TINJAUAN PUSTAKA
merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda yaitu zekerhaid atau coutie
hukum jaminan di Indonesia terdapat pada Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum
kebendaan si berhutang baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yangsudah
ada maupun yang baru aka nada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk
perikatan perseorangan.”
berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. Beberapa ahli juga
yang diberikan oleh seorang debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur
Dari rumusan Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ada 2 (dua) macam bentuk jaminan yaitu Jaminan Umum dan
Jaminan Khusus. Definisi dari jaminan umum adalah jaminan yang diberikan bagi
kepentingan semua kreditur yang menyangkut semua harta kekayaan debitur. 1 Dari
definisi tersebut dapat dilihat bahwa benda-benda jaminan tidak hanya diperuntukkan
untuk kreditur tertentu, akan tetapi hasil dari penjualan benda yang menjadi jaminan
akan dibagi secara seimbang untuk seluruh kreditur sesuai dengan jumlah hutang
1
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang Memberikan, (Jakarta:
Indo Hill-Co, 2005), hlm. 8.
Dalam jaminan umum ini tidak akan terjadi masalah jika hasil penjualan
benda jaminan mencukupi seluruh hutang debitur kepada kreditur, akan tetapi jika
hasil penjualan benda jaminan tidak mencukupi hutang debitur kepada kreditur maka
hasil penjualan benda jaminan akan dibagi berdasarkan presentase piutang yang
dimiliki oleh kreditur kepada debitur. Hali ini akan tetap menjadi masalah, karena
hutang debitur tetap tidak dapat dibayar secara lunas sehingga akan menimbulkan
kerugian terhadap kreditur. Jadi jaminan umum masih belum memberikan keamanan
bagi kreditur untuk mendapatkan pelunasan atas piutangnya secara penuh. Untuk
bentuk jaminan yang memberikan hak kepada kreditur untuk menjadi kreditur
preferent yaitu kreditur yang harus didahulukan dalam pembayaran diantara kreditur-
Oleh karena itu dibentuklah bentuk jaminan lain, yaitu bentuk jaminan
2. Ditinjau dari sudut haknya, para kreditur konkuren mempunyai hak yang
orang-orang tertentu.
undang-undang.
yang ada pada bentuk jaminan umum. Dalam Pasal 1132 KUHPerdata terdapat
kalimat yang berbunyi, “kecuali diantara para kreditur ada alasan-alasan yang sah
untuk didahulukan”. Dengan adanya kalimat tersebut dalam Pasal 1132 KUHPerdata,
jaminan umum. Bentuk jaminan khusus ditentukan secara terbatas dan tegas pada
Pasal 1133 KUHPerdata yang menyatakan bahwa, “Hak untuk didahulukan diantara
orang-orang berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai, dan dari hipotek”. Jadi
adanya alasan untuk dapat didahulukan dapat terjadi karena ketentuan undnag-
undnag, dapat juga terjadi karena diperjanjikan antara debitur dan kreditur.
tagihan pasti akan dilunasi akan tetapi hanya memberikan kepada yang tidak
memegang jaminan khusus atau dengan kata lain relatif lebih terjamin dalam
pemenuhan tagihan.2 Oleh karena itu, dalam doktrin masih dikenal mengenai
pembagian bentuk jaminan yang lain, yaitu: yang pertama adalah hak jaminan
2
J. Satrio, Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2002), hlm. 10.
(personalijkezekerheidscrechten), kemudian yang ketiga adalah Hak jaminan yang
lain.
suatu kebendaan milik debitur hak untuk memanfaatkan benda tersebut jika debitur
melakukan wanprestasi. Dalam jaminan kebendaan ini, benda milik debitur yang
dapat dijaminkan dapat berupa benda bergerak maupun benda tak bergerak. Untuk
benda bergerak, dapat dijaminkan dengan gadai dan fidusia. Sedangkan untuk benda
yang tidak bergerak, dapat dijaminkan dengan hak tanggungan, adapun cirri-ciri dari
milik debitur.
suite/zakaaksqevolg).
5. Mengandung asas prioritas, yaitu hak kebendaan lebih dulu terjadi akan
(accessoir).
2. Ada benda tertentu milik debitur yang dipegang oleh kreditur atau terikat
kepada hak kreditur, yang berharga bagi debitur dan dapat memberikan
berharga dan telah dianggap atau telah diakui menjadi miliknya, menjadi
Menurut Subekti, yang dimaksud dengan jaminan perorangan adalah suatu perjanjian
antara seorang yang berpiutang atau kreditur dengan seorang ketiga yang menjamin
tidak memberikan hak untuk didahulukan pada benda-benda tertentu, karena harta
penanggung tidak dapat mengikatkan diri untuk lebih, maupun dengan syarat-syarat
hutangnya atau dengan syarat-syarat yang kurang. Jika penanggungan diadakan untuk
lebih dari hutangnya, atau dengan syarat-syarat yang kurang jika penanggungan
diadakan untuk lebih dari hutangnya, atau dengan syarat-syarat yang lebih berat,
maka perikatan itu tidak sama sekali batal, melainkan ia adalah hanya untuk apa yang
dari penanggung kurang ataupun sama dari perjanjian pokoknya, maka perjanjian
penanggungan batal, akan tetapi kewajiban dari penanggung hanya sebatas pada
perjanjian pokok batal, maka perjanjian penanggungan juga akan batal. Akan tetapi
“Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah. Namun
kebelumdewasaan”.
jika berhubungan dengan diri pribadi seseorang misalnya dalam hal belum dewasa.
misalnya borgtocht.
kekayaan debitur.
5. Jika suatu saat terjadi kepailitan, maka hasil penjualan dari benda-benda
masing-masing.
kebendaan dan jaminan perorangan adalah jaminan yang lain. Hal ini merupakan
pegawai, dan surat pension. Benda-benda ini brsifat sangat pribadi sehingga sulit
berharga bagi pemiliknya akan tetapi akan sulit dieksekusi karena benda-benda ini
tidak mempunyai nilai ekonomis untuk orang lain dan tidak dapat dijual sehingga
2.2.1. Gadai
1. Pengertian gadai
suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang
dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu
sebagai gadai dan yang harus didahulukan. Dasar hukum dari gadai adalah
2. Sifat-Sifat Gadai
khusus, yaitu:
tambahan juga sah, dan sebaliknya jika perjanjian hutang piutang tidak
sah, maka perjanjian gadai juga tidak sah. Dengan demikian jika
6
J. Satrio, Op. Cit,, hlm. 89.
tertentu perjanjian gadai batal, maka perjanjian hutang piutang masih
hutang.
terjadi.
2.2.2. Fidusia
1. Pengertia Fidusia
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
yang membedakan fidusia dengan gadai adalah pada fidusia, benda yang
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Sama dengan gadai, fidusia pada
masih tetap dikuasai oleh debitur sebagai peminjam pakai dan bertujuan
2. Ciri-ciri Fidusia
Sebagaimana jaminan gadai, jaminan fidusia juga memiliki ciri-ciri
a. Accessoir
tersebut. Oleh karena itu jika perjanjian pokok berupa hutang piutang
b. Constitutum Possessorium
c. Parate executie
yang seperti halnya gadai dan hipotek, maka kreditur selaku penerima
title.
tanggungan atas tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang
pada hak atas tanah (sebagaimana dimaksud dalam UUPA) berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah itu,
1996 yang antara lain menyatakan bahwa objek hak tanggungan dijual
2. Selalu mengikuti objek yang dijamin oleh siapapun objek itu berada.
1996. Dalam penjelasan atas Pasal 7 tersebut, dinyatakan bahwa sifat ini
menjadi milik pihak lain, kreditur masih tetap dpat menggunakan haknya
berkepentingan.
executorial tercantum dalam Pasal 1155 dan Pasal 1178 ayat (2)
a. Dapat dinilai dengan uang, karena hutang yang dijamin adalah berupa
uang.
b. Termasuk hak yang wajib didaftar dalam daftar umum karena harus
cidera janji, benda yang dijadikan jaminan akan dijual di muka umum.
hukum Romawi, yaitu teori tentang culpa dari Lex Aquilla, kemudian terjadi
melawan hukum yang sederhana, tetapi dapat menjaring semua (catch all),
berupa perbuatan melawan hukum yang dirumuskan sebagai perbuatan yang
hukum yang berasal dari KUHPerdata Prancis tersebut pada paruh kedua abad
terhadap perbuatan melawan hukum yang diartikan pada waktu itu sebagai
hak subjektif orang lain. Dengan kata lain perbuatan melawan hukum
7
Munir Fuady (a), Perbandingan Hukum Perdata, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Bandung,
2005), hlm. 80.
adalah berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan dengan kewajiban
hukum si pelaku atau melanggar hal subjektif orang lain. Dalam hal ini
arrest dari Hoge Road 1919 Nomor 110 tanggal 31 Januari 1919, maka
Hal berbuat atau tidak berbuat itu adalah melanggar hak orang lain,
atau itu adalah bertentangan dengan kewajiban hukum dari orang yang
berbuat (sampai di sini adalah merupakan perumusan dari pendapat
yang sempit),atau berlawanan baik dengan kesusilaan maupun
melawan kepantasan yang seharusnya ada di dalam lalu lintas
masyarakat terhadap diri atau benda orang lain).9
8
I.S. Adiwinata, Pengantar Study Hukum Perdata, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 184.
9
Ibid., hlm. 185.
Dengan demikian pengertian perbuatan melawan hukum dalam arti
luas berdasarkan pernyataan di atas, bahwa perbuatan itu tidak saja melanggar
hak orang lain dan bertentangan dengan kewajiban hukum dari pelakunya atau
yang berbuat, tetapi perbuatan itu juga berlawanan dengan kesusilaan dan
kepantasan terhadap diri atau benda orang lain, yang seharusnya ada di dalam
hukum dalam arti sempit hanya mencakup Pasal 1365 KUHPerdata, dalam
arti pengertian tersebut dilakukan secara terpisah antara kedua Pasal tersebut.
tersebut adalah:
betul-betul berbuat, sedangkan dalam Pasal 1365 KUHPerdata itu untuk orang
yang tidak berbuat. Pelanggaran kedua Pasal ini mempunyai akibat hukum
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Alumni, 2002), hlm. 142.
1365 KUHPerdata dan perbuatan negatif Pasal 1366 KUHPerdata hanya
1919, karena pada waktu itu pengertian melawan hukum (onrechtmatig) itu
pengertian melawan hukum itu sudah menjadi lebih luas, yaitu mencakup juga
perbuatan negatif. Ketentuan Pasal 1366 KUHPerdata itu sudah termasuk pula
arrest tanggal 31 Januari 1919 dan pendapat para sarjana hukum, walaupun
saling berbeda antara satu sama lainnya, namun mempunyai maksud dan
seseorang yang telah melanggar hak orang lain atau yang bertentangan dengan
maupun tidak tertulis, seperti adat kebiasaan dan lain sebagainya. 11 Ajaran
sifat melawan hukum memiliki kedudukan yang penting dalam hukum pidana
di samping asas legalitas. Ajaran ini terdiri dari ajaran sifat melawan hukum
11
Ibid., hlm. 144.
12
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), hlm. 21.
Sifat melawan hukum formal terjadi karena memenuhi rumusan delik
Jika ada alasan-alasan tersebut harus juga disebutkan secara tegas dalam
undang-undang.
masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut atau tercela, karena itu
dengan kata lain, alasan pembenar dapat berada pada hukum yang tidak
tertulis.
2.3.2. Syarat Perbuatan Melawan Hukum
berikut:
kerugian.13
aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), misalnya tidak
(karena ada juga kewajiban yang timbul dari suatu kontrak). Karena
atau kata sepakat” dan tidak ada juga unsur “causa yang
dalam arti “tidak sengaja” (lalai). Menurut hukum perdata, seorang itu
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2000), hlm. 4.
14
Achmad Ichsan, Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pembimbing Masa, 1969), hlm. 250.
melakukan/tidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya
tidak terlepas dari dapat tidaknya hal itu dikira-kirakan. Dapat dikira-
kirakan itu harus diukur secara objektif, artinya manusia normal dapat
Sejak tahun 1919, unsur melawan hukum tersebut diartikan dalam arti
15
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 4.
(Onrechtmatig) sama dengan melanggar Undang-Undang
(Onwetmatig).
tersebut.
tersebut (strict liability), hal tersebut tidak didasari atas Pasal 1365
16
Ibid.
(schuld) dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui
uang.
Von Kries. Menurut ini yang dianggap sebagai sebab adalah perbuatan
hukum. Untuk hubungan sebab akibat ada 2 (dua) macam teori, yaitu
“fakta” atau apa yang secara faktual telah terjadi. Setiap penyebab
sebab akibat jenis ini sering disebut dengan hukum mengenai “but for”
Von Buri adalah salah satu ahli hukum Eropa Kontinental yang
perbuatan melawan hukum belum dianggap sebagai suatu cabang hukum yang
berdiri sendiri, tetapi hanya merupakan sekumpulan dari writ (model gugatan
yang baku) yang tidak terhubung satu sama lain. 17 Penggunaan writ ini
sebagai suatu bidang hukum tersendiri hingga akhirnya dalam sistem hukum
Anglo Saxon, suatu perbuatan melawan hukum terdiri dari 3 (tiga) bagian:
kesalahan);
17
Munir Fuady (a), Op. Cit., hlm. 82.
18
Ibid., hlm. 83.
dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian
bagi orang lain. Ilmu hukum mengenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan
atau kaedah-kaedah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan segala
sesuatu yang dianggap sebagai hukum. Berarti jelas bahwa yang dilanggar itu
adalah hukum dan yang dipandang atau dianggap sebagai hukum, seperti
sebagainya.
hukum itu tidak harus membawa kerugian kepada orang lain. Dengan
19
Munir Fuady (b), Perbuatan Melawan Hukum, (Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 3.
dipisahkan antara satu dengan lainnya, bahkan harus sejalan dalam
Dalam hal ini ada beberapa definisi dari berbagai isitilah-istilah yang akan
atau pihak (kelompok) atau badan hukum yang merasa hak dan
kepada orang lain atau pihak lain yang menimbulkan kerugian itu melalui
pengadilan.20
pengadilan.21
kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi
6. Hak Tanggungan adalah penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi
Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk
kepadanya.25
23
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 7.
24
Hartono Hadisaputro, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, (Yogyakarta:
Liberty, 1984), hlm. 20.
25
Andrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, (Jakarta:Sinar Grafika, 2001), hlm. 54.