Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA


(PERSERO) TBK TAHUN 2012-2022

PROPOSAL

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Melakukan Penelitian

Di susun oleh :

SALPIA DANI

NPM : 2010061201035

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SAKTI ALAM KERINCI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SUNGAI PENUH

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada era perekonomian modern, sector perbankan memiliki peran yang sangat penting
dalam menopang gerak laju perekonomian Negara. System perbankan dapat diibaratkan
sebagai system urat nadi dalam tubuh manusia dengan bank sentral sebagai jantungnya dan
uang sebagai darah yang mengalir menghidupi kegiatan ekonomi bangsa. Salah satu peran
penting bank dalam menunjang kemajuan ekonomi Negara adalah fungsinya lembaga
perantara atau intermediasi.

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kreditdan/atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediacy) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,
serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Oleh karena itu dalam
menjalankan kegiatan ekonomi tidak akan pernah lepas dari bank.

Majalah info bisnis edisi 2016 menyebutkan pada bulan maret tahun 2016 tercatat
sebanyak 38 Bank Umum Swasta Nasional yang dilikuidasi atau dibekukan izinnya, 7 Bank
Umum Swasta Nasional yang diambil alih dan dari 9 Bank Umum Swasta Nasional lainnya
yang harus ikut dalam program rekapitalisasi. Hampir kesemuanya mengalami kondisi yang
seperti itu dikarenakan masing-masing bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio (CAR)
yang negatif. Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) yang negative ini diakibatkan tidak
sebandingnya jumlah kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun. Sehingga ketika terjadi gampuran krisis bank tidak mampu membendung lonjakan
jumlah kredit macet dan akibatnya bank harus menanggung kepailitan. Fenomena ini
merupakan bentuk intermediasi yang tidak efisien dari Bank Umum Swasta Nasional, disatu
sisi bank mengutamakan return namun disisi lain bank mengabaikan jumlah modal yang
dimiliki, aktiva lancer, maupun risiko kredit.

Abiwodo mendifinisikan risiko kredit sebagi kemungkinan kehilangan outstanding loan


sebagian atau seluruhnya, karena kegagalan dalam mengelola kredit (defult risk). Kegagalan
ini juga akan berdampak pada meningkatnya biaya operasional bank, sehingga dapat
menurunkan laba atau kinerja bank. Bank sebagai perusahaan jasa yang berorientasi laba,
harus dapat menjaga kinerja keuangannya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya.
Profitabilitas bank adalah kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Rasio yang biasa
digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas atau rentabilitas bank
adalah ROA (Return on Asset). Return On Asset (ROA) memfokuskan kemampuan bank
untuk memperoleh earning dari kegiatan operasinya. Return on asset (ROA) digunakan
sebagai indicator performance atau kinerja bank didasarkan pertimbangan bahwa ROA
menkover kemampuan seluruh elemen asset bank yang digunakan dalam memperoleh
penghasilan. Rasio Return On Asset (ROA) mengindikasikan kamampuan bankdalam
menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya.

Penggunaan ROA sebagai proksi profitabilitas pada perusahaan perbankan sesuai


deangan surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31mei 2004, Riyanto
menyatakan Return On Asset (ROA) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang
dimaksud adalah keuntungan neto sesudah pajak. Menurut Hanafi dan Halim (2014:71)
Return On Assets (ROA), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari
uraian di atas diketahui ada dua pengharapan yang saling berlawanan dalam perbankan untuk
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

Capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan


kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan
menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR adalah
rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, seperti kredit yang diberikan kepada
nasabah. Menurut Kuncoro dan Suhardjono Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan
modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi
dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan
mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.
Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank
yang sehat. Tingkat kecukupan modal dapat diukur dengan cara membandingkan modal
dengan aktiva berisiko. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Desi Natalia Pardede dan Irene
Rini Paangestu (2016) menyatakan hasil penelitiannya capital adequacy ratio berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return on asset. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Dwi Hermawan dan Shoimatul Fitria, 2019, yang menyatakan bahwa rasio CAR
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat luas. DPK
yaitu uang tunai maupun tidak tunai diperoleh dari investor maupun deposan yang dimiliki
penuh oleh pihak bank meliputi tabungan, deposito, dan giro. Dana pihak ketiga adalah
sumber dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan paling diandalkan dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Oleh karena itu dana yang dihimpun dari pihak ketiga akan
mempenagruhi return on asetss. Dengan peningkatan dana pihak ketiga maka kinerja
operasional bank akan baik dan penghasilan bank meningkat. Menurut peraturan bank
Indonesia No.10 19/PBI/2008 Dana Pihak Ketiga merupakan kewajiban bank kepada
penduduk dalam rupiah dan valuta asing. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari
masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sector rill melalui penyaluran kredit.
Dana Pihak Ketiga dalam perbankan syariah merupakan sumber dana yangberasal dari
masyarakat yang terhimpun melalui produk giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah. Dana pihak ketiga yang dimiliki perbankan syariah akan disalurkan ke berbagai
jenis pembiayaan (Andraeny,2011).
Dari latar belakang diatas maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti dengan judul
penelitian “Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap
Return on Asset (ROA) Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2012-
2022”

Anda mungkin juga menyukai