Anda di halaman 1dari 14

Pertemuan Ke-2

KONSEP DASAR HUKUM JAMINAN


PENGERTIAN HUKUM JAMINAN

Jaminan zekerheid atau cautie

Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada


kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa
debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang yang timbul dari suatu
perikatan.
Hukum Jaminan zakerheidsstelling
security of law

Menurut Salim, HS, Hukum Jaminan adalah


keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur
hubungan hukum antara pemberi dan penerima
jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan
jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
ARTI PENTINGNYA HUKUM JAMINAN DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI SUATU NEGARA

Pembangunan Ekonomi Indonesia

1. menunjang kemajuan ekonomi


2. menunjang kegiatan perkreditan
3. menunjang kegiatan penanaman modal
4. menunjang kegiatan pembangunan perumahan
rakyat
5. menunjang perlindungan terhadap ekonomi
lemah
Arti Penting Hukum Jaminan
1. Didalam perkembangan ekonomi dan perdagangan
selalu diikuti dengan perkembangan kebutuhan
pembiayaan usaha/kredit usaha.
2. Sebagai perlindungan hukum maka fasilitas
pembiayaan/ kredit yang diberikan oleh kreditur
(Bank/lembaga pembiayaan) adalah memerlukan
jaminan atau agunan.
3. Dengan pemberian jaminan (agunan) ini akan dapat
diperoleh pengembalian piutangnya jika debitur
wanprestasi atau ingkar janji melalui eksekusi benda
jaminan tersebut.
SEJARAH HUKUM JAMINAN DI INDONESIA
1. Zaman Hindia Belanda
Buku II KUH Perdata dan stb. 1908 No. 542
sebagaimana telah di ubah menjadi stb. 1937 No.
190 tentang Credietverband.
Gadai (Pand) diatur dalam pasal 1150 – 1160 KUH
Perdata. Ketentuan ini ditujukan bagi orang bumi
putra (Indonesia asli).
Hipotek diatur dalam pasal 1162 – 1232 KUH
Perdata.
2. Zaman Jepang
Pemerintah Dai Nippon masih memberlakukan
ketentuan hukum yang tercantum dalam KUH
Perdata dan Credietverband sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 UU No. 1 Tahun 1942.
3. Zaman Kemerdekaan
a. Era Sebelum Reformasi
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria mencabut aturan Buku II
KUH Perdata mengenai bumi, air, serta kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya, kecuali
mengenai hypotheek.
UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
b. Era Reformasi
UU No. 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia
ASAS-ASAS UMUM HUKUM JAMINAN
 Asas Publicitet
 Asas Specialitet
 Asas Tak Dapat Dibagi-bagi
 Asas Inbezittstelling
 Asas Horizontal
PENGATURAN HUKUM JAMINAN
DIDALAM PASAL 1131 BW

Pasal 1131 BW mengatur segala kebendaan seorang debitur,


baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari,
menjadi jaminan untuk segala perikatan pribadi debitur tersebut.
Pasal 1131 BW mengandung asas-asas:
1. Asas schuld dan Haftung: setiap orang bertanggungjawab
terhadap utangnya, yaitu penyediaan kekayaannya baik benda
bergerak maupun tidak bergerak yang akan dijual untuk
melunasi utangnya.
2. Asas kepercayaan: setiap orang yang memberikan utang
kepada orang lain harus percaya bahwa debitur akan
memenuhi prestasinya.
3. Asas moral : setiap orang wajib memenuhi janjinya.
PENGATURAN HUKUM JAMINAN
DIDALAM PASAL 1132 BW

Pasal 1132 BW mengatur kebendaan tersebut dalam


pasal 1131 BW menjadi jaminan bersama bagi para
kreditur dan hasil penjualan kebendaan tersebut dibagi
diantara para kreditur seimbang menurut besar kecilnya,
kecuali ada alasan alasan yang sah untuk mendahulukan
piutang yang satu dari piutang yang lain.
Pasal 1132 BW mengandung asas-asas:
1. Asas Paritas Kreditorium yang berarti kedudukan para
kreditur adalah sama.
2. Asas Keseimbangan yang berarti masing-masing
kreditur memperoleh piutangnya seimbang dengan
piutang kreditur yang lain.
PENGATURAN HUKUM JAMINAN
DIDALAM PASAL 1133 BW

Pasal 1133 BW mengatur piutang yang didahulukan adalah piutang


dengan hak privilege, gadai dan hipotik (asas droit de preference).
Sehubungan peristilahan privilege maka dalam Pasal 1134 (1) BW
dijelaskan privilege/hak istimewa adalah suatu hak yang oleh undang-
undang diberikan kepada seseorang berpiutang sehingga tingkatannya
lebih tinggi dari berpiutang lainnya semata-mata berdasarkan sifat
piutangnya.
Pasal 1134 (2) BW mengatur gadai dan hipotik adalah lebih tinggi
daripada privilege, kecuali oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.
Privilege lebih tinggi dari gadai dan hipotik yang meliputi: biaya yang
dikeluarkan untuk mengeksekusi benda bergerak atau tidak bergerak,
piutang-piutang dari orang yang menyewakan benda tidak bergerak, biaya
perkara yang disebabkan karena pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan, biaya untuk menyelamatkan benda bergerak dalam pegadaian
dan pembayaran pajak.
RUANG LINGKUP PENGATURAN HUKUM
JAMINAN DI INDONESIA
1. Buku II KUH Perdata tentang Benda
2. Buku III KUH Perdata tentang Perikatan
3. KUH Dagang
4. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-pokok
agraria
5. UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas
Tanah beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan
Tanah
6. UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
7. Pasal 49 UU No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai