Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM KEPAILITAN

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Disusun Oleh: Kelompok 7

Yudhi Anugerah Illahi B1A020228


Muhammad Raka Alfarabi B1A020159
Rizqi Almuhandis Solihin B1A020279
Elisabet Sabatini B1A020054
Viche Nur Arief Putri B1A020061
Arief Almufqi B1A020340

Dosen Pengampu:

Wafiya, S.H., M.Hum


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau suspension of


payment atau surseance van betaling, ialah merupakan suatu masa yang diberikan
oleh undang-undang melalui putusan hakim Pengadilan Niaga, di mana dalam masa
tersebut kepada pihak kreditor dan debitor diberikan kesempatan untuk
memusyawarahkan cara-cara pembayaran utangnya dengan memberikan rencana
pembayaran seluruh atau sebagian utangnya, termasuk apabila perlu untuk
merestrukturisasi utang itu. 11
Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang merupakan alternatif penyelesaian utang buat menghindari kepailitan

Berdasarkan Munir Fuady Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)


ini adalah suatu periode ketika tertentu yg diberikan sang undang-undang melalui
putusan pengadilan niaga, dimana pada periode saat tadi pada Kreditor serta Debitor
diberikan konvensi untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utang-
utangnya dengan memberikan planning perdamaian (composition plan)
terhadap seluruh atau sebagian utangnya itu, termasuk bila perlu merestrukturisasi
utangnya tadi. Menggunakan demikian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) adalah semacam moratorium pada hal ini legal moratorium. Pada hakekatnya
tujuan PKPU untuk perdamaian. Fungsi perdamaian pada proses PKPU sangat
penting, artinya bahkan tujuan primer bagi si debitor, dimana si debitor menjadi orang
yang paling mengetahui eksistensi perusahaannya kedepan baik potensi ataupun
kesulitan mebayar utang-utangnya asal kemungkinan masih bias bangkit dari jeratan
utang-utnag terhadap kreditornya2. Para pihak yang mengajukan permohonan pailit
harus bias membuktikan bahwa debitor memiliki utang kepadanya. Para pihak yang
dimaksud ialah (penasihat hukum) dari kreditor, (penasihat hukum) dari debitor, dan
majelis hakin kasasi,maupun majelis hakim peninjauan kembali. 3
kepailitan serta

1
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 175.
1

2
Sutan Remy Sjhadeini,Hukum kepailitan,(Pustaka Utama Grafiti,2002),Hlm.322
3
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2004),
Hlm.15
penundaan kewajiban penundaan pembayaran utang sebagain sarana penyelesaian
konkurensi utang antara debitur dan kreditur di Indonesia mulanya diatur dalam
Failisements verordening, yang selanjutnya disingkat FV yang berlaku sesuai
Stb.1905 No.217 jo Staablad tahun 1906 angka 348 diubah dengan peraturan
pemerintah penganti undang-undang (perpu) No. 1 tahun 1998 yang di sahkan
menjadi undang-undang dengan undang-undang no 4 tahun 1998.

Pada Tahun 2004 dilakukan perbaikan dan diundangkan undang-undang no 37


tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU)
yang berlaku sejak tanggal 18 oktober 2004. Menurut undang-undang no 37 tahun
2004 tentang kepailitan dan PKPU pasal 222 ayat (2) dikatakan “ debitor yang tidak
dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohonkan penundaan kewajiban pembayaran
utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor”.4 Permohonan PKPU dapat
diajukan oleh kreditor dan debitor pada pengadilan Niaga.

Permohonan PKPU bias diajukan sebelum terdapat permohonan pailit yang


diajukan oleh debitor maupun kreditor atau bisa juga setelah adanya permohonan
pailit yang berasal diajukan paling lambat pada saat siding pertama investigasi
permohonan pernyataan pailit. Konvensi tentang rencana perdamian dalam rangka
PKPU dibutuhkan sang kreditor agar perjuangan debitor permanen berjalan demi
meningkatkan nilai harta kekayaan debitor, yaitu menggunakan cara mengadakan
pinjaman seperti memperoleh kredit asal bank. Buat itu undang-undang no 37 tahun
2004 memberikan kemungkinan melalui pasal 240 ayat (4) yang menyatakan :”
bahwa atas dasar persetujuan yang diberikan sang pengurus, debitor bisa melakukan
pinjaman dari pihak ketiga sepanjang perolehan pinjaman tersebut bertujuan buat
menaikkan harta kekayaan debitor ”.

Pada dasarnya penundaan kewajiban pembayaran utang hanya ditunjukan pada


kreditor konkuren saja. Meskipun pada undang-undang no 37 tahun 2004 pasal 222
ayat (2) ini tidak lagi disebut tentang kredito konkuren lagi. Berbeda pada undang-

4
Indonesia, Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU No.37
Tahun 2004, LN No.27 Tahun 2005, TLN No.4484, Pasal 222 ayat (2).
undang no 4 tahun 1998 pasal 212 disebutkan debitor yang tidak bias atau tidak dapat
memperkirakan bahwa ia tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang
sudah jatuh tepo dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban
pembayaran utang, dengan maksud pada umumnya untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada
kreditor konkuren.

Langkah-langkah perdamian ini ialah untuk menyusun suatu taktik baru bagi
si debitor. Tetapi karena factor kesulitan pembayaran utang-utang yang
memungkinkan segera jatuh tempo yang mana sementara belum dapat diselesaikan
menghasilakan si debitor terpaksa membentuk suatu konsep pedamian, tentu saja bila
perdamian ini disetujui oleh para kreditor maka debitor dapat meneruskan usahanya
serta membayar utang-utangnya. Tujuan akhir dari PKPU ini merupakan untuk
tercapainya perdamian antara debitor dan seluruh kreditor dari rencana perdamaian
yang diajukan si debitor tadi selain menghindari kepailitan tujuan PKPU membantu
debitor yang beritikad baik.

Perdamaian yang telah disahkan oleh Pengadilan mengikat semua Kreditor


(baik Konkuren maupun Preferen), kecuali Kreditor Terjamin yang tidak menyetujui
rencana perdamaian (yang mana diberikan kompensasi sebesar nilai terendah di antara
nilai jaminan atau nilai aktual pinjaman yang secara langsung dijamin dengan hak
agunan atas kebendaan). Jika Debitor lalai dalam memenuhi putusan
Homologasi/Putusan Pengesahan Rencana Perdamaian, Kreditor dapat menuntut
pembatalan perdamaian dan Debitor dapat dinyatakan pailit oleh Pengadilan. Dalam
hal pengabulan PKPU Sementara (PKPU-S), pada dasarnya Hakim harus
mengabulkan permohonan PKPU tersebut selama syarat administratif dan bukti telah
lengkap diserahkan oleh pemohon.

Tindakan Pailit adalah suatu sitaan umum atas semua kekayaan Debitor Pailit
yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan
Hakim Pengawas. Harta pailit akan dibagikan sesuai dengan porsi besarnya tuntutan
Kreditor. Prinsip kepailitan yang demikian ini merupakan realisasi dari ketentuan
Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata, yaitu kebendaan milik Debitor menjadi jaminan
bersama-sama bafi semua kreditor yang dibagi menurut prinsip keseimbangan atau “
Pari Pasu Prorata Parte”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akibat adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
terhadap tindakan hukum debitur?
2. Jelaskan bagaimana cara menyelesaikan tagihan-tagihan yang ditujukan kepada
debitur dalam hal terjadi PKPU ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akibat adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap


tindakan hukum debitur
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau suspension of
payment atau surseance van betaling, ialah merupakan suatu masa yang diberikan
oleh undang-undang melalui putusan hakim Pengadilan Niaga, di mana dalam masa
tersebut kepada pihak kreditor dan debitor diberikan kesempatan untuk
memusyawarahkan cara-cara pembayaran utangnya dengan memberikan rencana
pembayaran seluruh atau sebagian utangnya, termasuk apabila perlu untuk
merestrukturisasi utang itu. 5
Penundaan Kewajiban Pembayaran merupakan alternatif penyelesaian utang
buat menghindari kepailitan. Dalam Pasal 222 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37
Tahun 2004 yang berisi dimana debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak
akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud
untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada Kreditor.6
Kreditor yang memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan
membayarutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar
kepada Debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan
Debitor mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada Kreditornya. Dalam pasal 242 ayat (1) UUK ditentukan
bahwa selama berlangsungnya PKPU, debitur tidak dapat dipaksa membayar utang-
utangnya, termasuk melakukan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai untuk
memperoleh pelunasan utang, harus ditangguhkan.
Kecuali telah ditetapkan tanggal yang lebih awal oleh pengadilan berdasarkan
permintaan pengurus, semua sitaan yang telah diletakkan gugur, dan dalam hal
debitur disandera, debitur harus dilepaskan segera setelah diucapkan putusan PKPU

5
Dr. Yuhelson, S.H,. M.Kn, hukum kepailitan di indonesia. Gorontalo, Ideas Publishing,2019

6
Indonesia, Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU No.37
Tahun 2004, LN No.27 Tahun 2005, TLN No.4484, Pasal 222 ayat (2).
tetap atau setelah putusan pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap
dan atas permintaan pengurus atau Hakim Pengawas jika masih diperlukan,
Pengadilan wajib mengatakan sita yang telah diletakkan atas benda yang termasuk
harta debitur. Ketentuan ini berlaku pula terhadap eksekusi dan sitaan yang telah
dimulai atas benda yang tidak dibebani, sekalipun eksekusi dan sitaan tersebut
berkenaan dengan tagihan kreditor yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau dengan hak yang harus
diistimewakan berkaitan dengan kekayaan tertentu berdasarkan undang-undang.
Debitur berhak pada waktu mengajukan permohonan penundaan kewajiban
utang (PKPU) atau setelah itu menawarkan suatu perdamaian kepada kreditur,
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 265. Menurut Pasal 266 UUK, apabila rencana
perdamaian itu tidak diajukan sebelum hari sidang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 266 atau pada tanggal kemudian dengan tetap memeperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan Nomor
37 Tahun 2004. Salinana rencana perdamaian juga harus segera disampaikan kepada
hakim pengawas, pengurus dan ahli bila ada.
Rencana perdamaian ini akan gugur demi hukum, bila sebelum putusan PKPU
mempunyai kekuatan hukum tetap, kemudian ada putusan yang mengkahiri
penundaan kewajiban pembayaran utang di dalam Pasal 267 Undang-Undang
Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004.
Apabila rencana perdamaian dilampirkan pada permohonan penundaan
sementara kewajiban pembayaran utang atau lebih disampaikan oleh debitur sebelum
sidang maka pemungutan suara tentang rencana perdamaian dapat dilakukan jika
dipenuhi syarat-syarat :
a. Telah ditentukan kapan tagihan yang terkena PKPU paling lambat harus
disampaiakan kepada pengurus
b. Telah ditentukan tanggal dan waktu rencana perdamaian yang diusulkan itu akan
dibicarakan dan diputuskann dalam rapat permusyawaratan hakim
c. Dipenuhi tenggang waktu minimal 14 hari antara a dan b di atas
Apabila syarat tersebut diatas tidak dipenuhi atau jika kreditur konkuren belum
dapat memberikan suatu mereka mengenai rencana perdamaian, maka atas
permintaan debitur, paea kreditur harus menentukan pemberian atau penolakan
kewajiban pembayaran utang secara tetap dengan maksud untuk memungkinkan
debitur, pengurus dan para kreditur untuk mempertimbangkan dan menyetujui
perdamaian pada rapat atau sidang yang diadakan selanjutnya.

Selama penundaan kewajiban pembayaran utang tanpa diberi kewenangan oleh


pengurus, debitur tidak dapat melakukan tindakan pengurusan atau memindahkan
hak atas sesuai bagian hartanya, sebagaimana disebutkan dalam pasal 240 UUK
Nomor 37 Tahun 2004 (sebelumnya pasal 226 UUK 1998).

Apabila debitur melakukan tindakan hukum tanpa mendapat kewenangan dari


pengurus, maka pengurus berhak untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan
untuk memastikan bahwa harta debitur tidak dirugikan karena tindakan debitur
tersebut. Kewajiban-kewajiban debitur yang dilakukan tanpa mendapat kewenangan
dari pengurus yang timbul setelah dimulainya PKPU, hanya dapat dibebankan
kepada harta debitur sepanjang hal itu menguntungkan harta debitur.

Atas dasar kewenangan yang diberikan oleh pengurus, debitur dapat melakukan
pinjaman dari pihak ketiga semata-mata dalam rangka meningkatkan nilai harta
debitur titik apabila dalam melakukan pinjaman tersebut perlu diberikan agunan,
debitur dapat membebani hartanya dengan hak tanggungan gadai atau hak agunan
atas kebendaan lainnya sepanjang pinjaman tersebut telah memperoleh persetujuan
hakim pengawas. Pembebanan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap bagian harta
debitur yang belum dijadikan jaminan utang.

Penundaan kewajiban pembayaran utang, tidak menghentikan perkara yang


sudah mulai diperiksa atau pun menghalangi pengajuan perkara baru. Walaupun
demikian, dalam hal perkarya semata-mata mengenai tuntutan pembayaran suatu
piutang yang telah diakui oleh debitur itu sendiri akan tetapi kreditur tidak
mempunyai kepentingan untuk mendapatkan suatu putusan guna melaksanakan
haknya terhadap pihak ketiga, setelah tentang pengakuan tersebut di atas dicatat,
maka hakim dapat menangguhkan pengambilan keputusan mengenai hal itu sampai
akhir PKPU. Debitur tidak boleh menjadi penggugat maupun tergugat dalam
perkara-perkara mengenai hak dan kewajiban yang banyak harta kekayaannya tanpa
bantuan pihak pengurus.

B. Cara menyelesaikan tagihan-tagihan yang ditujukan kepada debitur dalam hal


terjadi PKPU
Selama penundaan kewajiban pembayaran utanag (PKPU) debitur tidak boleh
dipaksa untuk membayar itang-utangnya. Sebagaimana yang dimaksud Pasal 242 jo
Pasal 45 UUK No. 37 Tahun 2004. Dan semua tindakan eksekusi yang tekah dimulai
guna mendapatkan pelunasan utang, harus ditanggungkan. Dalam hal ini termasuk
eksekusi dan sitaan terhadap barang yang tidak dibebani agunan, sekalipun eksekusi
dan sitaan tersebut berkenaan dengan tagihan kreditur yang dijamin dengan hak
tanggungan, gadai atau hak agunan atas kebendaan lainnya atau dengan hak yang
harus diistimewakan berkaitan dengan kekayaan tertentu berdasarkan undang-undang.
Semua sitaan yang telah dipasang berakir segera setelah ditetapkan putusan PKPU
secara tetap atau setelah persetujuan atas perdamaiaan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, kecuali apabila terhadap sitaan tersebut telah ditetapkan lebih awal oleh
pengadilan berdasarkan permintaan pengurus.
Selanjutnya atas permintaan pengurus atau hakim pengawas, pengadilan, jika
masih diperlukan, wajib menetapkan pengangkatan sitaan yang telha dipasang atas
barang-barang yang termasuk harta debitur. Penundaan kewajiban pembayaran utang
berlaku bagi semua piutang, kecuali (diatur dalam Paal 244 UUK No. 37 Tahun 2004)
yaitu :
1. Taguhan –tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya,
2. Taguhan biaya pemeliharaan, pengawasa atau pendidikan yang harus dibayar dan
Hakim Pengawasan harus menentukan jumlah tagihan tersebt yang terkumpul
sebelum penundaan kewajiban pembayaran utang yang bukan merupakan tagihan
dengan hak untuk diistimewakan
3. Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitor maupun
terhadap seluruh harta debitor yang tidak tercakup pada poni ke 2 tersebut diatas.
Dalam hal kekayaan yang diagungkan dengan hak gadai, hak tanggungan dan hak
agunan atas kebendaan lainnya tidak mencakupi untuk mencakupi untuk jaminan
tagihan, maka para debitur yang dijamin dengan aguann tersebut mendapatkan hak
sebgaai kreditur mengeluarkan suara selama PKPU berlaku. Barang siapa mmepunyai
utang dan piutang kepada debitur berdasarkan harta kekayaan debitur, boleh
mengadakan perhitungan utang oiutang untuk pengurusannya, bila utang atau
piutangnya itu telah terjadi sebelum mulai berlakunya PKPU. Mengenai tagihan-
tagihan yang ditujukan kepada debitur, bila dianggap perlu diselesaikan dengan cara:
1. Diberlakukan sebagai suatu tagihan dengan cara tangguh, artinya tagihan
tersebut dimasukkan dalam daftar yang memuat:
- nama dan tempat tinggal para kreditur.
- jumlah piutang masing-masing beserta penjelasannya
- apakah piutang itu diakui atau dibantah.
Jumlah tagihan itu ditentukan dengan nilai yang berlaku pada saat dimulainya
PKPU titik jika pengurus dan para kreditur tidak mencapai kesepakatan tentang
penetapan nilai tagihan tersebut maka tagihan demikian harus diterima secara
bersyarat untuk ditetapkan oleh hakim pengawas.

2. Diperlukan sebagai piutang yang dapat ditagih pada waktu yang tidak dipastikan
atau yang memberikan hak atas tunjangan berkala dan dimasukkan dalam daftar
dengan nilai pada saat PKPU itu mulai berlaku.
3. Diperlukan sebagai piutang yang baru dapat ditagih setahun kemudian sejak
PKPU berlaku, akan diberlakukan seolah-olah dapat ditagih pada saat tersebut.
Semua piutang yang baru dapat ditagih setelah setahun, terhitung sejak berlakunya
penundaan kewajiban pembayaran utang dimasukkan dalam daftar dengan
perhitungan waktu setelah lewatnya waktu sejak saat tersebut. Seorang yang telah
mengambil utang atau piutang dari harta kekayaan tersebut sebelum mulai berlakunya
PKPU, tidak boleh minta agar dilakukan perhitungan utang piutang. Bila sewaktu
mengadakan pengambilan itu tidak dilakukan dengan itikad baik titik terhadap utang
piutang yang pengambil alihannya terjadi kemudian sesudah ada PKPU, tidak dapat
diadakan perhitungan utang piutang.

Pembayaran kepada debitur yang kepadanya telah diberikan PKPU sementara


akan tetapi belum diberitahukan atau diumumkan, untuk memenuhi perikatan yang
diterbitkan sebelum adanya PKPU kepada debitur, akan membebaskan pelakunya dari
harta kekayaan selama ia dapat membuktikan bahwa ia tahu tentang adanya PKPU
sementara itu. Pembayaran seperti itu dan yang dilakukan sesudah adanya
pengumuman tentang PKPU, tidak membebaskan harta kekayaan, kecuali bila
pelakunya dapat membuktikan bahwa pengumuman PKPU yang telah dilakukan
menurut undang-undang yang berlaku tidak dapat diketahui di tempat tinggalnya. 7
Sebaliknya pengurus dapat membuktikan bahwa pengumuman yang dilakukan dapat
diketahui.
7
Sum Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 2002
Penundaan kewajiban pembayaran utang juga berpengaruh terhadap adanya
perjanjian timbal balik (misal pasal 248 pasal 250 UUK 2004), sewa menyewa (Pasal
251) dan perjanjian kerja, misalnya adanya pemutusan hubungan kerja (PHK)
sebagaimana disebutkan dalam pasal 252 (sebelumnya ada dalam pasal 237 UUK
1998).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Penundaan kewajiban pembayaran utang, tidak menghentikan perkara yang
sudah mulai diperiksa atau pun menghalangi pengajuan perkara baru. Walaupun
demikian, dalam hal perkarya semata-mata mengenai tuntutan pembayaran suatu
piutang yang telah diakui oleh debitur itu sendiri akan tetapi kreditur tidak
mempunyai kepentingan untuk mendapatkan suatu putusan guna melaksanakan
haknya terhadap pihak ketiga, setelah tentang pengakuan tersebut.
Selama penundaan kewajiban pembayaran utang tanpa diberi kewenangan
oleh pengurus, debitur tidak dapat melakukan tindakan pengurusan atau
memindahkan hak atas sesuai bagian hartanya. Kreditor yang memperkirakan bahwa
Debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dapat memohon agar kepada Debitor diberi penundaan kewajiban
pembayaran utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditornya.

DAFTAR PUSTAKA

Jono, S. (2010). Hukum Kepailitan (1 ed.). (Tarmizi, Ed.) Jakarta: Sinar Grafika.
Rahayu Hartini, S. (2007). Hukum Kepailitan (Revisi ed.). (R. s, Ed.) Malang: UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014

Sutan Remy Sjhadeini,Hukum kepailitan,(Pustaka Utama Grafiti,2002),Hlm.322

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2004)

Dr. Yuhelson, S.H,. M.Kn, hukum kepailitan di indonesia. Gorontalo, Ideas Publishing,2019

Sum Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 2002

Indonesia, Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU No.37
Tahun 2004

Anda mungkin juga menyukai