Anda di halaman 1dari 25

PAPER

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK


PENYELESAIAN TERHADAP DEBITUR WANPRESTASI
DALAM PERJANJIAN GADAI
Dr. Dwi Atmoko, S.H., M.H

Disusun Oleh:
Yoga Manggala Wisnu
NPM. 201910115300
Kelas 5A4

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
PENYELESAIAN TERHADAP DEBITUR WANPRESTASI
DALAM PERJANJIAN GADAI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

Abstrak

Permasalahan penulisan ini yaitu bagaimana wanprestasi dalam


perjanjian gadai serta penyelesaian terhadap debitur wanprestasi dalam
perjanjian gadai menurut KUHPerdata. Salah satu macam jaminan terhadap
benda bergerak yaitu gadai yang diberikan untuk menjamin suatu tagihan
atau kredit yang di atur pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata). Wanprestasi merupakan tidak memenuhi sesuatu yang
diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan. Debitur
wanprestasi dalam perjanjian gadai menurut Pasal 1234 KUHPerdata, bahwa
wanprestasi salah satunya dikarenakan tidak melakukan apa yang disanggupi
akan dilakukannya. Pasal 1238 KUHPerdata menyebutkan bahwa debitur
dianggap lalai dengan lewatnya batas waktu yang ditentukan sebagaimana
tercantum dalam Surat Bukti Kredit (SBK) yang disetujui oleh debitur dan
kreditur, dalam perjanjian gadai perlu adanya peringatan atau teguran
/somasi. Penyelesaian debitur wanprestasi pada perjanjian gadai menurut
KUHPerdata, yaitu pasal 1156 ayat 1 dan 2 yaitu melalui lelang terhadap
barang gadai secara umum disebut eksekusi langsung (parate eksekusi) dan
mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri setempat sesuai dengan
dimana debitur melakukan perjanjian gadai.
Kata Kunci: Perjanjian gadai; Wanprestasi
Abstract

The problem of this research is how the default in the pawn agreement and
settlement of the debtor default in the pawn agreement according to the Civil
Code. One type of guarantee for movable objects is a pawn given to
guarantee a bill or credit that is regulated in article 1150 of the Civil Code
(Civil Code). Default is not fulfilling something that is required as specified
in the agreement. Debtor defaults in a pawn agreement according to Article
1234 of the Civil Code, that one of the defaults is caused by not doing what
he is promised to do. Article 1238 of the Civil Code states that the debtor is
considered negligent with the passing of the time limit specified as stated in
the Credit Proof (SBK) approved by the debtor and creditor, in a pawn
agreement there is a need for a warning or reprimand / summons.
Settlement of default debtors in the pawn agreement according to the Civil
Code is contained in article 1156 paragraph 1 and 2, namely through
auctions of pawning goods generally called direct execution (parate
execution) and submit a claim through the local District Court in
accordance with where the debtor entered into a pawn agreement.
Keywords: Pawn agreement; Default
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jika debitur wanprestasi dalam perjanjian gadai menurut
undang-undang hukum perdata (KUH Perdata)
2. Bagaimana penyelesaian debitur yang melakukan wanprestasi dalam
perjanjian gadai menurut undang-undang hukum perdata (KUH Perdata)
PENDAHULUAN pelayanan bagi kemanfaatan umum
Hak kebendaan yang bersifat dana sekaligus memupuk
memberikan jaminan diatur dalam keuntungan berdasarkan prinsip
Kitab Undang-Undang Hukum pengelolaan perusahaan, penyaluran
Perdata. Benda tersebut adalah gadai uang pinjaman kepada masyarakat
dan bergerak maka hak kebendaan yang didasarkan pada hukum gadai,
tersebut adalah hak tanggungan. Hukum gadai yang dijadikan dasar
Gadai merupakan jaminan dengan dari Perum Pegadain adalah berasal
menguasai bendanya, Fidusia adalah dari tahun 1928, yaitu aturan dasar
jaminan dimana terhadap benda pegadaian (Pandhuis Reglement).
jaminan hanya terjadi penyerahan Gadai diatur dalam Buku II Titel 20
hak kepemilikan tetapisecara fisik pasal 1150 sampai dengan 1161
benda tersebut masih dalam debitur, KUH Perdata.1
Sedangkan hak tanggungan Mengenai gadai dalam Pasal
merupakan jaminan tanpa menguasai 1150 Kitab Undang-undang Hukum
bendanya, jaminan dengan Perdata masih digunakan karena
menguasai bendanya bagi debitur belum adanya undang-undang
akan lebih aman, karena mengingat nasional yang mengatur tentang
pada benda bergerak mudah untuk gadai.
dipindah tangankan dalam arti dijual Pasal 1150 Kitab Undang-
lelang jika debitur wanprestasi undang Hukum Perdata tersebut
walaupun mudah untuk berubah masih berlaku di Indonesia hingga
nilainya. sekarang di dasarkan pada Pasal 1
Pegadaian berdasarkan aturan peralihan Undang-undang
Peraturan Pemerintah Nomor 103 Dasar 1945, “segala peraturan
tahun 2000 tentang Pengalihan perundang-undangan yang ada masih
Bentuk Perusahaan Jawatan tetap berlaku selama belum
Pegadaian menjadi Perusahaan diadakannya aturan yang baru
Umum Pegadaian berbentuk Perum menurut undang-undang dasar ini”.
yang merupakan BUMN yang
1
Witanto. DY, Hukum Jaminan Fidusia dalam
mengemban misi untuk menyediakan Perjanjijan Pembiayaan Konsumen (Bandung: CV.
Mandar Maju, 2015).
Pasal 1150 KUH Perdata bahw yang tidak memerlukan suatu bentuk
pengertian gadai adalah : “Gadai formalitas bagi sahnya perjanjian
adalah sesuatu hak yang diperoleh pokok tersebut, maka berarti gadai
seorang yang berpiutang atas suatu juga dapat diberikan dengan cara
barang bergerak, yang diserahkan yang sama, yaitu menurut ketentuan
kepadanya oleh seorang berutang yang berlaku bagi sahnya perjanjian
atau oleh seorang lain atas namanya pokok tersebut.2
dan yang memberikan kekuasaan Setelah perjanjian gadai
kepada si berpiutang itu untuk dibuat, kemudian benda bergerak
mengambil perlunasan dari barang dijadikan jaminan diserahkan kepada
tersebut secara didahulukan dari kreditur selaku penerima gadai.
pada orang-orang berpiutang perjanjian gadai terjadi sejak
lainnya; dengan kekecualian biaya penyerahan benda jaminan
untuk melelang barang tersebut dan dilakukan. Apabila benda jaminan
biaya yang telah dikeluarkan untuk tidak diserahkan kepada kreditur,
menyelamatkannya setelah barang perjanjian gadai itu tidak sah (Pasal
lelang itu digadaikan, biaya-biaya 1152 ayat 2 KUH Perdata).
mana harus didahulukan”. Perjanjian gadai dibuktikan dengan
Gadai diberikan untuk segala alat yang diperbolehkan bagi
menjamin suatu tagihan atau kredit. pembuktian pokok dalam Pasal 1151
Kredit diberikan yang terutama atas KUH Perdata.3
dasar integritas atau kepribadian Berdasarkan rumusan
debitur, kepribadian yang tersebut dapat diketahui bahwa untuk
menimbulkan rasa percaya pada diri dapat disebut gadai dan unsur-unsur
kreditur bahwa debitur akan berikut harus dipenuhi, yaitu gadai
memenuhi kewajiban pelunasannya diberikan hanya atas barang
dengan baik. Bahwa pemberian bergerak, gadai harus dikeluarkan
gadai harus mengikuti suatu dari penguasaan pemberi gadai,
perjanjian pokok. Perjanjian pokok 2
Witanto. DY, Hukum Jaminan Fidusia dalam
yang menjadi dasar pemberian gadai Perjanjijan Pembiayaan Konsumen (Bandung: CV.
Mandar Maju, 2015).
harus mengikuti suatu perjanjian 3
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000).
gadai memberikan hak kepada berpiutang itu ada alasan-alasan yang
kreditur untuk memperoleh sah untuk didahulukan.
pelunasan terlebih dahulu atas Hubungan hutang-piutang
piutang kreditur droit de preference, antara debitur dan kreditur sering
gadai memberikan kewenangan disertai dengan jaminan. Jaminan
kepada kreditur untuk mengambil tersebut dapat berupa benda dan
sendiri pelunasan secara mendahulu dapat pula berupa orang. Penelitian
tersebut.4 ini akan dibatasi hubungan hutang-
Secara umum ketentuan piutang dengan jaminan benda.
tentang jaminan diatur dalam Pasal Adanya benda jaminan, kreditur
1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang- mempunyai hak atas benda jaminan
undang Hukum Perdata, Pasal 1131 untuk pelunasan piutangnya apabila
Kitab Undang-undang Hukum debitur tidak membayar hutangnya.
Perdata Berbunyi: “segala kebendaan Benda jaminan dapat berupa benda
si berutang, baik yang bergerak bergerak dan dapat pula benda
maupun yang tak bergerak, baik jaminan tidak bergerak. Apabila
yang sudah ada maupun yang baru benda jaminan tersebut berupa benda
aka nada di kemudian hari, menjadi bergerak, maka hak atas benda
tanggungan untuk segala perikatan jaminan itu disebut “gadai” pand.
perseorangan”. Apabila benda jaminan berupa benda
Pasal 1132 KUH Perdata tidak bergerak, maka hak atas benda
berbunyi sebagai berikut jaminan itu disebut “hipotik”.5
:“Kebendaan tersebut menjadi Keadaan masyarakat yang
jaminan bersamasama bagi semua mengalami kesulitan dibidang
orang yang mengutangkan padanya, ekonomi, kredit dengan jaminan
pendapatan penjualan benda-benda gadai sangat dibutuhkan masyarakat
itu dibagi-bagi menurut dan menjadi pilihan yang tepat oleh
keseimbangan, yaitu menurut besar masyarakat dalam memenuhi
kecilnya piutang masing- masing, kebutuhan sebagai penambahan
kecuali apabila diantara para
5
Muljadi, Kartini, dan Gunawan Widjaja, Seri Harta
Kekayaan Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek (Jakarta:
4
Abdulkadir Muhammad Kencana Prenada Media Group, 2007).
modal usaha maupun untuk ketentuan yang termuat dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. folmulir yang diberikan oleh
Kredit dengan jaminan gadai sangat pegadaian kepada nasabah yaitu
diminati masyarakat salah satunya surat bukti kredit.
karena kredit tersebut merupakan Wanprestasi yang dilakukan
kredit yang terjangkau oleh debitur karena tidak melakukan
masyarakat. Baik karena bunganya, kewajibannya tersebut, maka
maupun kemudahankemudahan yang kreditur berhak untuk mengambil
diberikan oleh lembaga gadai. pelunasan dari piutang yang
Perjanjian yang dilakukan diberikan kepada debitur dengan
oleh kreditur dengan debitur atas melakukan haknya, yaitu melakukan
piutang debitur, kreditur berhak lelang atas benda gadai yang
menerima barang jaminan atas gadai diberikan oleh debitur kepada
yang diberikan kepada debitur. Dan kreditur.
debitur berkewajiban menyerahkan Hubungan hukum dimulai
barang gadai kepada kreditur atas pada sangat seorang debitur atau
piutangnya. Hal tersebut bertujuan nasabah yang membutuhkan suatu
untuk menjamin bahwa debitur dapat kepentingan usaha atau kepentingan
mengembalikan piutangnya kepada pribadi lainya yangkarena kebutuhan
kreditur sesuai dengan perjanjian tersebut menyerahkan benda
antara kreditur dan debitur. bergeraknya sebagai jaminan kepada
Apabila debitur tidak dapat perum pegadaian sebagai kreditur
memberikan kewajibannya kepada atau perum pegadaian menerima
kreditur sesuai dengan perjanjian barang bergerak milik debitur atau
yang dibuat antara kreditur dan nasabah, benda bergerak tersebut
debitur. Maka debitur dapat disebut menjadi jaminan atas pinjaman yang
wanprestasi dan apabila dapat dimohon oleh debitur, ditaksir dan
memenuhi kewajibannya maka diberi taksiran yang selanjutnya
disebut dengan prestasi. Didalam diberi nilai kelayakan pinjaman.
lembaga gadai yaitu pegadaian, Prosedur diatas dilanjutkan dengan
wanprestasi dapat diketahui didalam pernyataan lisan dari debitur tentang
beberapa besar nilai hutang yang aspek hukum perlindungan terhadap
dikehendaki dari jumlah besar nilai obyek jaminanya dari kemungkinan
kelayakan pinjaman yang didasarkan rusak atau hilang, kerusakan
pada nilai jual dari obyek jaminan terhadap obyek secara standart
dengan harga sekarang. sangat sulit dibuktikan karena
Besaran jumlah pinjaman kondisi fisik obyek jaminan, selain
diberikan setelah dikurangi biaya model benda jaminan tidak
asuransi terhadap obyek jaminan, dibuatkan catatan dalam suatu surat
biaya asuransi yang dikenakan juga bukti kredit atau tanda terima lainya,
variatif berdasarkan golongan dari hal ini sangat tidak mendukung
benda/obyek yang dijaminkan, komplain terhadap kerusakan fisik
kepentingan dari pembebanan biaya yang kemungkinan dapat saja terjadi
asuransi adalah sebagai proteksi pada saat benda berpindah dari
terhadap keamanan dan jaminan tangan debitur ketangan kreditur.
ganti rugi atau ganti kembali dari Perlindungan terhadap debitur dalam
benda/obyek jaminan apabila suatu perjnjian kredit dengan
musnahatau rusak. Kebijakan jaminan barang bergerak, selamaini
penggantian dari asuransi merupakan tidak banyak di mengerti
kebijakanyang dibentuk antara masyarakat, tanggung jawab yang
perum pegadaian dengan pihak diberikan perum pegadaian selalu
asuransi yang selanjutnya diajuakan didasarkan pada isi perjanjian kredit
kepada nasabah dalam bentuk format dengan jaminan barangbergerak,
baku pada suatu klausula dari padahal banyak hakhak debitur yang
“perjanjian kredit dengan jaminan belum dilaksanakan dalam perjanjian
barang bergerak” yang tercantum tersebut, misalkan pemberitahuan
pada halaman belakang dari surat secara person sebelum terjadinya
bukti kredit yang akan dipegang oleh lelang.
nasabah / debitur. Nasabah dari Dari uraian di atas dapat
Perum Pegadaian secara umum ditarik sebagai permasalahan yaitu
adalah masyarakat yang selama ini bagaimana yang disebut wanprestasi
tidak pernah mengetahui bagaimana dalam perjanjian gadai dan
penyelesaian terhadap debitur menurut KUH Perdata.
wanprestasi dalam perjanjian gadai
PEMBAHASAN otentik maupun di bawah tangan
1. Debitur Wanprestasi Dalam maka perjanjian gadai juga tidak
Perjanjian Gadai Menurut terikat kepada suatu bentuk
Kitab Undang-undang Hukum tertentu.6
Perdata (KUH Perdata) Sejak terjadinya
Ketentuan debitur perjanjian gadai antara pemberi
dinyatakan wanprestasi dalam gadai dan penerima gadai, maka
perjanjian gadai terjadi dengan sejak saat itulah timbul hak dan
memperjanjikannya, lain halnya kewajiban para pihak (Pasal 1155
dengan hak istimewa (privilege) KUHPerdata). Kewajiban
yang adanya otomatis, ditentukan pemberi gadai adalah membayar
oleh undang-undang. Hal itu pokok pinjaman dan bunga
berarti, bahwa persetujuan sesuai dengan yang ditentukan
pemberian gadai agar sah harus oleh penerima gadai. Perjanjian
memenuhi syarat- syarat sahnya kredit dengan jaminan barang
suatu perjanjian sebagai mana bergerak, Dalam Surat Bukti
diatur dalam Pasal 1320 Kredit (SBK) disebutkan dan
KUHPerdata). Pasal 1151 ditentukan tanggal mulainya
KUHPerdata disebutkan bahwa kredit dan tanggal jatuh
perjanjian gadai dapat dibuktikan temponya atau tanggal
dengan segala alat bukti yang pengembalian kredit. Disebut
diperbolehkan bagi persetujuan pula bahwa apabila sampai
pokoknya. Karena persetujuan dengan tanggal jatuh tempo tidak
pokoknya biasa berupa perjanjian dilakukan pelunasan atau
obligatoir yang mana pun tetapi diperpanjang lagi kreditnya.7
umumnya berupa perjanjian
hutang piutang dan prinsipnya 6
Satrio. J, Hukum Jamian, Hak Jaminan Kebendaan
perjanjian obligatoir bentuknya (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002).
7
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem
adalah bebas, bias lisan, baik Hukum Nasional (Jakarta: Prenada Media Group,
2008).
Penentuan jangka waktu Melakukan sesuatu yang menurut
gadai diatur dengan keputusan perjanjian tidak boleh dilakukan.8
Direksi Perum Pegadaian dan Wanprestasi artinya tidak
dijabarkan lebih lanjut dengan memenuhi sesuatu yang
Surat Edaran Direksi Perum diwajibkan seperti yang telah
Pegadaian. Di dalam Surat ditetapkan dalam perikatan.
Edaran Nomor: Tidak dipenuhinya kewajiban
16/0P.1.00211/2001 tentang oleh debitur disebabkan oleh dua
Petunjuk Pelaksanaan SK Direksi kemungkinan alasan, yaitu
Nomor: 020/OP.1.00211/2001 karena kesalahan debitur, baik
tentang Perubahan Tarif Sewa dengan sengaja atau tidak
Modal, telah diatur tentang dipenuhi kewajiban maupun
jangka waktu gadai. Sebenarnya karena lalai dan karena keadaan
dalam Surat Edaran tersebut memaksa (overmacht), force
diatas tidak hanya mengatur majeur dapat karena keadaan
tentang tarif sewa, modal, tetapi manusia maupun dipengaruhi
juga mengatur tentang jangka karena keadaan alam. Apabila
waktu kredit dan maksimum sampai pada batas waktu yang
sewa modal. Disebutkan bahwa telah ditentukan atau sampai
wanprestasi (kelalaian atau tanggal jatuh tempo yang
kealpaan) seorang debitur antara ditentukan sebagaimana
lain sebagai berikut : 1. Tidak tercantum dalam SBK debitur
melakukan apa yang disanggupi tidak menebus barang yang
akan dilakukannya; 2. digadaikan atau melakukan
Melaksanakan apa yang pelunasan uang pinjaman dan
dijanjikannya tetapi tidak sewa modalnya atau tidak
sebagaimana dijanjikannya; 3. memperpanjang waktu gadai
Melakukan apa yang maka debitur dinyatakan sesuai
dijanjikannya tetapi terlambat; 4. dengan Pasal 1238 Kitab

8
Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata (Malang:
UMM Pres, 2004).
Undang-undang Hukum Perdata yaitu atas nama pegadaian
yang menyebutkan bahwa dengan nasabah memuat
debitur dianggap lalai dengan perjanjian antara lain sebagai
lewatnya batas waktu yang berikut : 1. Pegadaian
ditentukan sebagaimana memberikan kredit kepada
tercantum dalam SBK. 9 nasabah atau yang dikuasakan
Perjanjian kredit dengan dengan jaminan; 2. Nasabah dan
jaminan barang bergerak, seperti atau yang dikuasakan menjamin
hal ini di Indonesia lembaga bahwa barang yang dijaminkan
keuangan non bank adalah Perum merupakan milik yang sah dari
Pegadaian yang melayani kredit nasabah yang dikuasai secara sah
dengan jaminan gadai. yang menurut hukum. Oleh nasabah
dilakukan oleh Perum Pegadaian, dan karenanya, nasabah
pastinya ada Surat Bukti Kredit mempunyai wewenang yang sah
(SBK) yang harus disetujui dan untuk menjadikannya utang
di tanda tangani oleh pihak-pihak kepada pegadaian. Nasabah juga
yang melakukan perjanjian menjamin bahwa tidak ada orang
tersebut. Dalam Surat Bukti dan atau pihak yang lain yang
Kredit tersebut berisi mengenai turut mempunyai hak atas
kesepakatan yang harus di penuhi jaminan tersebut, baik hak
(prestasi) baik hak yang diterima memiliki atau hak menguasai; 3.
maupun kewajiban yang harus Nasabah menjamin bahwa
dilakukan oleh pihak-pihak yang barang digadaikan pada
melakukan perjanjian tersebut. pegadaian tidak sedang menjadi
Perjanjian kredit dengan jaminan jaminan sesuatu hutang, tidak
barang bergerak, dalam Surat dalam sitaan, tidak dalam
Bukti Kredit berisikan beberapa sengketa dengan pihak lain atau
kesepakatan antara pihak yang tidak berasal dari barang yang
melakukan perjanjian tersebut diperoleh secara tidak sah
melawan hukum; 4. Barang
9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia jaminan hilang atau rusak akan
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000).
diganti sebesar 125% dari nilai 8. Pelunasan dapat dilakukan
taksiran, setelah dikurangi uang dengan cara melunasi
pinjaman dan sewa modal. seluruhnya, mengangsur, dan
Pegadaian tidak bertanggunmg atau mengulang gadai, mulai
jawab atas kerugian apabila sejak tanggal kredit sampai
terjadi force majeur, antara lain dengan 1 hari sebelum tanggal
bencana alam, huru hara, dan lelang. Apabila sampai dengan
perang; 5. Apabila terjadi tanggal jatuh tempo tidak
perbedaan dalam taksiran dan dilunasi (diangsur) atau diulang
menyebabkan nilai barang gadai, maka barang jaminan akan
jaminan tidak dapat menutup dilelang pada tanggal yang di
uang pinjaman dan sewa modal, tetapkan; 9. Hasil penjualan
paling lama 14 hari sejak barang jaminan digunakan untuk
pemberitahuan. Nasabah atau menutup pinjaman ditambah
yang diikuasakan berkewajiban sewa modal dan biaya lelang.
menyerahkan tambahan barang Apabila terdapat uang kelebihan
jaminan yang nilainya minimal yang menjadi hak nasabah
sama dengan nilai pinjaman dengan jangka waktu
ditambah sewa modal pengambilan selama 1 tahun,
maksimum; 6. Nasabah atau uang kelebihan tidak diambil
yang dikuasakan berkewajiban dalam jangka 12 bulan, sejak
untuk membayar uang pinjaman tanggal lelang selebihnya
ditambah sewa modal, dengan menjadi hak pegadaian;
jangka waktu kredit 120 hari; 7. 10.Apabila penjualan lelang lebih
Nasabah atau yang dikuasakan rendah dari uang pinjaman
dapat mengalihkan haknya untuk tambah sewa modal ditambah
menebus, menerima, atau biaya lelang, selisihnya tetap
mengulang gadai barang jaminan merupakan utang nasabah yang
kepada orang lain dengan akan ditagih oleh pegadain dan
mengisi dan membubuhkan tanda harus dilunasi paling lambat 14
tangan pada kolom yang tersedia; hari sejak tanggal pemberitahuan
diterima. 11.Apabila terjadi hak-hak kreditur apabila debitur
permasalahan di kemudian hari ingkar janji. Jelas adanya dari
akan diselesaikan secara uraian dan penjelasan diatas,
musyawarah untuk mufakat. Jika bahwa untuk menentukan debitur
ternyata perselisihan tersebut wanprestasi dalam perjanjian
tidak dapat diselesaikan secara gadai tidak perlu adanya
musyawarah untuk mufakat, peringatan atau teguran atau
maka akan diselesaikan melalui sering disebut dengan somasi
pengadilan negeri setempat.10 karena jangka waktu pemenuhan
Dari uraian diatas baik prestasi sudah ditentukan dalam
debitur maupun kreditur tidak Surat Bukti Kredit (SBK) dan
melaksanakan prestasinya maka apabila sampai tanggal jatuh
debitur atau kreditur tersebut tempo pemenuhan prestasi
dapat disebut wanprestasi. debitur tidak juga menebus
Wanprestasi tersebut dapat barang yang digadaikan atau
dilakukan oleh debitur karena dijaminkan atau tidak melakukan
tidak melakukan apa yang pelunasan uang pinjaman atau
disanggupi akan dilakukannya, tidak memperpanjang waktu
Melaksanakan apa yang gadainya maka debitur dapat
dijanjikannya tetapi tidak dinyatakan wanprestasi.
sebagaimana dijanjikannya, Dari uraian diatas
Melakukan apa yang disebutkan debitur dinyatakan
dijanjikannya tetapi terlambat, wanprestasi dalam perjanjian
Melakukan sesuatu yang menurut gadai menurut KUHPerdata yaitu
perjanjian tidak boleh dilakukan. sesuai dengan ketentuan yang
Dari wanprestasi tersebut dapat ada karena didalam perjanjian
diselesaiakan dengan telah ditentukan suatu waktu
musyawarah untuk mufakat tertentu sebagai tanggal
maupun melalui Pengadilan pelaksanaan hak dan kewajiban
Negeri Setempat atau menuntut (tanggal penyerahan barang dan
tanggal pembayaran). Dengan
10
Abdulkadir Muhammad
lewatnya waktu tersebut tetapi hukum perdata, penentuan
hak dan kewajiban belum wanprestasi didasarkan pada
dilaksanakan, maka sudah dapat surat peringatan dari debitur
11
dikatakan terjadi wanprestasi. kepada kreditur yang biasanya
Waktu terjadinya dalam bentuk teguran (somasi).
wanprestasi dapat ditentukan Dalam peringatan itu kreditur
ketika didalam perjanjian tidak meminta kepada debitur agar
disebutkan kapan suatu hak dan melaksanakan kewajibannya
kewajiban harus sudah pada suatu waktu tertentu yang
dilaksanakan. Bentuk prestasi telah ditentukan oleh kreditur
yang berupa “tidak berbuat sendiri dalam surat
sesuatu” mudah sekali ditentukan peringatannya.
waktu terjadinya wanprestasi, Dengan lewatnya jangka
yaitu pada saat debitur waktu seperti yang dimaksud
melaksanakan suatu perbuatan dalam surat peringatan,
yang tidak diperbolehkan itu. sementara debitur belum
Jika dalam perjanjian tidak melaksanakan kewajibannya,
disebutkan kapan suatu hak dan maka pada saat itulah dapat
kewajiban harus dilaksanakan, dikatakan telah terjadi
maka kesulitan menentukan wanprestasi. Debitur yang
waktu terjadinya wanprestasi wanprestasi kepadanya dapat
akan ditemukan dalam bentuk dijatuhkan sanksi, yaitu berupa
prestasi “menyerahkan barang” membayar kerugian yang dialami
atau “melaksanan suatu kreditur, pembatalan perjanjian,
perbuatan”. Di sini tidak jelas peralihan resiko, dan membayar
kapan suatu perbuatan itu harus biaya perkara bila sampai
dilaksanakan, atau suatu barang diperkarakan secara hukum di
itu harus diserahkan. Untuk pengadilan. Mengenai kapan
keadaan semacam ini, menurut debitur wanprestasi, bergantung
dari perikatannya, jika
11
Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Seri Hukum
Perikatan Perikatan Pada Umumnya (Jakarta: PT. perikatannya memakai ketentuan
Raja Grafindo Persada, 2003).
waktu sebagai batas akhir Menurut Pasal 1234
(vervaltermijn), maka sejak saat Kitab Undang-undang Hukum
lewatnya waktu yang Perdata, wujud prestasi antara
dicantumkan debitur wanprestasi. lain adalah memberikan sesuatu,
Dalam hal ini tidak ditetapkan berbuat sesuatu, tidak berbuat
suatu tenggang waktu tertentu, sesuatu dan tidak berbuat
maka tagihan pada asasnya bisa sesuatu. Apabila debitur dalam
dibuat matang untuk ditagih perjanjian gadai tersebut tidak
dengan sommer debitur yang melaksanakan prestasi menurut
bersangkutan. Dalam praktiknya, Pasal 1234 Kitab Undang-
sekalipun didalam perjanjian undang tersebut, maka dapat
hutangpiutangnya disebutkan dikatakan wanprestasi.
suatu waktu tertentu, masih juga Wanprestasi dalam perjanjian
ditambahkan klausula yang gadai dapat dilihat dari wujud
mengatakan, bahwa dengan wanprestasi, antara lain debitur
lewatnya jangka waktu yang sama sekali tidak berprestasi,
sudah ditetapkan, maka debitur yaitu debitur sama sekali tidak
sudah dianggap wanprestasi, melakukan kewajiban sebagai
tanpa diperlukan lagi adanya debitur. yang kedua adalah
surat teguran atau peringatan atau debitur keliru berprestasi yaitu
sering disebut dengan somasi debitur memenuhi prestasinya
melalui eksploit jurusita atau namun tidak sesuai dengan apa
surat lain semacam itu. Hal itu yang sudah ditentukan dengan
berkaitan dengan asas hukum kreditur, Dan yang terakhir
perikatan, yang mengatakan, adalah debitur salah berprestasi,
bahwa suatu ketentuan waktu yaitu debitur benar dalam
dalam suatu perikatan selalu berprestasi namun prestasinya
ditafsirkan untuk keuntungan tersebut terlambat dari waktu
debitur, kecuali ditentukan secara yang sudah diperjanjikan dengan
tegas yang sebaliknya ditegaskan kreditur.
dalam Pasal 1270 KUH Perdata.
2. Penyelesaian Debitur waktu yang ditentukan lampau atau
Wanprestasi Dalam Perjanjian setelah dilakukan peringatan
Gadai Menurut Kitab Undang- (somasi) mengenai hal itu. Penjualan
Undang Hukum Perdata barang gadai dilakukan dimuka
(KUHPerdata) umum dan dilakukan menurut
Gadai sebagai lembaga kebiasaan setempat serta berdasarkan
jaminan kebendaan yang syarat-syarat yang berlaku
memberikan kepada pemegangnya dimaksudkan agar didapat harga
kedudukan yang didahulukan pasar dan sehingga kreditur dapat
daripada kreditur-kreditur lainnya. mengambil pelunasan piutangnya
Memiliki salah satu ciri yang juga beserta bunga dan biaya dari
merupakan hak yang utama bagi pendapatan penjualan barang gadai
pemegang gadai (kreditur), yaitu tersebut. Dalam Pasal 1155 Kitab
kreditur dapat melakukan parate Undang-undang Hukum Perdata
executie tanpa ijin hakim atau title tersebut dapat ditarik kesimpulan
eksekutorial. Penjualan dimuka bahwa hak parate executie ini
umum ini tidak boleh mengakibatkan merupakan hak yang diberikan demi
kerugian bagi pihak pemberi gadai, undang-undang namun bersyarat,
dimana penjualan tersebut harus adapun syarat tersebut dalah sebagai
dilakukan menurut kebiasaan dan berikut : 1. Pasal 1155 Kitab
persyaratan yang berlaku. 12 Undang-undang Hukum Perdata
Pasal 1155 Kitab Undang- tersebut merupakan ketentuan yang
undang Hukum Perdata diatur bahwa bersifat menambahkan
apabila tidak diperjanjikan lain oleh (aanvullendrecht), karena apabila
para pihak, maka si berpiutang para pihak tidak menentukan lain
adalah berhak menjual barang yang maka barulah Pasal 1155 Kitab
menjadi objek gadai dimuka umum, Undang-undang Hukum Perdata
dalam hal si berhutang atau pemberi Berlaku; 2. Hak parate executie
gadai cidera janji setelah tenggang otomatis timbul saat pemberi gadai
melakukan wanprestasi. Dengan kata
12
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem lain hak untuk mengeksekusi
Hukum Nasional
otomatis menjadi terpenuhi saat mengatur mengenai eksekusi gadai,
debitur melakukan wanprestasi. dan dalam Pasal 1156 ayat 1
Mengenai wanprestasi yang mengenai penjualan dengan cara
disyaratkan dalam Pasal 1155 Kitab selain yang diatur dalam Pasal 1155
Undang-undang Hukum Perdata ini KUH Perdata. Untuk menentukan
dirumuskan sebagai berikut : a. penjualan objek gadai atau
Setelah tenggang waktu yang menentukan agar objek gadai
ditentukan lampau; b. Setelah tersebut dimiliki oleh kreditur
dilakukan peringatan (somasi) untuk pemegang gadai sebagai pelunasan,
membeyar, dalam hal tidak kreditur dapat meminta kepada
ditentukan mengenai tenggang pengadilan. 14
waktu; c. Hak parate executie ini Kamus umum Bahasa
diberikanoleh undang-undang atau Indonesia “lelang” diartikan sebagai
demi hukum atau tidak perlu menjual atau penjualan dihadapan
diperjanjikan terlebih dahulu kepada orang banyak (dengan tawaran
kreditur pemegang gadai; d. Untuk beratas-atasan). Sedangkan dalam
penjualan tersebut tidak disyaratkan kamus hukum, lelang diartikan
adanya title eksekutorial. Pemegang sebagai penjualan barang- barang
gadai dapat melakukan penjualan dimuka umum dan diberikan pada
tanpa perantara pengadilan, tanpa penawar yang tertinggi. Dalam Pasal
perlu minta bantuan juru sita, tanpa 1155 KUH Perdata, bahwa apabila
perlu mendahuluinya dengan suatu oleh para pihak tidak telah
sitaan. Pemegang gadai disini diperjanjikan lain maka si berpiutang
menjual atas kekuasaan sendiri. 13 adalah berhak, jika si pemberi gadai
Pasal 1155 dan Pasal 1156 ingkar janji, setelah tenggang waktu
ayat 1 KUH Perdata mengatur yang ditentukan lampau atau jika
mengenai eksekusi gadai. tidak telah ditentukan suatu
diantaranya memiliki perbedaan, penjualan benda gadai (parate
didalam Pasal 1155 KUH Perdata eksekusi) yaitu wewenang yang

13
Satrio. J, Parate Eksekusi Sebagai Sarana
14
Menghadapi Kredit Macet (Bandung: Citra Aditya, Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit
1993). Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta: Djambatan, 1997).
diberikan kepada kreditur untuk kepada pemberi gadai HR. 17
mengambil pelunasan piutang dari Januari 1929, W 1951 ; Nj 1929-
kekayaan debitur, tanpa memiliki 622.15
eksekutorial titel. Seperti sudah dikatakan
Melakukan lelang ini didepan, Pasal 1155 Kitab Undang-
pemegang gadai harus terlebih undang Hukum Perdata merupakan
dahulu memberikan peringatan pasal yang berisifat mengatur
(somasi) kepada pemberi gadai (aanvullend) dan para pihak
(debitur). Untuk menentukan saat diberikan kebebasan untuk
terjadinya ingkar janji, undang- memperjanjikan lain. Akan tetapi,
undang memberikan pemecahannya memperjanjikan cara penjualan yang
dengan lembaga “penetapan lalai” lain dari pada penjualan dimuka
(ingebrekestelling). Penetapan lalai umum tidak diperkenankan. Pembuat
adalah pesan dari kreditur kepada undangundang mempunyai
debitur, dengan mana kreditur kekhawatiran akan kemungkinan
memberitahukan pada saat kapankah timbulnya kerugian yang terlalu
selambat-lambatnya ia besar bagi debitur melalui
mengharapkan pemenuhan prestasi. persengkongkolan antara penjual
Apabila debitur tidak melakukan dengan calon pembelinya. Namun,
prestasinya secara sukarela yaitu sebagaimana setelah debitur
membayar hutangnya, maka kreditur wanprestasi, maka para pihak dapat
dapat melakukan lelang atau mengadakan persetujuan untuk
penjualan terhadap benda jaminan. menjual benda jaminan dibawah
Penjualan harus dilakukan di depan tangan.
umum, menurut kebiasaan setempat Didalam praktik kita sering
serta atas syarat yang lazim berlaku kali melihat perjanjian gadai yang
(Pasal 1155 Kitab Undang- undang mengandung klausul penjualan, baik
Hukum Perdata ayat 1). Setelah dimuka umum maupun dibawah
penjualan dilakukan maka pemegang tangan. Adanya perjanjian seperti itu
gadai memberikan pertanggung
jawaban tentang hasil penjualan itu 15
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem
Hukum Benda Nasional (Bandung: Alumni, 1997).
sebenarnya tidak dimaksudkan untuk berdasarakan Pasal 1155
digunakan oleh kreditur secara KUHPerdata, maka dalam hal
secara semena-mena, tetapi debitur wanprestasi pelaksanaan hak-
mengingat, bahwa sering kali hak kreditur pemegang gadai
penjualan dibawah tangan dilakukan dengan melalui gugat
memberikan hasil yang lebih baik perdata biasa, kecuali kreditur
dan ini menguntungkan kedua belah memegang akta notariil pengakuan
pihak. Biasanya dalam penjualan hutang yang berbentuk grosse,
dibawah tangan, kreditir pemegang artinya mengandung title eksekutoral
gadai minta persetujuan dari pemberi (Demi Keadilan Berdasarkan
gadai. Disamping itu, untuk benda- Ketuhanan Yang Maha Esa), yang
benda gadai yang mempunyai nilai pelaksanaannya cukup dimintakan
yang kecil saja, sungguh tidak fiat eksekusi saja dari ketua
praktis dan efisien untuk Pengadilan. 16
melaksanakan penjualan melalui juru Pengaturan mengenai gadai
lelang. Tidak tertutup kemungkinan, yang terdapat didalam Kitab
bahwa hasil penjualan bisa lebih Undang-undang Hukum Perdata
kecil dari biaya lelang (dengan memberikan kelebihan bagi seorang
semua persiapan pendahuluannya). pemegang gadai. Kelebihan yang
Adanya janji untuk menjual pertama adalah bahwa gadai
dibwah tangan tidak perlu harus memberikan hak pelunasan yang
menjadikan klausula demikian batal didahulukan (hak preferensi) bagi
demi hukum, tetapi paling- paling penerima gadai, sebagaimana diatur
dapat dibatalkan, kita lihat dahulu, dalam ketentuan Pasal 1313 KUH
apakah ada dasar yang patut untuk Perdata bahwa, hak ini memberikan
mencantumkan klausul seperti itu. kedudukan yang lebih tinggi kepada
Kalau tidak ada tuntutan dari kreditur atau penerima gadai
pemberi gadai, maka boleh dianggap daripada kreditur konkuren yang
perlindungan juga dibutuhkan. dijamin dengan jaminan umum.
Dalam hal para pihak
menyungkirkan hak kreditur 16
Satrio. J, Hukum Jamian, Hak Jaminan Kebendaan
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002).
Didalam Pasal 1150 KUH pemegang gadai yang terdapat dalam
Perdata ditegaskan bahwa pemegang lembaga parate executie ini, dalam
gadai adalah kreditur preferen. pelaksanaannya terdapat syarat yang
Dengan adanya lembega preferensi harus dilakukan, yaitu penjualan
ini, maka kreditur pemegang gadai benda gadai tersebut harus dilakukan
mempunyai kedudukan yang lebih dimuka umum/lelang, menurut
baik untuk mendapatkan pemenuhan kebiasaan setempat, dan dengan
hak tagihannya. Konsekuensi dari syarat-syarat yang lazim berlaku.
hak preferen memberikan Sedangkan menurut Pasal 1155 ayat
kemudahan bagi kreditur atau 2, terhadap benda gadai yang terdiri
pemegang gadai dalam pemenuhan dari barang dagangan atau dari efek-
haknya, karena kreditur tidak perlu efek yang dapat diperdagangkan
menunggu perhitungan pembagian dalam bursa, maka penjualannya
secara pond’s terhadap harta dapat dilakukan ditempat itu juga,
kekayaan debitur, seperti para asalkan dengan perantara dua orang
kreditur konkuren yang diatur dalam makelar yang ahli dalam bidang itu.
Pasal 1132 KUH Perdata. Kelebihan Mengenai kewajiban
lain bagi seorang pemegang gadai melakukan parate executie dimuka
sebagaimana telah disampaikan umum (melalui lelang), ditujukan
sebelumnya dalah diberikan hak agar benda gadai bias mendapatkan
parate executie.17 harga pasar, yaitu harga yang pantas
Sebagaimana telah sebagaimana yang berlaku dalam
dijelasakan pada bagian sebelumnya masyarakat. Dengan dasar pemikiran
mengenai eksekusi gadai, maka demikian seperti ini maka sangatlah
dapat disimpulkan bahwa eksekusi logis ketentuan Pasal 1155 ayat 2
gadai dapat dilakukan dengan cara: yang mengatur bahwa terhadap
1. Parate executie Berdasarkan Pasal barang-barang yang mempunyai nilai
1155 Kitab Undang-undang Hukum pasar dan efek-efek yang dapat
Perdata, kemudahan bagi kreditur diperdagangkan di bursa dapat dijual
ditempat itu juga (secara tertutup
17
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit atau private selling) asalkan dengan
Suatu Tinjauan Yuridis
perantara 2 orang makelar yang ahli bersangkutan; 2. Hakim atas tuntutan
dibidang tersebut. 2. Ditentukan si berpiutang, dapat mengabulkan
hakim atau perantara pengadilan. agar barang- barang gadainya akan
Pelaksanaan eksekusi benda tetap pada si berpiutang untuk suatu
gadai terkadang tidak dapat berjalan jumlah yang ditetapkan dalam suatu
sebagaimana yang diharapkan oleh putusan hingga sebesar hutangnya
para pihak dalam perjanjian gadai. beserta bunga dan biaya atau dengan
Adapun permasalahannya terletak perkataan lain, memohon agar
pada, bahwa benda gadai tersebut kreditur, dengan perhitungan
tidak memiliki harga pasar dan tidak sejumlah uang yang ditetapkan oleh
mendapatkan pembeli, atau tidak pengadilan, boleh memiliki benda
dapat diharapkan adanya pembeli gadai.
yang akan membeli dengan harga Berdasarkan ketentuan Pasal
yang pantas dalam lelang. Untuk 1156 Kitab Undang-undang Hukum
peristiwa tersebut pembuat undang- Perdata tersebut berarti membuka
undang sudah menyediakan jalan kemungkinan bagi kreditur melalui
keluarnya, yaitu pengaturan dalam pengadilan atau izin hakim, memiliki
Pasal 1156 Kitab Undang-undang benda gadai yang telah dikuasainya
Hukum Perdata. dengan harga yang ditentukan oleh
Didalam Pasal 1156 ayai 1 hakim atau melalui penjualan
Kitab Undang-undang Hukum dibawah tangan atau private selling
Perdata diberikan 2 sarana yang (sebagai lawan dari penjualan
berbeda dan harus dibedakan, yaitu : dimuka umum). Pelaksanaan lelang
1. Kreditur bisa menuntut dimuka benda jaminan yang disebabkan
hakim supaya barang gadainya dijual karena debitur atau nasabah ingkar
menurut cara yang ditentukan oleh janji (wanprestasi). Sebelum lelang
hakim (untuk melunasi hutang dilaksanakan, oleh kreditur
beserta bunga dan biaya). Dengan memberikan adanya peringatan
perkataan lain, kreditur meminta (somasi). Ingkar janji didahului oleh
agar pengadilan menetapkan suatu suatu penetapan lalai
cara penjualan benda gadai yang (ingebrekestelling). Lelang
dilaksanakan terbuka untuk umum, dalam perjanjian gadai perlu adanya
Dalam hal adanya uang kelebihan peringatan atau teguran /somasi.
lelang maka harus dikembalikan Penyelesaian debitur
kepada debitur setelah dikurangi wanprestasi pada perjanjian gadai
uang pinjaman dan sewa modal. menurut KUHPerdata, yaitu pasal
debitur sebagai orang yang 1156 ayat 1 dan 2 yaitu melalui
menguasai benda pada waktu lelang terhadap barang gadai secara
melakukan perjanjian gadai, maka umum disebut eksekusi langsung
kreditur menganggap bahwa (parate eksekusi) dan mengajukan
debiturlah orang yang berhak atas gugatan melalui Pengadilan Negeri
benda itu. Sehingga uang kelebihan setempat sesuai dengan dimana
lelang harus dikembalikan pada debitur melakukan perjanjian gadai.
debitur.18
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN Badrulzaman, Mariam Darus. Mencari
REKOMENDASI Sistem Hukum Benda Nasional.
Debitur wanprestasi dalam Bandung: Alumni, 1997.
perjanjian gadai menurut Pasal 1234 Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja. Seri
KUH Perdata, bahwa wanprestasi Hukum Perikatan Perikatan Pada
salah satunya dikarenakan tidak Umumnya. Jakarta: PT. Raja
melakukan apa yang disanggupi akan Grafindo Persada, 2003. Komariah.
dilakukannya. Pasal 1238 Edisi Revisi Hukum Perdata.
KUHPerdata yang menyebutkan Malang: UMM Pres, 2004.
bahwa debitur dianggap lalai dengan Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata
lewatnya batas waktu yang Indonesia. Bandung: Citra Aditya
ditentukan sebagaimana tercantum Bakti, 2000.
dalam Surat bukti kredit (SBK) yang Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja,
disetujui oleh debitur dan kreditur, Seri Harta Kekayaan Hak
Istimewa, Gadai, dan Hipotek.
Jakarta: Kencana Prenada Media
18
Salim HS, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Group, 2007.
Penyusunan Kontrak) (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
Salim HS, Hukum Kontrak (Teori dan Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah
Teknik Penyusunan Kontrak). Kredit Suatu Tinjauan Yuridis.
Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Jakarta: Djambatan, 1997.
Satrio. J, Parate Eksekusi Sebagai Sarana Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata
Menghadapi Kredit Macet. Dalam Sistem Hukum Nasional.
Bandung: Citra Aditya, 1993. Jakarta: Prenada Media Group,
Satrio. J. Hukum Jamian, Hak Jaminan 2008.
Kebendaan. Bandung: PT. Citra Witanto, DY. Hukum Jaminan Fidusia
Aditya Bakti, 2002. dalam Perjanjijan Pembiayaan
Konsumen. Bandung: CV. Mandar
Maju, 2015.

B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana jika debitur wanprestasi dalam perjanjian gadai menurut
undang-undang hukum perdata (KUH Perdata)
4. Bagaimana penyelesaian debitur yang melakukan wanprestasi dalam
perjanjian gadai menurut undang-undang hukum perdata (KUH Perdata)

Anda mungkin juga menyukai