19010000041
FAKULTAS HUKUM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perbandingan
Lembaga Hukum Pand (Gadai) Dan Jaminan Fidusia” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Jaminan 1, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mambantu dalam
proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Saya menyadari, makalah yang disusun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
JUDUL ................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 7
1. Pengertian Hukum Tentang Pand (Gadai) Dengan Jaminan Fidusia .................................. 7
2. Saat Lahirnya Hak Dan Kewajiban Dalam Hubungan Hukum Pand (Gadai) Dan
Jaminan Fidusia......................................................................................................................... 8
3. Ciri-Ciri : Pand (Gadai) Dan Jaminan Fidusia ...................................................................... 9
4. Pelaksanaan Eksekusi Benda Jaminan Dalam Hubungan Hukum Pand (Gadai) Dan
Jaminan Fidusia....................................................................................................................... 11
5. Berakhirnya Hubungan Hukum Pand (Gadai) Dan Jaminan Fidusia............................... 13
BAB III................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jaminan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi
pada umumnya karena dalam pemberian pinjaman modal dari lembaga keuangan
(baik bank maupun bukan bank) mensyaratkan adanya suatu jaminan, yang harus
dipenuhi kreditur jika ingin mendapatkan pinjaman/tambahan modal (berupa
kredit) tersebut baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Bagi pihak
debitur bentuk jaminan yang baik adalah bentuk jaminan yang tidak akan
melumpuhkan kegiatan usahanya sehari-hari, sedangkan bagi kreditur jaminan
yang baik adalah jaminan yang dapat memberikan rasa aman dan kepastian
hukum bahwa kredit yang diberikan dapat diperoleh kembali tepat pada
waktunya.
Salah satu lembaga jaminan yang dikenal dalam sistem hukum jaminan di
Indonesia adalah lembaga jaminan fidusia. Jaminan fidusia merupakan jaminan
kepercayaan yang berasal dari adanya suatu hubungan perasaan antara manusia yang
satu dengan manusia lainnya yang mana mereka merasa aman, sehingga tumbuh rasa
percaya terhadap teman interaksinya tersebut, untuk selanjutnya memberikan harta
benda mereka sebagai jaminan kepada tempat mereka berhutang. Fidusia jaman
romawi disebut juga Fidusia Cum Creditore, artinya adalah penyerahan sebagai
jaminan saja bukan peralihan kepemilikan.
Fidusia yang berarti penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan
memberikan kedudukan kepada debitur untuk tetap menguasai barang jaminan,
walaupun hanya sebagai peminjam pakai untuk sementara waktu atau tidak lagi
sebagai pemilik. Lembaga Jaminan Fidusia telah diakui eksistensinva dengan
adanya Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 42 tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, yang telah diundangkan pada tanggal 30 September 1999.
Fidusia tidak ada diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan
lahir dari pelaksanaan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa segala sesuatu
perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku
sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Artinya setiap orang
diperbolehkan membuat perjanjian apa saja baik yang sudah diatur dalam undang-
undang maupun belum diatur dalam undang-undang, sehingga banyak muncul
perjanjian-perjanjian dalam bentuk baru yang menggambarkan maksud dan
kehendak masyarakat yang selalu dinamis. Pemberian jaminan fidusia ini merupakan
perjanjian yang bersifat accessoir dari suatu perjanjian pokok sebagaimana disebutkan
dalam penjelasan Pasal 6-huruf b Undang-undang No. 42 Tahun 1999 dan harus dibuat
dengan suatu akta notaris yang disebut sebagai akta Jaminan Fidusia. Pasal 11 jo Pasal
13.
Dalam pendaftaran jaminan fidusia ada suatu keharusan untuk
mencantumkan benda-benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Hal tersebut
sangat penting dilakukan karena benda-benda tersebutlah yang dapat dijual untuk
mendapatkan pembayaran pinjaman. Obyek jaminan perlu dipahami karena hak
jaminan fidusia merupakan hak kebendaan yang melekat pada obyek fidusia dan
akan tetap mengikuti obyeknya di tangan siapapun benda tersebut berada (droit de
suite) selama jaminan fidusia tersebut belum dihapuskan/dicoret. Menafsirkan,
bahwa yang harus didaftar adalah benda dan ikatan jaminan sekalian, akan sangat
menguntungkan. Dengan demikian, ikatan jaminan dan janji-janji fidusia menjadi
terdaftar dan yang demikian bisa menjadi milik penerima fidusia, sedangkan
terhadap penerima fidusia perlindungan hukum yang diberikan lewat perjanjian
jaminan fidusia sesuai mengikat pihak ketiga.
Dalam suatu perjanjian penjaminan, biasanya memang antara kreditur dan
debitur disepakati janji-janji tertentu, yang pada umumnya dimaksudkan untuk
memberikan suatu posisi yang kuat bagi kreditur dan nantinya sesudah
didaftarkan dimaksudkan untuk juga mengikat pihak ketiga. Oleh karena itu dapat
ditafsirkan disini bahwa pendaftaran meliputi, baik pendaftaran benda maupun
ikatan jaminannya, maka semua janji yang termuat dalam akta jaminan fidusia
(yang dalam Pasal 13 ayat (2) b dicatat dalam buku daftar Kantor Pendaftaran
Fidusia) dan mengikat pihak ketiga.
Deskripsi di atas terlihat bahwa para pihak dalam perjanjian jaminan
fidusia, baik penerima fidusia maupun pemberi fidusia menurut undang-undang
jaminan fidusia sama-sama diberikan perlindungan hukum, bagi pemberi
perlindungan berupa adanya hak pakai atas benda jaminan, dan wanprestasi
pemberi jaminan tidak akan menyebabkan benda jaminan dengan UUJF adalah
diberikannya hak preferent atas piutangnya, dan berlakunya asas droit de suite
atas benda jaminan, bagi pihak ketiga asas publisitas dalam perjanjian jaminan
fidusia akan memberikan informasi terhadap benda-benda yang difidusiakan.
Namun menurut Pasal 11 UUJF dijelaskan bahwa dengan perjanjian
fidusia secara akta notariil tidaklah cukup, tetapi harus didaftarkan, akta notariil
merupakan akta otentik yang dibuat oleh Notaris, dalam perjanjian fidusia akta
notariil tanpa pendaftaran tidak memberikan hak preferent bagi penerima fidusia,
demikian juga tidak ada pengaturan yang tegas dalam UUJF mengenai siapa yang
harus mengeksekusi benda jaminan fidusia, padahal benda jaminan fidusia
merupakan benda bergerak yang sangat riskan perpindahannya, akibatnya 5
penerima fidusia dalam penerapan di lapangan sulit melaksanakan asas droit de
suite.
Berdasarkan latar belakang di atas sehingga penulis membuat makalah dengan
judul ”PERBANDINGAN LEMBAGA HUKUM PAND (GADAI) DAN
JAMINAN FIDUSIA”.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana perbandingan Lembaga hukum Pand (Gadai) dan jaminan fidusia?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui perbandingan Lembaga hukum Pand (Gadai) dan jaminan
fidusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Saat Lahirnya Hak Dan Kewajiban Dalam Hubungan Hukum Pand (Gadai) Dan
Jaminan Fidusia
Gadai terjadi apabila debitur atau pemberi gadai menyerahkan bendabergerak
sebagai jaminan kepada si kreditur atau pemegang gadai dan kreditur diberi kekuasaan
untuk mengambil pelunasan dengan menjual barang jaminan ituapabila debitur
wanprestasi.
a. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai : Menerima uang gadai dari penerima gadai.
Berhak atas barang gadai, apabila hutang pokok, bunga dan biaya lainnya telah
dilunasinya. Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk
melunasi hutang-hutangnya.
b. Kewajiban Pemegang Gadai : Bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan
barang gadai karena kelalaiannya, memberitahukan kepada pemberi gadai apabila
barang gadai itu dijual dan bertanggungjawab terhadap hasil penjualan barang gadai
tersebut.
Dalam perjanjian gadai yang penting adalah bahwa benda yang dijamin
haruslah dilepaskan dari kekuasaan si pemberi gadai dan diserahkan kepada pemegang
gadai, hal ini yang disebut syarat inbezitstelling. Pengertian gadai diatur dalam Pasal
1150 KUH Perdata, yang berbunyi: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau oleh kuasanya,
sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk
mengambil pelunasan piutangnya dan Hak penerima gadai atau pemegang gadai
adalah:
1. Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
2. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda yang digadaikan (hak
rentetie) selama pemberi gadai belum melunasi utang pokok maupun bunga dan
biaya-biaya utang lainnya.
Pada islam gadai seperti pada haramkan, sebab si pemberi hutang selain mengambil
bunga jua mengambil keuntungan pada penjualan sepeda itu. Nabi Muhammad SAW
bersabda yang merupakan “dari Ibrahim mengatakan, Rasul SAW bersabda: seluruh
pinjaman yang menarik manfaat adalah riba”(HR. Ibnu Abi Syaibah). Gadai adalah
salah satu alternatif untuk mendapat dana cepat dengan menjadikan barang bergerak
sebagai jaminan atas suatu pinjaman agar dapat dicairkan kepada perusahaan
pembiayaan atau lembaga keuangan.
4. Pelaksanaan Eksekusi Benda Jaminan Dalam Hubungan Hukum Pand (Gadai) Dan
Jaminan Fidusia
Eksekusi gadai sifatnya sederhana, tidak perlu campur tangan juru sita atau
pengadilan. Kreditur dapat mengajukan permohonan eksekusi gadai untuk menjual
dengan cara selain lelang. Kreditur dapat menuntut kepada hakim agar benda gadainya
dijual dengan cara selain lelang. Kreditur dapat menuntut kepada hakim agar benda
gadainya dijual dengan cara selain lelang. Atau, kreditur dapat meminta kepada hakim
agar ia diperkenankan memiliki benda gadai untuk suatu harga yang ditentukan hakim
untuk kemudian diperhitungkan dengan utang debitur.
Kata ‘menuntut di muka hakim (vorderen), menurutnya tidak mungkin
diterjemahkan dengan menggugat. Jikalau kreditur harus memulai dengan menggugat,
maka hal ini bukanlah eksekusi sederhana padahal itulah maksud penyusun
KUHPerdata. Satrio juga menekankan bahwa hak kreditur untuk menuntut penjualan
selain lelang bersifat melekat dengan hak gadai itu sendiri yang telah dimiliki setiap
pemegang gadai. Lebih jauh, hak itu sifatnya imperatif dan tidak dapat disimpangi
dalam perjanjian gadai.
Pada waktu Belanda melakukan perubahan perundang-undangan, kata vorderen
(menuntut) diganti dengan op verzoek (atas permohonan). Saya harus mengakui bahwa
Indonesia tidak mengikuti perubahan itu, tapi yang namanya undang-undang tidak jatuh
dari langit. Dia merupakan perbaikan pelaksanaan lebih lanjut, kristalisasi daripada
yurisprudensi. Dari sana, saya melihat kata vorderen bukan diartikan menggugat
debitur begitu paparnya.
Bila oleh pihak-pihak yang berjanji tidak disepakati lain, maka jika debitur atau
pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah lampaunya jangka waktu yang
ditentukan, atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan janji dalam hal tidak
ada ketentuan tentang jangwa waktu yang pasti, kreditur berhak untuk menjual barang
gadainya di hadapan umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat dan dengan
persyaratan yang lazim berlaku, dengan tujuan agar jumlah utang itu dengan bunga dan
biaya dapat dilunasi dengan hasil penjualan itu.
Fidusia ulang adalah atas benda yang sama yang telah dibebankan fidusia,
dibebankan fidusia sekali lagi. Telah jelas dalam Pasal 17 Undang-Undang Jaminan
Fidusia melarang pemberi fidusia untuk melakukan fidusia uulang terhadap objek
jaminan yang sudah terdaftar.
Data Lama.
Pengaturan tanggung jawab debitur terhadap benda jaminan fidusia yang musnah
dalam suatu perjanjian kredit bank menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia adalah debitur tetap bertanggungjawab mengembalikan
pinjaman kredit walaupun benda jaminan fidusia tersebut Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka cara-cara eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia, yaitu:
pelaksanaan titel eksekutorial; menjual atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan
umum; penjualan di bawah tangan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fidusia adalah pengikatan barang bergerak yang berfungsi sebagai jaminan
kredit. Penguasaan barang bergerak dilakukan oleh debitur, tapi kepemilikan barang itu
diserahkan kepada kreditur atas dasar kepercayaan. Tata cara pendaftaran jaminan
fidusia adalah dengan cara melakukan permohonan pendaftaran disertai starat- syarat
hyang telah ditetapkan ke kantor jaminan fidusia. Tata cara pendaftaran jaminan fidusia
adalah dengan cara melakukan permohonan pendaftaran disertai starat- syarat hyang
telah ditetapkan ke kantor jaminan fidusia dengan membayar biaya pendaftaran, setelah
itu dibuatkan sertifikat jaminan fidusia.Pendaftaran benda yang dibebani dengan
jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia, dan pendaftaran ini
dilakukan untuk memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian
terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia.
B. Saran
Berkaitan dengan fidusia, perlindungan hukum oleh negara perlu diberikan
karena terkait dengan penguasaan barang dalam fidusia yang dikuasai oleh debitur.
Supaya kreditur tidak dirugikan dan merasa aman dan nyaman, maka negara
memberikan sarana untuk melindungi warganya dengan ketentuan setiap perjanjian
fidusia wajib untuk didaftarkan.
DAFTAR PUSTAKA
T2_322015018_BAB I.pdf
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&
ved=2ahUKEwji65zin_36AhWp9zgGHfBSBcEQFnoECA0QAQ&url=https%3A%2F%2Foj
s.unud.ac.id%2Findex.php%2Fkerthasemaya%2Farticle%2Fdownload%2F19553%2F12964
%2F&usg=AOvVaw3OnE_8fr3fwTyy0YIKY4LP
https://pn-lembata.go.id/page/content/588/akibat-hukum-perjanjian-jaminan-fidusia-terhadap-
benda-yang-dijaminkan
https://www.hukumonline.com/berita/a/eksekusi-gadai-cukup-dengan-permohonan--
hol15164
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/443.pdf