Fidusia - Kelompok 4
Fidusia - Kelompok 4
MAKALAH
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Hukum
Jaminan dan Pembiyaan Syariah
FAKULTAS SYARIAH
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
JAMINAN FIDUSIA ................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Jaminan Fidusia ............................................................................................................ 3
B. Unsur-unsur Jaminan fidusia .......................................................................................................... 4
C. Ciri-ciri Jaminan Fidusia .................................................................................................................. 4
D. Subjek dan Objek Jaminan fidusia .................................................................................................. 5
E. Dasar Hukum Jaminan Fidusia ........................................................................................................ 7
F. Hak dan Kewajiban Jaminan Fidusia ............................................................................................... 7
G. Pembebanan Jaminan Fidusia ........................................................................................................ 9
H. Pendafatran Jaminan Fidusia........................................................................................................ 10
I. Pengalihan Jaminan Fidusia ........................................................................................................... 12
J. Hapusnya Jaminan Fidusia ............................................................................................................. 13
K. Eksekusi Jaminan Fidusia .............................................................................................................. 13
L. Kesimpulan .................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17
2
JAMINAN FIDUSIA
A. Pengertian Jaminan Fidusia
Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan,yaitu
penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan(agunan) bagi pelunasan
piutang kreditor. Fidusia sering disebut denganistilah FEO, yang merupakan singkatan dari
Fiduciare Eigendom Overdracht.Penyerahan hak milik atas benda ini dimaksudkan hanya
sebagai agunan bagipelunasan utang tertentu, di mana memberikan kedudukan yang
diutamakankepada penerima fidusia (kreditor) terhadap kreditor-kreditor lainnya.1
TentangJaminan Fidusia Pasal 1 angka 1, bahwa :fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan
suatu benda atas dasarkepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
pengertian jaminan fidusia terdapat dalam Pasal 1 angka 2 UUJF yangmenyatakan, bahwa :
jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yangberwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerakkhususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima
Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai
suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas
dan cepat, tetapi tidak menjamin adanya kepastian hukum. Lembaga Jaminan Fidusia
memungkinkan kepada para Pemberi Fidusia untuk menguasai Benda yang dijaminkan,untuk
melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan Jaminan Fidusia.
1
Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), h. 283
2
Pasal 1 Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
3
Pada awalnya, Benda yang menjadi obyek fidusia terbatas pada kekayaan benda bergerak yang
berwujud dalam bentuk peralatan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, benda yang
menjadi obyek fidusia termasuk juga kekayaan benda bergerak yang tak berwujud, maupun
3
Junaidi Abdullah, Jaminan Fidusia Di Indonesia (Tata cara Pendaftaran dn Ekseksusi” , 2016, , Stain Kudus,
hl. 117
4
2. Sifat Subyektif, Jaminan fidusia bersifat subyektif, yang berarti jaminan ini hanya
mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian jaminan fidusia tersebut. Jaminan
fidusia tidak memberikan hak kepada pihak ketiga yang tidak terlibat dalam perjanjian.
Oleh karena itu, pihak ketiga yang ingin mendapatkan hak atas aset yang dijaminkan
perlu memperhatikan status jaminan fidusia yang terdaftar.
3. Pendaftaran, Hal penting lainnya dari jaminan fidusia adalah pendaftaran ke otoritas
yang ditunjuk. Jaminan fidusia harus membayar di Kantor Pendaftaran Fidusia atau
instansi yang serupa yang ditetapkan oleh hukum. Pendaftaran ini memastikan bahwa
jaminan fidusia menjadi publik dan memberikan kepastian hukum serta perlindungan
kepada kreditur. Dengan pendaftaran yang sah, kreditur memiliki hak terdaftar atas aset
dan dapat melaksanakan hak istimewa jika debitur wanprestasi.
4. Hubungan Kontrak, Jaminan fidusia berdasarkan perjanjian perjanjian antara debitur
dan kreditur. Kontrak ini mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak serta
syarat pemenuhan kewajiban yang dijamin oleh jaminan fidusia. Kontrak jaminan
fidusia harus memenuhi persyaratan formalitas yang ditentukan oleh hukum agar sah
dan dapat memberikan perlindungan hukum.
2) Mesin-mesin pabrik yang tidak melekat pada tanah atau bangunanpabrik, alat-
alat inventaris kantor
3) Perhiasan
6) Perkakas rumah tangga seperti mebel, radio, televisi, almari es danmesin jahit
1) Wesel
5
2) Sertifikat deposito
3) Saham
4) Obligasi
5) Konosemen
7) Deposito berjangka.
c. Hasil dari benda yang menjadi objek jaminan baik benda bergerakberwujud atau
benda bergerak tidak berwujud atau hasil dari benda tidakbergerak yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan.
d. Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusiadiasuransikan.
4
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung : Alpabeta, 2009), h. 212-213
5
Tri Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia,
2006) h. 269
6
E. Dasar Hukum Jaminan Fidusia
Beberapa dasar hukum yang menjadi landasan terselenggaranya pemberian Jaminan
Fidusia antara lain sbagai berikut:
Hak dan kewajiban dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia setelah berlakunya
UndangUndang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 secara umum antara debitur (pemberi
fidusia) dan kreditur (penerima fidusia), adalah sebagai berikut: Hak dan kewajiban pemberi
fidusia, antara lain: (1)Berhak menguasai benda yang dijadikan objek jaminan, karena objek
jaminan tersebut merupakan penunjang kelanjutan usaha dari pemberi fidusia (Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Jaminan Fidusia). (2)Apabila objek jaminan dieksekusi maka pemberi fidusia
7
berhak menerima sisa hasil penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia setelah
dikurangi dengan pembayaran pelunasan utangutangnya (Pasal 34 ayat (1) Undang-undang
Jaminan Fidusia
(3)Sebaliknya, pemberi fidusia berkewajiban untuk memelihara dan menjaga keselamatan dari
benda yang dijadikan objek jaminan fidusia. (4)Wajib untuk memberikan laporan mengenai
keadaan dari benda yang menjadi objek jaminan. (5)Jika benda yang menjadi objek jaminan
dieksekusi, maka pemberi fidusia wajib untuk menyerahkan benda tersebut (Pasal 30 Undang-
Undang Jaminan Fidusia). (6)Wajib membayar utang-utangnya hingga lunas, terutama dari
hasil penjualan barang jaminan yang difidusiakan, jika pemberi fidusia wanprestasi (Pasal 34
ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia).
Sedangkan Hak dan kewajiban penerima fidusia: (1)Berhak mengawasi benda yang
menjadi objek jaminan fidusia sebagai pemilik atas barang jaminan tersebut. (2)Berhak
menjual benda yang menjadi objek jaminan atas kekuasaannya sendiri melalui pelelangan
umum apabila pemberi fidusia wanprestasi (Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Jaminan
Fidusia). (3)Berhak mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang jaminan tersebut (Pasal
27 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia). (4)Sedangkan kewajibannya adalah
memberikan kekuasaan kepada pemberi fidusia untuk menggunakan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia (Pasal 1 angka (1) UndangUndang Jaminan Fidusia). (5)Wajib mengembalikan
sisa atau kelebihan atas hasil penjualan barang yang menjadi objek jaminan fidusia (Pasal 34
ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia).
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia menentukan bahwa “pemberi fidusia
dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang
menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia”. Apabila ternyata debitur tetap lalai
sehingga kreditur harus mengeksekusi objek jaminan maka debitur wajib menyerahkan
benda yang menjadi objek jaminan tersebut untuk dapat dieksekusi. Setelah objek jaminan
diesksekusi dan mendapatkan hasil maka jika hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan wajib
untuk dikembalikan ke debitur. Begitu pula sebaliknya, jika hasil eksekusi tidak cukup maka
sudah merupakan kewajiban debitur untuk tetap bertanggungjawab atas utang yang belum
terbayar tersebut.
Diaturnya hak dan kewajiban antara penerima dan pemberi fidusia dalam Undang-Undang
Jaminan Fidusia maka akan memberikan kepastian hukum bagi para pihak, selama para
8
pihak menjalankan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan dengan itikad baik
sesuai dengan yang disepakati bersama maka hak-hak para pihak pun akan terpenuhi.
Jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang
menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Pembebanan benda
dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta
jaminan fidusia. Terhadap pembuatan akta jaminan fidusia dikenakan biaya. Akta jaminan
fidusia kurangnya memuat : 6
6
Purwahid dan Kashadi, Hukum Jaminana Fidusia, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang, 2008
9
(f) Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.
Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Kantor pendaftaran
fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada penerima fidusia pada tanggal yang sama dengan
tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Sertifikat Jaminan Fidusia yang merupakan
salinan dari Buku Daftar Fidusia memuat catatan tentang hal-hal persyaratan-persyaratan
pendaftaran jaminan fidusia. Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia.
Tata cara pendafyaran jaminan fidusia telah diatur didalam Peraturan Pemerintah
Nomor 86 tahun 2000 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia yang telah dirubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2015
ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.
Permohonan pendaftaran jaminan fidusia memuat: 7
7
Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan
Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia
10
5. Nilai penjaminan
6. Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.(pasal 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 21 tahun 2015 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan
Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia).
Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia diajukan dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta Jaminan Fidusia. Permohonan
pendaftaran Jaminan Fidusia yang telah memenuhi ketentuan atau memenuhi syarat-syarat
memperoleh bukti pendaftaran. Bukti pendaftaran paling sedikit memuat:
a. Nomor pendaftaran
b. Tanggal pengisian aplikasi
c. Nama pemohon
d. Nama Kantor Pendaftaran Fidusia
e. Jenis permohonan
Pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran jaminan fidusia melalui bank persepsi
berdasarkan bukti pendaftaran. Pendaftaran jaminan fidusia dicatat secara elektronik setelah
pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran jaminan fidusia. Jaminan fidusia lahir
pada tanggal yang sama dengan tanggal jaminan fidusia dicatat. Sertifikat jaminan fidusia
ditandatangani secara elektronik oleh Pejabat pada kantor pendaftaran fidusia. Sertifikat
jaminan fidusia dapat dicetak pada tanggal yang sama dengan tanggal Jaminan Fidusia dicatat.
Dalam hal terjadi kesalahan pengisian data dalam permohonan pendaftaran jaminan
fidusia yang diketahui setelah sertifikat jaminan fidusia dicetak, penerima fidusia, kuasa atau
wakilnya harus mengajukan permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia kepada Menteri.
Permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia paling sedikit memuat :
(1) Nomor dan tanggal sertifikat Jaminan Fidusia yang akan diperbaiki
(2) Data perbaikan
(3) Keterangan perbaikan .(pasal 9 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun
2015 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia).
Permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia melampirkan :
11
(3) Salinan akta Jaminan Fidusia .(pasal 9 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 21
tahun 2015 ientang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya
Pembuatan Akta Jaminan Fidusia).
Permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia diajukan dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal sertifikat jaminan fidusia diterbitkan. Dalam
sertifikat jaminan fidusia dicantumkan katakata " DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA". Sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap. Apabila debitor cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri.
Fidusia demgan cara dan prosedur yang lazim dilakukan dalam usaha perdagangan.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, apabila telah terjadi
cidera janji oleh debitor dan atau Pemberi Fidusia pihak ketiga.
3. Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang telah dialihkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib diganti oleh Pemberi Fidusia dengan objek yang setara.
4. Dalam hal Pemberi Fidusia cidera janji, maka hasil pengalihan dan atau tagihan yang
timbul karena pengalihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), demi hukum menjadi
objek Jaminan Fidusia pengganti dan objek Jaminan Fidusia yang dialihkan.
Menurut Pasal tersebut benda persediaan dapat dijadikan objek jaminan fidusia serta
dapat di alihkan dengan benda yang setara nilainya dengan prsedur yang lazim. Peralihan
Jaminan Fidusia juga mengatur tentang pembelian barang yang menjadi jaminan fidusia tanpa
12
ada tuntutan walaupun pembeli mengetahui adanya fidusia. seperti yang diatur dalam Pasal 22
sebagai berikut “Pembeli benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang merupakan benda
persediaan bebas dari tuntutan meskipun pembeli tersebut mengetahui tentang adanya
Jaminan Fidusia itu, dengan ketentuan bahwa pembeli telah membayar lunas harga penjualan
13
bersumber pada yurisprudensi dan lahir untuk menyimpangi syarat mutlak jaminan gadai
bahwa barang yang digadaikan harus dikuasai oleh penerima gadai atau kreditur atau pihak
ketiga dengan persetujuan penerima gadai merupakan hak pribadi atau persoonlijk recht yang
bersumber pada perjanjian, dan eksekusi tentu berbeda dengan eksekusi Jaminan Fidusia yang
bersifat kebendaan.
14
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 kepada Ketua Pengadilan
Negeri yang berwenang.
2) Menjual objek jaminan fidusia atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil
penjualan (Pasal 15 ayat 3)
3) Menjual objek jaminan fidusia dibawah tangan yang dilakukan
berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara
ini akan diperoleh harga yang tertinggi sehingga menguntungka para
pihak. Penjualan bawah tangan ini dilakukan setelah lewat waktu 1
(satu) bulan sejak diterbitkannya secara tertulis oleh pemberi dan atau
penerima fidusia kepada piha-pihak yang berkepentingan dan
diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah
yang bersangkutan.
15
tangan telah diberi persyaratan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima
fidusia, maka pelaksanaan titel eksekusi haruslah dengan cara lelang.8
L. Kesimpulan
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun
yang tidak bewujud dan benda tidak bergerak khususnya Bangunan yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan. Dimana Jaminaan fidusia ini memiliki unsur, yakni: Subjek jaminan fidusia,
pemindahan hak kebendaan, kewajiban yang dijamin, kepercayaan, dan pendafataran jaminan
fidusia. Membahas mengenai subjek dan objek dari adanya jaminan fidusia ialah subjek
jaminan fidusia merujuk pada pihak yang memberikan jaminan sedangkan objek jaminan
fidusia adalah asset yang dijaminkan.
Adapun Dasar hukum utama untuk jaminan fidusia di Indonesia adalah Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Untuk objek dari fidusia sendiri dapat
dialihkan dengan benda yang setara nilainya dengan prsedur yang lazim. Pembebanan benda
dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta
jaminan fidusia. Dalam hal debitur Pemberi Fidusia cidera janji maka kreditur Penerima
Fidusia yang telah mempunyai/memegang Sertifikat Fidusia dapat/berhak untuk mengeksekusi
objek Jaminan Fidusia.
8
Info Ikadin, Jakarta, 2000.”Eksekusi Jaminan Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 dan Kendalanya”,
Kertas Kerja Makalah Seminar Hukum Ikadin, Jakarta, h.32
16
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia
Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia
Info Ikadin, Jakarta, 2000.”Eksekusi Jaminan Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 1999
dan Kendalanya”, Kertas Kerja Makalah Seminar Hukum Ikadin, Jakarta
17