Anda di halaman 1dari 8

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK

TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN


DENGAN TANAH DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PD BPR BKK
PURWODADI CABANG TEGOWANU

Zannuar Pusdika Eka Anggara


zannuarpusdika@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Moch. Najib Imanullah
imanullahnajib@yahoo.com
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
This article aims to study the implementation made by PD BPR BKK Purwodadi Cabang
Tegowanu in the settlement of non-performing loans with mortgage guarantee. This article is
empirical descriptive legal research. The kind of data in this article are primary and secondary
data. The primary data resources are primary data that is result of interview with Mr. Suwarto as
Branch Head of BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu and supported by literature study.
analysis technique that used is qualitative method. Based on the results of research, in the
implementation of bad debts PD BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu more priority through
the non litigation way if non litigation way is not successful then in the implementation of the
settlement of bad loans through legal channels that are tailored to the implementation of the
Land Mortgage Law.

Keywords: Implementation; Loan Agreement; Bad Loan; Land Mortgage.

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji upaya yang dilakukan PD BPR BKK Purwodadi Cabang
Tegowanu dalam menyelesaikan kredit macet dengan jaminan hak tanggungan.. Artikel ini
adalah penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Jenis data dalam artikel ini meliputi
data primer dan data sekunder. Sumber data meliputi sumber data primer yaitu hasil wawancara
dengan Bapak Suwarto selaku Pimpinan Cabang PD BPR BKK Purwoadai Cabang Tegowanu
didukung dengan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam pelaksanaan penyelesaian kredit macet PD BPR BKK
Purwodadi Cabang Tegowanu lebih mengutamakan melalui jalur non litigasi apabila dari jalur
non litigasi tidak berhasil maka dalam pelaksanaannya dilakukan penyelesaian kredit macet
melalui jalur litigasi yang disesuaikan dengan pelaksanaan Undang-Undang Hak Tanggungan.

Kata Kunci: Pelaksanaan; Perjanjian Kredit; Kredit Macet; Hak Tanggungan.


A. Pendahuluan
Pada era globalisasi saat ini mengharuskan Indonesia yang merupakan negara
berkembang untuk melakukan pembangunan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor
ekonomi. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah
satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka bertambah
meningkatnya pembangunan nasional yang bertitik berat pada bidang ekonomi, yang para
pelakunya meliputi Pemerintah maupun masyarakat sebagai orang-perseorangan dan badan
hukum, sangat diperlukan dana dalam jumlah yang sangat besar, sehingga dengan meningkatnya
kegiatan pembangunan tersebut, maka meningkat pula keperluan akan tersedianya dana yang
sebagian besar diperoleh melalui perkreditan.
Peran pemberian kredit dari bank yaitu:

“Bank credit in particular plays a very important role for firms, especially in
developing countries where equity markets are considerably underdeveloped. When
access to bank loans is restricted, potentially profitable projects cannot be undertaken
and economic activity can stagnate. If credit is constrained, so is investment, and since
technology is often embedded in new capital goods, the capacity of economies to absorb
new methods of production and to grow is adversely affected” ( Arturo Galiando and
Alejandro Micco, 2005:1).
Kegiatan pinjam-meminjam uang atau yang lebih dikenal dengan istilah kredit dalam
praktik kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi, hampir semua
lapisan masyarakat mengenal istilah kredit ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat perkotaan,
bahkan masyarakat di pedesaan sekalipun. Kredit umumnya berfungsi untuk memperlancar suatu
kegiatan usaha, dan khususnya bagi kegiatan perekonomian di Indonesia sangat berperan penting
dalam kedudukannya, baik untuk usaha produksi maupun usaha swasta yang dikembangkan
secara mandiri karena bertujuan meningkatkan taraf kehidupan bermasyarakat.

Guna menunjang penyediaan dana yang besar dari berbagai macam pelaku ekonomi,
perbankan merupakan sarana yang paling dapat diandalkan sebagai penyedia dana. Seiring
dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan
yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh
melalui kegiatan pinjam meminjam.
Perbankan mempunyai fungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada
masyarakat yang membutuhkan dana guna menunjang pembangunan. Dalam hal ini perbankan
memberi jalan dengan pemberian kredit kepada masyarakat. Kredit perbankan merupakan bagian
dari usaha bank konvensional yang telah terbukti banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang
memerlukan dana. Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga yang mempunyai nilai
strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara (Jamal Wiwoho, 2011:27).
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang nantinya dalam penulisan ini
disebut sebagai Undang-Undang Perbankan, memberikan pengertian kredit sebagai penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Daeng Naja,
2006:52). Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin
besar atau semakin mahal bunga simpanan maka semakin besar pula bunga pinjaman dan juga
demikian sebaliknya. Selain bunga simpanan, pengaruh besar kecilnya bunga juga dipengaruhi
oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikenakan, cadangan resiko kredit macet,
pajak serta pengaruh lainnya.
Risiko yang umumnya terjadi pada perjanjian kredit adalah

“Loan transactions typically involve the risk of borrower default, and lenders
therefore pursue various procedures to reduce default risk and to minimize the losses
which may be incurred in the case of default” (Feder,G. Onchan,T. and
Raparla,T,1988:231).

Risiko gagal bayar atau kemacetan dalam pelunasan. Dalam upaya untuk mengurangi
risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitor untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Jaminan itu sendiri adalah tanggungan yang
diberikan oleh debitor kepada kreditor karena pihak kreditor mempunyai suatu kepentingan,
yaitu bahwa debitor harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan.
Tabel. Kategori Kredit BPR BKK Cabang Tegowanu per Tanggal 31 Desember 2016
KOLEKTIBILITAS Rp. NASABAH %
LANCAR 11.208.138.266,00 706 65,56
KURANG LANCAR 371.910.900,00 27 2,18
DIRAGUKAN 2.368.405.000,00 136 13,85
MACET 3.148.722.812,00 179 18,42
TOTAL 17.097.226.978,00 1048
Sumber: BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu diambil 5 Juni 2017
Tingginya angka kredit macet yang terjadi di BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu ini
didominasi oleh kredit dengan jaminan hak tanggungan. Berdasarkan daftar kredit macet yang
dibuat BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu per 31 Desember 2016, terdapat 118 dari 179
debitor yang mengalami kredit macet dengan jaminan hak tanggungan.
Berdasarkan uraian di atas, dalam artikel ini akan dibahas tentang Penyelesaian Kredit
Macet dengan Jaminan Hak Tanggungan di PD BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian yang mengacu pada
perumusan masalah dan ditinjau dari tujuan penelitian hukum yaitu menggunakan jenis
penelitian empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian yang menggunakan data
primer sebagai data utama, dimana penulis harus terjun ke lokasi (Soerjono Soekanto, 2010: 9).
Adapun jenis dan sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari sumbernya, diamati dan dicatat pertama kalinya. Sumber data primer dalam penelitian ini
diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Suwarto selaku Pimpinan Cabang BPR BKK
Cabang Tegowanu. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah buku dan dokumen-
dokumen lain yang terkait.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menyelesaikan kredit bermasalah pada bank dapat ditempuh melalui dua cara atau strategi,
yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Antara penyelamatan kredit dan penyelesaian
kredit mempunyai proses yang berbeda. Penyelamatan adalah suatu langkah penyelesaian kredit
bermasalah melalui perundingan kembali antara bank sebagai kreditor dengan nasabah peminjam
sebagai debitor, sedangkan penyelesaian kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit
bermasalah melalui lembaga hukum. Upaya penyelamatan kredit dilakukan dengan
mempraktikkan cara 3R, yaitu:
1. Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu upaya hukum untuk melakukan perubahan
terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran
kembali/jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace period), termasuk perubahan
angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit.
2. Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau
seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal
angsuran, dan atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa
memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian
dari kredit menjadi equity perusahaan.
3. Restructuring (penataan kembali), yaitu upaya berupa melakukan syarat-syarat
perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas
seluruh atau sebagian kredit menjadi equity perusahaan dan equity bank, yang
dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan/atau reconditioning.
Selain menggunakan cara 3R, sebelum suatu kredit dikatakan macet maka akan diadakan
pemeriksaan terhadap kredit yang di mana kredit tersebut terlambat diangsur oleh debitor. Dalam
hal ini BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu mengambil langkah-langkah salah satunya
melakukan teguran dalam bentuk surat peringatan dengan maksud agar debitor melaksanakan
kewajiban yang tertera dalam surat peringatan, surat peringatan yang dikirimkan dilakukan
secara bertahap, diantaranya:
1. Mengirimkan surat peringatan pertama
Pemberian surat peringatan tersebut dimaksudkan agar pihak debitor segera membayar
tunggakannya, apabila dalam jangka waktu satu sampai dua minggu setelah surat
diberikan kepada debitor dan debitor tidak kunjung melaksanakan kewajibannya dalam
surat tersebut maka akan dilakukan tindakan lebih lanjut.
2. Mengirimkan surat peringatan kedua
Pemberian surat peringatan yang kedua merupakan hasil dari tindak lanjut terhadap
surat peringatan pertama yang tidak dihiraukan oleh pihak debitor dan apabila pihak
debitor masih belum melaksanakan kewajibannya dalam surat tersebut akan ada
tindakan lebih lanjut.
3. Mengirimkan surat peringatan ketiga
Pemberian surat peringatan ketiga merupakan peringatan terakhir terhadap pihak
debitor dan apabila debitor masih belum melaksanakan kewajiban dalam surat tersebut.
Dalam melakukan penyelamatan kredit apabila debitor mampu melunasi kredit kepada
kreditor maka hak tanggungan dianggap hapus sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang
Hak Tanggungan. Selanjutnya hak tanggungan tersebut harus dicoret dari dalam buku tanah serta
sertifikat tanah oleh Badan Pertanahan Nasional. Agar dapat dilakukan roya maka pihak debitor
harus meminta surat keterangan dari pihak kreditor bahwa hak tanggungan telah hapus.
Setelahnya agunan yang sudah di APHT diajukan untuk dilakukan roya dan Badan Pertanahan
Nasional melakukan penarikan setifikat hak tanggungan dan sertifikat tersebut dinyatakan tidak
berlaku lagi. Selain itu, buku tanah hak tanggungan juga dinyatakan tidak berlaku lagi. Apabila
terjadi kredit macet maka tidak dapat dilakukan roya.
Apabila upaya dari pihak BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu dalam mengirimkan
surat peringatan terhadap pihak debitor tidak membuahkan hasil dan tidak ada tanggapan dari
pihak debitor maka akan dilakukan upaya penyelesaian kredit macet melalui lembaga hukum
yaitu dengan melakukan eksekusi hak tanggungan.
Pihak kreditor dalam melakukan eksekusi hak tanggungan ketika debitor cedera janji
berdasarkan Pasal 6 jo. Pasal 20 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2), maka eksekusi atas
benda jaminan Hak Tanggungan dapat ditempuh melalui 3 (tiga) cara, antara lain (Anton
Suyatno, 2016:126) :
1. Parate eksekusi, yaitu eksekusi yang dilaksanakan sendiri oleh pemegang hak jaminan
(gadai dan hipotek) tanpa melalui bantuan atau campur tangan Pengadilan Negeri,
melainkan hanya melalui bantuan Kantor Lelang Negara semata. Pengaturan parate
eksekusi diatur secara khusus dalam Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan yang
menyebutkan dalam hal debitor cidera janji, maka pemegang Hak Tanggungan
pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
tersebut.
2. Titel eksekutorial, yaitu eksekusi berdasarkan irah-irah “Demi Keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa” yang menunjukkan Sertifikat Hak Tanggungan
mempunyai kekuatan eksekutorial atas alas hak bagi eksekusi. Dengan menggunakan
titel eksekutorial, kreditor pemegang Hak Tanggungan dapat melakukan penjualan
objek Hak Tanggungan dengan memperhatikan ketentuan Hukum Acara Perdata.
3. Penjualan di bawah tangan, yaitu eksekusi yang menyatakan apabila telah terjadi
kesepakatan pembeli dengan pemegang hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah
tangan, bilamana dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan semua pihak.
Upaya yang ditempuh oleh BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu di dalam proses
penanganan kredit macet tidak serta merta mengedepankan tindakan hukum dengan
mengeksekusi jaminan, sebisa mungkin upaya yang dilakukan bank dalam melakukan
penyelesaian kredit macet dengan jalur non litigasi yaitu dengan jalan secara musyawarah dan
kekeluargaan, karena debitor merupakan aset yang sangat penting dalam tumbuh kembang
perekonomian bank. Namun apabila dalam pelaksanaan penyelesaian kredit macet secara
kekeluargaan juga belum menemui hasil maka upaya lebih lanjut yang dilakukan oleh pihak bank
yaitu dengan melakukan parate eksekusi dan penjualan di bawah tangan berdasarkan
kesepakatan bersama.
D. Simpulan
PD BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu dalam melakukan penyelesaian kredit macet
lebih mengutamakan melalui jalur kekeluargaan karena menganggap debitor merupakan aset
yang sangat penting dalam tumbuh kembang perekonomian bank. Apabila dari jalur
kekeluargaan tidak berhasil maka dalam pelaksanaannya dilakukan penyelesaian kredit macet
melalui jalur hukum yang disesuaikan dengan pelaksanaan Undang-Undang Hak Tanggungan.
E. Saran
PD BPR BKK Purwodadi Cabang Tegowanu dalam pemberian kredit, sebaiknya dilakukan
analisis yang lebih teliti. Penggunaan prinsip 5C di dalam analisa pemberian kredit terhadap
calon debitor harus benar-benar diaplikasikan secara cermat yang bertujuan untuk lebih menekan
terjadinya kredit macet sehingga tidak merugikan kedua belah pihak. Pihak debitor sebaiknya
memiliki itikad baik dalam mengelola pemberian kredit dari kreditor agar dapat membayar
angsuran seperti yang diperjanjikan sehingga menguntungkan kedua belah pihak. Harus ada
perbaikan terhadap aturan yang mengandung celah-celah yang dapat disalahgunakan sehingga
merugikan kedua belah pihak.

Daftar Pustaka
Buku
Anton Suyatno. 2016. Kepastian Hukum dalam Penyelesaian Kredit Macet melalui Eksekusi
Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
H.R. Daeng Naja. 2005. Hukum Kredit dan Bank Garansi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Heribertus Sutopo. 2006. Penelitian Kualitatif : Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Jamal Wiwoho. 2011. Hukum Perbankan Indonesia. Surakarta: UNS Press.
Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Jurnal
Anisa Kartika Sari. 2015. “ Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan
yang Tidak didaftarkan di Kantor Pertanahan”. Jurnal Repertorium. Vol 3. Edisi Januari-
Juni 2015. Surakarta.
Arturo Galindo and Alejandro Micco. 2005. “Bank Credit to Small and Medium Sized
Enterprises: The Role of Creditor Protection”. Working Papers of the Central Bank of
Chile. December 2005.
Feder G., Onchan T., and Raparla T. 1988. “Collateral, Guaranties and Rural Credit in
Developing Countries: Evidence from Asia”. Agric. Econ., 2: 231-245.
Oky Ditya Argo Putra. 2014. “ Prinsip-Prinsip Hukum Jaminan dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan
dengan Tanah”. Jurnal Repertorium.Vol 1, No 1. Edisi Januari-Juni 2014. Surakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

Anda mungkin juga menyukai