Anda di halaman 1dari 4

Fakultas Hukum Universitas Dr Soetomo

Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah : Hukum Jaminan
Semester/Kelas : VII/ K P
Waktu : 75 menit
Sifat : Terbuka
Nama : Fiola Novita Uli Arta S
Nim : 202011500044

1. Jelaskan makna yang terkandung dari ketentuan yang termuat dalam Pasal 1131
B.W., Pasal 1132 B.W. dan Pasal 1133 B.W. (Min 150 kata)
2. Jelaskan kedudukan kreditur dalam transaksi berjaminan menurut Pasal 1131-1133
B.W.(Min 150 kata)
3. Jelaskan prinsip spesialitas dan publisitas yang berlaku dalam transaksi jaminan
gadai, jaminan fidusia dan jaminan resi gudang. (Min 150 kata)
4. Jelaskan kapan berlakunya dan berakhirnya transaksi jaminan gadai, jaminan
fidusia, dan jaminan resi gudang. ((Min 150 kata)
5. Jelaskan keberlakuan asas accesoir dalam pengaturan hukum jaminan (Min 150
kata)

Catatan:
a. Lembar jawaban UTS diunggah di e learning sesuai jadwal UTS
b. Tulisan ringkas padat bernas proporsional (750-1000 kata)
c. Tulisan bersifat orisinil bukan hasil plagiasi atau copy paste.

Selamat bekerja
Semoga sukses

Jawab
1. Jaminan umum dilandasi oleh Pasal 1131 dan 1132 BW yang menjelaskan “Segala
barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan
ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu.” dan dilanjutkan ,
“Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya hasil penjualan
barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing kecuali bila di antara
para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan. “.

Namun pengaturan dalam BW tersebut hanya memberikan segala barang tanpa mensepsifikan
barang apa yang dapat dikategorikan sebagai jaminan. Agar seorang kreditur mempunyai
kedudukan yang lebih baik dibanding kreditur lainnya, maka utang kreditur tersebut dapat diikat
dengan hak jaminan khusus sehingga kreditur tersebut memiliki hak preferensi dalam pelunasan
utangnya. Hak preferensi ini dapat kita lihat pada klausul terakhir Pasal 1132 KUH Perdata,
yakni: “…kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan.”
Mengeani siapa saja orang yang memiliki hak preferensi ini menurut Pasal 1133 KUH Perdata
ialah orang-orang yang berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan dari hipotek.

Dari ketentuan pasal ini pula diketahui hak jaminan yang bersifat khusus itu terjadi:

 Diberikan atau ditentukan oleh undang-undang sebagai piutang yang diistimewakan


(Pasal 1134 KUH Perdata).
 Diperjanjikan antara debitur dan kreditur, sehingga menimbulkan hak preferensi bagi
kreditur atas benda tertentu yang diserahkan debitur (Pasal 1150 dan Pasal 1162 KUH Perdata,
Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 27 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 dan Pasal 1180 KUH
Perdata).

Dengan demikian, kedudukan kreditur dalam pelunasan piutangnya bergantung pada hak
jaminan yang dipegangnya. Karena kreditur yang memiliki hak preferensi atau memegang hak
jaminan khusus akan lebih baik kedudukannya dari kreditur yang memegang hak jaminan umum.
Adapun hak jaminan khusus ini timbul timbul karena diperjanjikan secara khusus antara debitur
dan kreditur. 

2. Dalam praktek perbankan dikenal sebagai company (corporate) guarantee yaitu jaminan
perusahaan berupa surat keterangan dari pimpinan perusahaa perihal keabsahan, kedudukan dan
penghasilan dari pihak yang minta jaminan.

Azas kesamaan (pasal 1131 dan 1132 kuh perdata), dalam arti bahwa tidak membedakan mana
piutang yang lebih dulu terjadi dan piutang yang terjadi kemudian. Semuanya mempunyai
kedudukan yang sama, tidak mengindahkan urutan terjadinya, semua mempunyai kedudukan
yang sama terhadap harta kekayaan debitur.
Jika pada jaminan perorangan kreditur merasa terjamin karena mempunyai lebih dari seorang
debitur yang dapat ditagih untuk memenuhi piutangnya, maka pada jaminan kebendaan kreditur
merasa terjamin karena mempunyai hak didahulukan (preferensi) dalam pemenuhan piutangnya
atas hak hasil eksekusi terhadap benda-benda debitur

3. a. Salah satu asas yang penting dalam hukum jaminan kebendaan adalah Asas Publisitas.
Asas ini bermakna bahwa pembebanan atas benda dengan hak jaminan harus memenuhi
kewajiban mengumumkan ke masyarakat. Semua jaminan kebendaan, baik itu Gadai, Hipotek,
Fidusia, maupun Hak Tanggungan harus memenuhi asas publisitas.

b. Sesungguhnya asas spesialitas adalah suatu asas yang mewajibkan pencantuman data
secara lengkap dalam akta fidusia, dan apabila asas publisitas adalah asas yang mewajibkan
bahwa terhadap fidusia harus didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia.

4. a. Jaminan Gadai:

Gadai terjadi apabila debitur atau pemberi gadai menyerahkan bendabergerak sebagai jaminan
kepada si kreditur atau pemegang gadai dan kreditur diberi kekuasaan untuk mengambil
pelunasan dengan menjual barang jaminan ituapabila debitur wanprestasi.

Hak gadai hapus bila gadai itu lepas dari kekuasaan pemegang gadai. Namun bila barang itu
hilang, atau diambil dari kekuasaannya, maka ia berhak untuk menuntutnya kembali menurut
Pasal 1977 alinea kedua, dan bila gadai itu telah kembali, maka hak gadai itu dianggap tidak
pernah hilang.

b. Jaminan Fidusia

Tata cara pendaftaran jaminan fidusia adalah dengan cara melakukan permohonan pendaftaran
disertai starat- syarat hyang telah ditetapkan ke kantor jaminan fidusia dengan membayar biaya
pendaftaran, setelah itu dibuatkan sertifikat jaminan fidusia

Menurut Pasal 25 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Fidusia menjelaskan tentang
hapusnya jaminan fidusia apabila barang tersebut hilang atau musnah. Dengan hilangnya atau
musnahnya barang jaminan fidusia maka perjanjian fidusia tersebut seharusnya berakhir.

c. Jaminan Resi Gudang

Pembebanan Hak Jaminan terhadap Resi Gudang dibuat dengan Perjanjian Hak Jaminan. Dalam
hal terjadi perubahan Perjanjian Hak Jaminan, maka penerima Hak Jaminan memberitahukan
kepada Pusat Registrasi dengan menggunakan formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan oleh
Badan Pengawas.

5. Sifat Accessoir Perjanjian Jaminan Pada dasarnya, perjanjian utang piutang tidak wajib
diikuti dengan adanya perjanjian jaminan. Sesuai Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUH Perdata”), agar terjadi perjanjian yang sah, hanya perlu dipenuhi empat syarat:
kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; kecakapan untuk membuat suatu perikatan; suatu
pokok persoalan tertentu; suatu sebab yang halal/tidak terlarang.

Perjanjian jaminan merupakan perjanjian accessoir dari perjanjian utang piutang. Menurut Frieda
Husni Hasbullah dalam bukunya Hukum Kebendaan Perdata Jilid II: Hak-Hak yang Memberi
Jaminan (hal. 6), sifat accessoir berarti perjanjian jaminan merupakan perjanjian tambahan yang
tergantung pada perjanjian pokoknya. Perjanjian pokok adalah perjanjian pinjam meminjam
atau utang piutang, yang diikuti dengan perjanjian tambahan sebagai jaminan. Perjanjian
tambahan tersebut dimaksudkan agar keamanan kreditur lebih terjamin (hal. 6).

Anda mungkin juga menyukai