Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KREDIT SINDIKASI DAN AKIBAT HUKUMNYA


JIKA TERJADI KREDIT MACET

DISUSUN OLEH :
VICHE NUR ARIEF PUTRI 
B1A020061

 KEMENTRIAN PENDIDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BENGKULU
FALKULTAS HUKUM

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehinga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya uuntuk
masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari beberapa pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontubusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi suusnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengann tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kredit sindikasi dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bengkulu, 14 mei 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sektor perbankan merupakan salah satu sektor keuangan Indonesia
yang mempunyai kedudukan khusus dalam skala ekonomi Nasional.
Sejalan dengan perkembangan pemberian fasilitas kredit, berkembanglah
pemberian kredit sindikasi (syndicated loan) yang dilakukan secara
gabungan antara beberapa bank yang secara bersama membiayai proyek
dalam skala besar. Kredit ini diberikan oleh dua atau lebih lembaga
keuangan dengan syarat atau ketentuan yang sama bagi peserta sindikasi,
menggunakan dokumentasi yang sama dan diadministrasikan oleh agen
yang sama pula. Pembiayaan dengan menggunakan kredit sindikasi saat
ini sering kali dijadikan pilihan utama bagi para pengusaha di dalam
melakukan pembiayaan usahanya, hal ini dikarenakan dengan
menggunakan kredit sindikasi dapat mempermudah para debitur guna
mendapatkan dana dengan skala besar. Kredit sindikasi dianggap sangat
menguntungkan dan mudah dilakukan, karena dianggap solusi yang tepat
dalam mendapatkan kredit dengan jumlah besar dan lebih efisien karena
hanya perlu menunjuk satu arranger. Dalam hal ini arranger yang akan
berhubungan dengan bank-bank tersebut sehingga debitur tidak perlu
mendatangi bank tersebut satu per-satu. Adapun keuntungan lain bagi
pengusaha di dalam melakukan pembiayaan dengan menggunakan kredit
sindikasi yaitu menambah kredibilitas debitur tersebut, terutama bila
peserta sindikasi terdiri dari bank-bank besar dan ternama.
Tidak hanya menguntungkan bagi pihak nasabah peminjam,
penggunaan pembiayaan dengan kredit sindikasi juga memberi
keuntungan bagi pihak bank seperti, memungkinkan bank peserta sindikasi
untuk mengatasi masalah BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit)
atau Legal Lending Limit. Selain itu juga apabila permintaan kredit yang
diajukan oleh nasabah bank sedemikian besar jumlahnya sehingga tidak
mungkin dibiayai seluruhnya oleh bank itu sendiri, sehingga perlu bekerja
sama dengan bank-bank lain. Dengan adanya kerja sama tersebut maka
bank tersebut dapat menyebar risiko dengan bank-bank lain apabila
sewaktu-waktu terjadi kredit macet atau wanprestasi mengingat besarnya
jumlah dana yang diberikan pada kredit sindikasi. Dalam perjanjian kredit
sindikasi tentu perlu melibatkan beberapa pihak yang juga memiliki
kepentingan pada perjanjian kredit sindikasi tersebut. Selain itu, perjanjian
kredit sindikasi juga mengatur beberapa kepentingan serta hak dan
kewajiban dari para pihak tersebut. Pihak yang terlibat di dalam kredit
sindikasi pada umumnya terdiri dari pihak Borrower (debitur),
Participating Banks/Lenders (kreditur), dan Synsicate Leader yang
berperan sebagai Lender, juga berperan sebagai Agent bank. Perjanjian
kredit sindikasi tidak diatur secara khusus di dalam UU Perbankan yaitu
UU Nomor 10 Tahun 1998 jo UU Nomor 7 Tahun 1992. Kredit sindikasi
di Indonesia awalnya diatur di dalam Surat Edaran Bank Indonesia. No.
6/33/UPK tanggal 3 Oktober 1973 mengenai pembiayaan bersama oleh
bank-bank pemerintah (konsorsium), dan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 11/26/UPK yang dikeluarkan pada Tahun 1979. Saat ini kredit
sindikasi diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2005
Tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing
oleh Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/23/DBD Tertanggal 8
Juli 2005.
Di dalam pembiayaan menggunakan kredit sindikasi selain
mempunyai keuntungan juga terdapat kelemahan di dalam perjanjian
kredit tersebut. Dimana ketika pihak Borrower melakukan wanprestasi
atau menarik diri di dalam perjanjian kredit sindikasi. Hal tersebut tidak
diatur secara jelas di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005
Tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing
oleh Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tertanggal
8 Juli 2005, maka disini terjadi kekaburan hukum. Dimana peraturan
tentang penyelesaian permasalahan yang terkait dengan perjanjian kredit
sindikasi tidak diatur secara rinci.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur pembuatan dan prosedur terjadinya
kredit sindikasi?
2. Bagaimana penyelesaian kredit macet pada kredit sindikasi?
BAB II
METODE PENULISAN MAKALAH

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif.


Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan
cara mengkaji bahan-bahan yang berasal dari berbagai peraturan perundang-
undangan dan bahan lain sebagai literatur, yang mengkaji hukum sebagai norma
yang berkembang dan berlaku didalam masyarakat. Landasan teoritis yang
digunakan merupakan undang – undang, norma – norma maupun teori – teori
yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. dengan menggunakan metode
pendekatan perundang-undangan (Statute Approach), pendekatan konseptual
(Conseptual Approach), dan pendekatan kasus (Case Approach). Sumber bahan
hukum penyusunan skripsi ini menggunakan bahan hukum primer, skunder, dan
tesier. Analisa bahan hukum menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, yaitu
kesimpulan yang lebih menekankan pada aspek pemahaman yang dituangkan
dalam bentuk pernyataan dan tulisan. Teknik pengumpulan bahan hukum dengan
melalui studi pustaka serta penelusuran bahan – bahan hukum. Analisis terhadap
bahan hukum dilakukan dengan teknik deskripsi dan sistematis.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Bagaimana prosedur pembuatan dan prosedur terjadinya kredit
sindikasi
Kredit, sebagai salah satu cara memperoleh modal, keberadaan dan
manfaatnya telah dirasakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu kala.
Entah itu kredit dari lembaga perbankan, ataupun kredit (pinjaman) yang
diperoleh dari perorangan. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998
tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
dalam Pasal 1 butir 11, kredit adalah: “Penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.”
Sindikasi sendiri adalah salah satu bentuk kredit. Sindikasi sebagai
bentuk kredit sebenarnya sudah eksis keberadaannya dalam praktek.
Sindikasi ini lahir sebagai konsekuensi dari perkembangan dunia bisnis,
yang menuntut perputaran modal yang cepat dengan jumlah modal yang
besar. Hanya saja kredit sindikasi ini nampaknya belum begitu terkenal di
Indonesia, karena tidak bisa dipungkiri, hanya kalangan tertentu sajalah
yang kerap menggunakan kredit bentuk ini. Perkembangan sindikasi ini
tidak bisa lepas dari pengaruh negara-negara maju (di kawasan Asia
khususnya, proses edukasi dari pusat keuangan di Hongkong dan
Singapura turut menjadi pemacu timbulnya kredit sindikasi di kalangan
perbankan di Indonesia)1. Di saat negara maju perkembangan

1
Herlina Suryati Bachtiar, 2000, Aspek Legal Kredit Sindikasi, cetakan pertama, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 2
perekonomian dan pembangunannya sangat pesat, negara-negara di
kawasan Asia (ASEAN khususnya) sedang terseok-seok. Kredit sindikasi
hadir di Indonesia dalam rangka menjembatani antara keterbatasan jumlah
modal dan kemajuan pembangunan. Sebelum melangkah lebih jauh
mengenai kredit sindikasi, haruslah terlebih dahulu dibedakan antara
kredit sindikasi dan sindikasi kredit. Sindikasi kredit adalah suatu sindikasi
yang peserta-pesertanya terdiri dari lembaga-lembaga pemberi kredit yang
dibentuk dengan tujuan untuk memberikan kredit kepada suatu perusahaan
yang memerlukan kredit untuk membiayai suatu proyek, sedangkan yang
dimaksud dengan kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan oleh
sindikasi kredit2. Secara spesifik, Undang-Undang Perbankan tidak
mengatur secara rinci mengenai kredit sindikasi. Kredit Sindikasi ini diatur
di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/14/PBI/2005 tentang
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing Oleh
Bank. Peraturan Bank Indonesia di atas berfungsi sebagai lex specialis dari
Undang-Undang Perbankan. Di dalamnya, disebutkan bahwa kredit dalam
bentuk sindikasi adalah salah satu bentuk pengecualian terhadap
pelarangan dan pembatasan transaksi. Kredit-kredit yang membutuhkan
biaya besar yang tidak mungkin dibiayai oleh satu bank karena adanya
Lending Legal Limit (batas pemberian kredit). Sindikasi dimaksudkan
sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu, dilihat
dari resiko bagi Lender yang terlibat dalam kredit sindikasi, resiko yang
dihadapi lebih kecil karena kreditur terdiri dari banyak pihak, jangka
waktu kredit sindikasi juga umumnya panjang (3-15 tahun), serta adanya
kemungkinan bank tersebut membiayai beberapa proyek yang lain
akhirnya memperkuat kebutuhan akan adanya sindikasi dari beberapa bank
di Indonesia.

2
Sutan Remy Sjahdeini, 1997, Kredit Sindikasi : Proses Pembentukan dan Aspek Hukum;
sambutan J. Sudradjad Djiwandono, cetakan pertama, Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
hlm. 2
Peraturan Bank Indonesia di atas rupanya belum berfungsi
sepenuhnya sebagai lex specialis Undang-Undang Perbankan dan
menempatkan dasar pelaksanaan kredit sindikasi, karena yang dimuat
dalam peraturan tersebut (beserta penjelasannya) hanyalah kemungkinan
mengenai adanya kredit dalam bentuk sindikasi – sebagai bentuk
pengecualian –. Artinya, banyak permasalahan yang dapat timbul akibat
aturan yang kurang spesifik itu. Aturan tersebut seolah hanya berperan
“melahirkan” kredit sindikasi di Indonesia, namun tidak memikirkan
bagaimana kredit sindikasi tersebut “bertumbuh”. Keleluasaan para pihak
untuk mengatur sendiri jalannya kredit sindikasi sebagai bentuk
pelaksanaan asas kebebasan berkontrak justru dapat menjadi bumerang.
Bumerang yang dimaksud yakni karena ada kemungkinan ketika hal
tersebut (kredit sindikasi) tidak diatur secara spesifik dalam peraturan
perundangan, kemungkinan dapat timbul sengketa atau permasalahan
hukum yang semestinya dapat dihindari apabila kredit sindikasi tersebut
diatur secara rinci dan menyeluruh. Nilai kreditnya yang besar dan jangka
waktu pemberian kredit yang relatif lama menjadikan kredit yang
menggunakan sindikasi umumnya adalah kredit yang bersifat produktif,
bukan konsumtif. Misalnya, kredit untuk pembiayaan pembangunan hotel,
jalan layang, jalur kereta api, jembatan, dsb. Salah satu contoh proyek
yang dibiayai dengan sindikasi yaitu proyek pembangunan kereta api
Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Dalam pembiayaan pemberian kredit sindikasi, terdapat beberapa
pihak dalam penyelesaian kredit tersebut. Pihak-pihak tersebut yaitu
debitur (peminjam), arranger (bank yang bertugas mempertemukan debitur
dengan peserta sindikasi), lead manager (bank yang memimpin sindikasi),
participant (bank-bank peserta sindikasi), agent bank yang terdiri atas
facility agent (agen dalam pengurusan administrasi), security agent (agen
jaminan), dan escrow agent (agen pengelola rekening penampungan) serta
melibatkan pula notaris dalam pengesahan perjanjian kredit yang dibuat.
Dalam keadaan tertentu arranger dapat merangkap sebagai lead
manager yaitu pemimpin dalam suatu pemberian kredit sindikasi, ataupun
dapat dipisah antara bank yang menjadi arranger atau menjadi lead
manager. Selanjutnya atas mandat yang telah diberikan oleh debitur, lead
manager akan menyiapkan dua dokumen yakni information memorandum
yang memuat rincian mengenai pinjaman, informasi mengenai profil
perusahaan, jumlah kredit yang dibutuhkan, proposal pembiayaan proyek
dari calon penerima credit (debitur) serta dokumen perjanjian kredit
sindikasi. Para peserta sindikasi (participants) selanjutnya akan melakukan
penilaian terhadap dokumen permohonan kredit tersebut, apakah bersedia
turut serta memberikan kredit atau tidak. Setelah menyetujui permohonan
tersebut maka proses selanjutnya yakni penandatanganan perjanjian kredit.
Penandatanganan perjanjian kredit tersebut dilakukan oleh bank-bank
peserta sindikasi, penerima kredit beserta notaris. Setelah proses
penandatanganan dana yang berlangsung melalui suatu proses yakni bank-
bank peserta sindikasi akan mentransfer sejumlah dana yang telah
disepakati untuk diberikan kepada penerima kredit dalam suatu rekening
khusus. Kemudian tugas agent bank yaitu mentransfer keseluruhan jumlah
dana yang akan ditarik oleh debitur sindikasi sesuai dengan perjanjian
kredit sindikasi. Tugas agent bank selanjutnya akan berlangsung terus
selama jangka waktu kredit. Setelah kredit tersebut ditandatangani akan
dilakukan publisitas atas terbentuknya kredit sindikasi tersebut.
Pada dasarnya proses kredit sindikasi sama saja seperti proses
kredit biasa yang dilakukan oleh bank-bank. Tentu semua marketing /
account officer / bagian hukum telah mengetahuinya secara rinci dan jelas.
Seperti kita ketahui, untuk kredit biasa hanya diberikan oleh 1 bank.
Dalam kredit sindikasi diberikan oleh lebih dari 1 bank. Karena lebih dari
1 bank inilah yang menjadi perbedaan paling dasar dari kredit-kredit biasa.
Namun karena kredit sindikasi melibatkan beberapa bank tentulah dalam
prosesnya ada beberapa langkah yang memerlukan perhatian khusus dalam
penandatanganannya, terutama hal-hal yang menyangkut hubungan
dengan bank-bank calon peserta sindikasi.
Kredit sindikasi memliki fungsi Seorang debitur menjadi pihak
utama yang dapat merasakan fungsi kredit sindikasi. Hal ini disebabkan
pihak bank atau lembaga keuangan akan membantu ketersediaan dana
guna pelaksanaan proyeknya. Selain mendukung pembiayaan proyek
bagi debitur, jenis pinjaman ini juga menguntungkan pihak kreditur. Nah,
apa saja fungsi kredit sindikasi lainnya? Simak penjelasan berikut!
Pihak bank dan lembaga keuangan mengambil peran sebagai kreditur yang
menyediakan dana. Jika diamati, kredit sindikasi sering digunakan untuk
proses pembangunan proyek negara dengan jumlah biaya fantastis serta
melibatkan banyak lapisan masyarakat.
Tidak semata-mata memberikan uang, ternyata bank dan lembaga
keuangan memiliki tujuan untuk memperluas relasi. Maka dari itu, fungsi
kredit sindikasi bagi pihak kreditur adalah menjalin hubungan kerjasama
dengan pihak luar yaitu debitur yang akan membangun proyek. Selain
itu, pihak bank atau lembaga keuangan dapat meminimalisir resiko
kerugian akibat kredit sindikasi karena pinjaman tersebut berasal dari
gabungan beberapa bank. Sedangkan, bagi debitur, fungsi kredit
sindikasi tidak hanya sebatas penyedia dana tetapi juga menjadi aspek
pendukung utama dalam proses pembangunan proyek.
Kredit sindikasi atau “Syndicated Loan” merupakan suatu
pinjaman yang diberikan oleh beberapa kreditur sindikasi, yang biasanya
terdiri dari bank – bank dan / atau lembaga – lembaga keuangan lainnya
kepada seorang debitur, yang biasanya berbentuk badan hukum untuk
membiayai satu atau beberapa proyek ( pembangunan gedung atau pabrik )
milik debitur. Pinjaman tersebut diberikan secara sindikasi mengingat
jumlah yang dibutuhkan untuk membiayai proyek tersebut sangat besar,
sehingga tidak mungkin dibiayai oleh kreditur tunggal.3

3
Adrian Sutedi, 2012, Tinjauan Yuridis Letter Of Credit dan Kredit Sindikasi, Alfabeta,Bandung,
hlm 166
Kredit sindikasi merupakan suatu teknik pembiayaan kredit selain
untuk menghindari ketentuan Batas Maksimum Pemberian kredit, juga
merupakan teknik penyebaran risiko apabila terjadi kredit macet dalam
pengembaliannya. Adapun pihak – pihak yang terlibat dalam pemberian
kredit sindikasi yakni, pihak debitur, arranger ( bank yang bertugas
mempertemukan debitur dengan peserta sindikasi ) , lead manager,
participant ( bank – bank peserta sindikasi ), agent bank yang terdiri atas
facility agent ( agen dalam pengurusan administrasi ), security agent ( agen
jaminan ) , dan escrow agent ( agen pengelola rekening penampungan )
serta melibatkan pula notaris dalam pengesahan perjanjian kredit yang
dibuat.
Dalam keaadan tertentu arranger dapat merangkap sebagai lead
manager yaitu pemimpin dalam suatu pemberian kredit sindikasi, ataupun
dapat dipisah antara bank yang menjadi arranger atau menjadi lead
manager. Selanjutnya atas mandate yang telah diberikan oleh debitur, lead
manager akan menyiapkan dua dokumen yakni information memorandum
yang memuat rincian mengenai pinjaman, informasi mengenai profil
perusahaan, jumlah kredit yang dibutuhkan, proposal pembiayaan proyek
dari calon penerima kredit ( debitur ) serta dokumen perjanjian kredit
sindikasi.
Para peserta sindikasi ( participants ) selanjutnya akan melakukan
penilaian terhadap dokumen permohonan kredit tersebut, apakah bersedia
turut serta memberikan kredit atau tidak. Setelah menyetujui permohonan
tersebut maka proses selanjutnya yakni penandatanganan perjanjian kredit.
Penandatanganan perjanjian kredit tersebut dilakukan oleh bank – bank
peserta sindikasi, penerima kredit beserta notaris. Setelah proses
pendatanganan selesai maka selanjutnya agent bank akan mentatausahakan
penyediaan dana yang berlangsung melalui suatu proses yakni bank – bank
peserta sindikasi akan mentransfer sejumlah dana yang telah disepakati
untuk diberikan kepada penerima kredit dalam suatu rekening khusus.
Kemudian tugas agent bank yaitu mentransfer keseluruhan jumlah dana
yang akan ditarik oleh debitur sindikasi sesuai dengan perjanjian kredit
sindikasi. Tugas agent bank selanjutnya akan berlangsung terus selama
jangka waktu kredit. Setelah kredit tersebut ditandatangani biasanya akan
dilakukan publisitas atas terbentuknya kredit sindikasi tersebut.
Dalam setiap permohonan kredit, bank pada umumnya
mensyaratkan adanya jaminan untuk menanggulangi risiko tidak
kembalinya kredit yang diberikan. Dalam kredit sindikasi, jaminan kredit
yang digunakan tergantung dari proyek yang dibiayai. Namun pada
umumnya jaminan yang digunakan tidak jauh berbeda dengan jaminan
kredit biasa. Cara pengikatannya pun hampir sama dengan kredit biasa,
hanya ada beberapa pengikatan yang perlu ditambahkan4.
Pada umumnya dikenal dua macam penjaminan yakni jaminan
perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan perorangan ( pribadi )
merupakan jaminan yang diberikan oleh pihak ketiga ( guarantee )
terhadap orang lain ( kreditur ) yang menyatakan bahwa pihak ketiga
menjamin pembayaran kembali suatu pinjaman sekiranya yang berhutang (
debitur ) tidak mampu memenuhi kewajiban – kewajiban finansialnya
terhadap kreditur. Sedangkan jaminan kebendaan sebagaimana disebutkan
dalam ketentuan pasal 1131 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa
segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak,
baik yang sudah ada maupun yang baru aka ada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Selanjutnya dalam
pasal 1132 KUHPerdata disebutkan juga bahwa kebendaan seorang debitur
, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak dapat dijual secara paksa
( lelang eksekusi ) dan perolehan penjualannya dibagikan kepada kreditur
guna melunasi utangnya menurut besar kecilnya piutang masing – masing

4
M. Bahsan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. CV. Rejeki Agung, Jakarta,
hlm.102
kreditur. Untuk pengikatan jaminan kebendaan tersebut dapat dilakukan
sebagaimana telah ditentukan oleh undang – undang yakni melalui gadai,
hipotek, fidusia maupun hak tanggungan yang selanjutnya dikelola oleh
security agent.

b. Bagaimana penyelesaian kredit macet pada kredit sindikasi\

Upaya penyelesaian kredit macet melalui Jalur hukum atau dengan bantuan pihak
ketiga (PUPN) ini dilakukan untuk menyelesaikan perkara kredit macet pada
kredit sindikasi. Apabila pesesrta sindikasi dari bank swasta, maka diselesaikan
melalui jalur pengadilan. Sedangkan terhadap kredit macet pada bank-bank
Pemerintah, prosesnya dilakukan melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
yang dibentuk dengan Undang- Undang Nomor 49 Prp 1960 dan Badan Urusan
Piutang Dan Lelang Negara (BUPLN) yang dibentuk dengan Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 21 Tahun 1991 dimana Pasal 2 dari Keppres tersebut
menentukan bahwa BUPLN (Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara)
mempunyai tugas menyelenggarakan pengurusan piutang negara dan lelang baik
yang berasal dari penyelenggaraan pelaksanaan tugas Panitia Urusan Piutang
Negara (selanjutnya disebut PUPN) maupun lainnya yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan. PUPN bertugas menyelesaikan piutang Negara yang telah diserahkan
kepadanya oleh instansi Pemerintah atau badan-badan Negara. Dengan demikian
bagi bank milik Negara menyelesaikan kredit macetnya harus dilakukan melalui
PUPN, dimana dengan adanya penyerahan piutang macet kepada badan tersebut

secara hukum wewenang penguasaan atas hak tagih dialihkan padanya. 5

Langkah-langkah pengurusan piutang Negara melalui PUPN sebagai


berikut:

5
Meyske Fransiska Harmain, Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi dan Akibat
Hukum Terhadap Kredit Macet, Lex Et Societis, Edisi No.10 Vol. 3, Hlm 107
1. Bank mengajukan permohonan penyerahan kredit macet kepada PUPN,
dalam hal ini melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) di daerah masing-masing sesuai wilayah kerjanya. Piutang
Negara yang penagihannya diserahkan kepada PUPN adalah piutang
macet yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum, yaitu telah
sesuai dengan perjanjian kredit dan pengikatannya serta dokumen-
dokumen lainnya.

2. Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan setelah menerima penyerahan


yang disertai dokumen akan membuat resume yang merupakan
pemeriksaan berkas terhadap semua dokumen dan semua data kasus
piutang tersebut. Resume ini untuk pertimbangan diterima atau tidaknya
pengurusan piutang Negara yang telah diserahkan oleh bank yang
bersangkutan.

3. Panitia Cabang (Ketua PUPN Cabang) apabila menetapkan bahwa berkas-


berkas penyerahan kreditur tersebut memenuhi persyaratan, maka panitia
cabang menerima penyerahan pengurusan piutang Negara dengan
menerbitkan Surat Penyerahan Pengurusan Piutang Negara (SP3N). Sejak
diterbitkannya SP3N piutang Negara beralih ke panitia cabang dan
penyelenggaraannya dilakukan oleh KPKNL. Dengan beralihnya
pengurusan piutang Negara ini kreditur wajib menyerahkan dokumen-
dokumen asli barang jaminan dan pengikatannya yang selanjutnya
diterbitkan Surat Pernyataan Serah Terima Piutang (SPSTP).

4. SP3N yang diterbitkan sebagai bukti berkas penyerahan apabila telah


memenuhi persyaratan, maka KPKNL melakukan tindakan-tindakan
pemanggilan kepada debitor secara tertulis sebagai pertanggung jawaban
penyelesaian piutang Negara. Apabila debitur tidak memenuhi panggilan,
maka Kantor Pelayanan melakukan panggilan terakhir secara tertulis
paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal menghadap
yang ditetapkan dalam surat panggilan yang disampaikan oleh kurir atau
menggunakan jasa pos. Debitur yang datang untuk memenuhi panggilan
KPKNL akan diadakan wawancara mengenai kebenaran dan besarnya
piutang Negara tersebut. Setelah tercapai kesepakatan antara debitur dan
KPKNL yang memuat pengakuan jumlah hutang yang harus dibayar
termasuk bunga, denda-denda dan biaya-biaya lain serta memuat
kewajiban atau kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya, maka
hasilnya dituangkan dalam surat pernyataan bersama yang berkekuatan
eksekutorial.

5. Debitur apabila tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam


pernyataan bersama dan tidak memenuhi surat peringatan yang dibuat
panitia cabang maka akan dikeluarkan surat paksa yang ditandatangani
oleh Ketua Panitia Cabang supaya debitur membayar sekaligus seluruh
hutangnya dalam jangka waktu 1 X 24 jam terhitung sejak tanggal
diberitahukan oleh juru sita piutang Negara kepada debitor dengan
membacakan dan menyerahkan salinan surat paksa yang dituangkan dalam
berita acara pemberitahuan surat paksa.

6. Juru sita akan melakukan penyitaan atas barang jaminan dan/atau harta
kekayaan debitur dan/atau penjamin hutang apabila ketentuan dalam surat
paksa tidak dipenuhi, dimana sebelumnya diberitahukan terlebih dahulu
Surat Penyitaan kepada debitur dan/atau penjamin hutang. Jika barang
jaminan dan/atau harta kekayaan lain telah dilakukan penyitaan namun
debitur dan/atau penjamin hutang tidak menyelesaikan hutangnya, maka
KPKNL menerbitkan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan (SPPBS)
yang diberitahukan secara tertulis kepada debitur dan/atau penjamin
hutang.

7. Pengumuman lelang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan dan


pemberitahuan rencana lelang dilakukan secara tertulis kepada
penanggung hutang atau penjamin hutang melalui kurir atau jasa pos
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum lelang dilakukan. Lelang
dilaksanakan melalui Kantor Pelayanan, namun jika dalam hal barang
yang dilelang di luar wilayah kerja panitia cabang atau di dalam wilayah
kerja panitia cabang, tetapi di luar kerja kantor pelayanan, maka kantor
pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi tempat barang yang akan
dilelang itu berada.

Setelah eksekusi jaminan hutang seperti jaminan hutang pada umumnya


selesai dilaksanakan, barulah security agent mengadakan pembagian hasil
eksekusi tersebut kepada seluruh kreditur yang mengikat diri dalam perjanjian
berbagi jaminan. Bagaimana besarnya bagian dari masing-masing kreditur
tersebut diatur dalam perjanjian itu sendiri, yang biasanya akan dibagi secara pari
passu. Artinya masing-masing kreditur mendapat bagian menurut persentase
proporsi dari jumlah hutangnya masing-masing. Adapun hasil eksekusi yang
dibagi tersebut adalah hasil netto. Artinya, setelah terlebih dahulu dikeluarkan
seluruh biaya-biaya yang diperlukan untuk eksekusi dan sharing berbagi jaminan.
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelum dalam penulisan


ini, maka dapat diambil kesimpulan yaitu, (1) proses atau prosedur terjadinya
kredit sindikasi. Proses pelaksanaan pemberian kredit sindikasi diberikan kepada
pihak debitur yakni melalui tahap penawaran kredit, pemberian surat mandat,
invitation terhadap peserta sindikasi, penandatanganan perjanjian kredit,
publisitas, selanjutnya barulah dilaksanakan pemberian fasilitas kredit sindikasi.
(2) penyelesaian kredit macet pada kredit sindikasi. Upaya melalui melalui jalur
hukum. Untuk bank swasta dilakukan dengan mengajukan permohonan eksekusi
benda jaminan kepada Pengadilan Negeri, sedangkan untuk bank pemerintah
dilakukan penyelesaian oleh PUPN (Panitia Urusan Piutang Negara). Setelah
mendapatkan penetapan pelaksanaan lelang, kemudian dilakukan lelang oleh
Kantor Lelang Negara. Hasil lelang dibayarkan kepada masing-masing kreditor.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin


menyampaikan saran yang semoga bermanfaat diantaranya, (1) Untuk
menghindari terjadinya kredit macet dalam kredit sindikasi bank perlu melakukan
analisis yang cermat dan mendalam terhadap calon debitor yang dikenal dengan
The Five C’s of Analysis. (2) Pihak bank harus berpedoman pada prinsip kehati-
hatian agar tidak terjadi kredit macet dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Andrian Sutedi. 2012. Tijanuan Yuridis Letter Of Credit dan Kredit Sindikasi, PT.
Raja Grafindo Persada.

Herlina Suryati Bachtiar, 2000, Aspek Legal Kredit Sindikasi, cetakan pertama,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

M. Bahsan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. CV. Rejeki


Agung, Jakarta,

Meyske Fransiska Harmain, Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit


Sindikasi dan Akibat Hukum Terhadap Kredit Macet, Lex Et Societis,
Edisi No.10 Vol. 3,

Rahman, Hasanuddin. 1998. Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan


di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Sutan Remy Sjahdeini, 1997, Kredit Sindikasi : Proses Pembentukan dan Aspek
Hukum; sambutan J. Sudradjad Djiwandono, cetakan pertama, Penerbit
PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,

Anda mungkin juga menyukai