Pendahuluan
PKPU secara harfiah merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
kepailitan debitur melalui putusan pengadilan, yang mana dapat dilakukan baik
oleh kreditur maupun debitur secara sukarela, dengan tujuan agar debitur dapat
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utang kreditur yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih (due and
payable), baik terhadap kreditor preferen maupun konkuren (vide Pasal 222 ayat
(2) Undang-Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang/”UU-KPKPU”).
1
kemudian dibagi secara pari pasu pro rata parte kepada kreditur lainnya. Di
sisi lain, debitur pun mempunyai kepentingan yang tak kalah besar dalam mencari
jalan terbaik untuk menyelesaikan kewajibannya kepada kreditur sekaligus
menghindari kepailitan. Oleh karena strategisnya permohonan PKPU ini, tidak
heran jika sepanjang tahun 2020 yang lalu, statistik perkara permohonan PKPU
di Pengadilan Niaga sangat tinggi.
Untuk dapat diajukannya permohonan PKPU baik oleh kreditur maupun secara
sukarela oleh debitur, setidaknya ada beberapa poin yang harus diperhatikan,
antara lain sebagai berikut:
1
https://nasional.kontan.co.id/news/sepanjang-tahun-2020-perkara-pkpu-meningkat
2
4. Dalam hal diajukan secara sukarela oleh debitur, permohonan PKPU wajib
dilengkapi dengan surat persetujuan dari kreditur mengenai pengusulan
nama pengurus dalam permohonan (vide Surat Edaran Mahkamah Agung No 2
Tahun 2016 tentang Peningkatan Efisiensi dan Tranparansi Penanganan
Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di
Pengadilan);
3
Mitigasi Risiko Dalam Penyusunan Rencana Perdamaian Oleh Debitur
Untuk itu, rencana perdamaian yang diajukan oleh debitor sangat disarankan
untuk memuat hal-hal yang antara lain sebagai berikut:
4
5. Ada kepastian atau jaminan bahwa komposisi pembayaran utang yang
ditawarkan tersebut dapat dieksekusi secara wajar dan tanpa penundaan
yang memakan waktu cukup lama.2
2
Elyta Ras Ginting, S.H., LL.M., Hukum Kepailitan Rapat-Rapat Kreditor, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, hlm. 149.