Disusun oleh :
FAKULTAS HUKUM
SURAKARTA
2017
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
1
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori & Praktek, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2014, hlm.175
2
Kheriah, S.H.,M.H., Independensi Pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dalam Hukum
Kepailitan, 2013, hlm.240
3
Elviana Sagala S.H.,M.Kn., Efektifitas Lembaga Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) untuk
Menghindarkan Debitur dari Pailit, STIH Labuhanbatu, 2015, hlm.41
masalah bagi Kreditor, sama halnya dengan Kreditor dengan itikad tidak baik sengaja
mempailitkan Debitor untuk mendapatkan kembali piutangnya padahal Debitor tidak ingin
dinyatakan pailit dan masih yakin bisa melunasi utang-utangnya.
4
I Wayan Wesna Atara, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam Kepailitan (Analisis terhadap Putusan
Pengadilan Niaga Nomor: 20/PAILIT/2011/PN.NIAGA.SBY), Universitas Udayana, 2015, hlm.38
(5) Menteri keuangan bila Debitornya Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana
Pensiun, dan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang kepentingan publik
Pasal 224
Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Pasal 224 UU Kepailitan dan PKPU,
permohonan PKPU harus diajukan kepada Pengadilan Niaga secara tertulis dengan disertai
daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang Debitor beserta bukti secukupnya. Surat
permohonan tersebut ditandatangani oleh pemohon dan advokatnya yang berarti pemohon harus
menunjuk advokat bila ingin mengajukan permohonan PKPU namun permohonan tersebut tidak
bisa diajukan oleh advokat sendirian tetapi harus bersama-sama dengan pemohon PKPU. Pada
permohonan tersebut bisa juga dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 222 UU Kepailitan dan PKPU.
Pasal 293
(1) Terhadap putusan Pengadilan berdasarkan ketentuan dalam Bab III ini tidak terbuka
upaya hukum, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.
(2) Upaya hukum kasasi dapat diajukan oleh Jaksa Agung demi kepentingan hukum.
Permohonan PKPU yang telah ditetapkan sebagai PKPU sementara, di mana Pengadilan
Niaga memberikan kesempatan kepada debitor dan kreditor untuk verifikasi atas utang-utang
debitor, membicarakan dan mengupayakan tercapainya perdamaian sesuai proposal rencana
perdamaian debitor yang diajukan kepada kreditor dalam pengawasan Hakim Pengawas, hal
sesuai dengan ketentuan Pasal 224 ayat (4) UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Proposal rencana perdamaian debitor yang disetujui oleh kreditor berubah menjadi perjanjian
perdamaian yang mengikat bagi debitor dan kreditor, dimana debitor diwajibkan untuk
membayar utang-utangnya sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian perdamaian, terhadap
proposal rencana perdamaian yang ditolak oleh kreditor, maka demi hukum debitor menjadi
pailit berdasarkan Pasal 230 ayat (1) UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU6.
Undang-Undang tersebut menganut prinsip perdamaian tunggal. Prinsip perdamaian
tunggal ini terefleksi dalam Pasal 289 UU Kepailitan dan PKPU yang menyebutkan para pihak
5
Rindy Ayu Rahmadiyanti, Akibat Hukum Penolakan Rencana Perdamaian Debitor oleh Kreditor dalam Proses
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Universitas Diponegoro, 2015, hlm.259
6
Ibid., hlm.257
hanya sekali dapat mengajukan rencana perdamaian7. Prinsip ini juga bisa kita temukan dalam
Pasal 292 UU Kepailitan dan PKPU, yang menyebutkan bahwa apabila perdamaian dalam proses
PKPU telah ditolak dan kemudian Debitor dinyatakan pailit, maka ia (Debitor pailit) tidak boleh
lagi mengajukan rencana perdamaian. Sehingga akan terjadi perubahan proses hukum yang
sebelumnya ditempuh dengan jalan damai (PKPU) berubah menggunakan ketentuan prosesyang
berlaku dalam ketentuan kepailitan.
7
Ibid., hlm.262
KESIMPULAN
Elviana Sagala. 2015. Jurnal: Efektifitas Lembaga Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) untuk Menghindarkan Debitur dari Pailit, Labuhanbatu: STIH
Labuhanbatu.
I Wayan Wesna Atara. 2015. Tesis: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam Kepailitan
(Analisis terhadap Putusan Pengadilan Niaga Nomor: 20/PAILIT/2011/PN.NIAGA.SBY),
Denpasar: Universitas Udayana.
Munir Fuady. 2014. Hukum Pailit dalam Teori & Praktek. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti.
Rindy Ayu Rahmadiyanti. 2015. Jurnal: Akibat Hukum Penolakan Rencana Perdamaian Debitor
oleh Kreditor dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Semarang:
Universitas Diponegoro.