“HUKUM JAMINAN”
DOSEN PENGAMPU:
ANGGOTA KELOMPOK:
PRODI S1 AKUTANSI
FAKULTAS EKONOMI
Daftar isi...................................................................................................................
Bab I pendahuluan
a. Latar belakang.......................................................................................................
b. Rumusan masalah..................................................................................................
c. Tujuan……............................................................................................................
Bab II pembahasan
A.Kesimpulan……………………………………………………………….……….………
B.Saran………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho kepada Allah
SWT. Karena tanpa rahmat dan ridho-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada ibu DEWI PEBRIYANI S,E, M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Bisnis dan Regulasi. Kami ucapkan juga
terimakasih kepada teman – teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan
data – data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang
”Hukum Jaminan”, makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami memohon saran dan kritik dari teman teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.
PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
Istilah hukum jaminan merupakan terjemahan dari istilah security of law, zakerheidsstelling,
atau zakerheidsrechten. Lembaga jaminan diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Terjadinya peningkatan kebutuhan masyarakat dalam arus niaga harus diimbangi dengan
pengaturan yang jelas dan lengkap mengenai lembaga penjamin. Pembinaan hukum terhadap
bidang hukum jaminan adalah sebagai konsekuensi logis dan merupakan tanggung jawab dari
pembinaan hukum untuk mengimbangi lajunya kegiatan-kegiatan dalam bidang perdagangan,
perindustrian, perseroan, pengangkutan dan kegiatan-kegiatan dalam proyek pembangunan.
Selain itu, adapun Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria yang berbunyi, ”Sesungguhnya telah ditentukan adanya suatu lembaga hak jaminan yang
kuat yang dapat dibebankan pada hak atas tanah dan lembaga hak jaminan tersebut atau disebut
Hak Tanggungan sesuai pasal 51.
b.Rumusan Masalah
1. Apa itu Hukum Jaminan
2. Apa saja jenis-jenis Hukum Jaminan
3. Apa saja Lembaga jaminan di Indonesia
4. Apa itu Hak Tanggungan, Gadai dan Fidusia
c.Tujuan
Mengetahui dengan jelas apa itu Hukum jaminan, jenis-jenis hukum jaminan dan fungsi dari
hukum jaminan serta mengetahui Lembaga jaminan yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang atau kreditur
dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban kewajiban si
berhutang(Debitur) Dasar hukumnya adalah Pasal 1820 KUHPerdata berbunyi:
“Penanggungan ialah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur,
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi
perikatannya.”
2. Jaminan Kebendaan
Jaminan Kebendaan adalah suatu tindakan berupa suatu perjaminan yang dilakukan oleh
si berpiutang(kreditur) terhadap debitornya,atau antara siberpiutang dengan seorang pihak
ketiga guna memenuhi kewajiban dari si berutang (debitur).
3. Jaminan Umum
Menurut Pasal 1131 KUH Perdata, “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”. Pasal tersebut
menjelaskan mengenai jaminan umum. Jaminan umum memberikan kedudukan yang
konkuren pada kreditor. Jaminan umum memberikan hak yang sama pada setiap kreditor
untuk mendapatkan pelunasan utang dari debitor.
4. Jaminan Kusus
Jaminan khusus adalah jaminan yang lahir dari perjanjian. Agar seorang kreditor
mempunyai kedudukan yang lebih baik dibandingkan kreditur konkuren, utang kreditor
dapat diikat dengan hak jaminan yang bersifat khusus, sehingga kreditornya memiliki hak
preferensi dalam pelunasan piutangnya.
Janji yang dimaksud terdapat dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Hak
Tanggungan, yaitu :
Jasa titipan barang adalah jasa yang diberikan pegadaian kepada masyarakat
yang ingin menitipkan barang-barang berharganya. Jasa ini diberikan untuk
memberikan rasa aman kepada pemiliknya, terutama bagi orang-orang yang
akan meninggalkan rumah dalam kurun waktu yang lama.
Memberikan kredit
Ikut serta dalam usaha tertentu bekerja sama dengan pihak ketiga
Fidusia dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan istilah “Penyerahan Hak Milik
Secara Kepercayaan”. Dalam terminologi Belanda istilah lengkapnya berupa Fiduciare
Eigendom Overdracht, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Fiduciary
Transfer of Ownership.
Pada fidusia, berbeda dengan gadai, yang diserahkan sebagai jaminan kepada kreditur
adalah hak milik sedangkan barangnya tetap dikuasai oleh debitur, sehingga yang terjadi
adalah penyerahan secara constitutum possessorium.
Perlu diciptakan pola pelayanan pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik (online
system) untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu dikeluarkan Surat
Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-06.OT.03.01
Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia
Secara Elektronik (Online System) dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015
yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Pendaftaran
jaminan fidusia secara elektronik diberlakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan sehingga lebih mudah, cepat, dan murah. Pendaftaran jaminan fidusia secara
online system memberikan kewenangan kepada Notaris untuk dapat bertindak sebagai
Penerima Kuasa dari Pemohon pendaftar fidusia sehingga tidak perlu repot untuk
datang secara langsung ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia di wilayah kerjanya. Namun, pembubuhan tanda tangan secara elektronik oleh
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia pada Sertifikat
Jaminan Fidusia menimbulkan ketidakpastian mengenai tanggung jawab hukum apabila
terjadi kesalahan pengisian data dalam dokumen elektronik dilakukan melalui online
system oleh Notaris.
Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik dibebani pula
tanggung jawab atas perbuatan sehubungan dengan pekerjaanya 6 dalam pelaksanaan
kewenangannya tersebut. Pendaftaran yang dilakukan di kantor Notaris memerlukan
koneksi internet yang lancar karena koneksi yang terganggu akan mempengaruhi
kelancaran penyimpanan data. Tidak tersedianya database untuk mengecek obyek
fidusia yang telah didaftarkan menjadi kendala pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia
secara online. Kendala tersebut mempengaruhi pertanggungjawaban Notaris secara
hukum sesuai dengan batasan kewenangan yang diberikan kepadanya.
B. SARAN
Lembaga jaminan yang sudah ada di Indonesia sudah cukup baik dan
cakupannya sudah sangat luas dengan adanya undang-undang jaminan fidusia
yang dapat digunakan untuk menjaminkan segala kebendaan yang tidak dapat
dibebankan gadai, hipotik, dan hak tanggungan. Karenanya tidak diperlukan
lembaga jaminan khusus untuk membebankan jaminan terhadap Konosemen.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, maka
dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim Yutisial- Hukum Jaminan- September 18, 2017
G Widjaja – 2000 – library.stik-ptik.ac.id
M Yasir – SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 2016 – core.ic.id
HT Kamello, MS SH -2022 – books.google.com
H Poesoko – 2006 – repository.unair.ac.id
HM Arba, M SH, DA Mulada, MH SH – 2021 – books google.com