Anda di halaman 1dari 14

Dasar Hukum

1. KUH Perdata
2. Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
3. Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia

Pengertian kredit
Asal kata : credere, artinya kepercayaan.
a. KKBI : kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur
atau pinjaman hingga batas jumlah teertentu yang diijinkan oleh bank atau badan lain.
b. Pasal 1 angka 1 UU No 10 Tahun 1998: kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatanan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Unsur-unsur kredit (Thomas Suyatno) :


Kepercayaan
Tenggang waktu
Degree of risk
Prestasi/obyek kredit

Jenis kredit:
1. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang
yang diberikan pada debitur untuk membiayai barang-barang
modal dalam rangka modernisasi, rehabilitasi, perluasan atau
pendirian proyek baru.
2. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit yang diberikan dalam bentuk rupiah valuta asing untuk memenuhi
modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun dan dapat
diperpanjang sesuai kesepakatan.

3. Kredit Konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberi

Kan kepada debitur untuk memenuhi barang-barang kebutuhan atau

Konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya

Dari penghasilan bulanan nasabah.

Pada dasarnya pemberian kredit oleh bank didasarkan 2 prinsip:


1. Kepercayaan
2. Kehati-hatian

Penggolongan kredit bank ( Pasal 12 ayat (3) PBI No. 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum) :
1. Kredit lancar, jika memenuhi kriteria:
a. pembayaran angsuran pokok dan /atau bunga tepat;
b. memiliki mutasi rekening yang aktif;
c. bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.
2. Kredit dalam perhatian khusus, jika memenuhi kriteria:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 hari; atau

b. kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. mutasi rekening relative rendah; atau

d. jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yg diperjanjikan; atau

e. didukung oleh pinjaman baru.

3. Kredit kurang lancar, jika memenuhi kriteria:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 90 hari; atau

b. sering terjadi cerukan; atau

c. frekuensi mutasi rekening relative rendah; atau

d. terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hr, atau

e. terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

d. dokumentasi pinjaman yang lemah

4. Kredit yang diragukan, jika memenuhi kriteria:


a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 hari; atau
b. sering terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c. terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d. terjadi kapitalisasi bunga; atau
e. dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan

5. Kredit macet, jika memenuhi kriteria:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 270 hari; atau

b. kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar.

Kredit Bermasalah ( Nonperforming Loan ) merupakan resiko yang terkandung dalam setiap
pemberian kredit oleh Bank. Resiko tersebut berupa keadaan di mana kredit tidak dapat kembali
tepat waktu.

Studi Kelayakan Kredit:


Aspek hukum, yaitu penilaian terhadap keaslian dan keabsahan
dokumen yang diajukan pemohon kredit.
2. Aspek pasar dan pemasaran, yaitu penilaian terhadap prospek usaha
yang dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan akan
datang.
3. Aspek keuangan, yaitu aspek keuangan perusahaan yang dapat
dilihat dari laporan keuangan

4. Aspek tekhnis/operasional, misalnya tempat usaha, sarana prasarana

5. Aspek manajemen, penilaian terhadap pengalaman perusahaan

6. Aspek social ekonomi, penilaian terhadap dampak dari kegiatan

Usaha yang dijalankan perusahaan pemohon kredit terutama

Dampak ekonomi dan social

7. Aspek AMDAL, penilaian terhadap kegiatan perusahaan terkait

Dampak terhadap lingkungan.

Perjanjian kredit

Merupakan perjanjian pokok yang bersifat riil


Kredit perbankan merupakan jenis perjanjian baku (standart kontrak)
Fungsi perjanjian kredit ( Ch. Gatot Wardoyo):
a. Sebagai perjanjian pokok
b. Sebagai alat bukti batasan hak dan kewajiban debitur dan kreditur
c. Sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit

Pengertian jaminan

 Jaminan adalah perjanjian antara kreditur dengan debitur di mana

Debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk kepentingan pe

Lunasan hutang menurut ketentuan perundang-undangan yang ber

Laku apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi wanprestasi oleh

Debitur.

 Ketentuan pokok mengenai jaminan terdapat pada Pasal 1131 KUHPerdata


 Perjanjian jaminan merupakan perjanjian accesoir ( Penjelasan umum angka 8 UUHT, Pasal
10 ayat (1) UUHT )
 Sebagai perjanjian accesoir perjanjian jaminan mengikuti perjanjian pokok dalam hal:
a. Jika perjanjian pokok berakhir, perjanjian jaminan ikut berakhir
b. Jika perjanjian pokok batal, perjanjian jaminan ikut batal
c. Jika perjanjian pokok beralih karena cessie, perjanjian jaminan ikut
beralih
d. Adanya tergantung perjanjian pokok

Macam-macam jaminan
1. Jaminan Umum
# Dasar hukum: Pasal 1131 KUH Perdata
# Semua kreditur mempunyai kedudukan yang sama terhadap
obyek jaminan
# Kedudukan bank sebagai kreditur konkuren
# Pembayaran hutang mengikuti ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata

2. Jaminan Khusus, dapat berupa:


a. berupa barang, artinya debitur menyediakan barang-barang ter
tentu yang kemudian dibuat perjanjian jaminannya. Jika debitur
wanprestasi barang jaminan tersebut dijual guna pelunasan
hutangnya .
Jaminan berupa barang meliputi barang bergerak dan tidak
bergerak
b. berupa orang (borghtocht), artinya ada orang yang menanggung
hutang orang lain apabila terjadi wan prestasi.

Untuk barang bergerak, dibebani dengan gadai ( Pasal 1150 s/d 1161 KUH Perdata )
Untuk barang tidak bergerak, dibebani dengan hipotek ( Pasal 1162 s/d 1232 KUH Perdata )
Hipotek adalah jaminan hutang yang obyeknya adalah tanah yang tunduk pada hukum barat.
Credietverband adalah jaminan hutang yang obyeknya adalah tanah yang tunduk pada hukum adat.
Dengan berlakunya UU No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan maka hak hipotek dan
cerdietverband dikonversi menjadi hak tanggungan.
Fidusia diatur dalam UU No 42 Tahun 1999

Asas-asas dalam Hukum Jaminan:


1. Semua harta kekayaan debitur menjadi jaminan bagi pelunasan
hutangnya. ( Pasal 1131 KUH Perdata)
2. Hasil penjualan harta kekayaan dibagi semua kreditur berdasarkan
prinsip keseimbangan. ( Pasal 1132 KUH Perdata )
Menurut Pasal 1132 KUH Perdata, kreditur ada 2:
a. kreditur konkuren, yaitu kreditur yang mempunyai kedudukan
berimbang sesuai dengan piutang masing-masing.

b. kreditur preferen, yaitu kreditur yang mempunyai kedudukan


didahulukan dari kreditur lainnya berdasarkan peraturan per
undang-undangan ( contoh kreditur gadai, hipotek, fidusia )
3. Larangan memperjanjikan pemilikan obyek jaminan jika debitur
wanprestasi. ( Pasal 1154, 1178 KUH Perdata, Pasal 12 UU Hak
Tanggungan, Pasal 33 UU No 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia)

GADAI

Dasar hukum: Pasal 1150 s/d 1160 KUH Perdata

Pengertian: Gadai adalah hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan
oleh debitur dan memberikan kekuasaan kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut
secara didahulukan dari kreditur lainnya dengan mengecualikan biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan , biaya-
biaya tersebut harus didahulukan .
Obyek gadai adalah benda bergerak yang meliputi barang bergerak yang bertubuh dan tidak
bertubuh

Penyerahan obyek gadai dalam penguasaan debitur merupakan ketentuan wajib.

Tidak sah hak gadai atas segala barang yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan debitur atau pemberi
gadai. ( 1152 KUH Perdata )

Ketentuan mengenai penyerahan obyek gadai:

a. Barang-barang bergerak dan piutang atas bawa/atas tunjuk diserah

Kan langsung dari debitur kepada kreditur.

b. Surat-surat nama, disamping dengan endosemen juga penyerahan

Surat-surat secara fisik.

c. Barang-barang bergerak tidak bertubuh ( selain surat nama/surat

Bawa ) dengan memberitahukan pada kreditur perihal perjanjian

Gadai dan kreditur dapat meminta bukti tertulis pada debitur.

Syarat perjanjian gadai mengikuti ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata

 Pembuktian tentang terjadinya gadai diatur dalam Pasal 1151 KUHPer


 Gadai tidak memerlukan pendaftaran, sebab lahirnya tdk didasarkan pendaftaran tapi pada
saat terjadi perjanjian, maka kreditur pemegang gadai memiliki hak kebendaan sekaligus
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari kreditur lainnya.
 Apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya, kreditur tidak diperkenankan memiliki obyek
gadai ( Pasal 1154 ayat (1) KUH Per )

Hak penerima gadai:


1. Mendapatkan pelunasan hutang sesuai dengan waktu yang diten
tukan.
2. Didahulukan terhadap tagihan-tagihan lainnya baik terhadap hu
tang pokok, bunga dan biaya.( Pasal 1150 KUH Perdata )
3. Menjual obyek gadai atas kekuasaan sendiri apabila debitur
wanprestasi. Penjualan harus dilakukan di muka umum.
( Parate eksekusi)( Pasal 1156 KUH Perdata)

4. Mendapatkan pengembalian ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan


untuk keselamatan barang gadai. ( Pasal 1157 ayat (2) KUH Perdata )
5. Menahan barang

Eksekusi obyek gadai:


1. Apabila obyek gadai barang berwujud , penjualan barang harus
dilakukan di muka umum. ( Pasal 1156 ayat (2) dan (3) KUH Perdata
2. Apabila obyek gadai surat efek, maka harus dijual melalui bursa efek
dengan perantaraan 2 orang makelar. ( Pasal 1155 KUH Perdata )
Kewajiban penerima gadai:
1. Menjaga barang gadai sebaik-baiknya
2. Memberitahukan kepada pemberi gadai tentang pemindahan
barang-barang gadai ( Pasal 1156 KUH Perdata )
3. Bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya harga barang
gadai apabila terjadi karena kelalaiannya ( Pasal 1157 KUH Perdata)

Larangan penerima gadai:

1. Mengalihkan barang yang digadaikan menjadi miliknya, walaupun

Pemberi gadai wanprestasi.( Pasal 1154 KUH Perdata )

2. Mempergunakan barang-barang yang digadaikan untuk kepentingAn sendiri

Hak pemberi gadai:

1. Menerima uang gadai dari penerima/pemegang gadai

2. Berhak atas barang gadai apabila hutang pokok , bunga dan biaya

Lainnya telah dilunasi ( Pasal 1159 ayat (1) KUH Perdata )

3. Berhak menuntut ke pengadilan supaya barang gadai dijual untuk

Melunasi hutang-hutangnya ( Pasal 1156 KUH Perdata)

Kewajiban pemberi gadai:

1. Menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai

2. Membayar pokok dan sewa modal kepada penerima/pemegang

Gadai

4. Membayar biaya yang dikeluarkan oleh penerima/pemegang gadai

Untuk menyelamatkan barang-barang gadai ( Pasal 1157 KUH Pdt )

Berakhirnya gadai:

1. Hapusnya perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai

2. Terlepasnya benda jaminan dari kekuasaan pemegang gadai

3. Musnahnya obyek gadai

4. Dilepaskannya obyek gadai dengan sukarela

5. Adanya percampuran di mana pemilik gadai menjadi pemegang

Gadai

5. Terjadinya penyalahgunaan obyek gadai oleh pemegang gadai.


Hak tanggungan

-Pengaturan: UU No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah
-Hak tanggungan merupakan hak jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang tertentu yang
memberikan kedudukan diutamakan pada kreditur tertentu terhadap kreditur lainnya.
-Jadi bila debitur cidera janji maka kreditur pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual melalui
pelelangan umum

Asas-asas hak tanggungan:


1. Hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak
tanggungan.
2. Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi.
3. Hak tanggungan hanya dapat dibebankan pada tanah yg telah ada
4. Hak tanggungan dapat dibebankan selain atas tanah juga berikut
benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut.
Hak tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda yang
berkaitan dengan tanah yang baru akan ada di kemudian hari.
6. Hak tanggungan bersifat accesoir

7. Hak tanggungan dapat dijadikan untuk hutang yang baru akan ada
8. Hak tanggungan dapat menjamin lebih dari satu hutang.
9. Hak tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun berada
10. Diatas hak tanggungan tidak dapat dilakukan sita oleh pengadilan
11. Hak tanggungan hanya dapat dipergunakan atas tanah tertentu
12. Hak tanggungan wajib didaftarkan
13. Hak tanggungan dapat diberikan disertai janji-janji tertentu
14. Obyek hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki jika
debitur cidera janji
15. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan mudah dan pasti

Obyek hak tanggungan diatur dalam Pasal 4 UUHT:

a. Hak milik

b. Hak Guna Usaha

c. Hak Guna Bangunan ( ayat (1))

Ayat (2) mengatur bahwa hak pakai dapat dibebani dengan hak tanggungan, yaitu hak pakai atas
tanah negara yang menurut ketentuan harus didaftarkan dan sifatnya dapat dipindahtangankan

Urgensi hak pakai perlu dijadikan obyek hak tanggungan:

1. Dalam perkembagannya hak pakai juga harus didaftarkan yaitu

Hak pakai atas tanah negara


2. Dalam kenyataannya hak pakai dapat dipindahtangankan yaitu

Diberikan pada perorangan dan badan hukum perdata.

3. Membuka peluang bagi masyarakat ekonomi lemah yang tidak

Berkemampuan memiliki tanah dengan status hak milik untuk

Memperoleh kredit

Hak pakai yang tidak bisa dibebani hak tanggungan:

1. Hak pakai atas tanah atas nama pemerintah

2. Hak pakai atas tanah atas nama badan keamanan dan social

3. Hak pakai atas tanah atas nama perwakilan negara asing

Tanah-tanah yang sudah diwakafkan dan digunakan untuk kepentingan

Ibadah tidak dapat dijadikan sebagai obyek hak tanggungan karena

Walaupun harus didaftarkan tapi tidak dapat dialihkan

Proses pembebanan hak tanggungan:

1. Tahap pemberian hak tanggungan

Dibuat akta pemberian hak tanggungan (APHT) oleh PPAT, hal ini

Diatur dalam Pasal 10 ayat (2) UUHT.

Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji memberikan hak

Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu.

Untuk memenuhi asas spesialitas maka APHT wajib mencantumkan:

1. Nama dan identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan

2. Domisili pemberi dan pemegang hak tanggungan

3. Penunjukan secara tegas utang/utang-utang yang dijamin

4. Nilai tanggungan

5. Uraian yang jelas mengenai obyek hak tanggungan

Untuk memenuhi asas spesialitas maka APHT wajib mencantumkan:


1. Nama dan identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan
2. Domisili pemberi dan pemegang hak tanggungan
3. Penunjukan secara tegas utang/utang-utang yang dijamin
4. Nilai tanggungan
5. Uraian yang jelas mengenai obyek hak tanggungan

Janji-janji yang dapat dicantumkan dalam APHT:


1. Janji yang membatasi kewenangan pemberi hak tanggungan untuk
menyewakan obyek hak tanggungan dan/atau menentukan atau
mengubah jangka waktu sewa dan/atau menerima uang sewa di
muka kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
pemegang hak tanggungan.
2. Janji yang membatasi kewenangan pemberi hak tanggungan untuk
mengubah bentuk / tata susunan obyek hak tanggungan, kecuali
dengan persetujuan tertulis pemegang hak tanggungan.

3.Janji yang memberikan kewenangan kpd pemegang hak tanggungan

Untuk mengelola obyek tanggungan berdasarkan penetapan ketua

PN yang daerah hukumnya meliputi obyek hak tanggungan bila

Debitur cidera janji.

4. Janji yang memberikan kewenangan kpd pemegang hak tanggungan

Untuk menyelamatkan obyek hak tanggungan jika diperlukan untuk

Pelaksanaan eksekusi atau mencegah hapusnya atau dibatalkannya

Obyek hak tanggungan akibat tidak dipenuhi aturan atau dilanggar

Nya undang-undang,

5. Janji bahwa pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak utk

Menjual atas kekuasaan sendiri obyek hak tanggungan jika debitur

Cidera janji.

6. Janji yang diberikan oleh pemegang hak tanggungan pertama bahwa

Obyek hak tanggungan tidak akan dibersihkan dari hak tanggungan.

7. Janji bahwa pemberi hak tanggungan tidak akan melepaskan haknya

Atas obyek hak tanggungan tanpa persetujuan tertulis dari pemegang

8. Janji bahwa pemegang hak tanggungan akan memperoleh seluruh

Atau sebagian dari ganti rugi yang diterima pemberi hak tanggungan

Untuk pelunasan piutangnya jika obyek hak tanggungan dilepaskan haknya

Oleh pemberi atau dicabut haknya untuk kepentingan umum.


9. Janji bahwa pemegang hak tanggungan akan memperoleh seluruh

Atau sebagian uang asuransi yg diterima pemberi hak tanggungan

Untuk pelunasan piutangnya jika obyeknya disuransikan.

10. Janji bahwa pemberi hak tanggungan akan mengosongkan obyek

Hak tanggungan pada waktu eksekusi hak tanggungan.

11. Janji yang dimaksud Pasal 14 ayat (4)

Dasar penggunaan SKMHT:

1. Subyektif:
a. Pemberi hak tanggungan tidak dapat hadir sendiri di hadapan

Notaris/PPAT untuk membuat akta hak tanggungan

b. Prosedur pembebanan lama

c. Biaya penggunaan hak tanggungan cukup tinggi

d. Kredit yang diberikan jangka pendek

e. Kredit yang diberikan kecil

f. Debitur kredibel/dapat dipercaya

2. Obyektif

a. Sertifikat belum diterbitkan

b. Balik nama atas tanah pemberi hak tanggungan belum dilakukan

c. Pemecahan/penggabungan tanah belum selesai dilakukan atas

nama pemberi hak tanggungan.

d. Roya/pencoretan belum dilakukan

Pendaftaran hak tanggungan dilakukan di Kantor pertanahan

Syarat SKMHT:

a. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain selain

Dari membebankan hak tanggungan

b. Tidak memuat kuasa substitusi

c. Mencantumkan secara jelas obyek hak tanggungan, jumlah hutang,

nama dan identitas kreditur, nama dan identitas debitur, apabila

debitur bukan pemberi hak tanggungan.


SKMHT tidak dapat ditarik Kembali atau tidak dapat berakhir kecuali kuasa tersebut telah
dijalankan/habis jangka waktunya

Hapusnya hak tanggungan ( Pasal 18 UUHT )


1. Hapusnya piutang yang dijamin
2. Dilepaskan oleh kreditur pemegang hak tanggungan
3. Pembersihan hak tanggungan, berdasarkan penetapan ketua PN
atas permohonan pembeli obyek hak tanggungan apabila hasil
penjualan obyek hak tanggungan tidak mencukupi untk membayar
hutang debitur
4. Hapusnya hak atas tanah yang dijadikan jaminan

Eksekusi hak tanggungan

Makna sita eksekusi dimaksud adalah penyitaan harta kekayaan termohon/debitur setelah dilampaui
tenggang waktu peringatan. Pernyataan eksekusi dimaksudkan sebagai penjamin sejumlah uang
yang harus dibayarkan kepada pihak pemohon (kreditur/bank).

Cara pelunasan dimaksud adalah dengan jalan menjual lelang harta kekayaan termohon yang telah
disita,

Perampasan harta kekayaan debitur/termohon eksekusi adalah sebagai dana pembayaran sejumlah
uang yang dihukumkan padanya.

1. arate eksekusi atau eksekusi secara langsung, penekanannya pada prosedur pemenuhan
prestasi, apabila debitur wanprestasi, kreditur pemegang hak jaminan pertama diberi hak
untuk menjual atas kekuasaan sendiri melalui lelang tanpa melalui pengadilan, dengan
tujuan agar kreditur memperoleh percepatan pelunasan piutangnya.
2. Eksekusi penjualan di bawah tangan yang dimaksud di sini adalah eksekusi dilakukan dengan
penjualan di bawah tangan sebagaimana yang diperjanjikan sebelumnya.

Syarat-syarat agar suatu obyek hak tanggungan dapat dieksekusi langsung (di bawah tangan):

1. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima

Hak tanggungan.

2. Jika dengan penjualan di bawah tangan dapat dicapai harga ter

Tinggi yang dapat menguntungkan para pihak.

3. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau penerima

Fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Diumumkan pada sedikit-dikitnya surat kabar yg beredar di daerah


bersangkutan dan/atau media massa setempat,
5. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu satu bulan
sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau
pemegang hak tanggungan
6. Tidak ada pihak yang menyampaikan keberatan

Parate eksekusi adalah menjalankan sendiri atau mengambil sendiri apa yang menjadi haknya, dalam
arti tanpa perantaraan hakim, yang ditujukan atas suatu barang jaminan untuk selanjutnya
menjual sendiri barang tersebut. ( R. Subekti )
Parate eksekusi adalah eksekusi yang dilaksanakan sendiri oleh pemegang hak jaminan tanpa melalui
bantuan atau campur tangan dari pengadilan negri, melainkan hanya berdasarkan bantuan kantor
lelang negara.
Parate eksekusi adalah suatu penjualan yang berada di luar wilayah hukum acara perdata dan tidak
perlu ada penyitaan, tidak melibatkan juru sita, kesemuanya dilaksanakan seperti orang yang
menjual barangnya sendiri di depan umum. (Pitlo)

Dasar pijakan eksekusi hak tanggungan (Pasal 20 ayat (1) UUHT ), apabila debitur cidera janji, maka
berdasarkan:
1. Hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual obyek hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau
2. Titel eksekutorial yang terdapat pada Sertifikat Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (2)

Essensi Pasal 6 UUHT:


1. Debitur cidera janji
2. Kreditur pemegang hak tanggungan pertama kali diberi hak
3. Hak menjual obyek tanggungan atas kekuasaan sendiri
4. Syarat penjualan melalui pelelangan umum
5. Hak kreditur mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
6. Hak kreditur mengambil pelunasan piutangnya sebatas hak tagih

Fidusia

Pengaturan:
1. Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia
2. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan
Fidusia

Pengertian:
1. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan
bahwa benda yg hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
( Pasal 1 angka 1 UU No. 42 Tahun 1999 )
2. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam UU No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu yang memberikan
kedudukan yang diutamakam kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya( Pasal 1 angka 2 UU
No 42 Tahun 1999)

Obyek Jaminan fidusia adalah benda-benda yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan
maupun hipotek, meliputi:
a. benda yang dimiliki dan dapat dialihkan
b. benda berwujud maupun tidak berwujud
c. benda bergerak maupun tidak bergerak
d. benda terdaftar maupun tidak terdaftar

Ciri-ciri jaminan fidusia:


a. memberikan hak kebendaan
b. memberikan hak didahulukan bagi kreditur
c. pemberi jaminan fidusia tetap menguasai obyek jaminan
d. merupakan perjanjian acesoir
e. pembebanan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris
f. hutang yang yang dijamin berupa:
1) hutang yang telah ada
2) hutang yang timbul di kemudian hari yang diperjanjikan dalam jumlah
tertentu

3) hutang yang saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasar


kan perjanjian pokok
g. jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima
fidusia, wakil atau kuasa penerima
h. jaminan fidusia dapat diberikan kepada satu atau lebih satuan/jenis
benda termasuk piutang baik yang ada pada jaminan yang diberikan
maupun yang diperoleh kemudian.
i. kecuali diperjanjikan lain jaminan fidusia dapat meliputi hasil dari
benda yang menjadi obyek jaminan dan klaim asuransi

j. Penyerahan benda jaminan secara constitutum possesorium

k. Asas spesialitas

l. Asas publisitas

Subyek jaminan fidusia meliputi pemberi dan penerima fidusia


Hak pemberi fidusia:
a. memperoleh kredit sesuai yang telah disepakati
b. menguasai obyek jaminan fidusia
c. menerima kembali hak milik atas benda yang dijaminkan, setelah
hutang dilunasi
d. berhak menggunakan obyek yang dijadikan sebagai jaminan fidusia
dengan ketentuan tidak boleh mengalihkan pada pihak ketiga
Kewajiban pemberi fidusia:
a. melunasi pinjaman kredit sesuai dengan yang diperjanjikan
b. menyerahkan surat bukti kepemilikan barang jaminan kepada
penerima fidusia
c. menjaga dan memelihara benda yang menjadi obyek jaminan

Hak penerima fidusia:


a. menerima pelunasan hutang dari pemberi fidusia
b. mengeksekusi obyek jaminan apabila pemberi fidusia wanprestasi
Kewajiban penerima fidusia:
a. memberikan pinjaman sesuai dengan perjanjian
b. mengembalikan sisa hasil pelelangan obyek jaminan jika ada
c. menjaga obyek jaminan berupa surat bukti kepemilikan barang
d. membuat akta jaminan fidusia di hadapan notaris
e. melakukan pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia

Hapusnya jaminan fidusia:


a. hapusnya hutang yang dijamin dengan jaminan fidusia
b. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
c. musnahnya obyek yang menjadi jaminan fidusia
( Pasal 25 UU No 42 Tahun 1999 )

Eksekusi jaminan fidusia:

Berdasarkan Pasal 15 UU No 42 Tahun 1999:

(1) Dalam sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (1) dicantumkan kata-kata “ DEMI KEADILAN BERDA

SARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

(2) Sertifikat jaminan fidusia sebagaimana tercantum pada ayat (1)

Mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang

Telah mempunyai kekuatan hukum tetap

(3) Apabila debitur cidera janji , penerima fidusia mempunyai hak


untuk menjual benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas
kekuasaannya sendiri

Anda mungkin juga menyukai