Anda di halaman 1dari 20

JURNAL

KONSEP WANPRESTASI DALAM HUKUM


PERJANJIAN DAN KONSEP UTANG DALAM
HUKUM KEPAILITAN
(STUDI KOMPARATIF DALAM PERSPEKTIF
HUKUM PERJANJIAN DAN KEPAILITAN)

NYOMAN SAMUEL KURNIAWAN

NIM. 1190561006

E-mail: elkurnia@yahoo.com

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2013

1
ABSTRAK

Atas dasar anggapan wanprestasi sebagai utang, penyelesaian kasus


wanprestasi dalam Hukum Perjanjian dengan menggunakan mekanisme hukum
Kepailitan telah menjadi fenomena baru dalam dunia bsnis di Indonesia. Padahal
tidak jarang pihak termohon pailit sengaja wanprestasi untuk membalas pihak
lawan yang telah wanprestasi lebih dahulu (keadaan exceptio inadimpleti
contractus). Sehingga permasalahan penelitian tesis ini adalah: Apakah konsep
wanprestasi pada hukum perjanjian dapat sepenuhnya diaplikasikan ke dalam
konsep utang pada hukum kepailitan?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normative dengan
pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, pendekatan komparatif dan
pendekatan konseptual. Analisis bahan hukum dilakukan dengan pendekatan
kualitatif yang bersifat eksploratoris dengan teknik interpretatif, sistematis,
evaluatif, konstruktif, maupun argumentatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua wanprestasi dapat
dinyatakan sebagai utang dalam kepailitan, terkecuali apabila prestasi yang
dimaksudkan merupakan prestasi dibidang kegiatan bisnis (utang dagang).
Wanprestasi ditentukan dari adanya perjanjian, tanpa memperhitungkan apakah
telah terjadi pertukaran hak dan kewajiban atau tidak, sedangkan konsep utang
harus ditentukan dari telah terjadinya pertukaran antara hak dan kewajiban yang
hanya terjadi sepihak (terhenti sepihak) walau tidak didahului perjanjian tertulis.
Selain itu wanprestasi hanya dipertanggung jawabkan kepada kreditor yang telah
membuat perjanjian saja, namun dalam hukum kepailitan, harus melihat dan
penyelesaiannya akan melibatkan keseluruhan kreditor lainnya juga.

Kata Kunci : hukum perjanjian, Hukum Kepailitan, wanprestasi, utang,


perjanjian timbal balik, exceptio inadimpleti contractus.

2
ABSTRACT

Based on the assumption default is debt, the settlement of default case in


contract law by using mechanisms of the law of Bankruptcys has become a new
phenomenon in Indonesian business world. Though it is not infrequently the
defendant of bankruptcy intentionally default to reply the counterparty that had
already been in default (exceptio inadimpleti contractus situation). So the
research problem of this thesis is: Is the concept of default on the law of treaties
can be fully applied to the concept of debt in bankruptcy law?
This research used normative legal research methods by using statue
approach, case-based approach, comparative approach and the conceptual
approach. Analysis of legal materials is done with a qualitative approach to the
exploratory nature of interpretive techniques, systematic, evaluative, constructive
and argumentative.
The results showed that not all defaults can be expressed as a debt in
bankruptcy Law, except if the intended achievement is an achievement in the field
of business activity (accounts payable). Default is determined from the agreement,
regardless of whether there has been an exchange of rights and obligations or
not, while the concept of debt has to be determined from the exchange between the
rights and obligations which just happens sided (unilateral halt) though it is not
preceded by a written agreement. Beside that, in contract law, tort only
accountable to the creditors who have made a covenant only, but in bankruptcy
law, the settlement will involve and affect a whole other creditors as well.

Keywords : contract law, bankruptcy law, breach of contract, default, Debt,


reciprocal agreements, exceptio inadimpleti contractus.

3
I. PENDAHULUAN terhadap kepentingan hukum, suatu
1. Latar Belakang Masalah kepentingan yang diatur dan dilindungi
Ketentuan Pasal 1 angka (6) oleh hukum.3 Mengingat wanprestasi
Undang-Undang Republik Indonesia hanya terjadi dalam hukum perjanjian,
Nomor 37 Tahun 2004 Tentang maka seharusnya permasalahan
Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban wanprestasi diselesaikan melalui
Pembayaran Utang (selanjutnya disebut mekanisme hukum perjanjian itu
UUKPKPU) mengartikan utang secara sendiri, mengingat sering kali
luas, sehingga utang bukan hanya yang permasalahan wanprestasi terjadi
timbul dari perjanjian pinjam- bukan semata-mata karena tindakan
meminjam uang saja.1 Hal ini lalai dari salah satu pihak terhadap
menimbulkan kerancuan dalam perjanjian, namun juga disengaja
penerapan hukum, diantaranya sebagai respon atas tindakan pihak
permasalahan wanprestasi yang lawan telah wanprestasi terlebih
seharusnya diselesaikan melalui dahulu, khususnya dalam hal
mekanisme hukum perjanjian mulai pelaksanaan perjanjian-perjanjian yang
dialihkan penyelesaiannya melalui bersifat timbal balik.
mekanisme hukum kepailitan, karena Dalam perjanjian timbal balik,
wanprestasi dianggap sebagai utang kedudukan para pihak sebagai kreditor
dalam hukum kepailitan. dan debitor saling bergantian sesuai
Wanprestasi adalah suatu dengan klausul-klausul yang telah
keadaan menurut hukum perjanjian, disepakati. Timbulnya kewajiban
dimana seseorang tidak melaksanakan untuk melakukan suatu prestasi
prestasi sebagaimana yang telah merupakan akibat dari telah
2
diperjanjikan, dan bila terjadi terpenuhinya suatu hak atas prestasi
wanprestasi, pasti terjadi pelanggaran yang menjadi syarat timbulnya
kewajiban tersebut, sehingga dalam hal
1
Sutan Remy Sjahdeini, 2010, Hukum terjadi permasalahan wanprestasi
Kepailitan: Memahami Undang-Undang No.
37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Pustaka dalam pelaksanaan perjanjian timbal
Utama Grafiti, Jakarta, h. 72-73.
2 3
P.N.H. Simanjuntak, 2009, Pokok- J. Satrio, 2012, wanprestasi Menurut
Pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, KUHPerdata, Doktrin, dan Yurispridensi, Citra
Jakarta, h. 339-340. Aditya Bakti, Bandung, h. 8.

4
balik, apabila diselesaikan melalui terhadap permasalahan yang terjadi,
mekanisme hukum perjanjian (perdata) karena hukum kepailitan cenderung
maka pihak lawan (tergugat) dapat tidak memperhatikan aspek-aspek
melakukan pembelaan dengan dalam hukum perjanjian timbal balik,
mengajukan eksepsi yaitu exceptio khususnya perikatan hak dan tanggung
inadimpleti conctractus. jawab para pihak dalam mewujudkan
Pertimbangan terhadap akan prestasi.
diajukannya eksepsi tersebut oleh Ketentuan Pasal 1 angka (1)
tergugat, menimbulkan pemikiran UUKPKPU yang menyatakan bahwa
bahwa penyelesaian melalui kepailitan sebagai sita umum atas
mekanisme hukum perjanjian tidak keseluruhan harta debitor yang
akan mudah untuk dimenangkan oleh dinyatakan pailit, maka kepailitan
penggugat, sehingga dianggap akan merupakan peristiwa yang berat bagi
lebih mudah untuk diselesaikan melalui debitor pailit, karena unsur hukum
mekanisme hukum kepailitan, dengan publiknya telah mengubah status
pertimbangan bahwa bila kedua hukumnya menjadi tidak cakap untuk
persyaratan pengajuan permohonan melakukan perbuatan hukum,
pernyataan pailit telah terpenuhi, maka menguasai, dan mengurus harta
berdasarkan ketentuan Pasal 8 Ayat (4) kekayaannya sejak putusan pernyataan
UUKPKPU hakim wajib mengabulkan pailit diucapkan, termasuk mengambil
permohonan pernyataan pailit. alih hubungannya dengan keseluruhan
Apabila debitor yang solvent kreditornya yang mungkin sebelumnya
dinyatakan pailit hanya berdasarkan tidak bermasalah. Oleh karena itu
atas pemenuhan syarat formal tersebut, seharusnya putusan pernyataan pailit
maka hal tersebut tidak tepat bagi hanya sebagai solusi terakhir (the last
penyelesaian permasalahan wanprestasi resort principle/ultimum remedium)
dalam perjanjian,4 bahkan dapat bagi debitor yang memang seharusnya
dianggap terjadi error in treatment dinyatakan pailit saja, sehingga
dianggap perlu untuk menyempurnakan
4
Siti Anisah, 2008, Perlindungan ketentuan dalam UUKPKPU,
Kepentingan kreditor dan Debitor Dalam
Hukum Kepailitan di Indonesia, Total Media, khususnya mengenai pengertian utang
Yogyakarta, h. 3.

5
yang menjadi bagian persyaratan Hingga saat ini, pengalihan
pengajuan permohonan pernyataan penyelesaian permasalahan wanprestasi
pailit. Seharusnya pengaturan dalam pada hukum perjanjian melalui
hukum kepailitan menegaskan bahwa mekanisme hukum kepailitan telah
kasus yang dapat diselesaikan melalui beberapa kali terjadi, diantaranya kasus
mekanisme hukum kepailitan hanya kepailitan yang bermula dari sebuah
kasus tidak membayar yang dilatar perjanjian kerjasama namun ketika
belakangi kebangkrutan debitor, bukan terjadi permasalahan wanprestasi, salah
karena dilatar belakangi sengketa atau satu pihak justru mengajukan
selisih pendapat. permohonan pernyataan pailit terhadap
Berkenaan dengan uraian lawannya, dan berdasarkan pengertian
diatas, maka perlu kiranya dilakukan utang pada UUKPKPU yang begitu
penelitian untuk mempertajam konsep luas, maka pihak termohon dinyatakan
utang dalam hukum kepailitan, agar Pailit. Kasus wanprestasi yang
tidak terbiaskan oleh konsep seharusnya diselesaikan menurut
wanprestasi dalam hukum perjanjian hukum perjanjian (perdata) tersebut
yang tidak relevan dengan esensi dari diselesaikan dengan mekanisme
kepailitan itu sendiri, sebagai salah kepailitan yang mengabaikan exceptio
salah satu upaya untuk menegaskan inadimpleti conctractus sebagai unsur
agar permasalahan hukum perjanjian penting dalam kasus tersebut.
tidak serta merta dengan mudah dapat Hakim berpendapat dalam
dialihkan penyelesaiannya melalui pertimbangan hukumnya, menimbang
mekanisme hukum kepailitan, berdasarkan keterangan Ahli bahwa
khususnya dalam hal terjadi keadaan Kewajiban menyerahkan barang yang
exceptio inadimpleti conctractus, dapat dinilai dengan uang dapat
karena justru hal inilah yang menjadi dikategorikan sebagai utang menurut
salah satu pertimbangan para kreditor UUKPKPU; bahwa menurut ketentuan
untuk mengalihkan penyelesaian Pasal 1458 KUHPerdata kewajiban
permasalahan wanprestasi debitornya dari salah satu pihak itu sudah terbit
melalui mekanisme hukum kepailitan. pada saat adanya kesepakatan tentang
barang walaupun barangnya belum

6
diserahkan dan walaupun harganya KONSEP UTANG DALAM HUKUM
belum dibayarkan itu sudah mengikat, KEPAILITAN (STUDI
dengan demikian pengertian utang ini KOMPARATIF DALAM
telah terpenuhi, sehingga pada tanggal PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN
14 September 2012, debitor yang DAN KEPAILITAN).
berada dalam keadaan solvent
dinyatakan pailit. Walau dalam tahap 2. Rumusan Masalah
kasasi atas putusan pailit tersebut Berdasarkan uraian pada latar
debitor tidak jadi Pailit, namun proses belakang, dikemukakan rumusan
acara kepailitan yang telah berlangsung masalah yang akan diteliti dan dibahas
cukup mengganggu jalannya kegiatan yaitu: Apakah konsep wanprestasi pada
usaha debitor, diantaranya mengenai hukum perjanjian dapat sepenuhnya
persoalan tagihan jasa kurator. diaplikasikan ke dalam konsep utang
Memperhatikan kasus yang pada hukum kepailitan?
bermula dari perjanjian kerjasama, II. Metode Penelitian
namun akhirnya diselesaikan melalui Penelitian ini merupakan penelitian
mekanisme kepailitan dengan dasar hukum normatif bersifat deskriptif,
mempersamakan wanprestasi dalam menggunakan lebih dari satu
5
hukum perjanjian sebagai utang dalam pendekatan, yaitu statute approach,
hukum kepailitan, maka dilakukan comparative approach dan conceptual
penelitian dengan memperhatikan teori, approach.6
asas dan ketentuan dari perspektif III. HASIL DAN PEMBAHASAN
hukum perjanjian dan juga hukum Berdasarkan ketentuan Pasal
kepailitan, untuk mempertajam konsep 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah
utang dalam hukum kepailitan, agar suatu perbuatan satu orang atau lebih
tidak terbiaskan oleh konsep mengikatkan dirinya terhadap satu
wanprestasi dalam hukum perjanjian.
Selanjutnya akan dilakukan
5
Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan
penelitian normatif yang berjudul: Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
KONSEP WANPRESTASI DALAM Bayumedia Publishing, Malang, h. 300.
6
Peter Mahmud Marzuki, 2009,
HUKUM PERJANJIAN DAN Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, h. 93.

7
orang atau lebih.7 Dengan demikian, kompensasi dari hak yang dimintakan
perjanjian menerbitkan suatu perikatan tersebut. Pada sisi yang lain, salah
hak dan kewajiban antara para pihak pihak juga akan menawarkan sejumlah
dalam perjanjian,8 sehingga pihak kewajiban agar dipenuhi oleh pihak
yang tidak memenuhi kewajiban yang lawan untuk mengimbangi sejumlah
telah disepakati tersebut, dinyatakan hak yang diminta oleh pihak lawan
wanprestasi.9 Dengan demikian, atau justru menawarkan sejumlah hak
wanprestasi bermula dari adanya kepada pihak lawan sebagai
kesepakatan para pihak untuk membuat kompensasi untuk mengimbangi
perjanjian, dengan sejumlah klausul sejumlah kewajiban yang nantinya
yang mengandung sejumlah hak-hak diharapkan disepakati untuk dipenuhi
dan kewajiban-kewajiban dari antara pihak lawan. Artinya, dalam negosiasi,
kedua belah pihak (dalam perjanjian terjadi proses pemahaman dan
timbal balik). Seluruh klausula tersebut penghargaan terhadap pihak lawan
disampaikan, dinegosiasikan dan sehingga masing-masing dapat
akhirnya disusun secara seimbang menemukan kata sepakat terhadap
berdasarkan kesepakatan bersama dari setiap hak dan kewajiban yang akan
kedua belah pihak yang membuatnya. ditetapkan dalam perjanjian.10 Dalam
Dalam proses pembicaraan atau perjanjian timbal balik yang baik,
negosiasi pada saat penyusunan seharusnya terdapat keseimbangan
perjanjian masing-masing pihak antara bobot hak dan kewajiban yang
mengajukan seperangkat hak yang disepakati oleh masing-masing pihak.
diharapkan dari pihak lawan dengan Keseimbangan tersebut merupakan
menawarkan seperangkat kewajiban dasar dari kesediaan para pihak untuk
yang diitikadkan untuk diberikan menerima dan menyepakati setiap
kepada pihak lawan sebagai klausula hak dan kewajiban yang
dalam istilah perjanjian dikenal sebagai
7
Frans Satriyo Wicaksono, 2008,
10
Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat Lihat teori-teori berdasarkan
Kontrak, Visimedia, Jakarta, h. 2. Prestasi Kedua Belah pihak, diantaranya Teori
8
Ibid. hasrat (will theory); Teori tawar menawar
9
Djaja S. Meliala, 2012, Hukum (bargain theory); Teori sama nilai (equivalent
Perdata dalam Perspektif BW, Nuansa Aulia, theory); Teori kepercayaan merugi (injurious
Bandung, h. 177. reliance theory).

8
prestasi. Setiap prestasi harus Dalam ketentuan Pasal 1457
dilaksanakan karena merupakan bagian KUHPerdata, dijelaskan bahwa jual-
yang tak terpisahkan dari beli dianggap telah terjadi antara pihak
keseimbangan tersebut. penjual dan pembeli, segera setelah
Secara umum, wanprestasi mereka bersepakat atas barang dan
dapat berupa: harganya, meskipun barangnya belum
1. Sama sekali tidak memenuhi diserahkan dan harganya belum
prestasi yang dijanjikan; dibayar. Dengan demikian, kewajiban
2. melakukan prestasi yang para pihak sudah terbit pada saat
dijanjikan, tapi hanya sebagian; adanya kesepakatan walaupun belum
3. melakukan prestasi yang dilaksanakan. Hal tersebut sudah
dijanjikan, tapi terlambat mengikat, sesuai perjanjian yang
memenuhinyai; disepakati, sehingga hakekat dari
4. melakukan prestasi yang wanprestasi diukur dari perjanjian yang
dijanjikan, tapi keliru memenuhi telah disepakatinya saja.
prestasi (tidak sebagaimana Mengenai pengaturan jual beli
mestinya) dalam ketentuan Pasal 1458
5. melakukan apa yang seharusnya KUHPerdata, ketentuan Pasal 1478
tidak boleh dilakukan berdasarkan KUHPerdata mengatur bahwa si
perjanjian. penjual tidak diwajibkan menyerahkan
Mengenai wanprestasi, O.W barang-barangnya, apabila si pembeli
Holmes menyampaikan sebuah teori, belum membayar harganya, sedangkan
yaitu bahwa ada kewajiban untuk si penjual tidak mengizinkan
menjaga suatu perjanjian sehingga penundaan pembayaran tersebut.
jikalau mereka tidak menjaganya, maka Ketentuan ini menegaskan bahwa
harus bertanggung jawab membayar dalam hal pembeli belum melakukan
ganti rugi, atau sejumlah kompensasi. pembayaran, maka belum timbul utang,
11
sehingga penjual tidak diwajibkan
menyerahkan barangnya. Ketentuan-
11 ketentuan ini tidak dapat dipisahkan
Oliver Wendell Holmes Jr., 2009,
The Path of The Law, The Floating Press per bagiannya, karena merupakan satu
Limited, Auckland, New Zealand, h. 11.

9
kesatuan sebagai norma dalam hukum mengenai kapan salah satu pihak
perjanjian. dinyatakan wanprestasi atau perjanjian
Berdasarkan ketentuan Pasal tidak menentukan batas waktu tertentu
1238 KUHPerdata, juga ditegaskan yang dijadikan patokan tentang
bahwa wanprestasi hanya dapat terjadi wanprestasinya debitor, harus ada
setelah terlebih dahulu terdapat pemberitahuan terlebih dahulu kepada
perjanjian yang telah disepakati para debitor tersebut tentang kelalaiannya
pihak. Dari pemahaman ini, maka atau wanprestasi, melalui
tanpa adanya perjanjian, tidak akan ada pemberitahuan secara resmi atau
wanprestasi. Dalam perjanjian yang somasi.
dibuat secara notariil ataupun telah Dengan demikian pada
melalui proses penyusunan secara dasarnya konsep wanprestasi adalah
benar oleh para ahli penyusun kontrak, suatu tindakan penyimpangan oleh
pada umumnya telah dicantumkan pihak yang mengadakan perjanjian
ketentuan-ketentuan mengenai dalam keadaan yang tidak memaksa,
kemungkinan timbulnya wanprestasi, dari apa yang sebelumnya telah
diantaranya mengenai jangka waktu diperjanjikan dan disepakati dalam
(tenggang waktu), kapan salah satu perjanjian yang dapat berakibat pada
pihak dinyatakan wanprestasi dan timbulnya kerugian pada pihak lawan.
sanksi yang harus diterima apabila Wanprestasi hanya dapat terjadi dalam
terjadi wanprestasi tersebut. Dengan proses pelaksanaan setelah sebuah
demikian, maka jika dalam perjanjian perjanjian dinyatakan telah disepakati
itu telah ditentukan jangka waktu secara sah. Konsep wanprestasi ini
pemenuhan perjanjian dan pihak yang diatur demi melindungi para pihak
berkewajiban tidak juga memenuhi dalam perjanjian, khususnya pada saat
kewajibannya pada waktu tersebut, pelaksanaan. Sebagai bagian dalam
maka pihak tersebut telah wanprestasi. hukum perjanjian yang merupakan
Namun apabila dalam suatu ranah hukum private, bukan hukum
perjanjian yang telah disepakati, publik, seharusnya hukum yang
ternyata tidak terdapat pengaturan ditetapkan dalam hal terjadinya
tentang jangka waktu tertentu wanprestasi cakupannya mengatur

10
keberadaan dan kepentingan para pihak Pada prinsipnya utang timbul
pembuat perjanjian saja. dari adanya sebuah perikatan, yang
Mengenai konsep utang dalam menimbulkan kewajiban yang harus
kepailitan, maka sesungguhnya dalam dilaksanakan sebagai balasan atas hak-
hukum kepailitan, konsep utang sangat hak yang telah diterimanya terlebih
menentukan, oleh karena tanpa adanya dahulu, dengan menganggap bahwa
utang, maka esensi dari kepailitan perutangan sebagai hubungan hukum
menjadi tidak ada, karena kepailitan sehingga oleh karenanya seseorang
merupakan pranata hukum untuk berhak mengharapkan suatu prestasi
melakukan likuidasi harta kekayaan dari seseorang yang lain, bahkan
debitor guna membayar utang- dengan perantaraan hakim apabila
utangnya kepada para kreditornya.12 diperlukan.13
Pengertian utang dalam Menurut R. Setiawan, utang
ketentuan Pasal 1 angka (6) seyogianya diberi arti luas; baik dalam
UUKPKPU yang sangat luas, dengan arti kewajiban membayar sejumlah
adanya kata "dapat dinyatakan dalam uang tertentu yang timbul karena
jumlah uang", memberi konsekuensi adanya perjanjian utang-piutang
wanprestasi yang dapat dinyatakan (dimana debitor menerima sejumlah
dalam jumlah uang dapat uang tertentu dari kreditornya),
dipertimbangkan sebagai utang dalam maupun kewajiban pembayaran
persyaratan pengajuan permohonan sejumlah uang tertentu yang timbul
pernyataan pailit. Oleh karena dari perjanjian atau kontrak lain yang
berpotensi menimbulkan kerancuan menyebabkan debitor harus membayar
dalam penyelesaian permasalahan sejumlah uang tertentu.14 Dengan
hukumnya, maka konsep utang terkait perkataan lain, yang dimaksud dengan
hukum kepailitan perlu diperjelas dan utang bukan hanya kewajiban untuk
dipertegas.
13
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
1980, Hukum Perdata-Hukum PerUtangan,
Bagian A, Seksi Hukum Perdata UGM,
Yogyakarta, h. 1.
12 14
M. Hadi Shubhan, 2008, Hukum Rudhy A. Lontoh, et.al., 2001,
Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktik di Penyelesaian Utang Melalui Pailit atau
Peradilan, Kencana Prenada Media Group, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Jakarta, h. 34. Alumni, Bandung, h. 117.

11
membayar sejumlah uang tertentu yang prestasinya yang tertunda dengan jalan
disebabkan karena debitor telah penetapan kepailitan. Dengan
menerima sejumlah uang tertentu demikian, konsep utang dalam hukum
karena perjanjian kredit, tetapi juga kepailitan harus diberikan penegasan
kewajiban membayar debitor yang ataupun pembatasan, agar tidak terjadi
timbul dari perjanjian-perjanjian. kerancuan atau kekeliruan dalam
Tentunya pemahaman ini tidak dapat menerapkan hukumnya.
dipersalahkan, namun pemahaman Apabila memperhatikan
yang demikian akan mengacaukan pengertian utang dalam UUKPKPU,
esensi dari konsep utang dalam hukum maka frase "dapat dinyatakan dalam
kepailitan. Dengan demikian untuk jumlah uang" dalam UU tersebut,
memahami utang secara tepat dalam menimbulkan multi tafsir sehingga
konteks hukum kepailitan tidak cukup memberikan jangkauan persepsi yang
hanya berhenti kepada pemahaman sangat luas sebagaimana konsep
umum tentang utang itu saja, namun tentang utang itu sendiri telah
harus dikaitkan dengan makna, fungsi sedemikian luasnya. Bias nilai-nilai
dan dasar penempatannya dalam ruang yang akhirnya mengaburkan hakekat
besarnya yaitu hukum kepailitan. dari hukum kepailitan tersebut
Prestasi para pihak yang mengakibatkan penyelesaian dalam
berhubungan erat dengan kemampuan kasus bukan kepailitan dapat
phisik atau psikis seseorang untuk dibenturkan dan bahkan dibelokkan ke
melakukan sesuatu atau memikirkan dalam penyelesaian menurut
sesuatu sangat tidak relevan untuk mekanisme kepailitan.
dihubungkan ke dalam konsep utang Menurut pandangan Profesor
15
dalam hukum kepailitan, karena Radin dan menurut Robert L.
manakala terjadi suatu keadaan karena Jordan16 terlihat secara jelas bahwa
seseorang mengalami keterbatasan konsep utang yang timbul dalam
yang demikian, misalnya karena hukum kepailitan sesungguhnya adalah
mengalami cedera atau kelumpuhan right to payment atau hak kreditor
atau cacat mental, tidak dapat digiring 15
Robert L. Jordan, et.al., 1999,
atau dipaksa untuk melakukan prestasi- Bankruptcy, Foundation Press, New York, h. 2.
16
Ibid., h. 17.

12
atas pembayaran yang harus dilindungi ketentuan Pasal 1131 yang menyatakan
dari terjadinya kebangkrutan bahwa benda-benda itu dibagi diantara
(bankruptcy) pihak debitor. mereka secara seimbang, menurut
Berdasarkan kepada penekanan imbangan/perbandingan tagihan-
terhadap keadaan kebangkrutan debitor tagihan mereka, kecuali bila mana
maka konsep utang dalam hukum diantara para kreditor mungkin terdapat
kepailitan merujuk kepada terjadinya alasan-alasan pendahuluan yang sah.
keadaan yang menyebabkan debitor Kata tidak mampu memiliki
tidak mampu membayar kewajibannya pengertian yang berbeda dengan tidak
sehingga mengingat pihak kreditor mau. Kata tidak mampu merupakan
lebih dari satu, perlu dilakukan sebuah keterangan atau gambaran
pengaturan hukum agar hak-hak para terhadap keadaan (situasi) seseorang
kreditor untuk mendapatkan sedangkan tidak mau adalah pernyataan
pembayaran dalam keadaan harta sikap atau kehendak seseorang. Dari
kekayaan debitor tidak mencukupi sifatnya hukum kepailitan sebagai
semua kewajibannya tetap pranata untuk mengatur tentang proses
mendapatkan perlindungan hukum pengembalian hak para kreditor untuk
yang sama dan adil. Dari keadaan menerima pembayaran dari keadaan
tersebut, maka konsep utang yang debitor yang mana harta kekayaan
dimaksudkan dalam hukum kepailitan tidak mencukupi lagi, maka hukum
mengacu kepada kewajiban dibidang kepailitan tidak bersifat menghukum
bisnis atau setidak-tidaknya pihak debitor, namun mengatur dengan
menyangkut perihal kekayaan harta menyertakan kekuatan hukum yang
benda dan terkait konsep ini dengan memaksa, agar dapat dilakukan satu
melandaskan pada ketidakmampuan upaya-upaya penyelesaian dari situasi
debitor untuk membayar kewajibannya para kreditor terancam tidak
sehingga secara otomatis keadaan ini mendapatkan hak untuk pembayaran
berdampak terhadap seluruh karena harta kekayaan debitor tidak
kewajibannya kepada semua mencukupi. Debitor juga dalam hal
kreditornya. Dalam hal ini, ketentuan yang sama, yaitu untuk mendapatkan
Pasal 1132 KUHPerdata melengkapi perlindungan hukum atas situasi yang

13
mana para kreditor memperebutkan kepada si penjual. Mengacu pada
atau berusaha mendapatkan ketentuan Pasal 1478 KUHPerdata
pengembalian hak pembayaran dengan yang mengatur bahwa si penjual tidak
menggunakan cara-cara yang tidak diwajibkan menyerahkan barang-
baik, dapat juga secara sukarela barangnya, apabila si pembeli belum
mengajukan perrmohonan untuk membayar harganya, sedangkan si
dinyatakan pailit. penjual tidak mengizinkan penundaan
Selanjutnya, sebagaimana pembayaran tersebut.
halnya telah dibahas sebelumnya Dalam ketentuan ini terkandung
mengenai pengaturan jual beli dalam dengan jelas konsep utang yang
ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata sebenarnya, yaitu bahwa kewajiban
yang melandasi pemahaman terhadap membalas hak pihak lawan menjadi
hakekat bahwa wanprestasi semata- timbul akibat dari telah diterimanya
mata timbul dari pengingkaran apa hak yang merupakan kewajiban dari
yang telah diperjanjikan, maka dalam pihak lawan. Dengan kata lain, bila
konsep utang dalam hukum kepailitan pembeli belum melakukan
tentunya harusnya diberikan penegasan pembayaran, maka belum timbul utang,
secara mendalam terkait perlunya sehingga si penjual tidak diwajibkan
penekanan terhadap telah terjadinya menyerahkan barang-barangnya.
pertukaran antara hak dan kewajiban Memperhatikan bahwa hukum
yang hanya terjadi sepihak, sebagai kepailitan pada dasarnya bertujuan
dasar pemahaman timbulnya utang mengatur dan melindungi proses
dalam hukum kepailitan. Bahwa utang pengembalian hak-hak para kreditor
timbul karena si pembeli telah akibat debitor mengalami
menyerahkan uangnya namun si kebangkrutan, maka hak-hak yang
penjual belum juga menyerahkan dimaksud tentu merupakan hak-hak
barang yang di jualnya tersebut, atau yang timbul dari bidang hukum bisnis,
sebaliknya bahwa penjual telah karena hanya dalam dunia bisnis terjadi
menyerahkan barangnya kepada si proses-proses hubungan baik melalui
pembeli, namun si pembeli belum juga perjanjian tertulis atau secara lisan
menyerahkan uang pembelian barang yang di dalamnya menempatkan pihak-

14
pihak sebagai kreditor dan debitor. wanprestasi juga hanya menyangkut
Selain itu kebangkrutan yang dialami dan sekaligus diperuntukan guna
oleh pihak debitor pun terjadi dalam menjaga kepentingan para pihak yang
dunia bisnis. Sehingga dengan mengadakan perjanjian saja.
demikian, maka utang dalam hukum Sedangkan konsep utang pada
kepailitan merupakan kewajiban yang hukum kepailitan adalah merupakan
timbul dari adanya perikatan dibidang kewajiban yang timbul dari adanya
bisnis atau setidak-tidaknya dibidang perikatan dibidang bisnis atau setidak-
harta kekayaan yang mana perihal tidaknya dibidang harta kekayaan yang
utang ini dapat dijadikan dasar untuk mana perihal utang ini dapat dijadikan
mengajukan permohonan pailit apabila dasar untuk mengajukan permohonan
debitor telah berada dalam keadaan pailit apabila debitor telah berada
tidak mampu membayar, sehingga dalam keadaan tidak mampu
secara otomatis akan mengakibatkan membayar, sehingga secara otomatis
tidak semua utang para kreditor dapat akan mengakibatkan tidak semua utang
di lunasi oleh debitor. para kreditor dapat di lunasi oleh
Konsep wanprestasi pada debitor. Konsep utang dalam hukum
dasarnya timbul dalam ranah hukum kepailitan, lebih mendekati konsep
perdata murni, berkenaan dengan perlindungan menyeluruh bagi si
kewajiban salah satu pihak terhadap debitor beserta seluruh kreditornya,
pihak lainnya atau kewajiban antar dengan melibatkan unsur hukum publik
pihak kepada satu sama lain pihak yang juga mengatur pihak lain,
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sehingga peristiwa kepailitan
lahir atas dasar kesepakatan kedua seharusnya hanya terjadi dalam hal
belah pihak. Suatu tindakan tidak debitor telah berada dalam keadaan
melakukan prestasi tidak dapat serta benar-benar gagal dalam menjalankan
merta dinyatakan sebagai wanprestasi, usahanya atau bangkrut, hingga tidak
apabila tidak diatur tentang kriteria mampu lagi untuk menyelesaikan
wanprestasi tersebut dalam perjanjian, seluruh kewajibannya kepada seluruh
atau diatur secara khusus dalam kreditornya, walaupun menggunakan
ketentuan KUHPerdata. Konsep seluruh harta kekayaannya sekalipun.

15
Perbedaan hukum acara wanprestasi selalu diajukan oleh pihak
penyelesaian antara gugatan kreditor kepada debitornya, dalam hal
wanprestasi akan berdampak sangat perjanjian timbal balik sekalipun,
berbeda juga. Dalam Hukum acara sedangkan dalam hukum Acara
Perdata, para pihak yang bersengketa kepailitan, baik kreditor maupun
secara aktif menyampaikan debitor dapat mengajukan permohonan
pendapatnya melalui eksepsi dan pernyataan pailit.
seterusnya. Tidak demikian halnya Berdasarkan uraian pada kedua
dengan hukum acara kepailitan yang sub bab diatas, maka dapat
cenderung merupakan agenda para disampaikan bahwa konsep
majelis memeriksa kesesuaian fakta- wanprestasi pada hukum perjanjian
fakta yang menjadi dasar permohonan yang dapat diterapkan ke dalam konsep
diajukannya kepailitan, dan apabila utang pada hukum kepailitan, adalah:
dapat dibuktikan secara sederhana 1. Bahwa prestasi harus dilakukan,
permohonan itu sudah benar, maka demikian halnya utang harus
hakim wajib menetapkan debitor pailit. dibayarkan.
Karena esensi dari hukum kepailitan 2. Bahwa setiap kewajiban untuk
adalah perlindungan menyeluruh, maka melakukan prestasi yang telah
debitor yang telah berada dalam disepakati dalam perjanjian wajib
keadaan tidak mampu membayar, juga dipenuhi terkecuali telah diatur
dapat secara sukarela mengajukan syarat-syarat ataupun pengecualian
permohonan agar dinyatakan Pailit, lain yang juga telah disepakati
sehingga selanjutnya hukum acara Sedangkan Konsep wanprestasi
kepailitan yang akan berlaku untuk Pada hukum perjanjian yang tidak
melindunginya dari tekanan dan dapat diterapkan ke dalam konsep
ancaman para kreditornya. Dalam hal utang pada hukum kepailitan, adalah:
inilah terletak perbedaan yang hakiki 1. Tidak semua prestasi yang gagal
dari konsep wanprestasi dalam hukum dilaksanakan dapat dinyatakan
perjanjian dan konsep utang dalam sebagai utang dalam kepailitan,
hukum kepailitan, sehingga dalam terkecuali apabila prestasi yang
hukum acara perdata, gugatan dimaksudkan merupakan prestasi

16
dibidang kegiatan bisnis (utang yang secara memaksa mengakibatkan
dagang). berubahnya status hukum, khususnya
2. Bahwa wanprestasi ditentukan dari kecakapan dalam mengelola usaha dan
adanya perjanjian, tanpa harta kekayaannya serta merubah
memperhitungkan apakah telah hubungan hukum debitor pailit dengan
terjadi pertukaran hak dan seluruh kreditor-kreditornya, karena
kewajiban atau tidak, sedangkan hubungan hukum selanjutnya akan di
konsep utang harus ditentukan dari ambil alih oleh pihak kurator. Keadaan
telah terjadinya pertukaran antara ini menjadi terkesan kontra produktf
hak dan kewajiban yang hanya bahkan destruktif dan tidak adil
terjadi sepihak (terhenti sepihak) manakala debitor tersebut ternyata
walau tidak didahului perjanjian hanya bermasalah tidak mau membayar
tertulis. utang terhadap satu atau dua
3. Bahwa wanprestasi hanya kreditornya, atau dapat disebut sebagai
dipertanggungjawabkan kepada permasalahan utang yang bersifat
kreditor yang telah membuat relative (bukan absolut), sementara
perjanjian saja, namun dalam terhadap sebagian besar kreditor
hukum kepailitan, harus melihat lainnya tidak ada permasalahan
dan penyelesaiannya akan apapun, karena terhadap mereka
melibatkan keseluruhan kreditor tersebut, debitor senantiasa memenuhi
lainnya juga. kewajiban-kewajibannya dengan baik.
Dalam hal debitor tidak mau Demikian halnya bila dipandang dari
membayar utang tersebut, maka utang sudut nilai nominal utang-utang yang
tersebut tidak dapat serta merta tidak mau dibayarkan tersebut nilai
dijadikan sebagai dasar permohonan sangat kecil dibandingkan utang-utang
pernyataan pailit, mengingat bahwa dari kreditor lain yang dibayarkan
hukum kepailitan seharusnya sebagai secara baik oleh debitor.
ultimum remedium dalam penyelesaian Dalam hal terjadi permasalahan
permasalahan utang dalam dunia utang yang bersifat relative yang
bisnis, karena peristiwa kepailitan mengakibatkan terganggunya
merupakan peristiwa hukum luar biasa hubungan debitor dengan satu atau dua

17
kreditor tertentu, karena terjadi selisih dibagikan secara adil kepada pihak-
paham yang mengakibatkan debitor pihak kreditor yang berhak sesuai
tidak mau membayar apa yang disebut ketentuan hukum kepailitan.
sebagai utang tersebut kepada kreditor Berkenaan dengan unsur
yang terlibat selisih paham tersebut, manfaat, keadilan dan tujuan yang
karena misalnya, pihak debitor menilai terkandung dalam hukum, maka
telah memiliki alasan yang kuat secara berkenaan dengan penerapan hukum
hukum untuk tidak membayar utang itu sendiri seharusnya tetap
tersebut, maka langkah yang memperhatikan essensi mendasar dari
seharusnya dilakukan sesuai koridor ketiga unsur tersebut. Penerapan
hukum keperdataan adalah dilakukan hukum seharusnya melindungi hak-hak
gugatan wanprestasi agar selanjutnya dan kewajiban setiap subjek hukum
dapat diberikan penegasan terhadap sehingga dalam hal satu hukum tertentu
status utang yang hendak ditagihkan diterapkan, seharusnya hukum tersebut
dan demikian hakim dapat hanya berdampak efektif,
memerintahkan debitor untuk memperbaiki, membenahi dan
membayar atau tidak perlu membayar. menghukum pihak-pihak yang
Keadaan ini akan sangat berbeda bermasalah saja tanpa membentur atau
apabila secara absolut keadaan debitor mengganggu hak-hak dan kewajiban
tidak mampu lagi membayar seluruh subjek hukum lain yang sebelumnya
utangnya, karena mengalami tidak mengalami permasalahan apapun.
kebangkrutan sehingga seluruh asset Sehingga dalam hal penyelesaian
dan kekayaanya pun tidak akan cukup permasalahan wanprestasi dalam
untuk membayar keseluruhan perjanjian yang hanya melibatkan para
utangnya, sehingga dalam hal inilah pihak yang membuat perjanjian,
negara turut campur tangan mengatur terkesan berlebihan apabila diterapkan
melalui mekanisme hukum kepailitan, hukum kepailitan. Bukanlah bagian
agar harta kekayaan debitor yang tidak dari kepailitan kalau ada yang lebih
cukup untuk membayar keseluruhan memiliki kompetensi dalam hal ini (lex
utang-utangnya karena telah spesialis-nya) yaitu proses gugatan
mengalami kebangkrutan, dapat wanprestasi.

18
IV. KESIMPULAN DAN SARAN pembahasan, tidak semua konsep
1. Kesimpulan wanprestasi pada hukum perjanjian
Berdasarkan uraian yang telah dapat diterapkan ke dalam konsep
disampaikan, maka dapat disimpulkan utang pada hukum kepailitan.
bahwa: 2. Saran
1. Konsep wanprestasi adalah suatu Berdasarkan pemaparan dalam
tindakan penyimpangan oleh pihak tesis ini, akhirnya disampaikan
yang mengadakan perjanjian beberapa saran sebagai berikut:
dalam keadaan yang tidak 1. Berkenaan dengan biasnya
memaksa terhadap perjanjian yang pemahaman utang serta rancunya
telah disepakatinya sehingga pengaturan terhadap debitor yang
berakibat pada timbulnya kerugian tidak mau membayar utang dan
pada pihak lawan dalam perjanjian yang tidak mampu membayar
tersebut. Wanprestasi hanya dapat utang dalam Undang-Undang
terjadi dalam proses pelaksanaan Kepailitan (UUKPKPU), maka
setelah sebuah perjanjian perlu kiranya dilakukan kajian
dinyatakan telah disepakati secara secara mendalam dari berbagai
sah. Sedangkan konsep utang aspek penerapannya dengan
yang dimaksudkan dalam hukum memperhatikan unsur tujuan,
kepailitan menekan kepada telah kepastian dan keadilan dari hukum
terjadinya pertukaran antara hak kepailitan itu sendiri, agar segala
dan kewajiban yang hanya terjadi masukan dari berbagai pihak
sepihak dan mengacu kepada dalam rangka penyempurnaan hal-
kewajiban dibidang bisnis atau hal tersebut dalam Undang-
setidak-tidaknya menyangkut Undang Kepailitan dapat segera
perihal kekayaan harta benda dan diwujudkan. Dengan demikian
terkait konsep ini dengan diharapkan dalam menyelesaikan
melandaskan pada permasalahan-permasalahan
ketidakmampuan debitor untuk hukum yang terjadi, hukum
membayar kewajibannya kepada kepailitan dapat memilah dan
semua kreditornya Berdasarkan memilih secara jelas perkara-

19
perkara mana saja yang harus Yurispridensi, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
diselesaikan melalui jalur hukum
Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan
kepailitan, mana yang tidak dapat Metodologi Penelitian Hukum
Normatif, Bayumedia Publishing,
atau tidak tepat untuk diselesaikan
Malang.
melalui jalur hukum acara M. Hadi Shubhan, 2008, Hukum
Kepailitan, Prinsip, Norma, dan
kepailitan dengan memperhatikan
Praktik di Peradilan, Kencana
bahwa hukum kepailitan benar- Prenada Media Group, Jakarta.
Oliver Wendell Holmes Jr., 2009, The
benar sebagai Ultimum Remedium
Path of The Law, The Floating
dalam permasalahan kebangkrutan. Press Limited, Auckland, New
Zealand.
3. Penerapan hukum seharusnya
P.N.H. Simanjuntak, 2009, Pokok-
melindungi hak-hak dan Pokok Hukum Perdata Indonesia,
Djambatan, Jakarta.
kewajiban setiap subjek hukum
Peter Mahmud Marzuki, 2009,
sehingga dalam hal satu hukum Penelitian Hukum, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
tertentu diterapkan, seharusnya
Robert L. Jordan, et.al., 1999,
hukum tersebut hanya berdampak Bankruptcy, Foundation Press,
New York.
efektif, memperbaiki, membenahi
Rudhy A. Lontoh, et.al., 2001,
dan menghukum pihak-pihak Penyelesaian Utang Melalui Pailit
atau Penundaan Kewajiban
yang bermasalah saja tanpa
Pembayaran Utang, Alumni,
membentur atau mengganggu Bandung.
Siti Anisah, 2008, Perlindungan
hak-hak dan kewajiban subjek
Kepentingan kreditor dan Debitor
hukum lain yang sebelumnya Dalam Hukum Kepailitan di
Indonesia, Total Media,
tidak mengalami permasalahan
Yogyakarta.
apapun. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980,
Hukum Perdata-Hukum
PerUtangan, Bagian A, Seksi
DAFTAR BACAAN Hukum Perdata UGM,
Yogyakarta.
Djaja S. Meliala, 2012, Hukum Perdata
Sutan Remy Sjahdeini, 2010, Hukum
dalam Perspektif BW, Nuansa
Kepailitan: Memahami Undang-
Aulia, Bandung.
Undang No. 37 Tahun 2004
Frans Satriyo Wicaksono, 2008,
Tentang Kepailitan, Pustaka
Panduan Lengkap Membuat Surat-
Utama Grafiti, Jakarta.
Surat Kontrak, Visimedia, Jakarta.
J. Satrio, 2012, wanprestasi Menurut
KUHPerdata, Doktrin, dan

20

Anda mungkin juga menyukai