Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“HAK TANGGUNGAN”

DOSEN PEMBIMBING :

Adiguna kharismawan S.H.,M.H., CTL.

DI SUSUN OLEH :

EMYLIA.M. D10121447

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS HUKUM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Hak Tanggungan
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak / Ibu dosen yang telah
membimbing saya dalam mata kuliah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini. Saya sebagai penulis mengakui bahwa ada
banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh
pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah saya. Semoga makalah
ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang Hak
Tanggungan.

Palu, 03 November 2022


Penyusun

EMYLIA.M
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...............
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...............
A. Latar Belakang …………………………………………………………............
B. Rumusan Masalah …………………………………………………...................
C. Tujuan ………………………. …………………………………........................
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………........
A. Pengertian Hak Tanggungan …………………………………………...............
B. Ciri-ciri dan Sifat-sifat Hak Tanggungan ……………………............................
C. Objek Hak Tanggungan………………………………………..……….............
D. Tata Cara Pemberian Hak Tanggungan …………….…….....………….............
E. Cara Pendaftaran Hak Tanggungan ………………………..…………...............
F. Eksekusi Hak Tanggungan ………………………...……..…………...............
G. Hapusnya hak tanggungan………………………...……..…………..................
BAB III PENUTUP…………………………………………………………................
Kesimpulan ………………………………………………………………..........
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….............
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak tanggungan merupakan hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu
yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor
lain, dalam arti bahwa apabila debitor wanprestasi, kreditor pemegang hak tanggungan
berhak menjual melalui pelelangan umum hak atas tanah yang dijadikan jaminan tersebut.
Pada prinsipnya pemberian Hak Tanggungan dalam pemberian kredit pada lembaga
keuangan baik bank maupun non bank bertujuan untuk melindungi kreditor dalam rangka
pelunasan piutangnya, apabila debitor wanprestasi tetap dalam kenyataannya kreditor sangat
sulit mendapatkan pelunasan terhadap piutangnnya apabila debitor yang bersangkutan
tersangkut dalam suatu tindak pidana korupsi dan telah dijatuhi sanksi.
Hak tanggungan adalah suatu hak kebendaan yang harus dibuat dengan sebuah akta
autentik dan didaftarkan serta bersifat assessoir dan ekskutorial, yang diberikan oleh debitur
kepada kreditor sebagai jaminan atas pembayaran utang-utangnya, yang berobjekkan tanah
dengan atau tanpa segala sesuatu yang ada di atas tanah tersebut, dengan memberikan hak
prioritas bagi pemegangnya untuk mendapat pembayaran utang terlebih dahulu, daripada
kreditor lainnya, mekipun tidak harus yang mendapat pertama, yang dapat dieksekusi melalui
pelelangan umum atau bawah tangan, atas tagihan-tagihan dari kreditor pemegang hak
tanggungan, yang mengikuti benda objek jaminan, ke mana pun objek hak tanggungan
tersebut dialihkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hak Tanggungan
2. Apa saja Ciri-ciri dan Sifat-sifat Hak Tanggungan
3. Apa saja Objek Hak Tanggungan
4. Bagaimana Tata Cara Pemberian Hak Tanggungan
5. Bagaimana Cara Pendaftaran Hak Tanggungan
6. Apa itu Eksekusi Hak Tangggungan
7. Bagaimana Hapusnya hak tanggungan

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Hak Tanggungan
2. Dapat mengetahui Ciri-ciri dan Sifat-sifat Hak Tanggungan
3. Dapat mengetahui apa saja Objek Hak Tanggungan
4. Mengetahui Tata Cara Pemberian Hak Tanggungan
5. Mengetahui bagaimana Cara Pendaftaran Hak Tanggungan
6. Dapat mengetahui apa itu Eksekusi Hak Tangggungan
7. Dapat mengetahui Hapusnya hak tanggungan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Tanggungan


Penanggung adalah suatu perjanjian dimana seorang pihak ketiga guna kepentingan si
berutang atau debitor mengikatkan diri untuk memenuhi perutangan si berutang . berdasarkan
ketentuan tersebut penanggungan (borgtoch) tidak semata-mata jaminan moral atau referensi
saja , melaikan dalam bentuk perjanjian sendiri, dimana pihak ketiga yang menjamin untuk
membayar hutangnya, bilamana Debitor tidak dapat memenuhi prestasinya, dengan demikian
pemenuhan 0restasi dapat di pertahankan terhadap pihak ketika sebagai penanggung.
Dalam praktik jaminan penanggungan pihak ketiga untuk melunasi kwajiban debitor
dapat berupa jaminan perorangan ( personal guarantee) maupun jamianan perusahaan
( corporate guarantee). Pada umumnya selaku jaminan adalah salah satu direksi atau
pemegang perusahaan Debitoryang bersangkutan, karena merekalah yang mengetahui benar
kondisi dan kemampuan perusahaannyaatau pihak ketiga lainnya yang mempunyai
kemampuan sebagai jaminan (guarantor). Dengan adanya jaminan , maka kreditor merasa
lebih aman, tentunya kreditor harus benar-benar mengenal penjamin mengenai kemampuan
dan mempunyai reputasiny, berpengaruh dalam bisnis dan mempunyai benda-benda bergerak
maupun tidak bergerak yang berharga atau mempunyai saham-saham yang cukup untuk
menjamin Debitor. Jaminan perusahaan dilakukan oleh salah satu direksi atau orang yang
berwenng un tuk bertindak untuk dan atas nama perusahaan yang berangkutan sebagai
penjami.
Ketentuan dalam pasal 1 angka 1 UUHT merumuskan pengertian Hak Tanggungan,
yaitu :
“Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang
selanjutnya disebut hak tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor-kreditor lain”.
Sementara itu, Angka 4 penjelasan Umum atas UUHT antara lain menyatakan :
“Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang tertentu,
yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor
lain. Dalam arti, bahwa jIka debitur cidera janji, kreditor pemegang Hak Tanggungan berhak
menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahulu daripada kreditor-
kreditor lain”.
Jadi, Hak Tanggungan itu merupakan lembaga hak jaminan kebendaan atas hak atas
tanah beserta benda-benda berkaitan dengan tanah yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditor tertentu kepada kreditor pemegang Hak Tanggungan terhadap kreditor-kreditor lain.
Jaminan yang diberikan dalam Hak Tanggungan, yaitu hak yang diutamakan atau mendahulu
dari kreditor-kreditor lainnya bagi kreditor Pemegang Hak Tanggungan

B. Ciri-ciri dan Sifat-sifat Hak Tanggungan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, sebagai lembaga hak jaminan
atas tanah, hak tanggungan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Droit de preferent artinya memberikan kedudukan yang diutamakan terhadap
kreditur-kreditur lain apabila debitur cidera janji.
 Droit de suite artinya selalu mengikuti objek yang dijaminkan. Sifat ini merupakan
salah satu jaminan khusus bagi kepentingan pemegang hak tanggungan.
 Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan
dapat memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
 Memiliki kekuatan eksekutorial dalam arti dapat dilaksanakan eksekusi apabila
debitur cidera janji maka objek jaminan hak tanggungan dapat dilelang yang disebut
parate eksekusi.
 Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi.
 Hak tanggungan untuk menjamin utang yang telah ada satu akan ada.
 Hak tanggungan dapat menjamin lebih dari satu utang. Hak tanggungan dapat
dibebankan pada hak atas tanah saja.
 Hak tanggungan dapat dibebankan pada hak atas tanah berikut benda diatasnya dan
dibawah tanah.
 Hak tanggungan berisi hak untuk melunasi utang dari hasil penjualan benda jaminan
dan tidak memberikan hak bagi kreditur untuk memliki benda jaminan.
Sifat dari hak tanggungan adalah accessoir yaitu merupakan perjanjian tambahan yang
beradasarkan perjanjian pokok. Perjanjian pokoknya adalah perjanjian kredit antara kreditur
dan debitur.

C. Objek Hak Tanggungan


Suatu objek hak tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu hak tanggungan
guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang. Apabila suatu objek hak tanggungan
dibebani dengan lebih dari satu hak tanggungan, peringkat masing-masing hak tanggungan
ditentukan menurut tanggal pendaftarannya pada kantor pertanahan.
Hak-hak atas tanah dalam Undang-undang Pokok Agraria ditunjuk sebagai obyek Hak
Tanggungan adalah sebagai berikut:
 Hak Atas Tanah : Hak Milik, Hak Guna Usaha (HGB), Hak Guna Bangunan (HGU),
Hak Pakai atas Tanah Negara, Hak Pakai Atas Tanah milik, Rumah susun di atas
tanah HM, HGB, HGU dan HP di atas tanah negara, dan hak atas satuan Rusun di atas
HM, HGB, HGU dan Hak Pakai Atas Tanah Negara.
 Benda-benda yang melekat atau satu kesatuan dengan tanah.
D. Tata Cara Pemberian Hak Tanggungan
Berikut tata cara pemberian hak tanggungan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak
Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di
dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang
yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.
2. Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian
Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Apabila obyek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari
konversi hak lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan tetapi
pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan
bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan.
4. Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan,
selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah penandatanganan Akta Pemberian
Hak Tanggungan.
5. PPAT wajib mengirimkan Akta Pemberian Tanggungan yang bersangkutan
dan warkah lain yang diperlukan kepada kantor pertanahan.
6. Pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan oleh kantor pertanahan dengan
membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah
hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan serta menyalin catatan
tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.
7. Sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan, kantor pertanahan menerbitkan
sertifikat Hak Tanggungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

E. Cara Pendaftaran Hak Tanggungan


Tata cara pendaftaran Hak Tanggungan adalah sebagai berikut
Persyaratan :
 Formulir permohonan yang sudah di isi dan ditanda tangani pemohon atau
kuasanya diatas materai cukup
 Surat Kuasa apabila dikuasakan
 Fotokopi Indentitas pemohon (KTP/KK) dan kuasa apabila dikuasakan yang
telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
 Fotokopi Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum yang telah
dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, bagi badan hukum
 Sertipikat Asli
 Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
 Salinan APHT yang sudah diparaf oleh PPAT yang bersangkutan untuk
disahkan sebagai salinan oleh kepala kantor untuk Pembuatan Sertipikat Hak
Tanggungan
 Fotocopy KPT Pemberi HT(Debitur) atau Akta Pendirian Badan Hukum,
Penerima HT (Kreditur) dan/atau kuasanya yang telah dicocokkan oleh
petugas loket
 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) apabila Pemberian
Hak Tanggungan Melalui Kuasa

Prosedur :
 Mendaftar di Loket Pendaftaran
 Membawa seluruh dokumen persyaratan
Waktu penyelesaian :
 7 hari kerja
Biaya/Tarif :
 Rp 50.000 per sertipikat hak tanggungan untuk nilai tanggungan s.d
250.000.000
 Rp 200.000 per sertipikat hak tanggungan untuk nilai tanggungan s.d
1.000.000.000
 Rp 2.500.000 per sertipikat hak tanggungan untuk nilai tanggungan s.d
10.000.000.000
 Rp 25.000.000 per sertipikat hak tanggungan untuk nilai tanggungan s.d
1000.000.000.000
 Rp 50.000.000 per sertipikat hak tanggungan untuk nilai tanggungan diatas
1000.000.000.000
Produk Pelayanan :
 Sertifikat Hak Tanggungan
Pengaduan layanan :
 Loket Pengaduan Kantor Pertanahan

F. Eksekusi Hak Tanggungan


1. Pasal 1 butir (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1996 menyebutkan bahwa “Hak
Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah,
yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah jaminan yang dibebankan
pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah milik,
untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.”

2. Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak


Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di
dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang
yang bersangkutan suatu perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut,
dan pemberian Hak Tanggungan tersebut dilakukan dengan pembuatan Akta
Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT (Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang¬-
undang No. 4 Tahun 1996).

3. Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan, dan


sebagai bukti adanya Hak Tanggungan, Kantor Pendaftaran Tanah
menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (Pasal
13 ayat (I), Pasal 14 ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 4 Tahun 1996).

4. Sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama


dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan
apabila debitur cidera janji maka berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat
dalam sertifikat Hak Tanggungan tersebut, pemegang hak tanggungan mohon
eksekusi sertifikat hak tanggungan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
berwenang. Kemudian eksekusi akan dilakukan seperti eksekusi putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap.

5. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan obyek


Hak Tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan, jika dengan demikian
itu akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak (Pasal 20
ayat (2) Undang-undang No.4 Tahun 1996).

6. Pelaksanaan penjualan dibawah tangan tersebut hanya dapat dilakukan setelah


lewat 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pembeli dan/ atau
pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan
diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah
yang bersangkutan dan/ atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang
menyatakan keberatan (Pasal 20 ayat (3) Undang-undang No. 4 Tahun 1996).

7. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan akta notaris
atau akta PPAT, dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain dari


pada membebankan Hak Tanggungan;

b. Tidak memuat kuasa substitusi;

c. Mencantumkan secara jelas obyek Hak Tanggungan, jumlah utang


dan nama serta identitas kreditornya, nama dan identitas debitur
apabila debitur bukan pemberi Hak Tanggungan;

8. Eksekusi hak tanggungan dilaksanakan seperti eksekusi putusan Pengadilan


yang berkekuatan hukum yang tetap.

9. Eksekusi dimulai dengan teguran dan berakhir dengan pelelangan tanah yang
dibebani dengan Hak tanggungan.

10. Setelah dilakukan pelelangan terhadap tanah yang dibebani Hak tanggungan
dan uang hasil lelang diserahkan kepada Kreditur, maka hak tanggungan yang
membebani tanah tersebut akan diroya dan tanah tersebut akan diserahkan
secara bersih, dan bebas dan semua beban, kepada pembeli lelang.
11. Apabila terlelang tidak mau meninggalkan tanah tersebut, maka berlakulah
ketentuan yang terdapat dalam Pasal 200 ayat (11) HIR.

12. Hal ini berbeda dengan penjualan berdasarkan janji untuk menjual atas
kekuasaan sendiri berdasarkan Pasal 1178 ayat (2) BW, dan Pasal 11 ayat (2) e
UU No. 4 Tahun 1996 yang juga dilakukan melalui pelelangan oleh Kantor
Lelang Negara atas permohonan pemegang hak tanggungan pertama, Janji ini
hanya berlaku untuk pemegang Hak tanggungan pertama saja. Apabila
pemegang hak tanggungan pertama telah membuat janji untuk tidak
dibersihkan (Pasal 1210 BW dan pasal 11 ayat (2) j UU No. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan), maka apabila ada Hak tanggungan lain-¬lainnya
dan hasil lelang tidak cukup untuk membayar semua Hak tanggungan yang
membebani tanah yang bersangkutan, maka hak tanggungan yang tidak
terbayar itu, akan tetap membebani persil yang bersangkutan, meskipun sudah
dibeli oleh pembeli dan pelelangan yang sah. Jadi pembeli lelang memperoleh
tanah tersebut dengan beban-beban hak tanggungan yang belum terbayar.
Terlelang tetap harus meninggalkan tanah tersebut dan apabila ia
membangkang, ia dan keluarganya, akan dikeluarkan dengan paksa.

13. Dalam hal lelang telah diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri, maka
lelang tersebut hanya dapat ditangguhkan oleh Ketua Pengadilan Negeri dan
tidak dapat ditangguhkan dengan alasan apapun oleh pejabat instansi lain,
karena lelang yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri dan
dilaksanakan oleh Kantor Lelang Negara, adalah dalam rangka eksekusi, dan
bukan merupakan putusan dari Kantor Lelang Negara.

14. Penjualan (lelang) benda tetap harus di umumkan dua kali dengan berselang
lima belas hari di harian yang terbit di kota itu atau kota yang berdekatan
dengan obyek yang akan dilelang (Pasal 200 ayat (7) HIR, Pasal 217 RBg).

G. Hapusnya Hak Tanggungan


Hak tanggungan hapus karena hal-hal sebagai berikut :

1. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan.


Pada prinsipnya, hak tanggungan akan bergantung pada utang yang dijamin oleh
hak tanggungan. Hal ini mengartikan jika utang tersebut hapus karena pelunasan
utang oleh debitor atau sebab-sebab lain, maka hak tanggungan tersebut juga hapus.
2. Pemegang hak tanggungan melepaskan hak tanggungan.
Hapusnya hak tanggungan karena pelepasan oleh pemegang hak tanggungan harus
dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis dari pemegang hak tanggungan
kepada pemberi hak tanggungan yang menyatakan bahwa hak tanggungan
dilepaskan.
3. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua
Pengadilan Negeri.
Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh ketua
pengadilan negeri dapat dilakukan dengan permohonan yang dibuat oleh pembeli
tanah yang tanahnya dibebankan dengan hak tanggungan guna menghapus hak
tanggungan tersebut.

Pembeli (baik dalam pelelangan umum yang dilakukan oleh ketua pengadilan
negeri atau dalam jual beli secara sukarela) dapat meminta pemegang hak
tanggungan untuk menghapus hak tanggungan yang melebihi harga pembelian. Hal
ini dapat dilakukan dengan pernyataan tertulis dari pemegang hak tanggungan.

Jika tanah tersebut dibebani lebih dari satu hak tanggungan, dan tidak ada
perjanjian antara pemegang hak tanggungan untuk menghapus hak tanggungan
yang di atas harga pembelian, maka pembeli dapat mengajukan permohonan
kepada ketua pengadilan negeri untuk (i) menetapkan pembersihan, dan (ii)
sekaligus menentukan pembagian hasil penjualan lelang di antara para kreditor, dan
peringkat mereka berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri tidak dapat dilakukan jika penjualan
objek hak tanggungan dilakukan secara sukarela, dan di dalam akta pemberian hak
tanggungan, para pihak secara tegas menetapkan bahwa objek tersebut tidak akan
dibersihkan dari hak tanggungan.

4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan.


Hak atas tanah dapat dihapus karena beberapa alasan, seperti (i) pencabutan hak,
(ii) pelepasan secara sukarela oleh pemilik tanah, (iii) penelantaran tanah, (iv)
pelanggaran terhadap persyaratan dari pemegang hak atas tanah, dan (v) tanah
tersebut musnah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hak Tanggungan adalah suatu istilah baru dalam Hukum Jaminan yang diintrodusir
oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA), yang sebelumnya belum dikenal sama sekali, baik dalam Hukum Adat maupun
dalam KUH Perdata.
Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat dibebankan kepada
Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan yang diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan amanat Pasal 51 UUPA tersebut, pada Tanggal 9 April 1996 telah diundangkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (UUHT). Dalam Pasal 29 UUHT ditentukan bahwa
dengan berlakunya UUHT, ketentuan mengenai Credietverband dan ketentuan mengenai
Hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku II KUH Perdata sepanjang mengenai
pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah dinyatakan tidak berlaku lagi. Jadi dengan diundangkannya UUHT tersebut
maka Hak Tanggungan merupakan satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah dalam
Hukum Tanah Nasional yang tertulis.
DAFTAR PUSTAKA

Arba, H. M., et al. Hukum Hak Tanggungan: Hak Tanggungan Atas Tanah dan Benda-Benda
Diatasnya. Sinar Grafika (Bumi Aksara), 2021.
Poesoko, H. (2006). Parate executie obyek hak tanggungan (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Setio Pambudi, Hendrik, Kopong Paron Pius, and Nuzulia Kumala Sari. “Aspek Hukum Asas
Spesialitas Dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan.
Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus,
Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008, hlm. 90-92.
September 5, 2019 UU Pokok Agraria – Hak atas Tanah Lainnya.

Anda mungkin juga menyukai