Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI PERBANKAN

Dosen Pengampu:
Ramdhansyah, SE., M.Acc

Gaffar Hafiz Sagala, S.Pd., M.Sc.

Oleh:
Anne Novita Manik (7153142001)
Annisa Shafira (7153142003)
Dayana R Tampubolon (7153142006)
Dwi Citra (7153342001)
Gabe Gultom (7152142005)

KELAS A
PENDIDIKAN AKUNTANSI 2015

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
LATAR BELAKANG

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud


dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam memajukan perekonomian negara, perbankan mempunyai peranan yang sangat


penting. Sebuah bank perlu melakukan penilaian terhadap kesehatan bank tersebut. Penilaian
tingkat kesehatan bank digunakan untuk mengetahui apakah bank tersebut dalam kondisi yang
sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Dari hasil penilaian tingkat
kesehatan tersebut, dapat digunakan sebagai dasar untuk memilih bank dalam investasi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik seperti dapat menjaga kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran, serta dapat
melaksanakan kebijakan moneter (Permana, 2012).

Bank berdasarkan kepemilikannya terdiri dari 5 bank yaitu bank pemerintah, bank swasta
nasional, bank koperasi, bank campuran dan bank asing. Bank pemerintah di bagi menjadi dua
yaitu Bank Swasta Asing dan Bank Swasta Nasional. Bank Maybank Indonesia adalah bank swasta
asing yang merupakan cabang dari bank asing yang berpusat di luar negeri (membuka cabang di
Indonesia) yang dimiliki oleh negara Malaysia, Maybank Indonesia merupakan perubahan dari BII
(Bank Indonesia Internasional) yang kemudian diambil alih grup Malayan Banking Berhad
(Maybank). Dan Bank Mega merupakan bank swasta nasional yang dimiliki oleh pengusaha
nasional Indonesia atau badan-badan hukum yang peserta dan pinjamannya terdiri atas warga
negara Indonesia.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis ingin menganalisis dan membandingikan


tingkat kesehatan bank Maybank dan bank Mega dengan menggunakan metode RGEC (Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earnings, Capital) yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Untuk melakukan investasi dalam sebuah bank, tingkat kesehatan bank ini sangat
berpengaruh karena dengan semakin meningkatnya resiko bank maka semakin besar kerugiannya
dan akan menyebabkan penurunan harga saham. Selain itu, jika kinerja perusahaan tidak baik
maka akan berdampak pada tingkat pendapatan yang nantinya akan mempengaruhi harga saham.
Dan jika semakin besar biaya operasi bank akan menghasilkan pendapatan yang kecil yang akan
mempengaruhi pembelian harga saham serta memperhatikan kinerja bank tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK MAYBANK DAN BANK MEGA TAHUN
2015/2016 DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI ”

KERANGKA TEORITIS

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Sigit Triandaru dan
Totok Budisantoso, 2006: 51).Menurut Veithzal Rivai, dkk (2012: 465) Kesehatan atau kondisi
keuangan dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,
manajemen bank, bank pemerintah (melalui Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank. Penilaian
kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang
dipercayakan kepada bank. Masyarakat pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya
setiap saat clan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap
dipercaya oleh nasabahnya.

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan
untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau
tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang
sakit untuk segera mengobati penyakitnya. Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-
bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau
bahkan kalau perlu dihentikan kegiatan operasinya.

Dalam menilai kesehatan suatu bank ada berbagai macam metode. Salah satu metode yang
penulis gunakan dalam menilai suatu kesehatan bank adalah metode RGEC (Risk Profile, GCG,
Earning, Capital). Indikator RGEC yang harus dipenuhi oleh bank adalah sebagai berikut:

1. Risk Profile

Dalam dunia bisnis, risiko (risk) didefinisikan sebagai kemungkinan akan adanya kerugian
di masa mendatang. Perbankan dikatakan sehat jika ia mampu meminimalkan risiko-risiko
yang ada dalam dunia perbankan.Risiko yang dihadapi perbankan dalam dunia finansial
bisa berupa risiko kredit macet, risiko likuditas (kemampuan membayar utang jangka
pendek), resiko reputasi, hukum, dan lain sebagainya. Semakin mampu perbankan
meminimalisasi risiko tersebut maka perbankan tersebut akan semakin sehat.

2. Good Corporate Governance (GCG)

Konsep GCG di abad ke-21 seakan menjadi prasyarat utama untuk menjaga eksistensi agar
tidak bangkrut. Bukan hanya perbankan, namun setiap korporasi harus menjunjung tinggi
nilai-nilai GCG untuk mewujudkan dan membangun sistem bisnis yang kokoh.GCG yang
baik akan menghasilkan hubungan baik dan berkelanjutan antara pihak internal
(manajemen) dan pihak luar (pemegang saham, investor, dan masyarakat).Dengan
demikian, jika bank gagal mengimplementasikan konsep GCG maka berarti ia “sakit” di
mata Bank Indonesia maupun dimata nasabah dan pihak lainnya yang berkepentingan.
Beberapa indikator dalam GCG yang harus diterapkan oleh bank adalah transparansi,
akuntabilitas, fairness (keadilan), responsibilitas, dan independensi.

3. Earning

Bank dikatakan sehat atau tidak, dilihat dari earning (kinerja keuangan dalam
menghasilkan laba). Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas tertinggi
untuk menilai, menggunakan pendekatan rasio ROE (Return On Equity). ROE Yaitu
konsep untuk melihat seberapa besar modal yang dimiliki perbankan dalam menghasilkan
laba setelah pajak.Jika bank memiliki modal yang cukup besar, namun laba yang dihasilkan
sangatlah kecil (di bawah batas kewajaran), maka bank tersebut patut dicurigai oleh BI.
4. Capital

Indikator untuk menentukan apakah bank tersebut sehat atau tidak adalah dengan melihat
tingkat kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR).CAR akan ditetapkan lebih
rendah atau lebih tinggi oleh BI tergantung pada Risk Profile masing-masing perbankan,
karena setiap bank memiliki tingkat risiko yang berbeda. Sederhananya bank yang dinilai
sangat berisiko tentunya pengawas BI akan meminta kebutuhan minimum modalnya (CAR)
lebih besar.Jika modal yang disediakan bank kecil sedangkan profile risk bank tersebut
tinggi, maka tentu saja bank tersebut akan mendapatkan pengawasan khusus dari BI sebab
memungkinkan untuk dimasukan dalam kategori tidak sehat.

Dalam memilih bank untuk melakukan investasi ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan oleh investor yaitu:

1. Kesehatan Bank
2. Perbedaan suku bunga
3. Bank yang memiliki biaya operasi yag kecil karena akan meningkatkan pendapatan yang
dimana akan mempengaruhi harga pembelian saham.
4. Bank yang memiliki modal yang tinggi karena akan dapat menutup penurunan aktiva
sebagai akibat kerugian yang diderita bank.
5. Kinerja bank
6. Tingkat risiko bank yang rendah

METODE PENELITAN

Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data


sekunder berupa analisis kesehatan Bank Maybank dan Bank Mega tahun 2015/2016. Yang
menjadi subjek dari penelitian ini adalah bank Maybank dan Bank Mega. Data dalam penelitian ini
berupa:
1. Risk
Terdiri dari NPL (Non Performing Loan) dan LDR (Loan to Deposits Ratio)
2. Good Corporate Governance
3. Earning
Terdiri dari ROA (Return on Assets) dan NIM (Net Interest Margin)
4. Capital

PEMBAHASAN

a. Profil Risiko (Risk Profile)

NPL (Net Performing Loan)

Nilai rata-rata NPL menunjukkan bahwa kualitas kredit Bank Maybank Indonesia berada
pada kondisi yang Cukup Sehat dengan nilai sebesar 3,54 persen dan dan Bank Mega dengan
kondisi Sehat dengan nilai sebesar 3,12 persen. Nilai NPL yang kecil disebabkan bahwa bank
semakin baik dalam menyeleksi calon peminjam, jumlah kredit yang tergolong kurang lancar,
diragukan, dan macet pun terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa upaya manajemen dalam
mengelola dalam tingkat kolektibilitas dan menjaga kualitas kredit yang tiap tahunnya membaik
dan memberikan hasil yang positif, sehingga menghasilkan pertumbuhan kredit yang baik.
Berdasarkan hasil kesehatan kedua bank tersebut maka seorang investor akan lebih baik
melakukan penanaman modal pada Bank Swasta Nasional yaitu Bank Mega. Karena ketika NPL
Bank lebih tinggi maka menunjukkan laba semakin turun dan sebaliknya. Tentunya investor
akan lebih memilih Bank yang menghasilkan laba yang lebih tinggi.

LDR (Loan to Deposit Ratio)

Nilai rata-rata LDR yang baik dan menghasilkan kriteria Sangat sehat dimiliki oleh Bank
Mega dengan nilai sebesar 60,2 persen dan yang cukup buruk pada tahun tersebut dimiliki oleh
Bank Maybank Indonesia yaitu dengan nilai sebesar 87,53 persen. Sehingga menunjukkan Bank
Maybank Indonesia menjadi nilai LDR yang cukup buruk selama 2 tahun dan berbeda dengan Bank
Mega memilki nilai LDR yang sangat baik selama periode tersebut. Karena apabila memiliki nilai
LDR yang terlalu tinggi akan menunjukkan bahwa bank terlalu agresif dalam menyalurkan kredit
sehingga dapat meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi. Namun apabila nilai LDR terlalu
rendah hal ini mengidikasikan bahwa jumlah kredit yang disalurkan menurun. Dengan
menurunnya kredit yang disalurkan, maka menurun pula laba yang dihaslikan oleh bank.
Berdasarkan hasil analisis kesehatannya bahwa May Bank memiliki jumlah LDR yang tinggi
menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid
(illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas
dana yang siap untuk dipinjamkan. Maka investor akan lebih baik melakukan investasi di Bank
Mega karena LDRnya lebih likuid, dan resikonya tidak tinggi.

b. Good Corporate Governance (GCG)

Sesuai dengan peneliti di atas tingkat kesehatan bank ditinjau dari nilai Good Corporate
Governance pada Bank Maybank Indonesia dan Bank Mega selama tahun 2015-2016 yakini
memperoleh nilai 2 dengan kriteria Sehat. Karena Bank Maybank Indonesia dan Bank Mega
melakukan penilaian sendiri (self assessment) dengan prinsip-prinsip GCG dengan baik, sehingga
selama periode tersebut Bank Maybank Indonesia dan Bank Mega pun tergolong bank yang
terpercaya. Penerapan GCG yang baik akan meningkatkan kepercayaan Stakeholder untuk
melakukan transaksi pada bank yang bersangkutan, karena dengan melihat nilai GCG suatu bank
Stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi apabila melakukan transaksi dengan
bank tersebut. Berdasarkan hasil analisis kesehatan tersebut bahwa baik Bank Mega dan May Bank
memiliki tata kelola yang baik sehingga, investor dapat mempercayai kedua bank tersebut.

c. Rentabilitas (Earning)

ROA (Return On Asset)

Nilai rata-rata ROA Bank Maybank Indonesia sebesar 1,34 persen dengan kriteria Sehat.
Sedangkan nilai rata-rata ROA Bank Mega dengan nilai sebesar 2,16 persen dengan kriteria Sangat
Sehat jadi bisa dikatakan ROA yang baik pada periode tersebut adalah Bank Mega. Walaupun miliki
nilai ROA yang tergolong sehat Bank Maybank Indonesia dan Bank Mega tetap perlu menunjukkan
bahwa kemampuan memperoleh laba dengan mengandalkan aset bisa lebih meningkat dengan
baik. Berdasarkan hasil analisis kesehatan tersebut Bank Mega memiliki kinerja yang lebih baik dan
tingkat pengembalian investasi yang lebih baik, karena mereka dapat memaksimalkan asset-aset
Bank dalam menghasilkan laba.
NIM (Net Interest Margin)

Nilai rata-rata NIM Bank Maybank Indonesia sebesar 4,53 persen dengan kriteria Sehat dan
Bank Mega sebesar 6,52 persen dengan kriteria Sangat Sehat. walaupun Bank Maybank Indonesia
memilki nilai NIM yang sedkit rendah namun Bank Maybank Indonesia memperoleh pendapatan
bunga bersih yang baik. Sehingga dapat diindikasikan bahwa selama periode tersebut Bank
Maybank Indonesia dan Bank Mega memiliki kemampuan manajemen bank sangat baik

dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih perusahaan.
Memiliki pendapatan bersih yang sedikit kecil atau rendah dan masih tergolong sehat atau baik,
Bank Maybank Indonesia tetap perlu meningkatkan pendapatan bersih dan mengelola akitva
produktif dengan baik. Berdasarkan hasil analisis kesehatan Bank Mega memiliki NIM ynag lebih
tinggi. Dimana menunjukkan Bank mampu menghasilkan pendapatan bunga yang semakin besar
dari aktiva produktifnya, sehingga pendapatan bunga itu bisa mengcover profitabilitas perusahaan
yang semakin baik. Oleh karena itu maka investor akan lebih baik menanamkan modalnya di Bank
Mega.

d. Permodalan (Capital)

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang besar juga dapat meningkatkan kepercayaan dari
masyarakat untuk menyalurkan dana ke Bank. Bank Maybank Indonesia dan Bank Mega, diketahui
bahwa pada tahun 2015 nilai CAR yang baik pada tahun tersebut dimiliki Bank Mega dengan nilai
sebesar 22,85 persen, dan Bank Maybank Indonesia sebesar 15,17 persen. Selanjut pada tahun
2016 nilai CAR yang baik pada tahun tersebut dimiliki oleh Bank Mega dengan nilai sebesar 26,21
persen, dan Bank Maybank Indonesia sebesar 16,77 persen. Meskin pun Bank Maybank Indonesia
memiliki nilai CAR yang rendah dari Bank Mega, nilai CAR yang dimiliki Bank Maybank Indonesia
dan Bank Mega selama tahun 2015- 2016 berada di atas standar yang telah ditetapan sehingga
bank dinilai telah mampu memenuhi kewajiban penyedian modal minimum. Berdasarkan analisis
kesehatan tersebut Bank Mega lebih baik, Bank Mega mampu untuk menutupi penurunan aktiva
akibat terjadinya kerugian atas aktiva bank dengan menggunakan modalnya sendiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis kesehatan Bank dengan metide RGEC melalui tahapan :

1. Risk, yaitu NPL dan LDR


2. Good Corporate Governance
3. Earning, yaitu ROA dan NIM
4. Capital
Bank Mega menunjukkan kesehatan Bank yang lebih baik. Karena Bank Mega mampu
meningkatkan labanya, lebih likuid, mempunyai tata kelola yang baik, memiliki kinerja perusahaan
yang baik, tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan memaksimalkan asset-aset untuk dapat
menghasilkan laba, serta menghasilkan pendapatan bunga yang lebih tinggi dan mampu menutupi
penurunan aktivanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-memahami-tentang-analisis-laporan-keuangan-bank/

http://www.sahamgain.com/2018/04/rumus-nim-dan-cara-menghitung-nim-bank.html

http://infobanknews.com/menimbang-pembatasan-nim/

https://www.kajianpustaka.com/2017/08/return-on-assets-roa.html

https://dosen.perbanas.id/tingkat-kesehatan-bank-berdasarkan-risiko-risk-based-bank-rating-rbbr/

Anda mungkin juga menyukai