Anda di halaman 1dari 17

JAMINAN FIDUSIA

MAKALAH
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Hukum
Jaminan dan Pembiyaan Syariah

Dosen pengampu : Eva Mir’atun Niswah, M.H., M.H.I.,


Kelompok 4
1. Ziyad Falih Anjab (214110301114)
2. Rasya Kusumaning Megawangi (214110301116)
3. Rumaisha Fadillah (214110301118)
4. Sesi Putri Herawati (214110301119)
5. Asyfa Nisa Al-Haq (214110301120)
6. Muhamad Lubby (214110301117)
7. Novriana Destia Putri (214110301121)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH 4 HES B

FAKULTAS SYARIAH

UIN PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
JAMINAN FIDUSIA ................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Jaminan Fidusia ............................................................................................................ 3
B. Unsur-unsur Jaminan fidusia .......................................................................................................... 4
C. Ciri-ciri Jaminan Fidusia .................................................................................................................. 4
D. Subjek dan Objek Jaminan fidusia .................................................................................................. 5
E. Dasar Hukum Jaminan Fidusia ........................................................................................................ 7
F. Hak dan Kewajiban Jaminan Fidusia ............................................................................................... 7
G. Pembebanan Jaminan Fidusia ........................................................................................................ 9
H. Pendafatran Jaminan Fidusia........................................................................................................ 10
I. Pengalihan Jaminan Fidusia ........................................................................................................... 12
J. Hapusnya Jaminan Fidusia ............................................................................................................. 13
K. Eksekusi Jaminan Fidusia .............................................................................................................. 13
L. Kesimpulan .................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

2
JAMINAN FIDUSIA
A. Pengertian Jaminan Fidusia
Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan,yaitu
penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan(agunan) bagi pelunasan
piutang kreditor. Fidusia sering disebut denganistilah FEO, yang merupakan singkatan dari
Fiduciare Eigendom Overdracht.Penyerahan hak milik atas benda ini dimaksudkan hanya
sebagai agunan bagipelunasan utang tertentu, di mana memberikan kedudukan yang
diutamakankepada penerima fidusia (kreditor) terhadap kreditor-kreditor lainnya.1

Pengertian fidusia dinyatakan dalam Undang-Undang No 42 Tahun 1999

TentangJaminan Fidusia Pasal 1 angka 1, bahwa :fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan

suatu benda atas dasarkepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak

kepemilikannyadialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Sedangkan

pengertian jaminan fidusia terdapat dalam Pasal 1 angka 2 UUJF yangmenyatakan, bahwa :

jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yangberwujud maupun yang tidak

berwujud dan benda tidak bergerakkhususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak

tanggungansebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996tentang Hak

Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi

pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima

fidusia terhadap kreditor lainnya.2

Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai

suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas

dalam transaksi pinjam-meminjam karena proses pembebanannya dianggap sederhana,mudah,

dan cepat, tetapi tidak menjamin adanya kepastian hukum. Lembaga Jaminan Fidusia

memungkinkan kepada para Pemberi Fidusia untuk menguasai Benda yang dijaminkan,untuk

melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan Jaminan Fidusia.

1
Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), h. 283
2
Pasal 1 Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

3
Pada awalnya, Benda yang menjadi obyek fidusia terbatas pada kekayaan benda bergerak yang

berwujud dalam bentuk peralatan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, benda yang

menjadi obyek fidusia termasuk juga kekayaan benda bergerak yang tak berwujud, maupun

benda tak bergerak.

B. Unsur-unsur Jaminan fidusia


Adapaun unsur dari adanya jaminan fidusia, sebagai berikut:3
1. Subyek Jaminan Subyek jaminan fidusia merujuk pada aset yang diberikan sebagai
jaminan oleh debitur kepada kreditur. Aset ini dapat berupa barang bergerak, seperti
kendaraan bermotor, peralatan, mesin, atau barang tidak bergerak, seperti tanah dan
bangunan. Unsur ini penting karena jaminan fidusia berdasarkan hak kebendaan atas
aset tersebut.
2. Pemindahan Hak Kebendaan Elemen ini melibatkan pemindahan hak kebendaan atas
aset dari debitur ke kreditur sebagai jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu.
Meskipun hak kebendaan dipindahkan, debitur tetap menjadi pemilik aset tersebut,
dengan kreditur memiliki hak istimewa jika debitur tidak memenuhi kewajiban.
3. Kewajiban yang dijamin Jaminan fidusia berkaitan dengan pemenuhan kewajiban
tertentu oleh debitur kepada kreditur. Kewajiban ini dapat berupa pembayaran
pinjaman, pelunasan Hutang, atau pemenuhan kewajiban lain sesuai dengan
kesepakatan antara kedua belah pihak.
4. Kepercayaan (Trust) Unsur kepercayaan merupakan esensi dari jaminan fidusia.
Debitur memberikan aset sebagai jaminan kepada kreditur dengan keyakinan bahwa
kreditur akan menggunakan hak istimewa tersebut hanya jika debitur gagal memenuhi
kewajiban yang dijamin.
5. Pendaftaran Jaminan Fidusia Pendaftaran jaminan fidusia ke otoritas yang dibuktikan
(seperti Kantor Pendaftaran Fidusia) merupakan langkah penting untuk memberikan
kepastian hukum dan perlindungan maksimal kepada kreditur. Pendaftaran ini
mengamankan hak kreditur dan memberikan publikasi kepada pihak ketiga mengenai
adanya jaminan fidusia.

C. Ciri-ciri Jaminan Fidusia


1. Hak Istimewa, Salah satu ciri utama jaminan fidusia adalah memberikan hak istimewa
kepada kreditur atas aset yang dijaminkan. Debitur memberikan hak kebendaan atas
aset tertentu kepada kreditur sebagai jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu.
Dengan hak istimewa ini, kreditur mempunyai prioritas dalam memperoleh
pembayaran atau pelunasan atas aset tersebut jika debitur mengalami wanprestasi atau
tidak dapat memenuhi kewajiban yang dijamin.

3
Junaidi Abdullah, Jaminan Fidusia Di Indonesia (Tata cara Pendaftaran dn Ekseksusi” , 2016, , Stain Kudus,
hl. 117

4
2. Sifat Subyektif, Jaminan fidusia bersifat subyektif, yang berarti jaminan ini hanya
mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian jaminan fidusia tersebut. Jaminan
fidusia tidak memberikan hak kepada pihak ketiga yang tidak terlibat dalam perjanjian.
Oleh karena itu, pihak ketiga yang ingin mendapatkan hak atas aset yang dijaminkan
perlu memperhatikan status jaminan fidusia yang terdaftar.
3. Pendaftaran, Hal penting lainnya dari jaminan fidusia adalah pendaftaran ke otoritas
yang ditunjuk. Jaminan fidusia harus membayar di Kantor Pendaftaran Fidusia atau
instansi yang serupa yang ditetapkan oleh hukum. Pendaftaran ini memastikan bahwa
jaminan fidusia menjadi publik dan memberikan kepastian hukum serta perlindungan
kepada kreditur. Dengan pendaftaran yang sah, kreditur memiliki hak terdaftar atas aset
dan dapat melaksanakan hak istimewa jika debitur wanprestasi.
4. Hubungan Kontrak, Jaminan fidusia berdasarkan perjanjian perjanjian antara debitur
dan kreditur. Kontrak ini mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak serta
syarat pemenuhan kewajiban yang dijamin oleh jaminan fidusia. Kontrak jaminan
fidusia harus memenuhi persyaratan formalitas yang ditentukan oleh hukum agar sah
dan dapat memberikan perlindungan hukum.

D. Subjek dan Objek Jaminan fidusia


Objek jaminan fidusia adalah benda-benda apa yang dijadikan jaminanutang dengan
dibebani jaminan fidusia. Benda-benda yang dapat dibebanijaminan fidusia yaitu
a. Benda bergerak berwujud

1) Kendaraan bermotor seperti mobil, truk, bus dan sepeda motor

2) Mesin-mesin pabrik yang tidak melekat pada tanah atau bangunanpabrik, alat-
alat inventaris kantor
3) Perhiasan

4) Persediaan barang atau inventori, stock barang, stock barang dagangandengan


daftar mutasi barang
5) Kapal laut berukuran dibawah 20 m

6) Perkakas rumah tangga seperti mebel, radio, televisi, almari es danmesin jahit

7) Alat-alat perhiasan seperti traktor pembajak sawah dan mesin penyedotair.

b. Benda bergerak tidak berwujud, contohnya:

1) Wesel

5
2) Sertifikat deposito

3) Saham

4) Obligasi

5) Konosemen

6) Piutang ynag diperoleh pada saat jaminan diberikan atau yangdiperoleh


kemudian

7) Deposito berjangka.

c. Hasil dari benda yang menjadi objek jaminan baik benda bergerakberwujud atau
benda bergerak tidak berwujud atau hasil dari benda tidakbergerak yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan.
d. Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusiadiasuransikan.

e. Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani


haktanggungan yaitu hak milik satuan rumah susun di atas tanah hak pakaiatas tanah
Negara (UU No. 16 Tahun 1985) dan bangunan rumah yangdibangun di atas tanah
orang lain sesuai pasal 15 UU No. 5 tahun 1992tentang Perumahan dan Pemukiman.
f. Benda-benda termasuk piutang yang telah ada pada saat jaminan diberikanmaupun
piutang yang diperoleh kemudian hari.4
Secara formal, objek jaminan fidusia adalah barang-barang bergerak dantidak bergerak,
berwujud maupun tidak berwujud, kecuali mengenai haktanggungan, hipotik kapal laut,
hipotik pesawat terbang, dan gadai.5 Konsep pemberian jaminan fidusia adalah penyerahan hak
milik secarakepercayaan atas hak-hak kebendaan. Adapun yang dimaksud dengan
hakhakkebendaan disini berupa: hak atas suatu benda yang bisa dimiliki dandialihkan.

4
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung : Alpabeta, 2009), h. 212-213
5
Tri Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia,
2006) h. 269

6
E. Dasar Hukum Jaminan Fidusia
Beberapa dasar hukum yang menjadi landasan terselenggaranya pemberian Jaminan
Fidusia antara lain sbagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia


Dasar hukum utama untuk jaminan fidusia di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Undang-undang ini mengatur prinsip-prinsip,
persyaratan, pendaftaran, dan pelaksanaan jaminan fidusia di negara ini. Undang-
undang ini memberikan kerangka hukum yang komprehensif untuk melindungi hak
kreditur dan debitur dalam transaksi jaminan fidusia.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999 merupakan peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Peraturan ini
menjelaskan lebih rinci mengenai persyaratan, prosedur pendaftaran, tata cara
pelelangan, dan aspek pelaksanaan lainnya terkait jaminan fidusia. Peraturan ini
memberikan pedoman praktis bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi jaminan
fidusia.
3. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-08.HC.03.01 Tahun
2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pendaftaran Fidusia
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-08.HC.03.01 Tahun
2009 mengatur organisasi dan tata kerja Kantor Pendaftaran Fidusia. Keputusan ini
menetapkan struktur, tugas, dan kewenangan Kantor Pendaftaran Fidusia sebagai
instansi yang bertanggung jawab atas pendaftaran jaminan fidusia di Indonesia.
Melalui keputusan ini, pengajuan jaminan fidusia menjadi lebih teratur dan terstruktur.

F. Hak dan Kewajiban Jaminan Fidusia


Perjanjian kredit dengan jaminan fidusia mengatur mengenai hak dan kewajiban antara
kreditur dan debitur. Hak adalah pemberian kekuasaan kepadanya untuk bertindak sesuai
dengan kepentingannya. Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang saling berkaitan. Pelaksanaan
kewajiban dari seseorang tersebut kemudian akan menimbulkan hak.

Hak dan kewajiban dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia setelah berlakunya
UndangUndang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 secara umum antara debitur (pemberi
fidusia) dan kreditur (penerima fidusia), adalah sebagai berikut: Hak dan kewajiban pemberi
fidusia, antara lain: (1)Berhak menguasai benda yang dijadikan objek jaminan, karena objek
jaminan tersebut merupakan penunjang kelanjutan usaha dari pemberi fidusia (Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Jaminan Fidusia). (2)Apabila objek jaminan dieksekusi maka pemberi fidusia

7
berhak menerima sisa hasil penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia setelah
dikurangi dengan pembayaran pelunasan utangutangnya (Pasal 34 ayat (1) Undang-undang
Jaminan Fidusia

(3)Sebaliknya, pemberi fidusia berkewajiban untuk memelihara dan menjaga keselamatan dari
benda yang dijadikan objek jaminan fidusia. (4)Wajib untuk memberikan laporan mengenai
keadaan dari benda yang menjadi objek jaminan. (5)Jika benda yang menjadi objek jaminan
dieksekusi, maka pemberi fidusia wajib untuk menyerahkan benda tersebut (Pasal 30 Undang-
Undang Jaminan Fidusia). (6)Wajib membayar utang-utangnya hingga lunas, terutama dari
hasil penjualan barang jaminan yang difidusiakan, jika pemberi fidusia wanprestasi (Pasal 34
ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia).

Sedangkan Hak dan kewajiban penerima fidusia: (1)Berhak mengawasi benda yang
menjadi objek jaminan fidusia sebagai pemilik atas barang jaminan tersebut. (2)Berhak
menjual benda yang menjadi objek jaminan atas kekuasaannya sendiri melalui pelelangan
umum apabila pemberi fidusia wanprestasi (Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Jaminan
Fidusia). (3)Berhak mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang jaminan tersebut (Pasal
27 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia). (4)Sedangkan kewajibannya adalah
memberikan kekuasaan kepada pemberi fidusia untuk menggunakan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia (Pasal 1 angka (1) UndangUndang Jaminan Fidusia). (5)Wajib mengembalikan
sisa atau kelebihan atas hasil penjualan barang yang menjadi objek jaminan fidusia (Pasal 34
ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia).

Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia menentukan bahwa “pemberi fidusia
dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang
menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia”. Apabila ternyata debitur tetap lalai
sehingga kreditur harus mengeksekusi objek jaminan maka debitur wajib menyerahkan
benda yang menjadi objek jaminan tersebut untuk dapat dieksekusi. Setelah objek jaminan
diesksekusi dan mendapatkan hasil maka jika hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan wajib
untuk dikembalikan ke debitur. Begitu pula sebaliknya, jika hasil eksekusi tidak cukup maka
sudah merupakan kewajiban debitur untuk tetap bertanggungjawab atas utang yang belum
terbayar tersebut.

Diaturnya hak dan kewajiban antara penerima dan pemberi fidusia dalam Undang-Undang
Jaminan Fidusia maka akan memberikan kepastian hukum bagi para pihak, selama para

8
pihak menjalankan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan dengan itikad baik
sesuai dengan yang disepakati bersama maka hak-hak para pihak pun akan terpenuhi.

G. Pembebanan Jaminan Fidusia


Menurut undang-undang nomor 42 tahun 1999, Jaminan fidua terjadi melalui 2 tahapan

A. Tahapan Pembebanan Jaminan Fidusia

Jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang
menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Pembebanan benda
dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta
jaminan fidusia. Terhadap pembuatan akta jaminan fidusia dikenakan biaya. Akta jaminan
fidusia kurangnya memuat : 6

(a) Identitas pihak Pemberi dan Penerima fidusia


(b) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia

(c) Uraian mengenai Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia


(d) Nilai penjaminan
(e) Nilai Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.

B. Tahapan Pendaftaran Jaminan Fidusia


Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. Walaupun benda yang
dijaminkan fidusia berada di luar wilayah republic Indonesia. Pendaftaran jaminan fidusia
dilakukan pada Kantor pendaftaran fidusia. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia
dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan
pendaftaran jaminan fidusia. Pernyataan pendaftaran memuat :
(a) Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia
(b) Tanggal,nomor akta jaminan Fidusia, nama, tempat kedudukan notaris
yang membuat akta Jaminan Fidusia
(c) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia

(d) Uraian mengenai Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia


(e) Nilai penjaminan

6
Purwahid dan Kashadi, Hukum Jaminana Fidusia, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang, 2008

9
(f) Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.
Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Kantor pendaftaran
fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada penerima fidusia pada tanggal yang sama dengan
tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Sertifikat Jaminan Fidusia yang merupakan
salinan dari Buku Daftar Fidusia memuat catatan tentang hal-hal persyaratan-persyaratan
pendaftaran jaminan fidusia. Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia.

H. Pendafatran Jaminan Fidusia


Jaminan fidusia merupakan salah satu pranata lembaga jaminan yang berada di
Indonesia. Jaminan fidusia diperuntukan bagi benda bergerak seperti sepeda motor maupun
mobil. Untuk mendapatkan jaminan fidusia, benda bergerak itu harus didaftarkan untuk
diberikan surat atau akta jaminan fidusia. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia diajukan
oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya kepada Menteri.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menegaskan bahwa
benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. Pendaftaran jaminan fidusia
tersebut untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan.

Tata cara pendafyaran jaminan fidusia telah diatur didalam Peraturan Pemerintah
Nomor 86 tahun 2000 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia yang telah dirubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2015
ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.
Permohonan pendaftaran jaminan fidusia memuat: 7

1. Identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia


2. Tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris
yang membuat akta Jaminan Fidusia
3. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia
4. Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia

7
Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan
Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

10
5. Nilai penjaminan
6. Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.(pasal 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 21 tahun 2015 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan
Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia).

Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia diajukan dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta Jaminan Fidusia. Permohonan
pendaftaran Jaminan Fidusia yang telah memenuhi ketentuan atau memenuhi syarat-syarat
memperoleh bukti pendaftaran. Bukti pendaftaran paling sedikit memuat:
a. Nomor pendaftaran
b. Tanggal pengisian aplikasi
c. Nama pemohon
d. Nama Kantor Pendaftaran Fidusia
e. Jenis permohonan
Pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran jaminan fidusia melalui bank persepsi
berdasarkan bukti pendaftaran. Pendaftaran jaminan fidusia dicatat secara elektronik setelah
pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran jaminan fidusia. Jaminan fidusia lahir
pada tanggal yang sama dengan tanggal jaminan fidusia dicatat. Sertifikat jaminan fidusia
ditandatangani secara elektronik oleh Pejabat pada kantor pendaftaran fidusia. Sertifikat
jaminan fidusia dapat dicetak pada tanggal yang sama dengan tanggal Jaminan Fidusia dicatat.

Dalam hal terjadi kesalahan pengisian data dalam permohonan pendaftaran jaminan
fidusia yang diketahui setelah sertifikat jaminan fidusia dicetak, penerima fidusia, kuasa atau
wakilnya harus mengajukan permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia kepada Menteri.
Permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia paling sedikit memuat :

(1) Nomor dan tanggal sertifikat Jaminan Fidusia yang akan diperbaiki
(2) Data perbaikan
(3) Keterangan perbaikan .(pasal 9 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun
2015 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia).
Permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia melampirkan :

(1) Salinan sertifikat Jaminan Fidusia yang akan diperbaiki

(2) Fotokopi bukti pembayaran biaya pendaftaran Jaminan Fidusia

11
(3) Salinan akta Jaminan Fidusia .(pasal 9 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 21
tahun 2015 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya
Pembuatan Akta Jaminan Fidusia).
Permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia diajukan dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal sertifikat jaminan fidusia diterbitkan. Dalam
sertifikat jaminan fidusia dicantumkan katakata " DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA". Sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap. Apabila debitor cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri.

I. Pengalihan Jaminan Fidusia


Pengalihan jaminan fidusia di atur dalam Pasal 19 sampai Pasal 24 UU No. 42 Tahun
1999. Pasal – pasal ini mengatur tentang pengalihan jaminan fidusia dari kreditor satu dan yang
lainnya beserta ketentuan-ketentuannya, dan juga mengatur tentang peralohan objek fidusia
yang berupa benda persediaan. Benda persediaan adalah segala benda yang menjadi pokok
aktivitas produksi suatu perusahaan. Dalam Pasal 21 UU No. 42 Tahun 1999 pengalihan
jaminan benda sebagai berikut:
1. Pemberi Fidusia dapat mengalihkan benda persediaan yang menjadi objek Jaminan

Fidusia demgan cara dan prosedur yang lazim dilakukan dalam usaha perdagangan.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, apabila telah terjadi

cidera janji oleh debitor dan atau Pemberi Fidusia pihak ketiga.

3. Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang telah dialihkan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) wajib diganti oleh Pemberi Fidusia dengan objek yang setara.

4. Dalam hal Pemberi Fidusia cidera janji, maka hasil pengalihan dan atau tagihan yang

timbul karena pengalihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), demi hukum menjadi

objek Jaminan Fidusia pengganti dan objek Jaminan Fidusia yang dialihkan.

Menurut Pasal tersebut benda persediaan dapat dijadikan objek jaminan fidusia serta

dapat di alihkan dengan benda yang setara nilainya dengan prsedur yang lazim. Peralihan

Jaminan Fidusia juga mengatur tentang pembelian barang yang menjadi jaminan fidusia tanpa

12
ada tuntutan walaupun pembeli mengetahui adanya fidusia. seperti yang diatur dalam Pasal 22

sebagai berikut “Pembeli benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang merupakan benda

persediaan bebas dari tuntutan meskipun pembeli tersebut mengetahui tentang adanya

Jaminan Fidusia itu, dengan ketentuan bahwa pembeli telah membayar lunas harga penjualan

Benda tersebut sesuai dengan harga pasar.”

J. Hapusnya Jaminan Fidusia


Hapusnya jaminan fidusia diatur dalam pasal 25 dan pasal 26 UU No. 42 Tahun 1999
yang mengatur tentang hapusnya jaminan fidusia. dalam pasal 25 hapunya jaminan fidusia
sebagai berikut:
1. Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :
a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;
b. pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia; atau
c. musnahnya Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.
2. Musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tidak menghapuskan klaim
asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b.
3. Penerima Fidusia memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai
hapusnya Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan melampirkan
pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak, atau musnahnya Benda yang
menjadi objek Jaminan Fidusia tersebut.

K. Eksekusi Jaminan Fidusia


Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
secara efektif Kantor Pendaftaran Fidusia yang telah terbentuk pada tanggal 30 September
2000 mulai menerima pendaftaran barang-barang dan Akta Pembebanan Fidusia pada tanggal
30 September 2000, maka jaminan yang bersifat kebendaan dan eksekusinya yang diatur dalam
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. Sebelum berlakunya Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, di Indonesia telah dikenal lembaga Fidusia
yang bersumber dari Yurisprudensi yaitu Arrest H.G.H. (Hogerechts Hof) tanggal 18 Agustus
1932 dalam perkara BPM – CLYGNETT dan di negara Belanda Arrest Hoge Raad tanggal 25
Januari 1929 yang terkenal dengan nama Bierbrouwry Arrest. Bahwa Jaminan Fidusia yang

13
bersumber pada yurisprudensi dan lahir untuk menyimpangi syarat mutlak jaminan gadai
bahwa barang yang digadaikan harus dikuasai oleh penerima gadai atau kreditur atau pihak
ketiga dengan persetujuan penerima gadai merupakan hak pribadi atau persoonlijk recht yang
bersumber pada perjanjian, dan eksekusi tentu berbeda dengan eksekusi Jaminan Fidusia yang
bersifat kebendaan.

a. Eksekusi objek jaminan fidusia sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42


Tahun 1999
Lembaga Jaminan Fidusia yang bersumber pada Yurisprudensi
merupakan hak perorangan maka dalam hal debitur pemberi Fidusia cidera
janji, tidak memenuhi kewajibannya (membayar utang) yang dijamin dengan
fidusia, maka upaya hukum yang dapat ditempuh untuk mendapatkan pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan gugatan perdata terhadap debitur pemberi
fidusia dengan memohon sita jaminan terhadap barang yang difidusiakan dan
mohon putusan serta merta dalam perkara tersebut dengan mendasarkan pada
bukti otentik atau dibawah tangan (yang tidak disangkal debitur/Tergugat sesuai
Pasal 180 HIR). Dalam hal barang yang difidusiakan sudah tidak ada karena
telah dijual oleh pihak ketiga atau karena alasan lain atau kredit penggugat
memperkirakan bahwa hasil penjualan barang yang difidusiakan tidak cukup
untuk melunasi piutangnya maka kreditur/penggugat dapat minta agar
barangbarang milik debitur/tergugat yang lain/yang tidak difidusiakan disita
jaminan. Sedangkan terhadap debitur/tergugat yang telah menjual objek
jaminan dapat dikenakan tindak pidana penggelapan.
b. Eksekusi objek jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999
Eksekusi jaminan fidusia sebagaimana yang diatur dalam BAB V
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 sebagaimana bunyi Pasal 29 Undang-
Undang Jaminan Fidusia menyebutkan, ”dalam hal debitur Pemberi Fidusia
cidera janji maka kreditur Penerima Fidusia yang telah mempunyai/memegang
Sertifikat Fidusia dapat/berhak untuk menjual objek Jaminan Fidusia dengan
cara :
1) Mohon eksekusi sertifikat yang berjudul Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dimaksud Pasal 15 (2)

14
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 kepada Ketua Pengadilan
Negeri yang berwenang.
2) Menjual objek jaminan fidusia atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil
penjualan (Pasal 15 ayat 3)
3) Menjual objek jaminan fidusia dibawah tangan yang dilakukan
berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara
ini akan diperoleh harga yang tertinggi sehingga menguntungka para
pihak. Penjualan bawah tangan ini dilakukan setelah lewat waktu 1
(satu) bulan sejak diterbitkannya secara tertulis oleh pemberi dan atau
penerima fidusia kepada piha-pihak yang berkepentingan dan
diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah
yang bersangkutan.

c. Pelaksanaan titel eksekusi


Dalam sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan Kantor Pendaftaran
Fidusia dicantumkan kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sertifikat jaminan fidusia ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang
sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang
tetap. Yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial adalah langsung dapat
dilaksanakan eksekusi tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta
mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut Ada 2 (dua) syarat
utama dalam pelaksanaan titel eksekusi (alas hak eksekusi) oleh penerima
fidusia, yakni :
a. Debitur atau pemberi fidusia cidera janji;
b. Ada sertifikat jaminan fidusia yang mencantumkan irah-irah
Demi Keadilan Berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Pada pelaksanaan titel eksekusi tidak dijelaskan atau dicantumkan


apakah pelaksanaan eksekusi tersebut dengan lelang atau dibawah tangan,
namun mengingat sifat eksekusi dan mengingat penjualan secara di bawah

15
tangan telah diberi persyaratan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima
fidusia, maka pelaksanaan titel eksekusi haruslah dengan cara lelang.8

L. Kesimpulan
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun
yang tidak bewujud dan benda tidak bergerak khususnya Bangunan yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan. Dimana Jaminaan fidusia ini memiliki unsur, yakni: Subjek jaminan fidusia,
pemindahan hak kebendaan, kewajiban yang dijamin, kepercayaan, dan pendafataran jaminan
fidusia. Membahas mengenai subjek dan objek dari adanya jaminan fidusia ialah subjek
jaminan fidusia merujuk pada pihak yang memberikan jaminan sedangkan objek jaminan
fidusia adalah asset yang dijaminkan.
Adapun Dasar hukum utama untuk jaminan fidusia di Indonesia adalah Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Untuk objek dari fidusia sendiri dapat
dialihkan dengan benda yang setara nilainya dengan prsedur yang lazim. Pembebanan benda
dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta
jaminan fidusia. Dalam hal debitur Pemberi Fidusia cidera janji maka kreditur Penerima
Fidusia yang telah mempunyai/memegang Sertifikat Fidusia dapat/berhak untuk mengeksekusi
objek Jaminan Fidusia.

8
Info Ikadin, Jakarta, 2000.”Eksekusi Jaminan Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 dan Kendalanya”,
Kertas Kerja Makalah Seminar Hukum Ikadin, Jakarta, h.32

16
DAFTAR PUSTAKA

Usman Rachmad. 2008. Hukum Kebendaan. Jakarta. Raja Grafindo Persada


Pasal 1 Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Abdullah Junaidi. 2016. Jaminan Fidusia Di Indonesia (Tata cara Pendaftaran dn Ekseksusi”
, Stain Kudus, Jawa Tengah

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung : Alpabeta, 2009)


Tri Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, (Bogor
: Ghalia Indonesia, 2006)
Purwahid dan Kashadi, Hukum Jaminana Fidusia, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang,

Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia
Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

Info Ikadin, Jakarta, 2000.”Eksekusi Jaminan Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 1999
dan Kendalanya”, Kertas Kerja Makalah Seminar Hukum Ikadin, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai