Anda di halaman 1dari 5

Nama : PATRICK ASSYAUQI LIL ALAMIN

Nim : 20.02.51.0015

Progdi : ILMU HUKUM

Tugas membuat Tinjauan Umum Tentang Hukum Jaminan & Penggolongan Lembaga Jaminan

A. Tinjauan Umum Hukum Jaminan di Indonesia


Hukum jaminan terdiri dari dua kata yaitu hukum dan jaminan. Hukum
menurut Soedikno Mertokusumo adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau
kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keselurahan peraturan tingkah laku yang
berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi.Sedangkan pengertian tentang jaminan adalah rumusan atau definisi yang tegas tentang
jaminan tidak ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Namun berdasarkan
pendapat pakar hukum, jaminan dapat diartikan sebagai sesuatu yang diberikan debitur kepada
kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan
mengemukakan pengertian hukum jaminan adalah mengatur kontruksi yuridis yang
memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya
sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian
hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri mupun luar negeri. Adanya
lembaga jaminnan dan lembaga demikian, kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga
kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah.
Sifat perjanjian jaminan dikontruksikan sebagai perjanjian yang besifat accesoir, yaitu
merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan perjanjian pokok, berupa perjanjian pemberian
kredit atau perjanjian membuka kredit oleh Bank. Kedudukan perjanjian penjaminan yang
dikontruksikan sebagai perjanjian accesoir itu menjamin kuatnya lembaga jaminan tersebut bagi
pemberian kredit oleh kreditor. Perjanjian jaminan sebagai perjanjian yang bersifat accesoir
memperoleh akibat-akibat hukum, seperti:
a. Adanya perjanjian pokok
b. Hapusnya tergantung pada perjanjian pokok
c. Jika perjanjian pokok batal- ikut batal
d. Ikut beralih dengan beralihnya perjanjian pokok
e. Jika perutangan pokok beralih karena cessi, subrogasi maka ikut berali juga tanpa adanya
penyerahan khusus

Jaminan dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sudut pandang tertentu,
misalnya cara terjadinya, sifatnya kebendaan yang dijadikan obyek jaminan, dan lain sebagainya.
Jaminan karena Undang-Undang adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh seperti
jaminan umum, hak privilege dan hak retensi yang tercantum dalam Pasal 1132 dan Pasal 1134
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sedangkan jaminan karena perjanjian adalah
jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian yang diadakan para pihak, seperti gadai,
hipotek, hak tanggungan, fidusia dan hak jaminan resi gudang.Dalam jaminan yang bersifat
umum, semua kreditur mempunyai kedudukan yang sama terhadap kreditur-keditur yang lain,
tidak ada kreditur yang diutamakan atau diistimewakan dari kreditur-kreditur lain.Karena
jaminan umum kurang menguntungkan bagi kreditur, maka diperlukan penyerahan harta
kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus sebagai jaminan pelunasan utang debitur,
sehingga kreditur yang bersangkutan mempunyai kedudukan yang diutamakan daripada
kreditur-kreditur lain dalam pelunasan utangnya. Jaminan yang seperti ini memberikan
perlindungan keada kreditur dan didalam perjanjian akan diterangkan mengenai hal ini.Jaminan
khusus memberikan kedudukan mendahului (preferen) bagi pemegangnya.Jaminan yang
bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda, yang
mempunyai ciri-ciri hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan
terhadap siapapun,selalu mengiuti bendanya dan dapat diperalihkan.Sedangkan jaminan
perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perseorangan tertentu,
hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu,terhadap harta kekayaan debitur
umumnya.

B. Pengertian Hukum Jaminan


Istilah jaminan yang digunakan dalam lembaga hukum jaminan di Indonesia merupakan
terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda yaitu zekerhaid atau coutie yang berarti cara-cara
kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya, disamping pertanggungjawaban umum debitur
terhadap barang-barangnya. Dasar hukum dari hukum jaminan di Indonesia terdapat pada pasal
1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa:“ Segala kebendaan si
berhutang baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru
akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk perikatan perseorangan.”
Adapun dalam pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Dinyatakan kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama semua orang yang
mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut
keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing kecuali apabila di antara
para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Beberapa ahli juga mendefinisikan istilah jaminan antara lain :


a. Hartono Hadisapoetro berpendapatbahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada
debitur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang yang timbull dari suatu perikatan.
b. M. Bahsan berpendapat bahwa jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur dan
diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang piutang dalam masyarakat.
c. Mariam Darus Badrulzaman sebagaimanayang dikutip oleh Ny.Frieda Husni Hasbullah
menyatakan bahwa jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan
atau pihak ketiga kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.
d. Thomas Suyanto berpendapat bahwa jaminan adalah penyerahan kekayaan atau pernyataan
kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang.Dari rumusan
Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata tersebut,dapat disimpulkan bahwa ada 2 macam bentuk
jaminan yaitu:
a). Jaminan Umum ; jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditur yang
menyangkut semua harta kekayaan debitur.Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa benda-
benda jaminan tidak hanya diperuntukkan untuk kreditur tertentu, akan tetapi hasil dari
penjualan benda yang menjadi jaminan akan dibagi secara seimbang untuk seluruh kreditur
sesuai dengan jumlah hutang yang dimilik oleh debitur.

Adapun ciri-ciri dari jaminan umum adalah:


1. Para kreditur mempunyai kedudukan yang sama atau seimbang, artinya tidak ada yang
didahulukan dalam pemenuhan piutangnya dan disebut sebagai kreditur yang konkuren.
2. Ditinjau dari sudut haknya, para kreditur konkuren mempunyai hak yang bersifat perorangan,
yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu.
3. Jaminan umum timbul karena undang-undang, artinya antara para pihak tidak diperjanjikan
terlebih dahulu. Dengan demikian para kreditur konkuren secara bersama-sama memperoleh
jaminan umum berdasarkan undang-undang.

b). Jaminan Khusus ; Bentuk jaminan khusus muncul sebagai usaha untuk mengatasi kelemahan
yang ada pada bentuk jaminan umum. Dalam Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
terdapat kalimat yang berbunyi “kecuali diantara para kreditur ada alasan-alasan yang sah
untuk didahulukan”.Dengan adanya kalimat tersebut dalam Pasal 1132 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, terdapat kemungkinan diadakan perjanjian yang menyimpang dari pengaturan
jaminan umum.Bentuk jaminan khusus ditentukan secara terbatas dan tegas pada Pasal 1133
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Hak untuk didahulukan
diantara orang-orang berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai, dan dari hipotek”. Jadi
adanya alasan untuk dapat didahulukan dapat terjadi karena ketentuan undnag-undnag, dapat
juga terjadi karena diperjanjikan antara debitur dan kreditur.

C. Unsur – unsur Hukum Jaminan


1) Adanya kaidah hukum dalam bidang jaminan yaitu:
a. Kaidah hukum jaminan tertulis, adalah kaidah–kaidahhukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan,traktat dan yurisprudensi.
b. Kaidah hukum jaminan tidak tertulis, adalah kaidah–kaidah hukum jaminan yang
tumbuh,hidup,dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam
masyarakat yang dilakukan secara lisan.
2) Adanya pemberi dan penerima jaminan, pemberi jaminan adalah orang atau badan hukum
yang menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan,yang membutuhkan fasilitas
kredit yang lazim disebut debitur.Sedangkan penerima jaminan adalah orang atau badan hukum
yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Badan hukum sebagai penerima jaminan
adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit,dapat berupa lembagaperbankan dan atau
lembaga keuangan non bank.
3) Adanya jaminan, pada dasarnya jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan
materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan yang berupa hak-hak
kebendaan,seperti jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Jaminan imateriil
merupakan jaminan non kebendaan.
4) Adanya fasilitas kredit, dalam pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan
bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan non bank.

D. Penggolongan Lembaga Jaminan


Pada umumnya jenis-jenis lembaga jaminan sebagaimana dikenal dalam tata hukum
Indonesia,dapat digolong–golongkan menurut cara terjadinya,menurut sifatnya,menurut
obyeknya,dan menurut kewenangan menguasainya,yaitu:
Jaminan yang lahir karena ditentukan oleh Undang-Undang dan jaminan yang lahir karena
perjanjian :
a. Jaminan yang tergolong jaminan umum dan jaminan khusus
b. Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan yang bersifat perorangan
c. Jaminan yang mempunyai obyek benda bergerak dan jaminan atas benda tak bergerak
d. Jaminan yang menguasai bendanya dan jaminan tanpa menguasai bendanya

Menurut A. Yudha Hernoko Klasifikasi lembaga jaminan perbankan,penggolongan jaminan pada


umumnya meliputi:
a) Jaminan pokok dan jaminan tambahan, jaminan pokok yaitujaminan yang berupa sesuatu
atau benda yang berkaitan langsungdengan kredit jaminan ini dapat berupa barang, proyek atau
haktagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Jaminantambahan adalah jaminan
yang tidak terkait langsung dengan kredit yang dimohon, Jaminan ini dapat berupa
jaminan,kebendaanmaupun perorangan.Jaminan umum dan jaminan khusus,jaminan umum
yaitu jaminanyang diberikan oleh debitur kepada setiap kreditur, dimana didalamnya terdapat
hak–hak tagihan yang memberikan kedudukanyang sama pada setiap kreditur (konkuren).
Jaminan umum inilahir karena Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 yakni
“Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun
yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu ”. dan
jugaPasal 1132 KUH Perdata yakni “ Harta kekayaan debitur menjadi jaminan secara bersama-
sama bagi semua kreditur yang memberikan hutang kepadanya “.Sedangkan Jaminan khusus
yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur mempunyai hak dankedudukan yang
didahulukan dalam pelunasan hutang debitur.Jaminan ini menunjuk secara khusus benda–
benda tertentu sebagaijaminan atas piutangnya, serta memberikan kedudukan yangistimewa
(privilege) dan hak untuk didahulukan pada krediturnya(preferent).
b) Jaminan kebendaan dan jaminan perorangan, jaminan kebendaanya itu jaminan yang
mempunyai hubungan langsung dengan bendatertentu,dimana dengan jaminan-jaminan,
kreditur mempunyai hakkebendaan (zakelijkrecht), dengan ciri selalu mengikuti dimanabenda
itu berada (droit de suit, zaakgevolg), dapat beralih, ataudialihkan, diprioritaskan (azas
prioriteit), separatis (dalam hal terjadi kepailitan), serta dapat dipertahankan terhadap
siapapun(absolute). Kreditur dengan jaminan kebendaan akan mempunyaikedudukan sebagai
kreditur preferent,dengan memperoleh kedudukan istimewa (privilege) dan hak yang
didahulukan (droitde preferent). Jaminan perorangan, yaitu jaminan yang hanya mempunyai
hubungan langsung dengan pihak pemberi jaminan.Hal ini sejalan dengan azaspacta sunt
servanda, sebagaimanaterdapat di dalam pasal 1340 KUH Perdata.
c) Jaminan atas benda bergerak dan benda tak bergerak, dalam system hukum perdata di
Indonesia penggolongan atas benda bergerak dantidak bergerak merupakan penggolongan atas
yang terpenting. Halini berhubungan dengan pembendaan dalam penyerahan (levering),
daluaarsa (verjaring),kedudukan berkuasa (bezit), pembebanan/jaminan (bezwaaring).
d) Jaminan dengan menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya.Jaminan dengan
menguasai bendanya, yakni krediturmenguasai benda jaminan secara nyata. Yang termasuk
dalam kategori ini adalah gadai, hak rentensi. Jaminan dengan tanpa menguasai bendanya,
kreditur tidak menguasai benda jaminan secara nyata tetapi hanya menguasai dokumen
atau kepemilikan yuridisnya saja.
Klasifikasi Penggolongan lembaga jaminan sebagaimana diuraikan di atas sangat erat sekali
kaitannya dengan pengertian atau makna dari perjanjian itu sendiri,yaitu menjamin dipenuhinya
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum.
Sebagaimana klasifikasi lembaga jaminan perbankan pembebanan jaminan yang terpenting
adalah jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak,karena sangat terkait dengan
pembebanan atas jaminan tersebut.Dimana untuk benda bergerak pembebanannya bisa dengan
jaminan gadai,bisa dengan fidusia. Untuk benda tidak bergerak dapat dibebankan dengan hak
tanggungan atas tanah dan hypotek untuk kapal laut,pesawat udara dan mesin pabrik yang
mempunyai berat 20 m3.
E. Sumber Hukum Jaminan
Sumber hukum jaminan tertulis umumnya terdapat dalam kaidah –kaidah hukum jaminan yang
berasal dari sumber tertulis seperti :
1. Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgelijk Wetboek (BW),jaminan yang masih
berlaku dalam Buku II Kitab Undang-Undang HukumPerdata adalah gadai (pand) hypotek
kapal laut, Gadai diatur dari Pasal 150-Pasal 1160 KUH Perdata,sedangkan hypotekdiatur
dalam Pasal 1162-232 KUH Perdata.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, diatur dalam Stb. 1847Nomor 23,KUH Dagang terdiri
dari 2 buku, yaitu Buku I tentang dagang pada umumnya dan Buku II tentang hak–hak dan
kewajibanyang timbul dalam pelayanan, yang terdiri dari 754 pasal. Pasal – pasalyang erat
kaitannya dengan jaminan adalah pasal – pasal yangkaitan dengan hypotek kapal laut,yang
diatur dalam pasal 314 – 316KUH Dagang.
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda–
benda yang berkaitan dengan tanah. Undang–undang ini mencabut berlakunya hypotek
sebagaimana diatur dalam Buku II KUH Perdata,sepanjang mengenai tanah dancrediet
verband.
4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia,adapun dasar pertimbangan
lahirnya undang-undang ini adalah:
(1). Kebutuhan yang sangat besar bagi dunia usaha atastersedianya dana,perlu diimbangi
adanya ketentuan hukumyang jelas dan lengkap mengatur mengenai lembagajaminan.
(2) Jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminansampai saat ini masih
didasarkan pada yurisprudensi, danbelum diatur dalam peraturan perundang–undangan
secaralengkap dan komprehensif.
(3) Untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu pembangunan nasional
dan untuk menjaminkepastian hukum, serta mampu memberikan perlindunganhukum bagi
pihak yang berkepentingan.
(4) Pasal 49 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang pelayaran,yang berbunyi: (i)
Kapal yang telah didaftar dapat dibebani hypotek.(ii) Ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Dari sumber-sumber hukum jaminan tersebut pada dasarnya ada 5 sumber hukum jaminan
yang berlaku sebagai sumber hukum positif di Indonesia,yaitu: KUHPerdata, KUH
Dagang,Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996,Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999
dan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1992 khususnya Pasal 49 tentang pelayaran.

Anda mungkin juga menyukai