Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“JAMINAN FIDUSIA”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Jaminan yang diampu oleh:

Dr. Saim Aksinuddin, S.H., M.H.

Disusun oleh:

Aulia Aristawidya Apsarini (201000054)

Kelas A

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak DR. Saim Aksinuddin,
S.H., M.H., sebagai dosen pengampu mata kulih Hukum Jaminan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Cimahi, 11 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia ................................................... 6
2.2 Pembebanan Jaminan Fidusia .................................................................... 7
2.3 Pendaftaran Jaminan Fidusia ..................................................................... 8
2.4 Penghapusan Jaminan Fidusia.................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 10
3.1 Saran ............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11
LAMPIRAN ............................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kebutuhan yang perlu
dipenuhi dan seringkali untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan suatu
dana yang kemudian menyebabkan terjadinya kegiatan ekonomi antara pihak
yang membutuhkan dan pihak yang dibutuhkan. Kegiatan ekonomi tersebut
misalnya adalah pinjam-meminjam, di mana pihak yang membutuhkan dana
(selanjutnya disebut debitur) perlu memenuhi syarat-syarat tertentu
sebagaimana ditawarkan oleh pihak yang dibutuhkan atau pihak yang
meminjamkan dana (selanjutnya disebut kreditur) dalam suatu perjanjian
kredit. Syarat-syarat tertentu tersebut harus terdiri atas klausul-klausul yang
memenuhi kepentingan para pihak agar dapat salah satu pihak dapat
menanggulangi permasalahan-permasalahan hukum yang dapat timbul dari
perjanjian tersebut, salah satunya adalah klausul jaminan.

Menurut Mariam Darus Badruzaman, jaminan adalah suatu tanggungan


yang diberikan oleh seorang debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditor untuk
menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan (Badrulzaman 1987). Adapun
definisi jaminan adalah suatu perikatan antara kreditur dengan debitur, dimana
debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku apabila dalam waktu yang
ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si debitur (Supramono 2009).
Sehingga, dapat disimpulkan jaminan adalah suatu hal berupa objek atau
sejumlah harta milik debitur yang kemudian diperjanjikan sebagai tanggungan
kepada kreditur untuk menjamin kewajiban debitur dalam menjalankan
kewajibannya dan untuk melindungi kreditur apabila terjadinya wanprestasi.

Definisi jaminan diatas juga didukung oleh ketentuan jaminan


sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1131 Burgerlijk Wetboek (BW), yang

4
berbunyi: “segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari,
menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.”

Bentuk objek jaminan sangat beragam, dengan itu jaminan apabila


dibagikan berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua, yakni jaminan perorangan
dan jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan pun terbagi atas dua, yakni benda
tidak bergerak dan benda bergerak, yang mana jaminan benda tidak bergerak
antara lain berupa hak tanggungan dan hipotik. Adapun jaminan bergerak yakni
gadai (pand) dan fidusia.

Eksistensi jaminan fidusia lahir dari adanya kebutuhan pada masyarakat


yang mana pihak debitur sering kali enggan untuk menyerahkan kekuasaan atas
objek jaminan kepada kreditur. Hal ini berbeda dengan gadai (pand) yang juga
merupakan jaminan benda bergerak, tetapi objek jaminan harus diserahkan
kepada kreditur. Dalam makalah ini, peneliti akan membahas mengenai
pengaturan jaminan fidusia. Dasar hukum fidusia tidak diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, melainkan memiliki undang-undangnya
sendiri, yakni Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembebanan jaminan fidusia?


2. Siapa saja yang boleh melapor hapusnya jaminan fidusia ke pihak
berwenang?

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia
Berdasarkan etimologi, kata fidusia berasal dari kata fides yang
mempunyai arti kepercayaan. Dalam bahasa Belanda, istilah ini berasal dari
kata fiducie, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of
ownership. Fidusia dalam bahasa Belanda juga disebut zekerheids eigendom,
artinya hak milik sebagai kepercayaan (Subagiyo 2018).

Definisi fidusia tercantum dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 42 tahun 1999


tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UUJF) yakni pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda. Sedangkan, definisi dari jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1
angka 2 UUJF, yang berbunyi:

“hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.”
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jaminan fidusia
merupakan jaminan pelunasan atas utang debitur kepada kreditur (Syahrani
2018). Bentuk utang yang pelunasannya dijamin dengan fidusia diatur dalam
Pasal 7 UUJF, berupa:

a. utang yang telah ada;


b. utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan dalam
jumlah tertentu; atau

6
c. utang yang pada eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi.

Sebagai contoh kasus, jaminan fidusia dapat digunakan ketika membeli


kendaraan bermotor secara kredit dengan menggunakan perusahaan
pembiayaan atau leasing. Pada hal ini, kendaraan bermotor adalah utang.
Teknisnya, leasing akan membeli kendaraan bermotor tersebut secara kontan
dan debitur akan mencicil atau membayar kembali dana yang dikeluarkan oleh
leasing sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit. Selama
debitur mencicil kepada leasing, debitur memiliki hak untuk menggunakan
kendaraan bermotor tersebut, tetapi apabila debitur gagal memenuhi
kewajibannya untuk membayar cicilan, kendaraan bermotor tersebut dapat
ditarik kembali hak kepemilikannya ke leasing.

2.2 Pembebanan Jaminan Fidusia


Menurut Pasal 4 UUJF, jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari
suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak yang
menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.
Perjanjian ikutan yang dimaksud adalah perjanjian tambahan bersifat accesoir,
yang prestasinya dapat dinilai dengan uang (Syahrani 2018). Pembebanan
jaminan fidusia kemudian diatur dalam Pasal 5 UUJF, di mana pembebanan
benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa
Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia. Isi dari akta jaminan fidusia
selanjutnya diatur dalam Pasal 6 UUJF, sekurang-kurangnya harus memuat:

a. identitas pihak pemberi dan penerima fidusia;


b. data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
c. uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia;
d. nilai penjaminan; dan
e. nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

7
2.3 Pendaftaran Jaminan Fidusia

Dalam Pasal 11 UUJF, disebutkan bahwa benda yang dibebani dengan


jaminan fidusia wajib didaftarkan. Dengan semakin berkembangnya teknologi,
saat ini pendaftaran fidusia dapat dilakukan secara online melalui website
http://fidusia.ahu.go.id dibawah Departemen Hukum dan HAM berdasarkan
Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang
Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara
Elektronik (Online System). Sebelumnya, pendaftaran tersebut harus dilakukan
pada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana yang diatur dalam Pasal
12 ayat (1) UUJF, dan didaftarkan oleh penerima fidusia (kuasa maupun
wakilnya) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 13 ayat (1) UUJF. Tetapi,
pendaftaran jaminan fidusia melalui online dapat dilakukan oleh Notaris, yang
mana notaris hanya perlu memiliki user ID dan password, lalu mengisi form
pendaftaran yang tersedia dalam website. Form pendaftaran dalam website
tersebut tetap sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 13 ayat (2) UUJF, di
mana pernyataan pendaftaran perlu memuat:

a. identitas pihak pemberi dan penerima fidusia;


b. tanggal, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris
yang membuat akta jaminan fidusia;
c. data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
d. uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia;
e. nilai penjaminan; dan
f. nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

2.4 Penghapusan Jaminan Fidusia


Menurut Pasal 25 UUJF, jaminan fidusia dapat hapus disebabkan hal-hal
berikut:

a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;

8
b. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau
c. musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Namun, terdapat perbedaan dalam ketentuan subjek hukum penerima


fidusia dalam UUJF dan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.
Dalam Pasal 25 ayat (3) UUJF disebutkan hanya penerima fidusia yang dapat
memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya
jaminan fidusia, tetapi menurut Pasal 16 ayat (2) PP No. 21/2015 tak hanya
penerima fidusia, melainkan kuasa dan wakil dari penerima fidusia dapat
memberitahukan hapusnya jaminan fidusia. Tak hanya itu, dalam Pasal 25 ayat
(3) UUJF juga tidak disebutkan jangka waktu pemberitahuan tersebut, tetapi
pada Pasal 16 ayat (2) PP No. 21/2015 disebutkan bahwa pemberitahuan
hapusnya jaminan fidusia perlu diberitahukan dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari terhitung sejak hapusnya jaminan fidusia.

Pemberitahuan penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 16 ayat


(3) PP No. 21/2015, paling sedikit perlu memuat:

a. keterangan atau alasan hapusnya Jaminan Fidusia;


b. nomor dan tanggal sertifikat Jaminan Fidusia;
c. nama dan tempat kedudukan notaris; dan
d. tanggal hapusnya Jaminan Fidusia.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pembebanan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 5 UUJF, di mana
pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris
dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia. Dalam
perjanjian kredit, akta jaminan fidusia adalah perjanjian tambahan
(accesoir) yang dapat dinilai dengan uang. Dengan itu, isi dari akta jaminan
fidusia selanjutnya diatur dalam Pasal 6 UUJF, sekurang-kurangnya harus
memuat: identitas pihak pemberi dan penerima fidusia; data perjanjian
pokok yang dijamin fidusia; uraian mengenai benda yang menjadi objek
jaminan fidusia; nilai penjaminan; dan nilai benda yang menjadi objek
jaminan fidusia.
2. Menurut Pasal 25 ayat (3) UUJF, yang hanya boleh memberitahu hapusnya
objek jaminan fidusia kepada Kantor Pendaftaran Fidusia hanyalah
penerima fidusia. Tetapi, menurut Pasal 16 ayat (2) PP No. 21/2015, tidak
lagi hanya penerima fidusia melainkan juga kuasa dan wakil dari penerima
fidusia dengan cara mengirim pemberitahuan 14 (empat belas) hari
terhitung setelah jaminan fidusia terhapus.

3.2 Saran
Menurut peneliti, perlu adanya revisi terhadap UU Jaminan Fidusia
mengikuti perkembangan zaman agar relevan pada keadaan masyarakat saat ini.
Tak hanya itu, perlu adanya edukasi dari notaris dan/atau Kementerian Hukum
dan HAM mengenai penghapusan jaminan fidusia yang sering kali menjadi
masalah karena benda bergerak tidak memiliki tanda kepemilikan, sehingga
akan sulit untuk dapat mengetahui peralihan objek ke pihak ketiga, keempat,
dan seterusnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Buku:

Badrulzaman, Mariam Darus. 1987. Sistem Hukum Perdata Nasional. Makalah Dalam
Kursus Hukum Perikatan: Kerjasama Ilmu Hukum Belanda Dengan Indonesia
Proyek Hukum Perdata. Jakarta.

Subagiyo, Dwi Tatak. 2018. HUKUM JAMINAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-


UNDANG JAMINAN FIDUSIA (Suatu Pengantar). Surabaya: UWKS Press.

Supramono, Gatot. 2009. Perbankan Dan Masalah Kredit. Jakarta: Rineka Cipta.

Syahrani, H. Riduan. 2018. Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: PT.
Alumni.

Peraturan Perundang-Undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168)

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan
Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 80)

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai