PROPOSAL DISERTASI
oleh:
xxxxxxxxx.
KARAWACI
20xx
2
yang ditawarkan oleh Debitor dalam rangka PKPU dan kedua adalah
menawarkan suatu perdamaian kepada semua Kreditor. Sementara pada Bab III
akibatnya, tepatnya pada Pasal 222 ayat (2) dan (3) menyebutkan:
(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat
Dari ketentuan tersebut diatas maka baik dalam kepailitan maupun PKPU
berdasarkan Pasal 222 ayat (2) dan (3), PKPU yang diajukan oleh Debitor
maupun oleh Kreditor memiliki suatu tujuan yang sama yaitu agar dapat
Debitor atas sebagian atau seluruh utang kepada Kreditornya. Frasa sebagian
atau seluruh utangnya dalam pasal ini mencakup pula pengertian restrukturisasi
utang yang cakupannya lebih luas. Maka dapat disimpulkan, salah satu tujuan
kepada kreditornya.
Pada prinsipnya PKPU dan Kepailitan adalah dua proses yang berbeda, hal
ini didasari dengan tujuan keduanya yang tidak sama. Kepailitan bertujuan
untuk melakukan pemberesan harta Debitor pailit yang ada dalam keadaan
Debitor yang tidak dapat membayar di saat ini tetapi mungkin bisa membayar
dapat dihindari lagi mengakibatkan penurunan nilai modal. Hal ini jelas tidak
1
Emmy Yuhassarie dan Tri Harnowo dalam Umar Haris Sanjaya, Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang dalam Kepailitan, NFP Publishing, Sleman Yogyakarta, 2014, hlm.25.
4
Lebih lanjut PKPU dalam UU Kepailitan dan PKPU dapat ditemukan dari
Pasal 265 sampai dengan Pasal 294. Rencana perdamaian ini harus disediakan
2
Jerry Hoff, Undang-Undang Kepailitan di Indonesia, PT Tatanusa, Jakarta 2000, hlm.187.
3
R. Anton Suyatno, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sebagai Upaya
Mencegah Kepailitan, Kencana, Jakarta,2012,hlm.13
4
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010.
Hlm.194.
5
H. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan, “Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan”, Kencana,
Jakarta 2008, hlm.150.
5
di kepaniteraan untuk dapat diperiksa oleh siapapun tanpa dikenai biaya dan
disampaikan kepada hakim pengawas, dan pengurus serta ahli (bila ada).
diperiksa dan diuji secara terbuka untuk dijadikan dasar bagi para pihak yakni
utangnya.7
gewijsde).9
ialah sebagai suatu masa untuk bermusyawarah atau berundingnya Debitor dan
6
R. Anton Suyatno, Op.cit., hlm.9.
7
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hlm., 42-43.
8
R. Anton Suyatno, Op.cit., hlm.113.
9
R. Anton Suyatno, Op.cit., hlm.114.
6
Sebagai hal yang esensi atau jantung dari proses PKPU, rencana
serta yang juga akan disahkan oleh Pengadilan Niaga harus benar-benar
Kepailitan dan PKPU tidak memberikan secara rinci tentang kriteria rencana
perdamaian yang mencerminkan itikad baik Debitor atau kriteria yang cukup
terjamin untuk dapat dilaksanakan. Dalam Pasal 285 ayat 2 UU Kepailitan dan
menahan benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam
perdamaian;
satu atau lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak
jujur dan tanpa menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerja
10
Umar Haris Sanjaya, Op.cit. hlm.44.
7
4. imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum
pelaksanaan perdamaian yang cukup terjamin itu seperti apa atau sekurang-
cukup terjamin.
perdamaian yang layak dan cukup terjamin dalam proses PKPU. Atau setidak-
Debior yang cukup terjamin pelaksanannya. Hal-hal inilah yang akan penulis
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
8
Pembayaran Utang?
C. Kerangka Teoritis
11
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
9
perebutan harta Debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa
Kepailitan dan PKPU. Hanya saja PKPU merupakan istilah yang selalu
surseance van betaling) adalah suatu masa yang diberikan oleh undang-
undang melalui putusan hakim Pengadilan Niaga dimana dalam masa tersebut
12
Ibid.
10
13
perlu untuk merestrukturasi hutangnya tersebut. PKPU juga merupakan
yang dimiliki oleh Debitor dan pengajuannya dapat dibarengi dengan rencana
bahwa Debitor dapat mempunyai harapan kembali dalam waktu yang relatif
Debitor yang telah atau akan mengalami insolvensi dari kepailitan. Akan
tercapai, maka debitor pada hari berikutnya dinyatakan pailit oleh pengadilan.
Tujuan PKPU dapat dilihat pada Bab III Undang-Undang Kepailitan dan
PKPU bagian kesatu pemberian PKPU dan akibatknya, tepatnya pada Pasal
(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat
13
Munir Fuadi, Op.Cit. hlm.177
14
Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan : Memahami Faillissementsverordening Juncto
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2002, hlm.364.
15
Robiton Sulaiman dan Jokko Prabowo dalam Umar Haris Sanjaya, Op.Cit., hlm.27
11
utang-utangnya;
utang-utangnya;
1. Persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang
haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditor
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui
atau sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan
mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari seluruh tagihan
dari Kreditor tersebut atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.
16
Pasal 281 ayat 1 Undang-Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
17
Pasal 285 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
13
menahan benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam
perdamaian;
satu atau lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak
jujur dan tanpa menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerja
4. imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum
Pembayaran Utang ini didasarkan pada beberapa asas yang perlu diperhatikan
1. Asas Keseimbangan
pranata dan lembaga kepailitan oleh Debitor yang tidak jujur, di lain
18
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
14
dilangsungkan.
3. Asas Keadilan
4. Asas Integrasi
merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan
cakupan yang lebih luas baik dari segi norma, ruang lingkup materi,
D. Metode Penelitian
dalam penelitian ini Penulis akan melakukan studi dokumen serta tinjauan
substansi hukum dan mempunyai sifat perskriptif atau menemukan hukum baru
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
19
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), (Jakarta: Prenada Madia Group,
2010), hal. 133- 177.
16
REFERENSI
A. Buku
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010.
B. Peraturan Perundang-Undangan