Oleh:
1Ahmad Fadhil
2Aisyah Bella Cardina
3Annisa Fitri Ritonga
4Bunga Bella Novriza
5Dea Masyita S. Putri
1,2,3,4,5,Fakultas Ekonomi
I. PENDAHULUAN
Kinerja Bank
Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja bank
secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank alam operasionalnya,
baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana,
teknologi maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan apa yang dinyatakan di atas, kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik yang menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indicator
kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.
Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja
keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Adapun
penilaian kondisi likuiditas bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam
memenuhi kewajibannya kepada para deposan.
Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan menciptakan profit, yang
sudah berang tentu penting bagi para pemilik. Dengan kinerja bank yang baik pada
akhirnya akan berdampak baik pada intern maupun bagi pihak ekstern bank.
Kesehatan Bank
Pengertian kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
RI No. 7 Tahun 1992 dalam Tjukipto (2013) adalah bank dikatakan sehat apabila bank
tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan faktor Permodalan,
Kualitas Aset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan
unsur lain yang berhubungan dengan usaha bank.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
perihal Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian tingkat kesehatan
bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi atau kinerja suatau bank (meliputi permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,
kualitas rentabilitas, likuiditas, solvabilitas).
Penggolongan tingkat kesehatan bank menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dibagi dalam empat kategori yaitu sehat dengan nilai
kredit antara 81 sampai 100, cukup sehat dengan nilai kredit antara 66 sampai dengan
kurang dari 81, kurang sehat dengan nilai kredit antara 51 sampai dengan kurang dari 66
dan tidak sehat dengan nilai kredit kurang dari 51.
Metode CAMEL
Analisis rasio CAMEL yaitu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja
bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan
bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu banj dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank.
Rincian dari setiap variabel yang akan dianalisis dalam analisis rasio CAMEL adalah
sebagai berikut.
1. Capital (Modal)
Capital untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko
yang mungkin timbul. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat maka
permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal dengan BIS
(Bank for International Settlement). Sesuai dengan BIS maka kewajiban modal minimum
bank adalah berdasarkan pada risiko, termasuk dalam risiko kredit. Dengan demikian,
permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover
eksposur saat ini dan mengantisipasi eksposur di masa datang.
Modal Bank
Capital Adequacy Ratio = x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Tabel 2.1
Kriteria Peringkat Aspek Permodalan
Rasio Peringkat
CAR ≥ 12% 1
9% ≤ CAR < 12% 2
8% ≤ CAR < 9% 3
6% ≤ CAR < 8% 4
CAR ≤ 6% 5
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tahun 2004. Tentang penilaian kesehatan
bank umum
Penjelasan dari tabel 2.1 adalah bahwasanya penilaian tingkat kesehatan dalam
setiap komponen rasio yaitu dinilai melalui 5 peringkat, yaitu peringkat 1 dan 2 dikatakan
sehat, peringkat 3 dikatakan cukup sehat, peringkat 4 dikatakan kurang sehat, dan
peringkat 5 dikatakan tidak sehat.
2. Assets (Aktiva)
Aset untuk memastikan kualitas aset yang dimiliki oleh bank dan nilai dari aset
tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai aset merupakan sumber erosi terbesar bagi bank.
Penilaian kualitas aset bank dilakukan melalui penilaian terhadap komponen aktiva
produktif dan tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP).
Rasio kualitas aktiva produktif merupakan rasio yang mengukur kemampuan
kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang
diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan berupa
kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini
menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif. Rasio pemenuhan PPAP
merupakan rasio yang mengukur kepatuhan bank dalam membentuk PPAP untuk
meminimalkan risiko akibat adanya aktiva produktif yang berpotensi menimbulkan
kerugian.
Tabel 2.2
Kriteria Peringkat Aspek Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Rasio Peringkat
≤ 2% 1
2% < KAP ≤ 3% 2
3% < KAP ≤ 6% 3
6% < KAP ≤ 9% 4
KAP > 9% 5
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tahun 2004. Tentang penilaian kesehatan
bank umum.
Penjelasan dari tabel 2.2 adalah bahwasanya penilaian tingkat kesehatan dalam
setiap komponen rasio yaitu dinilai melalui 5 peringkat, yaitu peringkat 1 dan 2 dikatakan
sehat, peringkat 3 dikatakan cukup sehat, peringkat 4 dikatakan kurang sehat, dan
peringkat 5 dikatakan tidak sehat.
3. Management
Manajemen untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip
manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen umum dan
manajemen risiko. Indikator yang digunakan dalam menggambarkan tingkat kesehatan
bank dari aspek manajemen dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Hal ini dikarenakan
seluruh kegiatan suatu bank yang mencakup manajemen umum, manajemen risiko dan
kepatuhan bank pada akhirnya mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.
Laba Bersih
NPM = x 100%
Pendapatan Operasional
Tabel 2.3
Kriteria Peringkat Aspek Manajemen (NPM)
Rasio Peringkat
NPM ≥ 100% 1
81% ≤ NPM < 100% 2
66% ≤ NPM < 81% 3
51% ≤ NPM < 66% 4
NPM < 51% 5
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tahun 2004. Tentang penilaian kesehatan
bank umum
Penjelasan dari tabel 2.3 adalah bahwasanya penilaian tingkat kesehatan dalam
setiap komponen rasio yaitu dinilai melalui 5 peringkat, yaitu peringkat 1 dan 2 dikatakan
sehat, peringkat 3 dikatakan cukup sehat, peringkat 4 dikatakan kurang sehat, dan
peringkat 5 dikatakan tidak sehat.
4. Earnings (rentabilitas)
Earning untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan
akurat. Kelemaham dari sisi pendapatan riil merupakan indikator terhadap potensi masalah
bank. Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan
rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasionalnya dan permodalan. Rentabilitas
adalah hasil perolehan dari investasi (penanaman modal) yang dikatakan dengan persentase
dari besarnya investasi. Pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen berikut.
Biaya Operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional
Tabel 2.4
Kriteria Peringkat Aspek Rentabilitas
Peringkat Rasio ROA Rasio BOPO
1 ROA > 1,5% BOPO ≤ 94%
2 1,25% < ROA ≤ 1,5% 94% < BOPO ≤ 95%
3 0,5% < ROA ≤ 1,25% 95% < BOPO ≤ 96%
4 0 < ROA ≤ 0,5% 96% < BOPO ≤ 97%
5 ROA ≤ 0 BOPO > 97%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tahun 2004.
Penjelasan dari tabel 2.4 adalah bahwasanya penilaian tingkat kesehatan dalam
setiap komponen rasio yaitu dinilai melalui 5 peringkat, yaitu peringkat 1 dan 2 dikatakan
sehat, peringkat 3 dikatakan cukup sehat, peringkat 4 dikatakan kurang sehat, dan
peringkat 5 dikatakan tidak sehat.
5. Likuiditas
Likuiditas untuk memastikan dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban dalam
menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup.
Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk
memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen
risiko likuiditas. Bank dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta
lancar lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya.
Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan
kemampuan bank dalam membayarkan kembali penarikan dana oleh deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu,
semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank
tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
menjadi semakin besar.
Tabel 2.5
Kriteria Peringkat Aspek Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Rasio Peringkat
LDR ≤ 75% 1
75% < LDR ≤ 85% 2
85% < LDR ≤ 100% 3
100% < LDR ≤ 120% 4
LDR > 120% 5
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tahun 2004. Tentang penilaian kesehatan
bank umum.
Penjelasan dari tabel 2.5 adalah bahwasanya penilaian tingkat kesehatan dalam
setiap komponen rasio yaitu dinilai melalui 5 peringkat, yaitu peringkat 1 dan 2 dikatakan
sehat, peringkat 3 dikatakan cukup sehat, peringkat 4 dikatakan kurang sehat, dan
peringkat 5 dikatakan tidak sehat.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bersifat
membandingkan kinerja keuangan antara PT. Bank Mandiri Tbk sebagai bank lokal dan
Bank HSBC sebagai bank asing.
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
(BEI), yaitu PT. Bank Mandiri Tbk dan Bank HSBC. Mengumpulkan data sekunder berupa
laporan keuangan pada periode tahun 2016-2017.
Metode Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
komparatif. Analisis dimulai dengan menyajikan laporan keuangan Bank Mandiri dan
HSBC. Kemudian menghitung rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, KAP, NPM, ROA,
BOPO, dan LDR pada Bank Mandiri dan HSBC.
Dari perhitungan rasio CAR, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2016-2017,
kedua bank tersebut memiliki nilai CAR yang tinggi dan seluruhnya berada pada peringkat 1
dengan kategori sehat selama perioda penelitian dengan hasil rata-rata nilai CAR adalah
21,5% untuk Bank Mandiri dan 22,23% untuk Bank HSBC. Syarat untuk peringkat 1 adalah
memiliki nilai CAR ≥12% . Dalam hal ini berarti kedua bank tersebut memiliki kemampuan
untuk menutupi penurunan aktiva (kerugian Bank) dengan modal yang dimilikinya dengan
baik. Dari kedua bank yang diteliti, nilai CAR pada tahun 2017 cenderung meningkat
walaupun tidak signifikan.
Tingkat Faktor Kualitas Aktiva
Tabel 3 Hasil Perhitungan KAP Bank Mandiri Tahun 2016 s/d 2017
2016 2017
KAP
2,96% 3,12%
Sumber: data diolah
Dalam perhitungan rasio KAP dari kedua bank tersebut, Bank HSBC selama periode
penelitian berada pada peringkat 2 dengan kategori sehat, karena selama 2016-2017 diperoleh
rataan nilai 2,58% pada Bank HSBC, hal ini masuk dalam kategori 2% < KAP ≤ 3% sehingga
berada pada peringkat kedua. Terjadi peningkatan nilai KAP dari tahun 2016-2017. Pada
Bank Mandiri, pada tahun 2016-2017 mencatatkan rasio rata-rata nilai PPA sebesar 2,58%.
Hal ini menempatkan KAP pada Bank Mandiri berada pada peringkat 3 dengan kategori
cukup sehat karena diperoleh nilai 3% < KAP ≤ 6%. Oleh karena itu Bank Mandiri perlu
melakukan pembenahan pada sector PPA yang dibentuk sehingga mampu melampui PPA
yang disyaratkan (PPA wajib) sehingga kinerja bank pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2018
mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, kedua bank yaitu Bank Mandiri dan HSBC
memiliki kemampuan yang cukup baik untuk membentuk PPAP yang bertujuan untuk
meminimalisasi risiko akibat adanya Aktiva Produktif yang berpotensi menimbulkan
kerugian dan dikatakan bahwa Bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh
negatif kondisi perekonomian dan industri.
Tabel 6 Hasil Perhitungan NPM Bank HSBC Tahun 2016 s/d 2017
2016 2017
NPM
83,78% 86,92%
Sumber: data diolah
Dari perhitungan rasio NPM kedua bank selama 2016-2017 Bank HSBC berada pada
peringkat 2 dengan kategori sehat dan Bank Mandiri berada pada peringkat 3 dengan kategori
cukup sehat karena rasio NPM yang diperoleh menurut Peraturan Bank Indonesia berada
pada kisaran 66% ≤ NPM < 81% sehingga, kemampuan kedua Bank dalam mengelola Bank
yang diproksikan dengan perbandingan laba bersih terhadap laba operasional dinilai cukup
baik. Rata-rata nilai NPM yang dihasilkan selama perioda penelitian untuk masing-masing
rasio NPM adalah 80,75% untuk Bank Mandiri dan 85,35% untuk Bank HSBC. Dalam hal
ini berarti bahwa kedua bank tersebut memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
melakukan pengelolaan bank (manajemen bank).
Tabel 8 Hasil Perhitungan ROA Bank HSBC Tahun 2016 s/d 2017
2016 2017
ROA
2,35% 1,78%
Sumber: data diolah
Dari perhitungan rasio ROA selama 2016-2017, kedua bank tersebut menghasilkan
rerata nilai ROA yang menempatkannya pada peringkat pertama. Masing-masing rata-rata
rasio ROA yang dihasilkan selama berturut untuk Bank Mandiri dan HSBC selama perioda
2016-2017 adalah 2,33% dan 2,06%. Syarat untuk mendapatkan peringkat 1 dengan kategori
sehat pada rasio ROA adalah menghasilkan nilai ROA > 1,5%.
Dalam hal ini, kedua bank selama tahun 2016-2017 memiliki kemampuan yang sangat
baik dalam mengelola bank untuk memperoleh laba secara keseluruhan. Walaupun pada
Bank HSBC mengalami penurunan ROA dari tahun 2016-2017. Berbeda dengan Bank
Mandiri yang mengalami peningkatan ROA dari tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan kedua bank tersebut berada pada peringkat 1 yang menunjukkan
bahwa keempatnya tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi
perekonomian dan industri.
Rasio LDR merupakan rasio yang menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar rasio LDR, maka semakin
buruk karena Bank tidak dapat memenuhi permintaan deposan dengan mengandalkan
kreditnya yang disebabkan karena jumlah kredit yang diberikan kecil.
Dari perhitungan rasio LDR, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2016-2017 Bank
HSBC berada pada peringkat 1 dan Bank Mandiri pada peringkat 2 dengan keduanya masuk
dalam kategori sehat. Dalam hal ini berarti kedua bank tersebut memiliki kemampuan yang
sangat baik dalam membayar kembali penarikan dana dengan mengandalkan kredit yang
diberikan oleh bank yang bersangkutan.
Bank HSBC berada di peringkat 1 karena nilai rata-rata LDR sebesar 73,88% dimana
LDR ≤ 75% sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tahun 2004 dan Bank Mandiri berada di
dengan nilai rata-rata LDR sebesar 76,36%, sehingga masuk dalam peringkat kedua dengan
kategori 75% < LDR ≤ 85% . Akan tetapi keduanya masih tergolong dalam keadaan sehat,
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tahun 2004, peringkat 1 dan 2 masuk dalam kategori
sehat. Dari kedua Bank diatas, nilai rasio LDR nya mengalami penurunan dari tahun ke tahun
yang menandakan kedua Bank sudah baik dalam pengendalian kreditnya.
Saran
Saran yang dapat diberikan :
1. Bagi pihak manajemen
Bank Mandiri lebih memperhatikan serta meningkatkan kinerja keuangannya. Begitu juga
untuk Manajemen Bank HSBC diharapkan tetap mempertahankan kinerja keuangannya
yang sudah baik. Meskipun sudah dikatakan baik namun perlu meningkatkan kualitas
kinerja keuangannya. Khusus untuk Bank Mandiri untuk terus meningkatkan kinerja
keuangannya melalui peningkatan rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja
bank. Bank Mandiri sebagai bank lokal perlu memperkuat permodalan untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, seperti kredit yang di berikan. Dan
juga kemampuan bank lokal dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada deposan
perlu di tingkatkan.
Astuti, Hikmah Dewi. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Asing dan Bank Nasional
Dengan Menggunakan Rasio Keuangan. Jurnal Magister Manajemen: Vol. 1 No. 1.
(https://media.neliti.com/.../111893-ID)
Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran No.6/23/PPNP tanggal 31 Mei 2004. Perihal
Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Jakarta.
Puspita Sari Handayani, 2005. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Nasional, Campuran
dan Asing dengan Menggunakan rasio Keuangan. Universitas Diponegoro.
Saleo, Rika. 2017. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode
CAMEL (Studi Kasus Pada PT Bank Mandiri Tbk. Jurnal Emba: Vol. 5 No.2 (2143-
2149). ISSN 2303-1174
(https://ejournal.unsrat.ac.id)
Tan Henry, 2007. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank Asing dan Bank
Umum di Indonesia. Universitas Diponegoro.
(https://www.bankmandiri.co.id/)
(https://www.about.hsbc.co.id/)