TINJAUAN PUSTAKA
A. Utang-piutang
1. Pengertian utang
secara sempit. Pengertian utang dalam arti sempit adalah suatu kewajiban
pengertian utang dalam arti luas adalah seluruh kewajiban yang ada dalam
sesuatu.1
Namun demikian hal ini diharapkan tidak terjadi lagi karena dalam
Undang-Undang Kepailitan yang baru, yaitu UUK No. 37 Tahun 2004 Pasal
1 ayat (6) telah diberikan definisi yang tegas terhadap pengertian utang,
uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang
1
Nanda Narendra Putra, Pengertian Utang, Kreditor, dan Debitor dalam Kepailitan, 11 Agustus
2017, http://nandoxodnan.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-utang-kreditor-dan-debitor.html,,
(23:45)
6
debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk
timbullah silang selisih mengenai apa saja yang dimaksud dengan utang.
b. Mengingat integritas pengadilan yang belum baik pada saat ini, tidak
2
R.I., Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, tentang “Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Membayar Utang”, Bab I, Pasal 1, ayat 6.
3
Sutan Remy Sjahdeini, 2010, HUKUM KEPAILITAN; Memahami Undang-Undang No. 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, hlm. 72.
7
kepada setiap kreditornya baik untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu,
diatur dalam Pasal 113 sampai dengan Pasal 143. Pencocokan (verifikasi)
c. Debitor, dalam hal ini harus hadir dan tidak bisa diwakilkan (Pasal 121
UUK);
dan daftar piutang yang sementara dibantah oleh Kurator (Pasal 124
4
Ibid., hlm. 89
8
b. Setiap Kreditor yang namanya tercantum dalam daftar piutang dapat
59 sumpah kebenaran piutang yang tidak dibantah (Pasal 124 ayat (3)
UUK);
d. Jika Kreditor telah meninggal dunia, maka kurator dapat minta ahli
mereka dengan itikad baik percaya bahwa piutang itu ada dan belum
piutang
keadaan harta pailit dan memberikan semua informasi yang diminta oleh
9
Debitor dan laporan beserta berita acara rapat verifikasi wajib disediakan di
b. Melalui pemberesan harta pailit, diatur dalam Pasal 178 sampai dengan
Pasal 203.
Niaga dan telah berkekuatan hukum tetap, maka kepailitan berakhir. Kurator
Indonesia dan paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian yang ditunjuk oleh
10
Penyelesaian utang Debitor pailit diselesaikan sesuai kesepakatan
dalam perdamaian dan berlaku bagi semua Kreditor konkuren dengan tidak
ada pengecualian (Pasal 162 UUK). Sedangkan bagi Kreditor separatis dan
tidak berlaku, mereka tetap mendapat haknya secara utuh. Jumlah uang yang
menjadi hak Kreditor preferen yang telah dicocokan dan diakui harus
disahkan apabila Debitor lalai memenuhi isi perdamaian. (Pasal 170 ayat (1)
putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta
pailit berada dalam keadaan insolvensi (Pasal 178 ayat (1) UUK). Kurator
terkumpul cukup uang tunai dari hasil penjualan harta pailit kemudian
5
Munir Fuady, 2002, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
hlm. 132.
11
dikurangi biaya-biaya kepailitan dan sisanya untuk membayar utang Debitor
B. Kepailitan
1. Sejarah Kepailitan
pedagang saja, tetapi kemudian dapat digunakan untuk golongan mana saja.
keamananinvestasi di Indonesia.
peraturan lama dan yang masih berlaku ternyata tidak bisa menyesuaikan
dengan kebutuhan perubahan zaman. Oleh karena itu, pada tahun 1998
6
Op. Cit hal.172-173
12
c. Mengenal istilah Pengadilan Niaga, di luar Pengadilan Umum untuk
undangan sebelumnya.
2. Pengertian Kepailitan
kreditor.7
masyarakat. Oleh karena itu, perlu diatur cara penyelesaian masalah utang
tersebut kepailitan diartikan sebagai sita umum atas semua kekayaan Debitor
7
Titik Tejaningsih, 2016, Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Separatis Dalam Pengurusan
dan Pemberesan Harta Pailit, Yogyakarta, FH UII Press, hlm. 42.
13
Difinisi kepailitan adalah merupakan suatu sitaan dan eksekusi atas
Dalam hal ini yang dimaksud dengan eksekusi adalah pengambilan barang
atau harta kekayaan dari kekuasaan debitor. Dan yang dimaksud eksekusi
yang diberi wewenang untuk melakukan penyitaan itu adalah kurator setelah
melakukan penyitaan dan eksekusi atas seluruh harta kekayaan si pailit untuk
selanjutnya diberi tugas dan wewenang untuk mengurus dan menguasai harta
bahkan sangat lazim. Perusahaan yang didirikan oleh negara sendiri, seperti
seluruhnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan juga melakukan hal
utang tersebut, tidak ada yang salah dengan utang terebut (solvabel). Dapat
besar perusahaan yang bersangkutan akan makin besar pula utang perusahaan
8
Bagus Irawan, 2007, Aspek-aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, Bandung, P.T.
Alumni, hlm. 19.
14
berutang tersebut tidak mampu lagi membayar utang-utangnya. Di sini terjadi
jatuh tempo tersebut disadari oleh debitor, maka langkah untuk mengajukan
ditemukan bukti bahwa debitor tersebut memang telah tidak mampu lagi
membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih (involuntary
prinsip paritas creditorium dan prinsip pari passu prorate parte dalam rezim
bahwa semua kekayaan debitor baik yang berupa barang bergerak maupun
9
Titik Tejaningsih, Up. Cit, hlm. 47.
10
Hadi Subhan, 2008, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di Pengadilan, Jakarta,
kencana, hlm. 3.
15
debitor. Sedangkan prinsip pari passu prorata parte berarti bahwa harta
kekayaan merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus
dibagikan secara proporsional antara mereka, kecuali antara para kreditor itu
pembayaran tagihannya.11
Indonesia. Hal itu termuat dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,
prinsip pari passu prorate parte termuat dalam Pasal 1132 KUH Perdata
kepailitan merupakan pelaksaan lebih lanjut dari ketentuan yang ada dalam
3. Tujuan Kepailitan
11
Hadi Subhan, Up.Cit, hlm. 2-3.
12
Ibid, hlm. 4-5.
13
Bagus Irawan, 2007, Aspek-aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, Bandung, PT.
Alumni, hlm. 28-33
16
a. Untuk menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor
Menurut Sutan Remy, tujuan utama dari hukum kepailitan adalah sebagai
berikut:
baik bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun
yang baru akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi perikatan
akan mendapat bagian yang lebih banyak dari kreditor yang lemah.
17
kreditor tersebut. Di dalam hukum Indonesia asas pari passu dijamin
itu status hukum dari harta kekayaan debitor menjadi harta pailit.
likuidasi atau dijual oleh likuidator tidak cukup untuk melunasi utang-
18
baik debitor perorangan maupun debitor badan hukum setelah tindakan
ini, sanksi pidana maupun perdata tidak diatur di dalamnya, tetapi diatur
debitor, dalam Bankruptcy Code Amerika Serikat, mengenai hal ini diatur
19
dalam Chapter 11 mengenai Reorganization. Di dalam undang-undang
a. Menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada
4. Asas-asas Kepailitan
14
Munir Fuady, 1999, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung, Citra Aditya Bakti, hal. 8-
9.
15
Ibid.
20
a. Asas Keseimbangan
lembaga kepailitan oleh Debitor yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat
c. Asas Keadilan
d. Asas Integrasi
21
kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata
nasional.16
5. Syarat-syarat Kepailitan
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa debitor yang mempunyai dua atau
lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan,
baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
a. Adanya utang
Pengertian utang tidak terbatas pada utang yang timbul dari perjanjian
utang piutang saja. Dalam UUK utang diartikan sebagai kewajiban yang
dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata
uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun
yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat
16
Munir Fuady, 1999, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung, Citra Aditya Bakti, hal. 8-
9.
22
b. Minimal satu utang sudah jatuh tempo
Suatu utang yang jatuh tempo tentunya memberi hak bagi kreditor
Dengan demikian utang yang lahir dari perikatan alamiah tidak dapat
perjudian yang telah jatuh tempo, maka hal ini tidak melahirkan hak
bisa dengan cukup satu utang saja yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih.
d. Adanya debitor
e. Adanya kreditor
23
1) Kreditor Khusus (Separatis)
3) Kreditor Konkuren
kecilnya utang. Debitor ini cuma memiliki satu kreditor saja, maka tidak
perlu harus dengan jalan kepailitan, tapi diselesaikan antara debitor dan
pengadilan atau bahkan dengan lembaga arbitrase, jadi harta debitor tidak
“Pengadilan Niaga”
24
yang diatur dalam Undang-undang. Pengajuan tersebut harus diajukan
oleh pihak yang memiliki kewenangan. Bila tidak maka permohonan itu
harus ditolak.
Kepailitan.
pailit”, bukan “dapat menyatakan pailit”, sehingga dalam hal ini kepada
a. Pemohon pailit
17
Jono, 2008, Hukum Kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 11-12.
18
Bagus Irawan, Up.Cit, hlm. 54.
25
b. Debitor Pailit
kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh
c. Hakim Niaga
Hakim tunggal) baik untuk tingkat pertama maupun untuk tingkat kasasi.
dapat diangkat sebagai hakim diatur dalam pasal 302 ayat (2).
Disamping itu terdapat juga Hakim Ad Hoc yang diangkat dari kalangan para
d. Hakim Pengawas
19
Rohan S. Kasim, Para Pihak Dalam Kepailitan, Senin 07 November 2016,
http://rohanskasim.blogspot.co.id/2013/03/para-pihak-dalam-kepailitan.html ,, (17:06)
26
pengawas disamping pengangkatan kuratornya. Dahulu untuk hakim
e. Kurator
kurator dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan”.
bertindak sebagai kurator selain BHP juga orang perseorangan yang diangkat
f. Panitia Kreditor
Kepailitan yaitu: 23
20
Ibid.
21
R.I., Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, tentang “Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang”, Bab I, Pasal 1, ayat 5.
22
Bagus Irawan, 2007, Aspek-aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, Bandung, P.T.
Alumni, hlm. 66-67.
23
Ibid, hlm. 72-73.
27
1) Panitia Kreditor sementara yang terdiri dari 3 orang yang ditunjuk oleh
debitur.
24
Farida Hasyim, 2009, Hukum Dagang, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 175
28
2) Menunjuk kurator sementara untuk mengawasi pengelolaan usaha
8. Prosedur Kepailitan
25
Rahayu Hartini, 2007, Hukum Kepailitan, Malang, UMM Press, hlm. 74.
29
Syarat yang harus dilakukan oleh kreditur yang melakukan
Pengadilan Niaga
pengadilan niaga dalam jangka waktu paling lambat 1 hari terhitung sejak
hari sejak permohonan di mana dalam hal ini terjadi rapat verifikasi atau
atau pencocokan utang seorang debitor wajib datang sendiri agar dapat
sebab kepailitan dan keadaan harta pailit. Pada rapat pencocokan utang
setelah semua pihak hadir baik debitor, kurator, maupun kreditor, hakim
26
Ibid, hlm. 74.
30
Tahap putusan atas permohonan kepailitan dikabulkan atau diputus
oleh hakim apabila fakta atau keadaan secara sederhana terbukti memenuhi
persyaratan pailit. Fakta dua atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah
jatuhnya putusan pailit. Putusan pailit harus diucapkan paling lambat 60 hari
diajukan oleh advokat yang telah mempunyai ijin praktek kepada Panitera
pailit kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lambat 2 (dua) hari setelah
27
Jono, 2010, Hukum Kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm. 91.
31
a. Debitor dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Kreditor,
terpenuhi.
28
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, hlm. 21.
29
Abdul Rasyid Saliman, 2005, Hukum Bisnis untuk Perusahaan: teori & contoh kasus, Jakarta,
kencana, hal. 104-105
32
1) Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat PT melanggar
kepentingan umum;
seluruh saham;
d. Terjadi kepailitan.
Setelah PT bubar secara “de yure” harus diikuti proses likuidasi, agar
33
d. Membertitahukan kepada Menteri.
dari Kurator dalam kepailitan, dalam hal ini Kurator melakukan pengalihan
uang tunai sesuai dengan prosedur yang berlaku dan sesuai dengan kebiasaan,
Berdasarkan Pasal 185 ayat (1) dan (2) UUK penjualan dilakukan di
30
Munir Fuady, 2002, Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti, hlm. 145.
34
12. Perdamaian Dalam Kepailitan
istilah
masing yang akan dibayar oleh Debitor pailit atau Kurator dengan
sebagai berikut:
perdamaian ;
(delapan) hari sebelum rapat pencocokan piutang (Pasal 145 ayat (1) UUK.
31
Munir Fuady, 2002, Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti, hlm. 116.
35
perdamaian diterima jika disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari ½
(satu per dua) jumlah Kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang
haknya diakui atau yang untuk sementara diakui, yang mewakili paling
sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui
atau yang untuk sementara diakui dari Kreditor konkuren atau kuasanya
disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari ½ (satu perdua) jumlah
32
Munir Fuady, 2002, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
hlm. 86-87
36
kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya diakui atau
yang sementara diakui, yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga)
atau
c. Kepailitan dicabut
37
kekayaan yang ada atau diharapkan ada pada saat Debitor dinyatakan
beban/harus dibayar oleh Debitor (Pasal 18 ayat (3) dan ayat (4)
dan imbalan jasa Kurator tidak dapat dilawan dengan upaya hukum
apapun.
serta merta (Pasal 8 ayat (7) UUK). Dengan demikian sejak saat
33
Kartono, 1974, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, Jakarta, Pradnya Paramita, hlm. 30-31
38
putusan pailit status Debitor sudah dalam keadaan pailit. Akan tetapi
diakui dalam rapat verifikasi dan belum terlunasi dari pembagian harta
sisa piutangnya tersebut jika Debitor dikemudian hari memperoleh harta lagi
vonnis, tidak perlu memajukan perkara ke muka Pengadilan dan tidak perlu
205 UUK).
Pasal 2 ayat (1) yang dimaksud “kreditor” dalam ayat ini adalah kreditor
39
penjelasan Pasal 2 ayat (1) tersebut, maka yang dimaksud dengan kreditor
macam yaitu:
a. Kreditor Separatis
gadai, atau hak hak agunan atas kebendaan lainnya yang dapat
1) Kedudukan terpisah
kurator.
34
Sutan Remy Sjahdeini, 2009, Hukum Kepailitan Memahami Undang-undang No. 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan, Jakarta, PT Pustaka Utama Grafiti, hlm. 55.
40
diberikan kepadanya dibandingkan dengan kreditor lainnya,
ada aset tertentu yang khusus ditunjuk untuk menjadi jaminan hutang
tersebut.
dimiliki oleh golongan kreditor ini karena hak tersebut telah diberikan
41
dari semua piutang-piutang lain-lainnya yang diistimewakan, bahkan
tidak lebih tua dari tiga tahun dan hak milik atas persil yang
42
c. Kreditor Konkuren
kedudukan kreditor dalam jaminan, hal ini disebabkan karena dalam jaminan
a. Kreditor Preferen
yaitu:
b. Kreditor Konkuren
Kreditor yang harus berbagi dengan para kreditor yang lain secara
dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak dibebani dengan
hak jaminan.
35
Munir Fuady, 2003, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung, Citra Aditya Bakti, hal. 225.
36
Rachmadi Usman, 2008, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 81-82.
43
D. Perlindungan Hukum
bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan
bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik
yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu
44
3. Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa
aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman
peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
suatu tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering di sebut dengan
perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang dapat dipahami, sebagai
berikut:
45
mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar
asasi manusia.
terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan
E. Ketenagakerjaan
1. Pengertian ketenagakerjaan
37
Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Ui Press, hlm 133
46
sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja baik pada waktu sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian tersebut dapat dipahami
Hal – hal yang berkaitan dengan masa sebelum kerja antara lain
yang berkaitan dengan masa selama kerja antara lain perlindungan kerja,
pengawasan kerja. Hal-hal yang berkaitan sesudah masa kerja antara lain
2. Pengertian Karyawan
yang membutuhkan jasa tenaga kerja, yang mana dari jasa tersebut, karyawan
lainnya.
yang telah diutarakan oleh para ahli, seperti beberapa contohnya adalah
sebagai berikut:
38
Antomiwahyu, Pengertian ketenagakerjaan, kesempatan kerja, tenaga kerja dan angkatan kerja
,http://www.pustakapelajar.com/2016/01/pengertian-ketenagakerjaan-kesempatan-kerja-tenaga-
kerja-dan-angkatan-kerja.html diakses pada tanggal 13/8/2017 jam 22:41
47
a. Subri
penduduk yang ada pada sebuah negara yang memproduksi barang dan
jasa jika ada permintaan akan tenaga yang mereka produksi, dan jika
b. Hasibuan
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
a. Karyawan Tetap
39
Adzikra Ibrahim, Pengertian Karyawan Dan Jenis-Jenis Karyawan, Kamis 03 Agustus 2017,
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-karyawan-dan-jenis-jenis-karyawan-di-perusahaan/
48
memiliki hak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak
tetap. Selain itu, karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam
tetap.
cenderung memiliki hak yang jauh lebih sedikit dan juga cenderung sedikit
4. Hak-hak Karyawan
Pasal 5
Pasal 6
dari pengusaha”
49
Pasal 11
Pasal 12 ayat ( 3 )
Pasal 18 ayat ( 1 )
Pasal 23
sertifikasi”
Pasal 31
“Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
Pasal 67
50
Pasal 78 ayat ( 2 )
dimaksud pada Pasal 78 ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur”
Pasal 79 ayat ( 1 )
Pasal 80
Pasal 82
bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah) bulan
Pasal 84
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan Pasal 82
Pasal 85 ayat ( 1 )
Pasal 86 ayat ( 1 )
51
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama”
Pasal 88
Pasal 90
Pasal 99 ayat ( 1 )
Pasal 137
“Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan serikat pekerja dilakukan secara
membayar uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang
52
penghasilan. Semakin ketatnya persaingan, angkatan kerja terus bertambah
dan kondisi dunia usaha yang selalu fluktuatif, sangatlah wajar jika pekerja
sedemikian rupa agar pekerja tetap mendapat perlindungan yang layak dan
pengusaha.41
berdasarkan Pasal 39 ayat (1) yang berbunyi “Pekerja yang bekerja pada
40
Abdul Khakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti, hlm. 105.
41
Hadijan Rusli, 2004, Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 180.
53
atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan pengertian bahwa
singkat 45 (empat lima) hari sebelumnya; dan (2) yang berbunyi “Sejak
pailit”.42
Hak Pekerja terbagi atas hak upah dan hak selain upah seperti
pesangon dan lain sebagainya. Hak upah pekerja termasuk dalam utang
harta pailit. Artinya, dianggap sebagai harta pailit yang harus dibayarkan
karena kepailitan berhak atas uang pesangon satu kali, uang penghargaan
42
R.I., Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, tentang “Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang”, Bab II, Pasal 39, ayat 1 dan 2.
43
H.R.Abdussalam, 2008, Hukum Ketenagakerjaan Hukum Perburuhan, Restu Agung, hlm. 78.
54
kerja tersebut dapat diputuskan dengan pemberitahuan paling singkat 45
komperhensifan konsep PHK dalam UUK ini adalah tidak membedakan PHK
demi hukum, PHK dari pengusaha dan PHK dari buruh. Bahkan dalam PHK
oleh buruh pun masih dibedakan antara PHK oleh buruh karena buruh
hal, yakni soal prosedur dan soal pemenuhan hak-hak Normatif pekerja yang
di PHK.44
7. Perlindungan Upah
nilainya.45
44
M. Hadi Subhan, 2009, Hukum Kepailitan; Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, Jakarta,
Kencana, hlm. 169.
45
H.R.Abdussalam, 2008, Hukum Ketenagakerjaan Hukum Perburuhan, Restu Agung, hlm. 143.
55
F. Kasus PT. Starwin
tanggak 11 Februari 2004 mendirikan tenda di depan pabrik mereka di Jalan Raya
karyawannya sejumlah kurang lebih 3.652. dalam PHK tersebut, para pekerja
sama sekali tidak diberikan uang pesangon. Yang akan mereka terima hanyalah
Hak yang diminta para buruh dari manajemen PT. Starwin adalah
pesangon sebesar satu kali peraturan Menteri Tenaga Kerja, uang jasa, biaya
selama perselisihan, dan pelunasan uang tunjangan hari raya tahun 2003. Eks
karyawan PT. Starwin (dalam pailit) yang berjumlah 3.652 menuntut hak-haknya
sebelumnya telah menyampaikan kepada Kurator agar hasil penjualan gedung PT.
Starwin Indonesia (dalam pailit), dapat dibagikan kepada kreditur istimewa eks
karyawan PT. Starwin Indonesia (dalam pailit) yang berjumlah 3.652 orang
terlebih dahulu. Namun, Kurator PT. Starwin Indonesia (dalam pailit) tersebut,
Separatis”.
56
Putusan Pengadilan
3.652 orang untuk seluruhnya yang berisi agar hasil penjualan gedung PT.
Starwin Indonesia. (dalam pailit), dapat dibagikan kepada kreditur istimewa eks
karyawan PT. Starwin Indonesia (dalam pailit) yang berjumlah 3.652 orang
terlebih dahulu dan hak kreditur istimewa eks karyawan PT. Starwin Indonesia
(dalam pailit) yang berjumlah 3.652 orang dalam daftar pembagian tahap kedua
adalah sebesar Rp. 766.823.434,99 (tujuh ratus enam puluh enam juta delapan
ratus dua puluh tiga ribu empat ratus tiga puluh tiga rupiah koma Sembilan puluh
Sembilan).
kasasi dari Pemohon Kasasi : PUK SP TSK SPSI PT. STARWIN INDONESIA
(dalam pailit) untuk dan atas nama kreditur istimewa eks karyawan PT. Starwin
peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali : PUK SP TSK SPSI PT.
STARWIN INDONESIA (dalam pailit) untuk dan atas nama kreditur istimewa
eks Karyawan PT. Starwin Indonesia (dalam pailit) yang berjumlah 3.652 orang.
57
ditolak, maka biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini harus
(dalam pailit) yang berjumlah 3.652 orang tersebut. Hal tersebut dikarenakan
alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena surat bukti yang baru
bukan merupakan bukti baru yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara
diperiksa di Pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan seperti yang dimaksud
dalam Pasal 295 ayat (3) huruf a Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Bukti baru
yang telah diumumkan pada harian surat kabar Kompas, Senin tanggal 2 Juli 2007
halaman 23 dan harian Media Indonesia, Senin tanggal 2 Juli 2007 halaman 2,
yaitu eks karyawan PT. Kodeco Mamberamo (dalam pailit) yang berkedudukan
pesangon secara penuh atau mendapat ganti rugi seluruh tagihan dari hasil
pemasukan penjualan asset yang tidak dijaminkan berupa alat-alat berat dan lain-
lain.
58