JURNAL KULIAH
Disusun oleh
TRI RAHMAT HABIBY
0710210030
ABSTRAK
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang. Dalam
perkembangannya di lapangan perumahan di Kota Malang berkembang menjadi suatu
akat investasi yang sangat bagus sejalan dengan perkembagan Kota Malang itu sendiri.
Di perumahan yang besekala menengah kebawah yaitu perumahan dengan tipe di bawah
70, memiliki permintaan yang relatif tetap bahkan cecderung mengalami kenaikan. Hal
ini dipermudah dengan adanya fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yang
disediakan oleh bank Nasional maupun yang disediakan oleh bank swasta Nasional.
Fasilitas KPR mmberikan kemudahan para nasabahnya untuk memiliki hunian yang
layak dan juga dapat dikatakan sebagai alat bantu investasi jangka panjang yang aman.
Perkembangan bisnis perumahan di Kota Malang menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan, di Kota Malang sendiri terdapat 27 pengembang dengan pembiayaan
KPR mencapai Rp. 1,8 Triliun untuk semester pertama tahun 2013, kondisi tersebut
dapat mencerminkan adanya peningkatan sebesar 17% apabila dibandingkan semester
tahun sebelumnya. Kenyataan tersebut menjadi peluang bagi bank-bank yang
menawarkan KPR bagi masyarakat. Pertumbuhan propeti ini juga menggambarkan
bahwa masyarakat Malang suda memiliki suatu pola pikir untuk melakukan investasi
jangka panjang yang memiliki resiko yang kecil dan dapat diminimalkan lagi dengan
cara pemilihan lokasi investasi properti yang tepat.
Penelitian ini dilakukan pada konsumen perumahan yang terdapat di Kota Malang.
Adapun pertimbangan yang digunakan yaitu konsumen perumahan di Kota Malang
merupakan konsumen yang memiliki potensi dalam pengembangan sektor perumahan di
Jawa Timur, dimana kondisi tersebut ditunjukkan dengan tingginya peningkatan minat
perumahan di Kota Malang.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penilitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang menggunakan
data berbentuk angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dan uraian kata-kata
yang diperoleh dari lokasi penelitian. (Singarimbun dan Effendi, 1995:8)
Penelitian dengan metode kuantitatif digunakan untuk mengestimasi data-data yang
berbentuk angka-angka dari sumber-sumber dokumen yang telah disediakan dan
dilakukan analisis mendalam terhadap angka-angka yang mucul pada saat estimasi yang
dilakukan telah selsai. Dan peneliti juga harus mampu menginterpretasikan hasil dari
perhitungan dengan benar dan tepat.
Aanalisis data mengenai pengaruh tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan
lokasi perumahan terhadap pinjaman kredit KPR. Berdasarkan data dari hasil penelitian
tersebut maka secara lengkap hasil analisa regresi linier berganda
Keyword : Perkembangan Perumahan, Kredit kepemilikan Rumah (KPR), Regresi Linier
Berganda
A. PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan
pada penelitian ini yaitu:
a. Apakah faktor-faktor yang meliputi tingkat suku bunga, pendapatan, usia,
pendidikan dan lokasi perumahan mempunyai pengaruh terhadap pinjaman kredit
KPR ?
b. Faktor apakah yang mempuyai pengaruh dominan terhadap pinjaman kredit
KPR ?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan lokasi
perumahan mempunyai pengaruh terhadap pinjaman kredit KPR.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempuyai pengaruh dominan terhadap pinjaman
kredit KPR.
4. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Bank
1) Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi pihak bank untuk meningkatkan
penyaluran kredit kepelikan rumah pada setiap nasabahnya.
2) Sebagai bahan pertimbangan untuk menyelesaikan setiap kendala yang
dihadapi oleh pihak bank.
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan sebagai bahan kajian referensi sehingga
penelitian ini dapat lebih berkembang.
B. KAJIAN PUSTAKA
2. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan.
Oleh karena itu dasar arti kredit adalah percaya atau kepercayaan, kredit akan
diberikan kepada seseorang apabila kepercayaan sudah disepakati.
Menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998, pengertian dari kredit adalah:
“Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Pengertian lain menurut Simorangkir (1991:100), memberikan arti kredit
adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontra
prestasi) akan terjadi pada waktu mendatang. Karena kehidupan ekonomi yang
semakin modern, prestasi yang sering digunakan adalah prestasi uang, maka transaksi
kredit sering kali menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit dalam arti sebenarnya,
didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan, risiko dan pertukaran ekonomi di
masa mendatang.
Sementara menurut Tjoekam (2000:3): Kredit adalah sebagai penundaan
pembayaran, yang dimaksud adalah pengambilan atas penerimaan uang dan atau
suatu barang tidak dilakukan bersama pada saat menerima akan tetapi
pengembalianya dilakukan pada masa tertentu yang akan datang.
Sejalan dengan pengertian-pengertian diatas, menurut Siamat (2001:107),
dapat dikemukakan bahwa kredit memberikan konsekuensi bagi bank dan peminjam
mengenai hal-hal berikut :
a. Penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu.
b. Kewajiban pengembalian kredit
c. Jangka waktu pengembalian
d. Pembayaran bunga, imbalan, atau bagi hasil
e. Perjanjian kredit.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hakekat dari kredit
adalah adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit
(debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya.
Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak termasuk
jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian juga dengan masalah
sanksi apabila debitur lalai atau ingkar janji terhadap perjanjian yang telah disepakati
bersama.
4. Prinsip-Prinsip Perkreditan
Prinsip perkreditan disebut juga pertimbangan kredit, merupakan tindakan
analisis dan evaluasi dalam kegiatan perkreditan. Prinsip tersebut untuk menilai dan
menganalisis pemohon kredit. Bank melakukan pencarian informasi selengkap-
lengkapnya mengenai pemohon yang akan dipergunakan dalam analisis dan evaluasi.
Analisis dan evaluasi tersebut menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:250)
sering disebut dengan prinsip “5-C”, prinsip perkreditan tersebut adalah:
a. Character (analisis watak)
Dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari
pemohon, mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama permohonan kredit.
b. Capacity (analisis kemampuan)
Bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan kredit dari usaha
yang dibiayai (the first way out), mencakup aspek manajemen (kemampuan
mengelola perusahaan), aspek produksi (kemampuan berproduksi secara
berkesinambungan), aspek pemasaran (kemampuan memasarkan hasil produksi),
aspek personalia (kemampuan tenaga kerja dalam mendukung aktifitas
perusahaan), aspek finansial (kemampuan menghasilakan laba)
c. Capital (analisis modal)
Bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam menyediakan modal
sendiri (own share), yang mencakup: besar dan komposisi modal, perkembangan
laba usaha selama tiga periode sebelumnya, angka rasio perbandingan antara
hutang dan modal sendiri (Debt Equity Ratio).
d. Condition (analisis kondisi/prospek usaha)
Dengan tujuan untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu usaha yang akan
dibiayai, yang meliputi siklus bisnis mulai dari bahan baku (pemasok),
pengolahan, dan pemasaran (pembeli).
e. Collateral (analisis agunan atau jaminan)
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat
dipergunakan sebagai alat pengaman lapis kedua (the second way out) bagi bank
dalam saetiap pemberian kredit.
Selain prinsip 5C, menurut Manurung dan Prathama (2004:194), konsep 7P
juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. Konsep 7P
tersebut antara lain:
a. Personality (kepribadian)
Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah
hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.
b. Purpose (tujuan)
Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa
besar kredit yang diajukan.
c. Prospect (prospek)
Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
d. Payment (pembayaran)
Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber
dana tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.
e. Profitability (tingkat keuntungan)
Menilai berapa tingkat keuntungan yang di perkirakan akan diraih calon debitur;
bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.
f. Protection (perlindungan)
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan
perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.
g. Party (tingkatan)
Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan
karakternya. Klasifikasi ini berguna untuk penentuan perlakuan bank dalam hal
pemberian fasilitas.
Penilaian atau analisis calon debitur selain dengan menggunakan konsep-
konsep di atas, juga dapat dilakukan dengan konsep 3R, menurut Manurung dan
Prathama (2004:195), yaitu:
a. Return (tingkat pengembalian usaha)
Penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah
memperoleh kredit.
b. Repayment (kemampuan membayar kembali)
Memperhitungkan kemampuan jadwal dan jangka waktu pembayaran kredit oleh
calon debitur.
c. Risk Bearing Ability (kemampuan menanggung resiko)
Memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk
menghadapi resiko, perusahaan calon debitur memiliki resiko yang besar atau
kecil.
7. Teori Permintaan
Menurut Sukirno (2005) permintaan adalah keinginan konsumen membeli
suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu selama periode waktu tertentu.
Fungsi permintaan seorang konsumen akan suatu barang dapat dirumuskan sebagai :
Dx = f ( Y, Py, T, u )
Dimana : Dx = Jumlah barang yang diminta
Y = Pendapatan Konsumen
Py = Harga Barang Lain
T = Selera
U = Faktor-faktor Lainnya
Persamaan tersebut berarti jumlah barang X yang diminta dipengaruhi oleh
harga barang X, pendapatan konsumen, harga barang lain, selera dan faktor-faktor
lainnya. Dimana DX adalah jumlah barang X yang diminta konsumen, Y adalah
pendapatan konsumen, Py adalah harga barang selain X, T adalah selera konsumen
dan U adalah Faktor-faktor lainnya. Dalam kenyataannya permintaan menggantikan
barang yang mengalami kenaikan harga. Dalam jangka waktu lebih lama konsumen
akan mencari barang alternatif untuk akan suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh
harga barang itu sendiri namun juga oleh faktor-faktor lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, jumlah properti itu sendiri di pengaruhi oleh
harga, pendapatan konsumen, dan harga subtitusinya. Dan disinilah properti dapat
menjadi investasi yang menarik karena permintaan akan rumah sebagai sarana tempat
tinggal jarang mengakami penurunan seiring dengan pertumbuhan penduduk.
8. Permintaan Pasar
Permintaan pasar merupakan jumlah total suatu barang yang ingin dibeli oleh
setiap konsumen pada setiap tingkat harga, atau dengan kata lain merupakan
penjumlahan permintaan individual. Permintaan individual adalah jumlah suatu
barang yang dibeli oleh konsumen pada setiap tingkat harga.
Permintaan Pasar = f ( Px,Ii )
= f ( Px, Ia)+Fb ( Px,Ib )
= a fi ( Px,Ii )
Dimana Px adalah harga barang x, Ia adalah pendapatan konsumen A, Ib adalah
pendapatan konsumen B.
Dengan adanya persamaan diatas, maka kita dapat melihat bahwa harga
properti akan cenderung mengalami kenaikan dikarenakan pendapatan
masyarakatsemakin berkembang dan juga kebutuhan akan tempat tinggal juga akan
bertambah. Hal inilah yang dapat membentuk harga suatu properti dikarenakan
semakin banyak permintaan pasar, maka permintaan-permintaan ini akan
membentuk suatu tingkat harga tertentu sesuai dengan permintaan pasarnya.
Rumah Cash
Cash lunak
Pemenuhan Kebutuhan tempat tinggal
kebutuhan primer
KPR Suku bunga
Spekulasi Investasi Pendapatan
Usia
Pendidikan
Lokasi perumahan
13. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
a. Terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan
lokasi perumahan mempunyai pengaruh terhadap pinjaman kredit KPR.
b. Variabel tingkat suku bunga mempunyai pengaruh dominan terhadap pinjaman
kredit KPR
C. METODE PENELITIAN
R2
F0 = K
(1 − R )
n − K −1
Dimana :
R² = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen (pengaruh)
n = jumlah sampel
F0 = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel
Dengan kriteria pengujian :
H0 : 1= 2= 3= 4= 5
H0 : 1 ≠ 2 ≠ 3 ≠ 4 ≠ 5
Jika F0 > F tabel, maka H0 ditolak, yang berarti kelima variabel independent
tersebut secara simultan mempunyai pengaruh yang berarti terhadap pinjaman
kredit KPR dan sebaliknya.
b. Uji t
β
F0 =
Sβ
Dimana :
β = koefisien regresi
S β = standar error koefisien regresi
Dengan kriteria pengujian :
H0 : β i = 0
Ha : β i ≠ 0
H0 diterima jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel dan sebaliknya.
2. Analisis Data
a. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Pada bagian ini akan dilakukan analisis data mengenai pengaruh tingkat
suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan lokasi perumahan terhadap
pinjaman kredit KPR. Berdasarkan data dari hasil penelitian tersebut maka secara
lengkap hasil analisa regresi linier berganda yang telah dilakukan dapat dilihat
pada tabel 4.5 di bawah:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -310.465 196.999 -1.576 .118
Tingkat suku bunga 234.616 78.709 .249 2.981 .004 .960 1.068
Pendapatan 72.455 21.494 .286 3.371 .001 .958 1.072
Usia 18.717 7.759 .200 2.412 .018 .960 1.065
Pendidikan 89.144 41.475 .183 2.149 .034 .957 1.074
Lokasi perumahan 2.228 .729 .200 3.054 .003 .975 1.025
a. Dependent Variable: Pinjaman kredit KPR
c. Hasil Uji F
Untuk mengetahui apakah variabel independent secara simultan
(bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent atau tidak
berpengaruh maka digunakan uji F (F-test) yaitu dengan cara membandingkan F
hitung dengan Ftabel. Kriteria pengujiannya adalah jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak
dan Ha diterima, sedangkan apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Dari hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan Df1 = 5 dan
Df2 = 94 diperoleh F tabel sebesar 2,950. Sedangkan F hitungnya diperoleh sebesar
29,163 sehingga dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Dengan demikian menunjukkan bahwa variabel independent yaitu
variabel tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan lokasi perumahan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pinjaman kredit KPR
d. Hasil Uji t
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu
variabel tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan lokasi perumahan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pinjaman kredit KPR maka
digunakan uji t (t – test) dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel.
Dengan confident interval sebesar 95% (α = 5%) diperoleh ttabel sebesar 2,042.
Kriteria Pengujian :
1) Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2) Jika t hitung > t tabel atau t hitung <- t tabel ,maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Pada tabel 4.7 di bawah akan disajikan hasil perbandingan antara nilai
thitung dengan ttabel.
1) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas adalah dari besarnya VIF (Variance Inflating
Factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinearitas menurut Santoso (2002:206) adalah:
a) Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1
b) Mempunyai angka tolerance mendekati 1
Berikut ini akan disajikan hasil pengujian multikolinearitas yang
dilakukan dengan bantuan SPSS for windows, secara lengkap hasil tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -310.465 196.999 -1.576 .118
Tingkat suku bunga 234.616 78.709 .249 2.981 .004 .960 1.068
Pendapatan 72.455 21.494 .286 3.371 .001 .958 1.072
Usia 18.717 7.759 .200 2.412 .018 .960 1.065
Pendidikan 89.144 41.475 .183 2.149 .034 .957 1.074
Lokasi perumahan 2.228 .729 .200 3.054 .003 .975 1.025
a. Dependent Variable: Pinjaman kredit KPR
2) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas. Jika
varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002:208). Untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang
terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.
Lebih lanjut menurut Santoso (2002:210) dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Adapun hasil uji heteroskedastisitas secara lengkap dapat disajikan
pada gambar 4.1 berikut:
10000
8000
Pinjaman kredit KPR
6000
4000
2000
-2 -1 0 1 2 3
3. Analisis Ekonomi
Dengan semakin bertumbuhnya sektor properti, dalam hal ini adalah
perumahan, maka semakin banyak pula masyarakat yang melakukan transaksi
pembelian rumah dengan menggunakan fasilitas KPR untuk dijadikan sebagai alat
investasi yang menurut banyak orang sebagai investasi yang aman. Yang perlu di
perhatikan secara makro ekonomi adalah, jika investasi di sektor properti ini dilandasi
dengan motif spekulasi, maka di sektor inilah akan terjadi bubble economic. Faktor
ancaman bubble economic ini terjadi seiring dengan pertumbuhan properti yang
menggunakan fasilitas KPR yang sedang berkembang di perumahan mengngah
kebawah, yaitu bertipe 70 ke bawah.
Di Kota Malang saat ini banyak di jumpai perumahan-perumahan dengan tipe di
bawah 70, hal ini seiring dari dukungan pemerintah untuk medukung masyaraktanya
unruk mendapatkan kebutuhan tempat tinggalnya dengan berbagai cara, seperti
subsidi KPR bagi PNS, penyediaan komplek perumhan murah, dan lain sebagainya.
Hal ini menyebabkan perkembangan sektor properti kusunya perumahan tipe
menengah ke bawah semakin bergeliat, dan bank sebagai penyedia jasa KPR, telah
melakukan banyak trobosan untuk mendukung hal tersebut.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang meliputi tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan
lokasi perumahan mempunyai pengaruh terhadap pinjaman kredit KPR.
b. Berdasarkan hasil koefisien regresi (standardized coefficients) masing-masing
variabel dapat diuraikan bahwa variabel tingkat suku bunga sebesar 0,249,
variabel pendapatan sebesar 0,286, variabel usia yaitu sebesar 0,200, variabel
pendidikan yaitu sebesar 0,183 dan untuk variabel lokasi perumahan yaitu
sebesar 0,200. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan
mempunyai pengaruh dominan terhadap pinjaman kredit KPR.
c. Sektor properti kususnya perumhan menengah ke bawah telah berkembang pesat
di kota Malang. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pemerintah dalam
menyediakan perumahan murah dan subsidi KPR untuk PNS.
2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari hasil penelitian, maka diajukan beberapa
saran yaitu sebagai berikut:
a) Diharapkan pihak bank selalu memperhatikan kemampuan dari masyarakat yang
melakukan peminjaman kredit KPR dengan harapan kredit tersebut dapat
dikembalikan sesuai dengan waktu dan ketentuan kredit yang telah ditetapkan.
b) Diharapkan pihak bank selalu berupaya untuk memberikan kemudahan dalam
proses KPR sehingga masyarakat dapat terbantu atas fasilitas kredit yang
ditawarkan oleh pihak bank. Pemberian kemudahan ini dapat dilakukan di dalam
program pemasaran produk KPR dengan cara member fasilitas estimasi
perhitungan KPR di bank tersbeut tanpa melalui costumer service.
Pihak bank diharapkan selalu berupaya untuk memberikan dukungan kepada
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan perumahan yaitu dengan menetapkan bunga
yang terjangkau sehingga dapat memberikan dukungan kepada masyarakat yang
berupaya memiliki rumah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menetpakan
sukubunga minimal sesuai aturan Bank Indonesia.
F. DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan. Yogyakarta: BPFE.
Manurung, Mandala dan Prathama, Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter. Jakarta: Penerbit Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti. 2008. Manajemen Perkereditan Bank Umum.
Bandung : CV Alfabeta.
Rahma. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Perumahan
Tipe Cluster ( Studi Kasus Perumahan Taman Sari di Kota Semarang)
Ross, De Dolf. 2005. Real Estate Riches. Jakarta : PT Gramedia Utama Pustaka Utama.
Suharto, Ign Girisuta. 2004. Perekayasaan Metodologi Penelitian. Yogyakarta : CV
Andi Offset
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Universitas
Indonesia
Singgih, Santoso & Tjiptono Fandy, 2002, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia.
Sinungan, Muchdarsyah, 2003, Manajemen Dana Bank. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto,1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi Keempat. Jakarta: Penerbit Cipta.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. ALFABETA.
Suhardjono, 2003, Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Penerbit Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sutojo, Subagyo. 1997. Manajemen Terapan Bank. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Sukirno, Sadono. 2005, Pengantar Mikro Ekonomi, Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Simorangkir, 1991, Perkreditan & Bank dan Lembaga-Lembaga Keuangan Kita.
Yogyakarta. BPFE.
Mulyono, Teguh Pudjo. 2001, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Penerbit
BPFE- UGM, Yogyakarta.
Thomas Suyatno, 1997, Dasar-Dasar Perkreditan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Tjoekam, 2000, Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Pemilikan
Rumah Dan Apartemen (KPRA) Serta Pengaruhnya Terhadap Business
Cycle Indonesia
Widayat dan Amirullah, 2002, Riset Bisnis, Edisi 1, Malang: CV. Cahaya Press.