Anda di halaman 1dari 28

Pendahuluan Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 perbankan Indonesia mulai terkena

dampaknya dari krisis global tersebut. Dampak langsung krisis keuangan bagi Indonesia adalah kerugian beberapa perusahaan di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi keuangan Amerika Serikat. Sedangkan dampak tidak langsung dari krisis tersbut adalah turunnya likuiditas, melonjaknya tingkat suku bunga, turunnya harga komoditas, melemahnya nilai tukar rupiah, dan melemahnya pertumbuhan sumber dana (Sudarsono, 2009). Di dalam menangani krisis keuangan global yang semakin cepat di Indonesia, lembaga keuangan yaitu bank, sangat dibutuhkan dengan fungsinya untuk mengatur, menghimpun, dan menyalurkan dana yang telah dipercayakan oleh masyarakat dalam bentuk simpanan. Menurut SAK tahun 2009 Nomor 31 revisi 2000, Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang memerlukan dana (defisit unit). Untuk pihak yang kelebihan dana, mereka membutuhkan bank untuk membantu dalam menyimpan uang dan bank akan memberi bunga sesuai peraturan dari bank, ini sangat menguntungkan bagi masyarakat yang menyimpan uangnya. Bagi pihak yang memerlukan dana, bank akan menyalurkan dananya dalam bentuk kredit. Kemudian bank mempunyai pendapatan bunga yang berasal dari pemberian kredit tersebut. Pendapatan bunga inilah yang akan menjadi sumber pemasukan terbesar bagi bank. Dana yang akan dipinjamkan tersebut

bersumber dari masyarakat yang kelebihan dana atau masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Pihak perbankan untuk memperlancar penyaluran kredit ke masyarakat dengan menghimpun dana dari pihak ketiga. Dana yang dihimpun dari masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui penyaluran kredit. Menurut Dendawijaya (2005) dalam Pratama (2010) dana - dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari total aktiva bank. Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit pada tahun 2008 mencapai 36% sedangkan pertumbuhan kredit perbankan mencapai 22,8% dari Rp 1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 1.765,8 triliun pada tahun 2010. Dalam kondisi kredit dari tahun 2008-2010 ini dapat dilihat bahwa dengan kondisi perekonomian Indonesia saat terjadinya krisis global perbankan Indonesia masih tetap bisa menjaga peran bank dalam fungsi intermediasi. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor kinerja perbankan dalam mempengaruhi penyaluran kredit. Bank dalam menyalurkan kreditnya dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal bank. Faktor internal bank seperti kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan tingkat kesehatan bank. Sedangkan faktor eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, peraturan pemerintah, situasi politik saat itu (Djoko Retnadi, 2006 dalam Pratama, 2010). Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung pada besarnya dana pihak ketiga yang dapat

dihimpun oleh perbankan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat bisa tersalurkan dengan baik dan penyaluran kredit kepada masyarakat kerap kali mengalami hambatan dalam pengembalian pinjaman kepada pihak bank, sehingga bank akan mengalami kredit bermasalah. Selain Dana pihak ketiga ada juga yang faktor lain yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit yaitu tingkat kecukupan modal perbankan. Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum bahwa setiap bank menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut resiko yang diproksikan dengan CAR (Capital Adequacy Ratio). Dengan adanya modal tersebut, juga akan mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan. Selain itu jumlah kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loans) mempengaruhi penyaluran kredit. Menurut Ali (2004) dalam Pratama (2010), NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Tingkat keuntungan ROA (Return On Assets) juga dapat mempengaruhi penyaluran kredit. Berdasarkan penelitian Pratama (2010), dijelaskan bahwa pengujian hipotesis mengenai CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. SBI berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Desi Arisandi (2009) yang menunjukkan CAR dan ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit, sedangkan NPL mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit. Sementara hasil yang berbeda ditemukan oleh Francisca dan Siregar (2009) menunjukkan ROA berpengaruh

positif terhadap penyaluran kredit sedangkan CAR dan NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Francisca dan Siregar (2009). Dengan mengacu permasalahan periode waktu yang berbeda dan variabel yang berbeda. Dalam penelitian Francisca dan Siregar memakai periode waktu tahun 2005-2007. Sedangkan dalam penelitian ini memakai periode waktu tahun 20082010. Begitu juga dengan variabel, dalam penelitian Francisca dan Siregar menggunakan variabel independen DPK, CAR, NPL, dan ROA sedangkan dalam penelitian ini akan menggunakan variabel independen yaitu CAR, NPL dan ROA dikarenakan DPK sudah ada Undang-undang yang mengaturnya bahwa penyaluran kredit bergantung pada besarnya dana pihak ketiga, jadi tidak perlu diteliti lagi. Berdasarkan fenomena penyaluran kredit yang berbeda-beda hasilnya maka penulis tertarik untuk menguji tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, NPL dan ROA terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Penelitian ini memberikan manfaat bagi masyarakat maupun bank sebagai berikut : a. Bagi analisis internal bank, membantu manajemen membuat evaluasi tentang hasil-hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan penyaluran kredit. b. Bagi akademis, hasil penelitian ini menambah bukti empiris mengenai pengaruh DPK, CAR, NPL dan ROA terhadap penyaluran kredit perbankan.

c. Mendorong bank untuk memberikan perhatian lebih dalam pelaksanaan penyaluran kredit perbankan sesuai kondisi perbankan Indonesia.

Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Bank Pengertian bank menurut Kasmir (2001) merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang

membutuhkannya. Berdasarkan pasal 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dapat disimpulkan bahwa bank dapat berperan sebagai perantara keuangan dengan melakukan tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang surplus dana dalam berbagai bentuk simpanan, menyalurkan dana kepada pihak yang defisit dan memberikan jasa bank lainnya. Cara bank mendapatkan dana untuk keperluan operasionalnya, menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 2-3) dibedakan menjadi 3 (tiga) sumber dana, yaitu :

a. Dana yang berasal dari modal sendiri Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari dalam bank, baik pemegang saham atau pemilik bank. Perolehan dana ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar. Keuntungan dana dari modal sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain (Kasmir, 2001). b. Dana yang berasal dari pinjaman di luar bank Sumber dana ini sering disebut dana pihak kedua yaitu sumber dana yang berasal dari pinjaman bank lain, bank atau lembaga keuangan di luar negeri, lembaga keuangan bukan bank dan pinjaman bank sentral kepada bank. c. Dana yang berasal dari masyarakat Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Kredit Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:31.4), kredit adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian kredit di atas, dapat dijelaskan bahwa adanya kesepakatan antara bank sebagai kreditur dan nasabah penerima kredit sebagai debitur, dengan perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tersebut ada hak dan kewajiban masing - masing pihak termasuk jangka waktu serta bunga yang sudah ditetapkan bersama. Apabila debitur mengingkari perjanjian yang telah disepakati maka akan dikenakan sangsi yang sesuai aturan yang berlaku. Adanya penyaluran kredit mempunyai tujuan tertentu dari pihak bank. Adapun tujuan dari kedua belah pihak tersebut antara lain: a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit. b. Melaksanakan kegiatan operasional bank. c. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat. d. Memperlancar lalu lintas pembayaran. e. Menambah modal kerja perusahaan. f. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. g. Memanfaatkan dana - dana yang ada. Menurut Rivai (2005) dalam Aqidah (2011), jenis kredit yang disalurkan dapat dilihat dari berbagai segi, salah satunya adalah jenis kredit menurut tujuan penggunaannya: a. Kredit Modal Kerja Kredit Modal Kerja adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku, bahan

penolong, bahan dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang, dan lainlain. b. Kredit Investasi Kredit Investasi adalah kredit (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan, dan tanah untuk pabrik. c. Kredit Konsumsi Kredit Konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga atau perorangan (termasuk bank itu sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Kredit yang termasuk dalam kredit konsumsi ini adalah kredit kendaraan pribadi, kredit perumahan, kredit untuk pembayaran sewa, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Dalam kelompok ini termasuk juga kredit profesi untuk pengembangan profesi tertentu seperti, dokter, akuntan, notaris, dan lain-lain yang dijamin dengan pendapatan dari profesinya serta barang-barang yang dibeli dengan kredit tersebut. Menurut Suyatno dan Chalik (1995), unsur-unsur kepercayaan yang terdapat dalam kredit adalah a. Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

10

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yanag akan diterima pada masa yang akan datang. c. Degree of risk,yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di kemudian hari. d. Prestasi, objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau jasa.

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit Menurut Ali (2004) dalam Pratama (2010), CAR merupakan rasio kecukupan modal yang mempunyai faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR termasuk faktor internal bank yang syaratnya harus dipenuhi oleh setiap bank. CAR menunjukkan seberapa besar jumlah seluruh aset bank yang mengandung resiko, yang dibiayai dari modal bank sendiri. Berdasarkan peraturan BI No. 3/21/PBI/2001 Indonesia, mensyaratkan bank wajib memenuhi kecukupan modal sebesar 8%. Dalam perhitungan kecukupan permodalan bank, bobot kategori risiko (ATMR) berperan dalam menentukan jumlah minimum permodalan yang harus dimiliki oleh bank. Semakin kecil ATMR yang dikenakan pada satu debitur atau kelompok debitur maka jumlah modal minimum yang harus disediakan bank akan semakin kecil. Sebaliknya jika ATMR bank semakin besar maka bank juga harus

11

meningkatkan modalnya. Kalau tidak demikian, maka prosentase CAR akan menurun. Setiap bank harus memenuhi tingkat kecukupan modalnya agar bank tersebut tidak mengalami kendala likuiditas. Jika CAR suatu bank mengalami kekurangan dalam memenuhi kecukupan modalnya maka kemungkinan besar akan menghambat tingkat penyaluran kredit ke masyarakat. Dari hasil penelitian menurut Arisandi (2008) menunjukkan bahwa CAR secara parsial menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1 : Capital Adequency Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit.

Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit Menurut Meydianawati (2007), NPL menunjukkan kemampuan

kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPL merupakan kredit yang mengalami kesulitan dalam pelunasannya atau sering disebut dengan kredit bermasalah. Dalam Peraturan Bank Indonesia (2011), kredit bermasalah muncul apabila memiliki kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. NPL tersebut mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit perbankan. Sebaliknya jika rasio NPL rendah maka semakin besar bank dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Menurut Pratama (2010) tingginya NPL mengakibatkan pencadangan yang lebih besar,

12

sehingga modal bank ikut terkikis padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Keberadaan NPL dalam jumlah yang banyak memberikan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu, bank dituntut untuk selalu menjaga kreditnya agar tidak masuk dalam golongan kredit bermasalah (NPL). Risiko yang dihadapi bank merupakan risiko tidak terbayarnya kredit yang disebut risiko kredit. Meskipun risiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat yang wajar maksimum 5% dari total kredit. Dari hasil penelitian menurut Pratama (2010) dan Arisandi (2009) menunjukkan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha2 : Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit

Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap penyaluran kredit Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam usaha perbankan. Pencapaian laba perbankan tersebut dengan alasan berupa penilaian atas kinerja pemimpin, kecukupan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modalnya. Tingkat laba yang diperoleh bank biasanya disebut Return On Assets (ROA) yang merupakan salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset dalam menghasilkan laba.

13

Laba tersebut berasal dari pendapatan bunga pinjaman dari para nasabah bank yang mempunyai pinjaman terhadap bank. ROA merupakan rasio yang membandingkan laba sebelum pajak dengan total aset bank. Menurut Muliaman Hadad (2004) dalam Francisca dan Siregar (2009) ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar juga tingkat laba yang dicapai bank. Sehingga bank memiliki kesempatan menyalurkan kreditnya lebih besar atau lebih luas. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha3 : Return On Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit. Pengujian secara simultan juga diperlukan dalam penelitian ini. Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha4 : CAR, NPL dan ROA secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Penelitian terdahulu antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2010) juga menguji analisis faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan. Penelitian ini menggunakan variabel dana pihak ketiga, CAR, NPL, SBI. Hasil penelitian Pratama (2010) adalah dana pihak

14

ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sementara SBI berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Penelitian oleh Francisca dan Siregar (2009) menguji pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit. Penelitian ini menggunakan variabel dana pihak ketiga, CAR, NPL, dan ROA. Hasil penelitian ini adalah DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. Sedangkan CAR berpengaruh positif dan NPL negatif tetapi tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Meydianawathi (2007) melakukan penelitian tentang perilaku penawaran kredit perbankan pada sektor UMKM. Variabel yang digunakan adalah CAR, DPK, ROA, dan NPL. Hasil dari penelitian ini adalah DPK mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM. Sedangkan CAR dan ROA menunjukkan pengaruh positif dan signifikan, NPL menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM. Desi Arisandi (2009) melakukan penelitian tentang analisis faktor penawaran kredit pada bank umum di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah DPK, CAR, NPL dan ROA. Hasil dari penelitian ini adalah DPK, CAR dan ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit. Sedangkan NPL mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat penawaran kredit.

15

Gambar 1 Model Penelitian


Kh \h

Variabel Independen CAR NPL H4(+) ROA H2(+) H3(-)

Variabel dependen

Jumlah Penyaluran Kredit

Metode penelitian Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 2010. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan menggunakan metode analisis data kuantitatif. Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan tahunan sampel perusahaan perbankan yang dipublikasikan dan nama-nama bank diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu. Dalam pengambilan sampel tersebut diperlukan pertimbangan tertentu dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan perbankan pada bank umum yang sudah go public dan terdaftar di BEI dan ICMD pada tahun 2008 - 2010.

16

2. Perusahaan perbankan yang telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan dalam periode 2008 - 2010. 3. Perusahaan perbankan yang tidak didelisting dari Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu tahun 2008 - 2010. Berdasarkan kriteria di atas maka terkumpul 31 sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian tersebut diperoleh dengan rincian sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Pengambilan Sampel Kriteria sampel 1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI per 1 Januari 2008-31 Desember 2010 2. Perusahaan perbankan yang tidak menerbitkan laporan keuangannya pada tahun 2008-2010 3. Perusahaan perbankan yang di delisting dalam kurun waktu 2008-2010 Jumlah sampel akhir penelitian Sumber : ICMD dan www.idx.co.id Jumlah Sampel 31 0 0 31

Dari perhitungan sampel akhir diatas terdapat 31 sampel bank umum yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory. Penelitian ini menggunakan time series dengan waktu tiga tahun maka data yang akan diteliti selama tiga tahun menjadi 93 data penelitian. Namun dalam proses pengujian hipotesis jumlah data menjadi 75 data penelitian karena dikurangi dengan data outlier. Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan dua variabel yang akan diuji secara sistematik yaitu variabel dependen dan variabel independen.

17

a. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah besarnya penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank. Menurut Adelya dan Jafar (2009) jumlah kredit yang disalurkan dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kredit yang disalurkan = (jumlah kredit yang disalurkan)

b. Variabel Independen Capital Adequency Ratio (CAR) Menurut Bank Indonesia Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, CAR dirumusnya sebagai berikut :

Non Performing Loan (NPL) NPL adalah kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Maka semakin tinggi rasio ini akan semakin buruk kualitas kualitas kredit bank. Menurut SEBI Nomor 12/11/DPNP tanggal 13 Maret 2010, NPL dapat dirumuskan sebagai berikut :

18

Return On Assets (ROA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba sebelum pajak yang dihasilkan dari rata-rata total aset. Maka semakin besar ROA, semakin besar juga tingkat keuntungan yang dicapai bank. Laba yang tinggi akan meningkatkan modal yang banyak sehingga bank mempunyai kesempatan menyalurkan kredit lebih luas. Menurut SEBI Nomor 12/11/DPNP tanggal 13 Maret 2010, ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan analisis Panel Data Regression. Panel Data merupakan nilai dari satu variabel atau lebih (cross section) dikumpulkan untuk beberapa unit sampel pada dua periode waktu atau lebih yang diindikasikan dengan penggunaan data time series. Menurut Gujarati (2004) data panel tersebut terdiri dari pengamatan pada cross section atau individu yang sama dan unit untuk beberapa periode waktu (time series). Kombinasi data time series dan cross section dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas data dengan pendekatan yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan hanya salah satu dari data tersebut (Gujarati, 2004). Untuk mengolah data, digunakan software LIMDEP. Analisis data panel merupakan pengembangan dari analisis regresi. Terdapat tiga metode pendekatan untuk mengestimasi model regresi data panel,

19

yaitu pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect (Gujarati, 2004). Pendekatan Common Effect atau metode OLS (Ordinary Least Squares) yaitu pengestimasian data panel hanya dengan mengkombinasikan data time series dan cross section, dengan hanya menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individual. Pendekatan fixed effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy. Variabel dummy di dalam model fixed effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Pendekatan random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan model fixed effect yang menggunakan variabel dummy. Untuk menentukan metode yang digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji Hausmann. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi panel data dengan menggunakan Least Squares with Group Dummy Variables dengan persamaan : Y = 1X1 + 2X2 + 3X3 + e Keterangan : Y = Penyaluran Kredit 1 - 2 = koefisien parameter X1 = Capital Adequency Ratio (CAR) X2 = Non Performing Loan (NPL) X3 = Return On Assets (ROA) e = Error term

20

Analisis Data dan Pembahasan Statistik Deskriptif Berikut adalah pengujian statistik deskriptif dari variabel independen (CAR, NPL, dan ROA) dan variabel dependen (kredit). Tabel 2 Analisis Statistik Deskriptif Variable CAR NPL ROA KREDIT Sumber: data diolah (2012) Berdasarkan tabel di atas, selama tahun 2008-2010 nilai rata-rata dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa rata-rata Capital Adequency Ratio adalah 17.60% yang berarti bahwa rata-rata CAR pada bank umum telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia minimum 8%, begitu juga dengan nilai minimum CAR 8.53% yang berarti bahwa secara keseluruhan CAR untuk setiap bank telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Rata-rata Non Performing Loan adalah 1.59% yang menunjukkan bahwa rasio NPL sebagian besar bank umum telah memenuhi batas maksimal NPL yang ditentukan Bank Indonesia sebesar 5%, sedangkan nilai maksimum NPL di atas 5.33% dan memiliki nilai minimum 0. Rata-rata Return On Assets sebesar 1.47% yang berarti sebagian besar bank umum di Indonesia mampu menghasilkan laba sebesar 1.47% dari total aset yang dimilikinya. Nilai minimum Mean 0,1760 0,0159 0,0147 19,260 Minimum 0,0853 0,0000 0,0006 0,6774 Maximum 0,4464 0,0533 0,0420 103,6219

21

ROA yaitu 0.06% dan maksimum 4.20%. Sedangkan rata-rata variabel kredit sebesar Rp19,260 trilliun yang berarti sebagian besar bank umum mampu menyalurkan kreditnya sebesar Rp19,260 trilliun, minimum Rp0.6774 trilliun dan maximum Rp103,6219 trilliun.

Uji Random Effect atau Fixed Effect menggunakan Uji Haussman. Untuk memutuskan dan mengetahui pendekatan analisis yang tepat dalam menggunakan pendekatan fixed effect atau random effect digunakan uji Haussman. Hasil Uji Haussman untuk mengetahui pendekatan analisis regresi yang digunakan, yaitu jika p-value < =0.05 maka menggunakan fixed effect, sebaliknya jika p-value > =0.05 maka menggunakan pendekatan Random Efffect. Dari hasil uji Haussman diketahui bahwa p-value 0.000000 < 0.05, Ho diterima, yang berarti menggunakan model panel data fixed effect. Menurut Gujarati (2004), model regresi panel data yang menggunakan fixed effect, analisis datanya akan menggunakan Least Squares with Group Dummy Variables.

Uji Hipotesis dan Pembahasan Berikut merupakan tabel hasil regresi panel data menggunakan LSDV (Least Squares with Group Dummy Variables) yang telah dilakukan variabel independen CAR, NPL dan ROA terhadap variabel dependen penyaluran kredit.

22

Tabel 3 Analisis Regresi Panel Data dengan pendekatan Fixed Effect Variable CAR NPL ROA R2 = 0.980314 Coefficient -69.79934087 -106.3787063 818.2943078 Adjusted R2 = 0.96900 Signifikansi .0550 .4919 .0004 Signifikansi F= 0.000

Sumber : data diolah (2012) Dari tabel hasil uji regresi diatas, dapat dibuat persamaan : Y = -69.79934087XCAR - 106.3787063XNPL + 818.2943078XROA + e Dalam model regresi panel data dengan pendekatan LSDV di dalam metode fixed effect menunjukkan nilai Adjusted R Square 0.96900 yang mengindikasikan bahwa keempat variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 96.9%. Sedangkan sisanya sebesar 3.1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Pada model regresi panel data tersebut diukur dengan taraf = 5%, secara parsial, variabel-variabel independen, yaitu ROA berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan CAR dan NPL tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil di atas diketahui tingkat signifikansi, p-value = 0.000 < 0.05 H4 diterima yang artinya secara simultan variabel independen CAR, NPL dan ROA berpengaruh terhadap penyaluran kredit.

23

Pengaruh Capital Adequency Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit CAR tidak dapat digunakan untuk memprediksi penyaluran kredit karena dari hasil uji regresi, koefisien regresi CAR -69.79934087 menunjukkan pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Namun nilai signifikansinya 0.0550, nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, yang artinya tidak ada pengaruh antara CAR dengan penyaluran kredit, sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak. Dalam penelitian ini, naik turunnya CAR tidak berpengaruh terhadap naik turunnya penyaluran kredit, kemungkinan disebabkan modal bank tidak untuk penyaluran kredit tetapi digunakan untuk keperluan pengembangan usaha seperti, membeli gedung atau untuk membeli fixed assets. Meskipun hasilnya tidak signifikan, hal ini bukan berarti CAR harus diabaikan karena kecukupan modal sering terganggu seiring pertumbuhan kredit yang berlebihan dan banyaknya kredit yang belum dilunasi oleh nasabah tetapi modal bank terus berkurang. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Franscisca dan Siregar (2009) yang menyatakan CAR tidak berpengaruh dengan volume kredit.

Pengaruh Net Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit Dalam penelitian ini NPL juga tidak dapat digunakan dalam memprediksi penyaluran kredit. Dari uji regresi, koefisien regresi NPL sebesar -106.3787063 menunjukkan pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Akan tetapi nilai signifikansinya 0.4919, nilai ini jauh lebih besar dari taraf signifikansi 0.05. Ini berarti NPL tidak ada pengaruh terhadap penyaluran kredit yang berarti H2 ditolak.

24

Dalam penelitian ini berarti naik turunnya NPL tidak mempengaruhi naik turunnya penyaluran kredit. Ini disebabkan karena pada tahun 2008-2010 masingmasing bank mempunyai rasio NPL yang tidak menentu serta diikuti dengan pertumbuhan kredit yang tidak menentu pula. Dalam tiga tahun amatan tersebut terjadi penyaluran kredit yang tidak sesuai dengan besarnya NPL, seperti dalam suatu bank mempunyai rasio NPL yang kecil tetapi bank menyalurkan kreditnya hanya sedikit begitu juga NPL besar namun bank menyalurkan kreditnya justru semakin banyak. Menurut Pratama (2010) tingginya NPL mengakibatkan pencadangan yang lebih besar, sehingga modal bank ikut terkikis padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Sedangkan dalam penelitian ini menghasilkan modal yang tidak berpengaruh selama tiga tahun terhadap penyaluran kredit, sehingga NPL dalam kurun waktu tiga tahun juga tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Francisca dan Siregar (2009) yang menyatakan NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan.

Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Penyaluran Kredit Dari hasil uji regresi, koefisien ROA sebesar 818.2943078 menunjukkan pengaruh positif antara ROA dengan penyaluran kredit. Namun diketahui juga signifikansi 0.0004, nilai ini lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05, yang berarti ada pengaruh antara ROA dan penyaluran kredit. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa H3 diterima, karena ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

25

Dengan hasil diatas diindikasikan bahwa naik turunnya rasio ROA maka akan mempengaruhi naik turunnya penyaluran kredit. Selama tiga tahun amatan tersebut ROA menunjukkan kondisi yang meningkat dan diikuti bertambahnya penyaluran kredit. Di dalam penyaluran kredit yang tinggi dipengaruhi oleh rasio ROA yang tinggi pula dan berarti bank mempunyai laba yang tinggi. Laba yang tinggi ini berasal dari pendapatan bunga kredit dan bisa juga dari pendapatan lain yang tidak mengakibatkan resiko. Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Francisca dan Siregar (2009) dan Meydianawathi (2007).

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dengan pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan, maka mendorong kenaikan dana yang disimpan dari masyarakat atau dana pihak ketiga. Selain itu perbankan mampu mengatasi permasalahan rentabilitas yang tercermin dalam rasio ROA yang berpengaruh dalam penyaluran kredit. Penelitian ini variabel yang sangat membuktikan adanya pengaruh terhadap penyaluran kredit adalah ROA. Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan rasio kecukupan modal CAR dan kredit bermasalah NPL untuk mempengaruhi penyaluran kredit. Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak setiap kenaikan modal akan diikuti oleh kenaikan penyaluran kredit, dimana bank tetap dapat meningkatkan kredit selama peningkatan kredit tidak menjadikan modal bank di bawah ketetapan Bank Indonesia sebesar 8%. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa apabbila rasio ROA meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan

26

optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga ROA juga akan mempengaruhi penyaluran kredit yang mempunyai koefisien positif dan menunjukkan signifikan.

Keterbatasan dan Saran Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi karena penelitian ini hanya terbatas pada pengamatan yang singkat yaitu hanya tiga tahun (2008-2010), oleh karena itu penelitian ini hanya mampu menggambarkan kondisi penyaluran kredit Bank Umun selama periode tersebut. Dan penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel yang merupakan rasio perbankan. Dengan adanya keterbatasan di atas maka untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah periode penelitian yang lebih lama dan juga mengingat pada tahun 2008 yang mana perbankan Indonesia terkena dampak dari krisis global tersebut, yang mengakibatkan diantaranya turunnya likuiditas, melonjaknya tingkat suku bunga, maka sebaiknya dalam penelitian ini menambah variabel independen misalnya tingkat suku bunga, rasio LDR, dll untuk mengetahui variabel apa saja dalam menentukan penyaluran kredit. Penelitian ini juga hanya menggambarkan keadaan penyaluran kredit setelah krisis global, jadi data-data keuangannya masih ada yang bias, maka untuk menghindari data yang bias sebaiknya penelitian selanjutnya digambarkan keadaan sebelum terjadinya krisis sehingga dapat mengurangi data yang ekstrim tersebut.

27

DAFTAR PUSTAKA Adelya, Cyndi dan Jafar, Hotmal, 2009, Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Kredit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntansi 22 Universitas Sumatra Utara. (http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-22.html) Aqidah, Nur Ariani, 2011, Implikasi Kebijakan Pemberian Kredit Dan Pengaruh Loan To Deposit Ratio Terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Makassar. (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/188/SKRIPSI% 20NUR%20ARIANI%20AQIDAH.pdf?sequence=2) Arisandi, Desi, 2009, Analisis Faktor Penawaran Kredit Pada Bank Umum di Indonesia, Jakarta. Didownload 16 Januari 2012 pukul 22.16 (http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/mmanagement/article/viewFile/1 4900/14165) Bank Indonesia, 2008, Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008, Jakarta. Bank Indonesia, 2001, Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum, Jakarta. Didownload 15 Februari 2012 pkl 12.42 Bank Indonesia, 2010, Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2010, Jakarta. (www.bi.go.id) Bank Indonesia, 2011, Statistik Perbankan Indonesia Vol. 9 No. 1, Jakarta. (www.bi.go.id) Didownload 4 Juni 2012 pkl 15.22 Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006, Akuntansi Perbankan, Jakarta: Salemba Empat. Francisca dan Siregar, Hasan S., 2009, Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Go Publik Di Indonesia, Jurnal Akuntansi 6 Universitas Sumatra Utara. (http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-6.html) Gujarati, Damodar N., 2004, Basic Econometrics, Fourth Edition., New York: McGraw-Hill. Hadi, Syamsul, 2006, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, Yogyakarta: Ekonisia.

28

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Indonesia Stock Exchange, 2008, laporan keuangan/detail/soft copy laporan keuangan. (www.idx.co.id) Download tgl 16 April. Institute for Economic and Financial Research, 2011, Indonesian Capital Market Directory; ECFI, Jakarta. Kasmir, 2001, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Meydianawathi, Luh Gede, 2007, Analisis perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006), Buletin Studi Ekonomi Volume 12 No 2. (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/meydianawati.pdf) Pungkaswara, Hendra, 2011, Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan). Pratama, Billy A., 2010, Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan, Jurnal Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Didownload tanggal 22 Oktober 2011 pukul 14.20 (http://eprints.undip.ac.id/24059/1/Billy_Arma_Pratama.pdf) Sudarsono, Heri, 2009, Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah, Jurnal Ekonomi Volume III, No. 1, Juli 2009 Supramono dan Sugiarto, 1993, Metodologi Penelitian, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Supramono dan Intiyas Utami, 2003, Desain Proposal Penelitian : Studi Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Suyatno, dkk, 1995, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. _______________, Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, Jakarta.

29

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi Nama NIM Program Studi Fakultas Tempat dan Tanggal Lahir Alamat : Kristiana Setianingsih : 232008205 : Akuntansi : Ekonomika dan Bisnis : Surakarta, 22 Mei 1990 : Jl. Gayam no.25 Rt.02 Rw.04 Karangasem, Laweyan, Surakarta E-mail No Telp Jenis Kelamin Agama Suku : krist_22@ymail.com : 085728008088 : Perempuan : Kristen Protestan : Jawa

B. Latar Belakang Pendidikan 1. 1996 2002 2. 2002 2005 3. 2005 2008 4. 2008-2012 : SD Kristen Manahan Surakarta : SMP Negeri 2 Surakarta : SMA Negeri 6 Surakarta : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

30

Anda mungkin juga menyukai