“JAMINAN FIDUSIA”
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Jaminan yang diampu oleh:
Disusun oleh:
Kelas A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak DR. Saim Aksinuddin,
S.H., M.H., sebagai dosen pengampu mata kulih Hukum Jaminan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia ................................................... 6
2.2 Pembebanan Jaminan Fidusia .................................................................... 7
2.3 Pendaftaran Jaminan Fidusia ..................................................................... 8
2.4 Penghapusan Jaminan Fidusia.................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 10
3.1 Saran ............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11
LAMPIRAN ............................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kebutuhan yang perlu
dipenuhi dan seringkali untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan suatu
dana yang kemudian menyebabkan terjadinya kegiatan ekonomi antara pihak
yang membutuhkan dan pihak yang dibutuhkan. Kegiatan ekonomi tersebut
misalnya adalah pinjam-meminjam, di mana pihak yang membutuhkan dana
(selanjutnya disebut debitur) perlu memenuhi syarat-syarat tertentu
sebagaimana ditawarkan oleh pihak yang dibutuhkan atau pihak yang
meminjamkan dana (selanjutnya disebut kreditur) dalam suatu perjanjian
kredit. Syarat-syarat tertentu tersebut harus terdiri atas klausul-klausul yang
memenuhi kepentingan para pihak agar dapat salah satu pihak dapat
menanggulangi permasalahan-permasalahan hukum yang dapat timbul dari
perjanjian tersebut, salah satunya adalah klausul jaminan.
4
berbunyi: “segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari,
menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.”
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia
Berdasarkan etimologi, kata fidusia berasal dari kata fides yang
mempunyai arti kepercayaan. Dalam bahasa Belanda, istilah ini berasal dari
kata fiducie, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of
ownership. Fidusia dalam bahasa Belanda juga disebut zekerheids eigendom,
artinya hak milik sebagai kepercayaan (Subagiyo 2018).
“hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.”
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jaminan fidusia
merupakan jaminan pelunasan atas utang debitur kepada kreditur (Syahrani
2018). Bentuk utang yang pelunasannya dijamin dengan fidusia diatur dalam
Pasal 7 UUJF, berupa:
6
c. utang yang pada eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi.
7
2.3 Pendaftaran Jaminan Fidusia
8
b. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau
c. musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pembebanan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 5 UUJF, di mana
pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris
dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia. Dalam
perjanjian kredit, akta jaminan fidusia adalah perjanjian tambahan
(accesoir) yang dapat dinilai dengan uang. Dengan itu, isi dari akta jaminan
fidusia selanjutnya diatur dalam Pasal 6 UUJF, sekurang-kurangnya harus
memuat: identitas pihak pemberi dan penerima fidusia; data perjanjian
pokok yang dijamin fidusia; uraian mengenai benda yang menjadi objek
jaminan fidusia; nilai penjaminan; dan nilai benda yang menjadi objek
jaminan fidusia.
2. Menurut Pasal 25 ayat (3) UUJF, yang hanya boleh memberitahu hapusnya
objek jaminan fidusia kepada Kantor Pendaftaran Fidusia hanyalah
penerima fidusia. Tetapi, menurut Pasal 16 ayat (2) PP No. 21/2015, tidak
lagi hanya penerima fidusia melainkan juga kuasa dan wakil dari penerima
fidusia dengan cara mengirim pemberitahuan 14 (empat belas) hari
terhitung setelah jaminan fidusia terhapus.
3.2 Saran
Menurut peneliti, perlu adanya revisi terhadap UU Jaminan Fidusia
mengikuti perkembangan zaman agar relevan pada keadaan masyarakat saat ini.
Tak hanya itu, perlu adanya edukasi dari notaris dan/atau Kementerian Hukum
dan HAM mengenai penghapusan jaminan fidusia yang sering kali menjadi
masalah karena benda bergerak tidak memiliki tanda kepemilikan, sehingga
akan sulit untuk dapat mengetahui peralihan objek ke pihak ketiga, keempat,
dan seterusnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Badrulzaman, Mariam Darus. 1987. Sistem Hukum Perdata Nasional. Makalah Dalam
Kursus Hukum Perikatan: Kerjasama Ilmu Hukum Belanda Dengan Indonesia
Proyek Hukum Perdata. Jakarta.
Supramono, Gatot. 2009. Perbankan Dan Masalah Kredit. Jakarta: Rineka Cipta.
Syahrani, H. Riduan. 2018. Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: PT.
Alumni.
Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan
Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 80)
11
LAMPIRAN
12