NPL) nilai
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data
rata-ratanya sebesar 2,297813 dengan standar deviasi
runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai
sebesar 0,855678, nilai minimal sebesar 0,600000 dan
koefisien determinasi yang tinggi.
nilai maksimal sebesar 4,010000. Nilai rata-rata lebih
besar dari nilai standar deviasi, hal ini menunjukkan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
bahwa terjadinya fluktuasi dengan representasi yang
baik pada perbankan yang menjadi sampel dalam
A. Hasil Analisis Data
penelitian ini. Yang terakhir untuk variabel Return On
Statistik Deskriptif
Asset (ROA) nilai rata-rata sebesar 3,282813 dengan
Statistik deskriptif digunakan agar dapat
standar deviasi sebesar 1,102605, nilai minimum
memberikan gambaran umum tentang objek yang
sebesar 1,140000 dan nilai maksimum sebesar
dijadikan sampel pada penelitian ini. Statistif deskriptif
5,150000. Nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar
menggambarkan hasil data deskriptif statistik yang
deviasi sehingga mengindikasikan fluktuasi dengan
terdiri dari rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan
representasi yang baik pada perbankan yang menjadi
minimum serta jumlah pengamatan. Pada Tabel 2
sampel dalam penelitian ini.
dibawah ini terlihat bahwa banyaknya observasi yang
dilakukan pada penelitian ini sebanyak 32 observasi.
Uji Asumsi Klasik
Tabel 2
1. Uji Heterokedasitas
Statistik Deskriptif
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
Mea Med Maxi Mini Std. Obse menguji apakah sebuah model regresi terjadi
n ian mum mum Dev. rvasi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan
P 14.4 14.5 14.93 13.7 0.31 ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2016). Model
32
K 9656 7500 000 7000 3869 penelitian yang baik adalah model yang tidak terjadi
D heterokedastisitas ataupun model yang
14.5 14.6 14.98 13.7 0.33
P 32 homoskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya
4719 4500 000 9000 1908
K heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
C meggunakan uji glajser, prosedurnya dengan
18.6 18.5 23.10 14.6 2.57
A 32 melakukan residual dari regresi yang telah dilakukan.
0688 0000 000 4000 2908
R Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 3:
N 2.29 2.19 4.010 0.60 0.85 Tabel 3
32
PL 7813 0000 000 0000 5678 Hasil Uji Heteroskedastisitas
R t-
3.28 3.38 5.150 1.14 1.10 Variabl Coefficie Std.Err
O 32 Statisti Prob
2813 5000 000 0000 2605 e nt or
A c
Sumber: Hasil Penelitian (2020) C 0.246336 0.11491 2.1435 0.041
Hasil deskripsi statistik menunjukkan bahwa 7 90 2
nilai rata-rata perubahan Penyaluran Kredit (PK) pada
8

Log_DP - 0.00855 - 0.051 Tabel 5


K 0.017421 1 2.0373 5 Hasil Uji Autokorelasi
89 Mean
CAR - 0.00100 - 0.427 R-squared 0.994650 dependent 14.49656
0.000806 0 0.8064 0 var
20 S.D.
Adjusted
NPL 0.010495 0.00515 2.0359 0.051 0.993090 dependent 0.313869
R-squared
5 07 7 var
ROA 0.004561 0.00400 1.1389 0.264 Sum
S.E. of
5 64 7 0.026092 squared 0.016339
regression
Sumber: Hasil penelitian (2020) resdi
Durbin-
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa F-statistic 637.4239 Watson 1.270132
seluruh variabel bebas pada uji Glajser berada diatas stat
0,05, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak
Prob(F-
terjadi gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini. 0.000000
statistic)
2. Uji Multikolenaritas Sumber: Hasil penelitian (2020)
Pengujian ini biasanya dilakukan untuk
Salah satu cara untuk mendeteksi ada
melihat ada atau tidaknya multikolinearitas, dengan
tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan melakukan
cara menganalisis matriks korelasi variabel-variabel
Uji Durbin-Watson (DW test). Berdasarkan Tabel 4.6,
independen. Apabila korelasi antara dua variabel bebas
diketahui nilai Durbin-Watson pada penelitian ini
melebihi 0,8 maka dapat disimpulkan telah terjadi
adalah sebesar 1,270132. Nilai tersebut berada di
multikolinearitas didalam penelitian tersebut (Gujarati
antara nilai toleransi di dalam uji autokorelasi yaitu -2
& Porter, 2012). Berikut dapat dilihat tabel hasil
dan 2. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas
pengujian pada penelitian ini:
dari gejala autokorelasi, karena nilai Durbin-Watson
Tabel 4
berada diantara -2 dan 2.
Hasil Uji Multikolinearitas
Log_DP
CAR NPL ROA Teknik Pemilihan Model
K
Teknik pemilihan model pada analisis regresi
Log_DP 1.00000 0.0865 0.1171 0.1794
data panel dilakukan untuk mendapatkan model yang
K 0 04 60 34
terbaik antara Common Effect Model (CEM), Fixed
CAR 0.08650 1.0000 - 0.0657 Effect Model (FEM) dan juga Random Effect Model
4 00 0.1274 72 (REM). Adapun pemilihan model regresi data panel
66 dapat dilakukan dengan cara uji chow (chow test) dan
NPL 0.11716 - 1.0000 - uji hausman (hausman test).
0 0.1274 00 0.7718 Menurut (Gujarati & Porter, 2012)
66 86 menerangkan bahwa dasar pengambilan keputusan
ROA 0.17943 0.0657 - 1.0000 pada uji chow adalah dengan melihat nilai probability
4 72 0.7718 00 nya. Apabila nilai signifikansi <0,05 maka model yang
86 terbaik adalah FEM, namun apabila nilai signifikansi
Sumber: Hasil penelitian (2020) >0,05 maka model yang terbaik adalah CEM.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan Sedangkan pada uji hausman dasar pengambilan
bahwa penelitian ini terbebas dari masalah keputusannya adalah jika nilai signifikansi <0,05 maka
multikolineritas, dikarenakan hasil penelitian antar FEM terpilih, namun jika nilai signifikansi >0,05 maka
variabel independen tidak melebihi dari 0,8. yang terpilih adalah model REM. Hasil pengujian
model tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3. Autokorelasi Tabel 6
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji Model Regresi Data Panel
dalam suatu model ada atau tidaknya korelasi antara Var Common Fixed Effect Random
kesalahan pengganggu pada periode t dengan iabe Effect Model Model Effect Model
kesalahan pada periode t-1. (Ghozali, 2005) l Koe Sig. Koe Sig. Koe Sig.
menyatakan bahwa model regresi yang baik adalah fisie fisie fisie
model yang tidak terdapat autokorelasi di dalamnya. n n n
C 0.63 0.03 - 0.01 0.63 0.00
451 67** 3.42 03** 451 46**
0 075 0
4
9

DP 0.95 0.00 1.22 0.00 0.95 0.00 sehingga perlu dilakukan uji hausman untuk memilih
K 357 00** 307 00** 357 00** model terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) dan
7 * 2 * 7 * Random Effect Model (REM).
CA 0.00 0.02 - 0.66 0.00 0.00
2. Uji Hausman
R 602 36** 0.00 29 602 23**
Untuk menentukan model yang paling baik
8 109 8
antara FEM atau REM dengan uji hausman. Adapun
8
dasar pengambilan keputusan pada uji hausman yaitu
NP - 0.28 0.02 0.13 - 0.14 dengan melihat nilai probability, jika hasil uji hausman
L 0.01 90 475 79 0.01 00 signifikan (probability < 0,05) maka model yang
400 5 400 dipilih adalah FEM dan sebaliknya. Adapun hasil uji
5 5 hausman di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
RO - 0.11 0.02 0.20 - 0.00 Tabel 8
A 0.02 3** 699 30 3.82 07** Hasil Uji Hausman
735 1 271 Test Chi-Sq. Chi-Sq.
1 6 Prob.
Summary Statistic d.f.
Uji Chow : Period
3 : 0.0000 31.265118 4 0.0000
Prob. random
Uji Sumber: Hasil Penelitian (2020)
Hausman : 4 : 0.000
Prob. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai
Keterangan : ***, **, * Signifikan pada level 1%, probability sebesar 0,0000 dimana nilai tersebut berada
5% dan 10% di bawah nilai standar toleransi kesalahan dalam
Sumber: Hasil Penelitian (2020) penelitian ini sebesar 0,05. Oleh karena itu, model
regresi data panel yang terbaik dalam penelitian ini
Berdasarkan tabel di atas, terlihat seluruh nilai adalah Fixed Effect Model (FEM).
koefisien dan signifikansi untuk model regresi data
panel berdasarkan Common Effect Model (CEM), Estimasi Regresi Data Panel
Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model Berdasarkan pemilihan model diatas, model
(REM) di dalam penelitian ini. Selanjutnya akan yang terbaik digunakan didalam penelitian ini adalah
dilakukan pengujian untuk memilih model yang Fixed Effect Model (FEM). Berikut adalah hasil regresi
terbaik yang akan digunakan dalam penelitian ini. data panel dengan Fixed Effect Model (FEM) yaitu:
1. Uji Chow Tabel 9
Uji chow (Chow Test) merupakan pengujian Hasil Estimasi Regresi Data Panel dengan Fixed
yang dilakukan untuk memilih model yang paling baik Effect Model (FEM)
antara Fixed Effect Model (FEM) dan Common Effect t-
Variabl Coeffici Std.Err
Model (CEM). Menurut (Gujarati & Porter, 2012) Statisti Prob.
e ent or
mengatakan bahwa dasar pengambilan keputusan pada c
uji chow yaitu dengan melihat nilai probability. Jika - -
1.2294 0.0100
hasil uji chow signifikan (probability < 0,05) maka C 3.42075 2.7823
64 3
model yang dipilih adalah FEM dan sebaliknya. 4 13
Adapun hasil uji chow di dalam penelitian ini dapat Log_DP 1.22307 0.0805 15.176
0.0000
dilihat pada tabel di bawah ini: K 2 89 64
Tabel 7 CAR - -
0.0024
Hasil Uji Chow 0.00109 0.4414 0.6629
87
Effects 8 00
Statistic d.f Prob.
Test NPL 0.02475 0.0161 1.5347
0.1379
Cross- 5 29 52
8.467169 (3.24) 0.0005
section F ROA 0.02699 0.0206 1.3087
0.2030
Cross- 1 22 92
section R- 0.99465 Mean dependent 14.496
23.101667 3 0.0000
Chi- squared 0 var 56
square Adjuste S.D. dependent
0.99309 0.3138
Sumber: Hasil Penelitian (2020) d R- var
0 69
squared
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nilai
S.E. of Sum squared
probability pada uji chow sebesar 0,0000. Nilai 0.02609 0.0163
regressi resid
tersebut berada di bawah nilai standar toleransi 2 39
on
kesalahan dalam penelitian ini yaitu 0,05. Maka dari
F- 637.423 Durbin-Watson 1.2701
itu, berdasarkan hasil uji chow model terbaik di dalam
statistic 9 stat 32
penelitian ini adalah model Fixed Effect Model (FEM),
10

Prob (F- 0.00000 penyaluran kredit pada bank BUMN yang terdaftar di
statistic) 0 BEI.
Sumber: Hasil Penelitian (2020) Kondisi ini menunjukkan semakin banyak
dana yang dapat dihimpun oleh bank maka semakin
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka besar pula kredit yang dapat disalurkan oleh bank.
dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Dengan begitu masyarakat yang melakukan pinjaman
Penyaluran Kredit = -3.420754 + 1.223072 DPK – ke bank akan semakin banyak dan dana yang dihimpun
0.001098 CAR + 0.024755 bank akan berputar kembali dalam perekonomian serta
NPL + 0.026991 ROA + e bank semakin banyak mendapatkan pendapatan dari
bunga pinjaman kredit yang diberikan kepada
Berdasarkan persamaan di atas, terlihat bahwa masyarakat (Bagaskoro, 2017).
nilai konstanta sebesar – 3,420754. Hal ini Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
menunjukkan bahwa DPK, CAR, NPL dan ROA tidak sebelumnya yang dilakukan oleh (Pratiwi & Hindasah,
bernilai, maka penyaluran kredit akan konstan sebesar 2014), (D.A et al., 2011), (Bagaskoro, 2017),
-3,420754. Sementara itu, DPK memiliki pengaruh (Triwuriandi, 2017) serta (Riadi, 2018) yang
positif (searah) terhadap penyaluran kredit dengan nilai mengatakankan bahwa DPK berpengaruh positif dan
koefisien regresi sebesar 1,223072. Hal ini signifikan terhadap penyaluran kredit. Dengan
menunjukkan bahwa jika DPK mengalami kenaikan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebesar 1% menyebabkan penyaluran kredit meningkat peningkatan DPK menjadi faktor yang mengindikasi
sebesar 122,3072%. Selanjutnya, nilai koefisien penyaluran kredit pada bank BUMN secara signifikan.
regresi variabel CAR sebesar – 0,001098 yang
memiliki pengaruh negatif (tidak searah) terhadap Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap
penyaluran kredit. Hal ini menunjukkan bahwa jika Penyaluran Kredit
CAR mengalami kenaikan sebesar 1% menyebabkan Berdasarkan hasil pengujian menggunakan
penyaluran kredit menurun sebesar -0,1098%. aplikasi Eviews 10, diketahui bahwa nilai thitung dari
Kemudian nilai koefisien regresi variabel CAR sebesar -0,441400 dengan signifikan 0,6629.
NPL sebesar 0,024755 yang menunjukkan hubungan Adapun nilai ttabel didalam penelitian ini dihitung
positif (searah) terhadap penyaluran kredit, dimana dengan df = 32-5 adalah sebesar 2,051831 dengan
setiap kenaikan NPL sebesar 1% menyebabkan signifikan 0,05. Secara parsial variabel CAR
penyaluran kredit meningkat sebesar 2,4755%. Dan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
yang terakhir variabel ROA dengan nilai koefisien penyaluran kredit. Dilihat dari nilai thitung -0,441400 <
regresi sebesar 0,026991 yang menunjukkan hubungan ttabel 2,051831 dan nilai signifikan 0,6629 > 0,05. Maka
positi (searah) terhadap penyaluran kredit, dimana keputusan H2 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
setiap kenaikan ROA sebesar 1% menyebabkan bahwa variabel CAR tidak berpengaruh signifikan
penyaluran kredit meningkat sebesar 2,6991%. terhadap penyaluran kredit pada bank BUMN yang
terdaftar di BEI.
B. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hal ini dikarenakan variabel CAR merupakan
Penelitian ini menggunakan uji t sebagai rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan
penguji hipotesis. Uji t digunakan untuk melihat suatu bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengaruh variabel independen terhadap variabel pengembangan usaha dan untuk menutupi risiko
dependen secara parsial. Adapun kriteria pengambilan adanya kerugian yang disebabkan oleh kegiatan
keputusannya dengan nilai t-tabel kemudian juga operasi bank (Ali, 2004). Oleh karena itu, hasil yang
melihat nilai probability. Level kesalahan yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa modal
digunakan di dalam penelitian ini adalah sebesar 5%. tersebut digunakan untuk menjaga kewajiban
Adapun pengujian hipotesis di dalam penelitian ini penyediaan modal minimum dan mengantisipasi jika
adalah sebagai berikut: terjadinya risiko kerugian pada bank. Namun, rasio
CAR ini tetap harus diperhatikan menurut standar BIS
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap (Bank for International Settlements) minimum sebesar
Penyaluran Kredit 8%.
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
aplikasi Eviews 10, diketahui bahwa nilai thitung dari sebelumnya yang dilakukan oleh (Pratiwi & Hindasah,
DPK sebesar 15,17664 dengan signifikan 0,0000. 2014) dan (D.A et al., 2011) yang mengatakankan
Adapun nilai ttabel didalam penelitian ini dihitung bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap
dengan df = 32-5 adalah sebesar 2,051831 dengan penyaluran kredit. Sementara itu hasil penelitian ini
signifikan 0,05. Secara parsial variabel DPK bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dilakukan oleh (Triwuriandi, 2017) dan (Riadi, 2018)
kredit. Dilihat dari nilai thitung 15,17664 ˃ ttabel 2,051831 yang mengatakankan bahwa CAR berpengaruh positif
dan nilai signifikan 0,0000 ˂ 0,05. Maka keputusan H1 dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Dengan
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap
11

CAR belum tentu menjadi faktor yang mengindikasi pendanaan utama untuk kredit perbankan, sehingga
penyaluran kredit pada bank BUMN secara signifikan. naik turunnya rasio ROA pada perbankan tidak
mempengaruhi jumlah penyaluran kredit (Pratiwi &
Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Hindasah, 2014).
Penyaluran Kredit Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan sebelumnya yang dilakukan oleh (Pratiwi & Hindasah,
aplikasi Eviews 10, diketahui bahwa nilai thitung dari 2014) dan (Triwuriandi, 2017) yang mengatakan
NPL sebesar 1,534752 dengan signifikan 0,1379. bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap
Adapun nilai ttabel didalam penelitian ini dihitung penyaluran kredit. Sementara itu hasil penelitian ini
dengan df = 32-5 adalah sebesar 2,051831 dengan bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang
signifikan 0,05. Secara parsial variabel NPL dilakukan oleh (D.A et al., 2011) dan (Riadi, 2018)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap yang mengatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan
penyaluran kredit. Dilihat dari nilai thitung 1,534752 < signifikan terhadap penyaluran kredit. Dengan
ttabel 2,051831 dan nilai signifikan 0,1379 > 0,05. Maka demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keputusan H3 ditolak, sehingga dapat disimpulkan ROA belum tentu menjadi faktor yang mengindikasi
bahwa variabel NPL tidak berpengaruh signifikan penyaluran kredit pada bank BUMN secara signifikan.
terhadap penyaluran kredit pada bank BUMN yang
terdaftar di BEI. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Kondisi ini menunjukkan bahwa variabel Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
NPL merupakan indikator untuk mengetahui sejauh (NPL), dan Return On Asset (ROA) Terhadap
mana suatu bank mengalami kredit bermasalah. Jika Penyaluran Kredit
semakin tinggi nilai non performing loan yaitu di atas Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan
5% maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. Apabila dengan menggunakan aplikasi Eviews 10, maka dapat
bank tidak sehat maka bank harus mengurangi dilihat hasil penelitian variabel DPK, CAR, NPL dan
penyaluran kreditnya (Bagaskoro, 2017). ROA secara simultan atau secara bersama-sama
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Diketahui
sebelumnya yang dilakukan oleh (D.A et al., 2011) dan nilai Fhitung didalam penelitian ini adalah sebesar
(Riadi, 2018) yang mengatakan bahwa NPL tidak 637,4239 dengan tingkat signifikansi 0,000000, dan
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. nilai Ftabel adalah sebesar 2,57 dengan signifikan 0,05.
Sedangkan menurut (Bagaskoro, 2017) variabel NPL Dilihat dari nilai Fhitung 637,4239 > Ftabel 2,57 dan nilai
dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif signifikansi 0,000000 < 0,05. Maka keputusan H5
signifikan, dan dalam jangka panjang tidak memiliki diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
pengaruh terhadap penyaluran kredit. Sementara itu DPK, CAR, NPL dan ROA secara simultan atau secara
hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
sebelumnya yang dilakukan oleh (Pratiwi & Hindasah, terhadap penyaluran kredit.
2014), dan (Triwuriandi, 2017) yang mengatakan Hal ini memberikan penjelasan bahwa jika
bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terjadinya peningkatan terhadap DPK maka akan
terhadap penyaluran kredit. meningkatkan penyaluran kredit yang dilakukan oleh
bank. Namun dalam penyaluran kredit ini pun dapat
Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap menimbulkan terjadinya risiko kredit. Untuk
Penyaluran Kredit mencegah timbulnya kerugian akibat adanya risiko
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan kredit, rasio CAR digunakan untuk mengukur
aplikasi Eviews 10, diketahui bahwa nilai thitung dari kecukupan modal terhadap risiko dari aktiva bank,
ROA sebesar 1,308792 dengan signifikan 0,2030. rasio ini berpengaruh pada tingkat kesehatan bank yang
Adapun nilai ttabel didalam penelitian ini dihitung mewakili kecukupan modal bank. Rasio NPL
dengan df = 32-5 adalah sebesar 2,051831 dengan digunakan untuk mengetahui sejauh mana bank
signifikan 0,05. Secara parsial variabel ROA mengalami kredit macet, sehingga bank perlu
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap memperhatikan kedua rasio ini untuk mengurangi
penyaluran kredit. Dilihat dari nilai thitung 1,308792 < risiko yang ditimbulkan dalam menyalurkan kredit.
ttabel 2,051831 dan nilai signifikan 0,2030 > 0,05. Maka Dengan pengelolaan yang baik, bank dapat
keputusan H4 ditolak, sehingga dapat disimpulkan memperoleh keuntungan dalam menyalurkan kredit.
bahwa variabel ROA tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran kredit pada bank BUMN yang Uji Koefisien Determinasi (R2)
terdaftar di BEI. Dalam perhitungan statistik, nilai R2 yang
Hal ini disebabkan karena ada beberapa digunakan adalah adjusted R-square. Adjusted R-
pendanaan yang diprioritaskan selain pada pendanaan square merupakan suatu indikator yang digunakan
kredit. Menurut (Taswan, 2010) mengatakan bahwa untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu
dana ROA ditempatkan pada aktiva tetap dan variabel independen kedalam suatu persamaan regresi.
inventaris untuk mengoperasikan kegiatan perbankan. Pengujian ini biasanya dilakukan untuk melihat berapa
Oleh karena itu, ROA bukan merupakan sumber proporsi variasi dari variabel independen secara
12

bersama-sama dalam mempengaruhi variabel NPL yang terjadi sehingga bank dapat melakukan
dependennya. penyaluran kredit dengan baik.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan 2. Bagi penelitian selanjutnya, penulis mengharapkan
dengan menggunakan aplikasi Eviews 10, dilihat pada bahwa penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris
Tabel 4.8 dapat diketahui nilai adjusted R-square pada variabel yang mempengaruhi penyaluran kredit
perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
Indonesia adalah sebesar 0,993090 atau 99,309%. Hal penelitian selanjutnya dengan mengembangkan
ini menandakan bahwa variasi dari penyaluran kredit ruang lingkup penelitian seperti penambahan tahun
mampu dijelaskan secara serentak oleh variabel- penelitian dan juga penambahan variabel di dalam
variabel DPK, CAR, NPL dan ROA sebesar 99,309% penelitian seperti Net Interest Margin (NIM) dan
sedangkan sisanya 0,691% dapat dijelaskan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR).
variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.

PENUTUP KEPUSTAKAAN

Kesimpulan Ali, M. (2004). Asset Liability Management:


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko
yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti menarik Operasional. Jakarta: PT. Gramedia.
kesimpulan sebagai berikut:
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
1. Secara parsial Dana Pihak Ketiga (DPK)
Ilmiah.Jakarta: Rineka Cipta.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit pada bank BUMN yang terdaftar Arthesa, A. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan
di Bursa Efek Indonesia. Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2. Secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak Bagaskoro, D. J. (2017). Pengaruh Dana Pihak
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Ketiga, Non Performin Loan, dan Net Interest
pada bank BUMN yang terdaftar di BEI. Margin Terhadap Penyaluran Kredit
3. Secara parsial Non Performing Loan (NPL) tidak Perbankan: Studi Empiris pada Bank
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Umum Konvensional di Indonesia.
pada bank BUMN yang terdaftar di BEI. Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Secara parsial Return On Asset (ROA) tidak
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Bank Indonesia. (2015). Perubahan atas Peraturan
pada bank BUMN yang terdaftar di BEI. Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013
5. Secara simultan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank
(NPL) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh Umum Konvensional. Bank Indonesia (Issue
positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit 1). https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-
pada bank BUMN yang terdaftar di BEI. 7.2.
D.A, F. A., Saryadi, & Andi, W. (2011). Pengaruh
Keterbatasan Penelitian Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Didalam penelitian ini peneliti menyadari Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL),
bahwa masih banyak terdapat keterbatasan- Return on Assets (ROA) Dan Loan To Deposit
keterbatasan, antara lain: Ratio (LDR) Terhadap Volume Kredit Yang
1. Penelitian ini hanya meneliti pada perbankan Disalurkan Bank Persero (Studi Empirik
BUMN yang terdaftar di BEI saja, sehingga Pada Bank Persero Di Indonesia Periode
hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk 2000. Jurnal Administrasi Bisnis UNDIP.
seluruh perbankan yang terdaftar di BEI.
2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel internal Dendawijaya, L. (2005). Manajamen Lembaga
saja (DPK, CAR, NPL dan ROA) sehingga hasil Keuangan. Jurnal Akuntansi.
penelitian hanya mampu menjelaskan sebagian dari Fahmi, I. (2012). Analisis Kinerja Keuangan.
faktor internal yang mempengaruhi penyaluran Bandung: Alfabeta.
kredit.
Galih, T. A. (2011). Analisis Pengaruh Dana Pihak
Saran Ketiga, Loan To Deposit Ratio, Capital
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka penulis Return on Assets, Dan Sertifikat Bank
dapat memberikan saran sebagai berikut: Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting.
1. Bagi perbankan, diharapkan agar lebih Universitas Diponegoro, Semarang.
memperhatikan kemampuan dalam menyalurkan Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate
kredit, hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan Dengan Program SPSS, Edisi Kelima.
tingkat nilai DPK dan juga meminimalkan nilai https://doi.org/10.9744/jmk.10.2.pp. 124-135.
13

Ghozali, I. (2011). Tujuan Uji Normalitas: Aplikasi Assets, Net Interest Margin and Operating
Analisis Multivariate dengan Program IBM Expenses Operating Income on Lending
SPSS 19. Semarang. (Study in Regional Development Banks in
Indonesia). Proceedings of the International
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete
Conference on Industrial Engineering and
Dengan Program IBM SPSS 23. Edisi 8.
Operations Management.
Universitas Diponegoro.
https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b- Rivai, Veithzal & Arviyan Arifin. (2013). Islamic
000238666. Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Gujarati, D., & Poter, D. (2012). Dasar-Dasar
Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan:
Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi
IAI. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi
kesatu. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Keuangan (PSAK) No. 31 Akuntansi
Indonesia.
Perbankan. I. A. Indonesia (Ed.), (PSAK) No.
https://doi.org/10.1515/ci.2005.27.6.25.
31. Salemba Empat.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan
Ismail. (2010). Manajemen Perbankan: Dari Teori
Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan
Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana
R&D. https://doi.org/10.1007/s13398-014-
Prenadanedia Group.
0173-7.2.
Ismail. (2013). Manajemen Perbankan. Jakarta:
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis
Kencana Prenadanedia Group.
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Karim, A. (2011). Bank Islam : Analisis Fiqih dan Kombinasi dan R&D). Metodelogi Penelitian.
Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP
Suyatno, T. (1997). Dasar-Dasar Perkreditan.
STIM YKPN.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://doi.org/10.1111/acps.12151.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi. In
Kasmir. (2013). Ruang Lingkup Lembaga
Kanisius.
Keuangan Bank. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Taswan. (2010). Manajemen Perbankan (Konsep,
Teknik dan Aplikasi). Edisi Kedua.
Kuncoro & Suhardjono. (2011). Manajemen
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Perbankan (Teori dan Aplikasi), Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE. https://doi.org/351.077. Triwuriandi, D. (2017). Analisis Pengaruh Dana
Pihak Ketiga, Non Performing Loan, Capital
Mahmoeddin, A. (2002). Melacak Kredit
Adequacy Ratio, Return On Asset, dan Bunga
Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kredit Terhadap Penyaluran Kredit
Meydianawathi, K. (2007). Analisis Perilaku Perbankan (Studi Kasus Pada Bank BUMN
Penawaran Kredit Perbankan Kepada di Indonesia Periode 2012-2016). Surakarta:
Sektor UMKM di Indonesia. Buletin Studi Universitas Muhammadiyah.
Ekonomi. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.0
04.
Muljono, T. P. (2006). Analisa Laporan Keuangan
Untuk Perbankan. Revisi. Jakarta: Djambatan. Wardiah, Mia Lasmi. (2013). Dasar-Dasar
Perbankan. Bandung: Pustaka Setia.
Mulyono, T. (2007). Manajemen Perkreditan Bagi
Perbankan Komersil. Yogyakarta: BPFE.
Perbankan, U.-U. (1998). Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Pratiwi, S., & Hindasah, L. (2014). Pengaruh Dana
Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Return
on Asset, Net Interest Margin dan Non
Performing Loan Terhadap Penyaluran
Kredit Bank Umum di Indonesia. Jurnal
Manajemen & Bisnis, 5(2), 192–208.
Riadi, S. (2018). The Effect of Third Parties Fund,
Non Performing Loan, Capital Adequacy
Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return On

Anda mungkin juga menyukai