Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH NON PERFORMING LOAN TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA


(PERSERO) TBK PERIODE 2013-2020

PROPOSAL

ROKI INDRAJAYA

NIM 1922073

JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PONTIANAK
2022
1
BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penggolongan Kualitas Aktiva Produktif

Penggolongan kualitas kredit yang dilakukan oleh pihak bank

bertujuan untuk menghitung cadangan potensi kerugian yang tentunya

akan berpengaruh terhadap portofolio bank dan menjadi salah satu

indikator penilaian kesehatan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 40/POJK/.03/2019 tentang penilaian kualitas aset

bank umum (pasal 12) kualitas kredit ditetapkan menjadi 5 (lima)

yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan

macet.

Tabel 2.1
Penggolongan Kualitas Aktiva Produktif

Kategori Jumlah Hari Tunggakan

Lancar 0

Dalam Perhatian Khusus (DPK) 1-90

Kurang Lancar 91-180

Diragukan 181-270

Macet >271

Sumber : Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017.

1
2

Berdasarkan tabel di atas,maka dapat dijelaskan bahwa di dalam

kategori kredit lancar dan DPK termasuk performing Loan atau kondisi

dimana debitur berkesempatan melunasi tunggakan. Pada kategori kredit

kurang lancar,diragukan dan macet termasuk kredit bermasalah Non

Performing Loan (gross), dan khusus pada kategori kredit macet sudah

tergolong didalam Non performing Loan (Net). Kredit macet menurut Riva’i

(2013) yaitu sebuah kesulitan pelanggan dalam menyelesaikan

kewajibannya kepada bank atau lembaga keuangan non-bank, baik dalam

bentuk pembayaran pokok, pembayaran bunga, dan pembayaran biaya bank

yang menjadi beban bagi pelanggan yang bersangkutan.


3

Tabel 2.2
Tabel Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP)

No Kolektibilitas PPAP

1 Lancar (1) 1%

2 Dalam Perhatian Khusus (DPK) (2) 5%

3 Kurang Lancar (3) 15%

4 Diragukan (4) 50%

5 Macet (5) 100%

Sumber : Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017.

Rumus perhitungan PPAP = Persentase PPAP x (Kolektibilitas

kredit - Nilai agunan).

2.1.2 Definisi Bank

Menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”. Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (SAK, 2007

dalam Hidayat dan Hujaemah, 2013), “Bank adalah lembaga yang berperan

sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antar pihak yang

memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga

yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Berdasarkan pada kedua definisi di atas, maka dapat dikatakan

bahwa Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi dalam menghimpun


4

dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat dalam menunjang

kegiatan investasi untuk kegiatan produksi, distribusi maupun konsumsi

sebagai bagian dari pembangunan dalam bidang ekonomi dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jenis-jenis bank menurut Usman (2003)

jenis bank dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Bank Umum Konvensional

Bank Umum Konvensional menurut Undang-undang Pokok

Perbankan No. 7 tahun 1992 adalah suatu lembaga keuangan yang

kegiatan usaha nya secara umum yang di dalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum berdasarkan prosedur

dan ketentuan yang sudah di tetapkan. Bank yang berdasarkan prinsip

konvensional adalah bank yang dalam mencari keuntungan dan

menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan

prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu :

a) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti

giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk

pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga

tertentu.

b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menerapkan

berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu yang

dikenal dengan istilah fee based.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


5

Bank Perkreditan Rakyat adalah suatu lembaga keuangan yang

bertugas menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa deposito berjangka, tabungan dan kredit dengan batas wilayah

hanya didalam provinsi yang sama dengan kantor pusat Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) berada. Syarat dalam mendirikan BPR menurut Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017 antara lain :

a) Sebagai Warga Negara Indonesia

b) Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikanya adalah WNI

c) Pemerintah Daerah setempat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak dapat melakukan semua

aktivitas seperti yang dilakukan oleh bank umum. Menurut Usman

(2003) kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) antara lain :

a) Tidak dapat menerima simpanan berupa simpanan giro

b) Tidak dapat melakukan usaha perasuransian

c) Tidak dapat melakukan kegiatan tukar menukar valuta asing.

Produk dan layanan yang sering diberikan oleh Bank Perkreditan

Rakyat kepada masyarakat antara lain:

1) Tabungan
Tabungan merupakan simpanan yang pada saat pengambilan
tabungan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan syarat dan ketentuan
yang ada dibank tersebut. Namun pada saat pengembilan tidak dapat
menggunakan cek, bilyet giro dan lain sebagainya.
6

2) Deposito
Deposito merupakan simpanan yang dimana penarikan
simpnan tersebut hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan sesuai perjanjian yang telah disepakati antara pihak
nasabah dan pihak bank.
3) Kredit
Kredit merupakan pinjaman dari orang lain atau bisa disebut
kreditor yang berupa uang atau barang dan untuk pembayarannya
dilakukan pada waktu sesuai dengan kesepakatan diawal.
3.Bank Syariah

Bank Syariah adalah bank yang sistem perbankan nya menganut

prinsip-prinsip dalam islam. Bank syariah merupakan bank yang

diimpikan oleh para umat islam. Menurut Sudarsono, Bank Syariah

adalah lembaga keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa

lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang

beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam.

Selain peran dan fungsi dari bank sebagai lembaga keuangan yang

menyediakan kebutuhkan keuangan masyarakat, bank juga mempunyai

fungsi antara lain :

1. Agent of Development Kegiatan bank berupa penghimpun dan


penyalurdana sangat diperlukan dalam perekonomian sector riil. Dana
yang disalurkan bank kedalam sector riil dapat memperluas aktivita
sekonomi. Selain itu kegiatan berupa produksi, distribusi dan
konsumsi yang terus berjalan dapat meningkat dan kesejahteraan
hidup masyarakat juga dapat meningkat.Dalam hal ini fungsi bank
sebagai agent of development yaitu bank dapat membantu dalam
pencapaian keberhasilan suatu usaha pembanguna nekonomi disuatu
daerah dan meningkat kesejahteraan social.
2. Agent of Service Berbagai produk dan layanan yang diberikan oleh
bank dapat membantu aktivitas perekonomian. Produk dan layanan
yang sering diberikan oleh bank antara lain tabungan, kredit dan
deposito. Aktivita sutama bank selain menghimpun dan menyalurkan
dana bank juga memberikan pelayanan berupa jasa kepada
masyarakat. Jasa yang diberikan bank kepada masyarakat dalam
membantu aktivitas perekonoman antara lain pengiriman uang,
7

penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian


tagihan.
2.1.3. Non Performing Loan (NPL)

Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan erat dengan aktiva

produktif yang dimilikinya, oleh karena itu manajemen bank dituntut untuk

senantiasa dapat memantau dan menganalisis kualitas aktiva produktif yang

dimilikinya. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai

kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya. Kolektibilitas

dapat diartikan sebagai keadaan pembayaran kembali pokok, angsuran

pokok atau bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterima

kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman

lainnya. Sedangkan tingkat kolektibilitas dapat dibedakan menjadi empat

tingkat, yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan, atau macet.

Perbedaan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya suatu

kerugian yang diakibatkan oleh adanya kredit yang tidak terbayarkan atau

kredit bermasalah.

Non Performing Loan (NPL) dijadikan variabel independen yang

mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank

yang bermuara pada profitabilitas bank. Menurut Riyadi (2006), “risiko

kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat

mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya”.

Rasio NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yang

diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang
8

diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang

diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak

bank kepada debitur. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

51/POJK.03/2017, rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut:

Kredit Kurang Lancar , diragukan ,macet


NPL Gross= 100 %
Total Kredit

Sumber : www.ojk.go.id
Ada beberapa hal yang mempengaruhi naik turunnya NPL suatu

sumber perbankan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kemauan atau itikad baik dari debitur. Kemampuan debitur dari sisi
finansial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman tidak akan ada tanpa
kemauan dan itikad baik dari debitur itu sendiri.
2. Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia. Kebijakan pemerintah dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya NPL suatu perbankan, misalnya
kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM akan menyebabkan
perusahaan yang banyak menggunakan BBM akan membutuhkan dana
tambahan yang diambil dari yang dianggarkan untuk pembayaran cicilan
utang memenuhi biaya produksi yang tinggi,sehingga perusahaan
tersebut akan mengalami kesulitan dalam membayar utang–utangnya
kepada bank. Demikian pula halnya dengan PBI, peraturan-peraturan
Bank Indonesia mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap NPL suatu bank.
3. Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh yang besar tehadap
kemampuan debitur dalam melunasi utang–utangnya. Indikator–indikator
ekonomi makro yang mempunyai pengaruh NPL diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara menyeluruh dan terus
menerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kemampuan debitur
untuk melunasi utang–utangnya berkurang.
b. Kurs rupiah
Kurs rupiah mempunyai pengaruh juga terhadap NPL suatu
bank karena aktivitas debitur perbankan tidak bersifat nasional tetapi
juga internasional.
Menurut Drs. Thomas Suyatno Tahun 2013 dalam Proses Kredit dan
Integritas Pegawai Bank bisa menyebabkan kenaikan NPL, sebagai berikut :
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
9

datang.
2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. dalam unsur ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu
uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan
diterima di masa mendatang.
3. Degree of risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat
dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. dengan
adanya unsur resiko, maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.
4. Prestasi atau objek kredit, pemberian kredit tidak saja diberikan dalam
bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. namun karena
kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka
transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita
jumpai dalam praktik perkreditan.
NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi

terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk

kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin

besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan

operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang

diperoleh bank. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia

Nomor 29 /Pojk.03/2019.

2.1.4. Return On Asset (ROA)

Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah

melalui Return On Asset (ROA). Menurut Hanafi dan Halim (2007), “ROA

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dipunyai

perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset

tersebut”. ROA digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan dan dijadikan

sebagai variabel dependen karena ROA digunakan untuk mengukur


10

efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Menurut Prihadi (2008), Return on Assets yaitu (ROA, laba atas

asset) mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam

menghasilkan laba tersebut, dimana persentase rasio ini dinyatakan oleh

rumus sebagai berikut:

Laba Bersi h
ROA= x 100 %
Total Aktiva

Tujuan ROA adalah mengukur keberhasilan manajemen dalam

menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini maka dapat terlihat kurangnya

kemampuan manajeman dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan

pendapatan atau menekan biaya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja

keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin

besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih

mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang

perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat.

2.1.5. Profitabilitas

Menurut R Agus Sartono (2015) profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total

aktiva maupun modal sendiri. Menurut Munawir (2012) Profitabilitas adalah

Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu.

Profitabilitas dapat diartikan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar tingkat keuntungan yang didapat perusahaan (Sutrisno,

2001). Oleh karena itu, profitabilitas adalah rasio yang bermanfaat untuk
11

mengukur keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.

Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang

ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Berikut jenis-jenis dan

rumus rasio profitabilitas :

1. Margin laba kotor (gross profit margin)

Rasio Gross Profit Margin merupakan margin laba kotor yang

memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan,

mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya

persediaan atau biaya operasi barang untuk meneruskan kenaikan harga

lewat penjualan kepada pelanggan (M.Fraser dan Ormiston (2000). Laba

kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas memaparkan besaran laba

yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang

terpakai untuk memproduksi produk atau jasa. Margin laba kotor ini

sering disebut juga dengan gross margin ratio. Gross profit margin

mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi.

Semakin besar gross profit margin, semakin baik (efisien) kegiatan

operasional perusahaan. Kondisi ini ditunjukkan dengan Harga Pokok

Penjualan (HPP) yang lebih rendah dari pada penjualan (sales) yang

berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan

kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan

laba kotor sebagai berikut :

Pendapatan−Gross
Margin Kotor=
Pendapatan
12
13

2. Margin laba bersih (net profit Margin)

Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio

profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah

dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan.

Menurut Joel G Siegel dan Jae K Shim (1999) Margin laba bersih sama

dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukkan

kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat

penjualan khusus. Berikut rumusnya:

Pendapatan−Biaya
Margin laba bersi h=
Pendapatan

3. Rasio pengembalian aset (return on assets ratio)

Menurut Pirmatua Sirait (2017 142) Rasio Imbal Hasil Aset (return

on assets/ROA) disebut juga rasio kekuatan laba (earning power ratio),

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari

sumber daya (aset) yang tersedia. Rumus ROA yaitu (Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017):

Laba Sesudah pajak


ROA= ¿ ¿ X 100%
Rata−Rata Total Aset

4. Rasio Pengembalian Ekuitas (Return On Equity Ratio)

Return on equity ratio (ROE) adalah rasio profitabilitas untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba darii nvestasi

pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase.

ROE sendiri dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap

modal yang di investasikan oleh para pemilik perusahaan, yaitu


14

pemegang saham dan pemegang saham preferen. Return on equity

menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net

worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal

atau pemegang saham perusahaan. ROE turut menjelaskan rentabilitas

modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha. Menurut Hery (2015)

ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

perusahaan dalam menghasilkan lababagi para pemegang saham. Rumus

Return On Equity sebagai berikut :

Laba Bersih Setela h Pajak


ROE=
Ekuitas Pemegang Sa h am

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Nama Penelitian (Tahun), Variable Penelitian Teknik Hasil Penelitian


“Judul”. Jenis Publikasi Analisis Data
dan Penerbit
Ria Marliana dan Edy Capital Adequacy Regresi Hasil uji hipotesis
Anan (2015) “Faktor- Ratio (CAR), Biaya berganda secara simultan
Faktor yang Operasional terhadap menunjukan bahwa
Mempengaruhi Pendapatan CAR, BOPO, LDR,
Profitabilitas pada BUSN Operasional (BOPO), dan NIM berpengaruh
Devisa di Indonesia”. Loan to Deposit Ratio signifikan terhadap
Jurnal Amikom (LDR), Net Interest profitabilitas bank
Yogyakarta Margin (NIM) sebagai devisa, sedangkan
variabel penjelas, dan secara parsial variabel
Return On Assets CAR, BOPO, dan NIM
(ROA) sebagai proksi memiliki pengaruh
variabel profitabilitas signifikan, kecuali
LDR yang tidak
menunjukkan pengaruh
signifikan terhadap
ROA.
Chandra Chintya Putri Varibel Independen: Analisis Hasil penelitian
(2015) “Pengaruh NPL, (X1) NPL deskriptif, menunjukkan bahwa
LDR, CAR (X2) LDR dan analisis variabel kredit
Terhadap Profitabilitas (X3) CAR regresi linier bermasalah (NPL)
Bank Umum Swasta Variabel Dependen: berganda berpengaruh terhadap
15

Nasional Devisa”. Jurnal (Y) ROA profitabilitas yang


Ilmu dan Riset diproksikan dengan
Manajemen Stiesia Return On Assets
(ROA) Bank Umum
Swasta Nasional
(BUSN) Devisa yang
terdaftar di BEI dengan
aset lebih dari 50
milyar. Loan to
Deposit Ratio (LDR)
dan Capital Adequacy
Ratio (CAR) tidak
berpengaruh terhadap
profitabilitas yang
diproksikan dengan
Return On Assets
(ROA) Bank Umum
Swasta Nasional
(BUSN) Devisa yang
terdaftar di BEI dengan
aset lebih dari 50
milyar.
Riski Agustining rum X 1: Capital Adequacy Kuantitatif Hasil analisis maka
(2012) “Analisis Ratio (CAR) X2: Non Teknik analisis diketahui bahwa CAR
Pengaruh Car, Npl, Dan Performing Loan regresi linier berpengaruh tidak
Ldr Terhadap (NPL) X3: Loan to berganda signifikan terhadap
Profitabilitas Pada Deposits Ratio (LDR) profitabilitas (ROA).
Perusahaan Perbankan”. Y : Profitabilitas NPL berpengaruh
negatif signifikan
terhadap profitabilitas
(ROA), sebaliknya
LDR berpengaruh
positif signifikan
terhadap profitabilitas
(ROA).

Sumber : www.peraturan.bpk.go.id

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis

hubungan antara variabel yang akan diteliti. Menurut Uma Sekaran (dalam
16

Sugiyono, 2017), mengemukakan bahwa kerangka merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah didefinisikan sebagaimana salah yang penting. Sedangkan

menurut Suria sumantri (dalam Sugiyono, 2017), kerangka pemikiran ini

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek

permasalahan.

Berdasarkan pembahasan tersebut maka kerangka pemikiran yang

digunakan penulis yaitu :

X : Non Performing Loan Y : Profitabilitas


(NPL)

Gambar 2.1
Kerangka pemikiran

Berdasarkan gambar 2.1, diduga bahwa Non Performing Loan

memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Dimana jika Non Performing

Loan meningkat maka profitabilitas akan menurun. Sebaliknya, jika Non

Performing Loan menurun maka profitabilitas akan meningkat.

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan bahwa sementara masalah penelitian

yang kebenarannya masih lemah (belum tentu benar) sehingga harus diuji

secara empiris. Hipotesis yang digunakan penulis didalam penellitian ini

yaitu sebagai berikut :

Ho : Tidak ada pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On

Aset.
17

Ha : Ada pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Aset.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Menurut Sugiyono (2015) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitaif dengan

pendekatan asosiatif dengan maksud mengetahui pengaruh Non Performing

Loan (NPL) terhadap profitabilitas pada Bank Rakyat Indonesia (persero)

Tbk. Menurut Haddy Suprapto (2017) data kuantitatif adalah data informasi

yang berupa simbol angka atau bilangan. Penelitian asosiatif bertujuan untuk

mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih,

Sugiyono (2015).

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Menurut V.Wiratna Sujarweni (2014) menyatakan bahwa lokasi penelitian

adalah tempat dimana penelitian itu dilakukan. Sedangkan lokasi penelitian

dalam penelitian ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk, penulis

memperoleh data dari situs BEI (www.idx.co.id), website resmi perusahaan

(www://bri.co.id/) dan (ojk.go.id). Adapun waktu penelitian ini dimulai dari

proses pengajuan judul hingga batas akhir penelitian ini selesai adalah kurang

lebih 4 (empat) bulan dari bulan April sampai dengan bulan Agustus 2021.

1
30

3.3 Definisi dan Operasional Variabel

Menurut Sugiyono, (2012) Variabel penelitian adalah “suatu atribute atau

sifat atau nilai orang atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Variabel

dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat dari variabel bebas atau independen Sugiyono, (2012). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). Menurut

Haddy Suprapto, (2017) definisi operasional adalah penjabaran variabel ke

dalam dimensi dan indikator atau dengan kata lain yaitu penentuan contructs

sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional yang

digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan sosiatif yang terdiri dari

tiga faktor,yaitu :

3.3.1 Non Performing Loan (NPL)

Menurut Kasmir (2013) “Kredit bermasalah atau kredit macet

adalah kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh

2 unsur yakni dari pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari

pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja dalam

kewajibannya tidak melakukan pembayaran”. Menurut Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017, NPL dihitung

dengan rumus :

Kredit Kurang Lancar , diragukan ,macet


NPL Gross=
Total Kredit
31

3.3.2 Profitabilitas

Menurut R. Agus Sartono (2015) Profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan

penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Penelitian ini

menggunakan indikator yang diukur dengan rasio yaitu :

3.3.3. ROA (Retrun On Assets)

ROA (Retrun On Assets) digunakan untuk menghitung jumlah

laba sebelum pajak terhadap rata-rata total aset yang diberikan bank

untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba, Rumus

ROA yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

51/POJK.03/2017:

Laba Setelah Pajak


ROA= X 100%
Rata−Rata Total Aset
32

Variabel Definisi Operasional Skala Pengukuran

NPL adalah Kredit bermasalah atau kredit Persentase (%)

macet adalah kredit yang didalamnya Rasio

terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 NPL


X=NPL
unsur yakni dari pihak perbankan dalam

menganalisis maupun dari pihak nasabah

yang dengan sengaja atau tidak sengaja

dalam kewajibannya tidak melakukan

pembayaran (Kasmir, 2013).

Profitabilitas adalah adalah kemampuan Persentase (%)

perusahaan memperoleh laba dalam Rasio


Y=Profitabilitas hubungannya dengan penjualan, total ROA

aktiva maupun modal sendiri (R. Agus

Sartono, 2015).

Tabel 3.1
Variabel Penelitian

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Menurut Hasan (2002) Data sekunder adalah data yang diperoleh

atau di kumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-

sumber yang telah ada. Data ini digunakan untuk mendukung informasi

sekunder yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur,


33

penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya. Jenis data yang

digunakan penulis didalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

data berupa laporan keuangan yang telah go publik pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2013-2020 dan sudah tercatat

di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.4.2 Sumber Data

Menurut Sutopo (2006), sumber data adalah tempat data

diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia,

artefak, ataupun dokumen-dokumen. Adapun Sumber data yang

digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sumber data laporan

keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia

(persero) Tbk yang bisa di akses melalui situs resminya yaitu

(https://bri.co.id/), juga bisa diakses dari www.idx.co.id dan ojk.go.id.

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik-teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data

adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pustaka

Menurut Sugiyono (2015), “teknik kepustakaan berkaitan

dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai,

budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti,

hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur

ilmiah”. Teknik yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini


34

adalah referensi seperti buku-buku atau literatul diperpustakaan

maupun dimedia sosial.

2. Teknik Dokumenter

Menurut Sugiyono (2015) adalah suatu cara yang digunakan

untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dan

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta

keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi

digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Teknik

dokumen yang digunakan adalah dengan melihat laporan keuangan

serta jurnal yang berkaitan dengan judul yang diteliti.

3.5.2. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan

atau dokumen lainnya dan laporan keuangan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (persero) Tbk.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data adalah proses menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

difahami oleh diri sendiri maupun orang lain Sugiyono (2014). Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis regresi linier sederhana pada aplikasi SPSS.


35

3.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen (ROA), variabel independen NPL

atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut

Sugiyono (2008), ”suatu data yang membentuk distrubusi normal bila

jumlah diatas dan dibawah rata- rata sama, demikian juga dengan

simpangan bakunya”.

3.6.2. Analisis Regresi Linear Sederhana (Simple Regression)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Regresi digunakan

untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel

bebas. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linier sederhana. Persamaan regresi sederhana dengan satu

indikator menurut Sugiyono (2016) dirumuskan sebagai berikut:


'
Y =a+bX

Keterangan:

Y = Return On Asset (ROA)

a = Konstanta atau bilaharga X = 0

b = Koefisien regresi

X = Non Performing Loan (NPL)


36

3.6.3 Uji Hipotetis

3.6.3.1 Uji -t (Uji secara parsial)

Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen (Ghozali:2018) Pengaruh Non Performing Loan

(NPL) terhadap Return On Asset ROA.

Hipotesisnya :

H0 : b = 0 tidak ada pengaruh Non Performing Loan (NPL)

terhadap Return On Asset (ROA).

Ha : b ≠ 0 ada pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap

Return On Asset (ROA).

Berdasarkan analisis regresi menggunakan uji t, maka akan diambil

keputusan dengan kinerja pengambilan keputusan sebagai berikut :

a. Ho ditolak jika t sig > 0,05.

b. Ha diterima jika t sig ≤ 0,05.

3.6.3.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) sering disebut dengan koefisien

determinasi majemuk (multiple Coefficient Of Determination) yang

hampir sama dengan r2. R2 menjelaskan proporsi variasia dalah

variabel terikat (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas dan cenderung

meningkat nilainya sejalan dengan peningkatan jumlah variabel bebas,

menghitung koefisien determinasi dengan carameng kuadratkan

koefisien korelasi (r2) di kali 100% yaitu :


37

R=r2 x 100%

Keterangan :

R = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi
DAFTAR PUSTAKA

Adicondro, Y, Y. (2015). Pengaruh Pertumbuhan Gdp, Tingkat Suku Bunga,


Pertumbuhan Ekspor, Pertumbuhan Kredit Dan Bopo Terhadap Non
Performing Loan Pada Bank Umum Di Indonesia Tahun 2010 – 2014.
Skripsi Univeersitas Diponegoro.

Adisaputra, I. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing Loan


Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makasar: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Hasanuddin.

Arya, Wikutama, (2010) “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing


Loan Bank Pembangunan Daerah (BPD)”. TESIS, Program Pasca
Sarjana Magister Akuntansi Universitas Indonesia.

Barus, Andreani Caroline, dan Erick. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Non Performing Loan Pada Bank Umum Di Indonesia. Jurnal Wira
Ekonomi Mikroskil, STIE Mikroskil.

Curak, Marijana et al. (2013). “Determinants of non-performing loans –


evidence from Southeastern European banking systems” Journal

Darmawi, Herman. (2012). Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dendawijaya, Lukman. (2003). Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

Diansyah. (2016). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Non


Performing Loan. Journal Of Business Studies, volume 2, nomor1.
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Diyanti, Anin. (2012). Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal


Terhadap Terjadinya Non Performing Loan (Studi Kasus pada Bank
Umum Konvensional yang Menyediakan Layanan KPR Periode 2008-
2011). Skripsi Universitas Diponegoro.

Dwihandayani, Deasy, (2013) Analisis Kinerja Npl Perbankan Di Indonesia Serta


Faktor - Faktor Yang Mempengaruhinya. Tesis. Universitas Gunadarma.

Firmansyah, Irman. (2014). Determinant Of Non Performing Loan: The Case Of


Islamic Bank In Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan
Bank Indonesia, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2014.

1
39

Greuning, Hennie Van dan Zamir Iqbal. (2011). Analisis Risiko Perbankan
Syariah, Terjemahan Yulianti Abbas.Jakarta: Salemba Empat

Gunawan, A. dan Sudaryanto, B. (2016). Analisis Pengaruh Performance, Size,


Inefisiensi, Capital, Dan Dana Pihak Ke Tiga Terhadap Non Performing
Loan. Diponegoro journal of management, volume 5, nomor 3, halaman
1- 13. Universitas diponegoro.

Haifa, dan Wibowo, Dedi. (2015). Pengaruh Faktor Internal Bank Dan Makro
Ekonomi Terhadap Non Performing Financing Perbankan Syariah Di
Indonesia: Periode 2010:01 – 2014:04. Jurnal Nisbah, volume 1 nomor
2.

Hariyani, Iswi. (2010). Restrukturisasi Dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta:


PT Elex Media Kamputindo.

Kasmir.(2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, M dan Suhardjono. (2012). Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: BPFE

Laila, Noor, dkk. (2016). Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Terhadap
Risiko Kredit Di Perbankan Konvensional (Pada Januari 2008-
Desember 2015). Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Martina, Emi dan Prastiwi, Dewi. (2014). Pengaruh Inflasi, Gross Domestic
Product, Suku Bunga Kredit, Loan Asset Ratio, dan Kualitas Aktiva
Produktif Terhadap Non Performing Loan. Jurnal Ilmu Manajemen,
Universitas Negeri Surabaya, Volume 2 Nomor 2.

Martono dan Agus Harjito. (2008). Manajemen Keuangan . Yogyakarta :


Ekonisia.

Matthews, Kent and John Thompson. (2008). The Economics Of Banking, second
edition. Great Britain: CPI Antony Rowe, Chippenham, Wiltshire.

Nopirin. (2000). Ekonomi Moneter Buku 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Poetry, Zajiyah Dwi dan Yulizar D Sanrego. (2011). Pengaruh Variabel Makro
Dan Mikro Terhadap NPL Perbankan Konvensional Dan Perbankan
Syariah. Islamic Finance And Bisiness Review, Vol. 6 No. 2.
40

Rini, A. S. (2016). Efisiensi Bank: BOPO Beberapa Bank Besar Naik. Diakses
pada tanggal 2 Desember 2017, dari http://bisnis.com/finansial/efisiensi-
bankbopo-beberapa-bank-besar-naik

Sumber Internet :
www.bri.co.id. Laporan Keuangan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Periode 2013-2020.
www.idx.co.id. Laporan Keuangan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Periode 2013-2020.
Idnfinancials.com. Laporan Keuangan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Periode 2013-2020

Sumber Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan OJK:


Peraturan Bank Indonesia No.5/11/PBI/2003
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009
Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2006
Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/9/PBI/2017
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 03/PJOK/2017
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/PJOK/2016
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/PJOK/2020
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/6/DPNP/2013
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.05/SEOJK/2017
Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998

Sumber Website:
www. bri.co.id
www.ojk.go.id
www.peraturan.bpk.go.id
www.idx.co.id

Anda mungkin juga menyukai