Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Jaminan Perorangan

Dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Hukum Jaminan

Dosen pengampuh Nurul Fazri Elfikri SH.,MH.

DISUSUN OLEH:

WIDHIA ASTUTI MANOPPO (1011421114)

INAYAH DZULHIJJAH ASRIL (1011421033)

SINTIA GUMOHUNG (1011421034)

MONALISA AL-HADAD (1011421210)

DEWI SARTIKA MOKOAGOW (1011421275)

SEMESTER III

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah dengan judul “Jaminan Perorangan” ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa

juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam Mata Kuliah “Hukum

Jaminan” Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan

wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak

kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah

ini dapat berguna bagi para pembaca

Gorontalo,11 Oktober 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar belakang.......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

2.1 Pengertian Jaminan Perorangan..............................................................................6

2.2 Macam-Macam Jaminan Perorangan......................................................................7

2.3 Personal Guaranty.....................................................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Personal Guaranty (jaminan perorangan) merupakan bagian dari hukum jaminan, Yang
mengatur tentang jaminan-jaminan piutang kreditor terhadap debitor. Jaminan Perorangan
diatur dalam Buku III, Bab XVII mulai Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Kitab Undang
– Undang Hukum perdata (KUH Perdata) tentang penanggungan utang. Pada dasarnya
pemenuhan terhadap suatu perikatan antara debitor dan kreditor dilakukan oleh debitor itu
sendiri. Hal tersebut dapat diketahui dan Pasal 1131 KUH Perdata “Segala kebendaan si
berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang barn akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya
perseorangan”. Akan tetapi dapat pula diberikan atau dijamin untuk dipenuhi pihak ketiga
yaitu orang pribadi atau badan hukum. Jaminan inilah yang disebut dengan Personal
Guaranty.1

Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) ini timbul dengan adanya hubungan hukum yang
akan menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran pada salah satu pihak. Agar
pihak kreditor terjamin bahwa pembayarannya akan dilakukan, maka disertakan pihak ketiga
yang kadang-kadang sama sekali tidak ada hubungan dengan perikatan yang dilakukan dan
bahkan menyediakan diri untuk menanggungnya. Dalam Personal Guaranty, penjamin atau
penanggung utang tidak memberikan atau menunjuk benda tertentu sebagai jaminan kepada
kreditor melainkan hanya pernyataan menjamin atau kesepakatan antara penjamin dengan
kreditor yaitu mengikat diri dengan harta kekayaan yang ada untuk memenuhi kewajiban
debitor pada waktunya dengan syarat-syarat tertentu. Oleh karena itu pada dasarnya
penanggung utang bertanggung jawab untuk membayar utang tersebut dan seluruh harta ke
kayaannya itu. Personal Guaranty atau penanggungan utang tidak memberikan kedudukan
yang didahulukan kepada kreditor. Kedudukan kreditor hanya sebagai kreditor konkuren
yaitu mempunyai hak menagih kepada penjamin/ penanggung utang secara bersaing dengan
kreditor konkuren lainnya (unsecured creditor). 2

1
Atik Indriyani, “ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY” JURNAL HUKUM PRIORIS, VOLUME 1, NOMOR 1,
SEPTEMBER 2006. Hlm 1-2
2
Ibid
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu dengan jaminan Perorangan?

2. Macam-macam jaminan peorangan?

3. Apa Saja akibat-akibat Hukum yang timbul dalam Personal Guaranty dan bagaimana
Perlindungan Hukum Penjamin Perorangan (Personal Guarantor) Dalam Perjanjian Jaminan
Perorangan (Borgtocht)?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu Jaminan Perorangan

2. Untuk Mengetahui macam-macam Jaminan Perorangan

3. Untuk mengetahui Apa Saja akibat-akibat Hukum yang timbul dalam Personal Guaranty
dan bagaimana Perlindungan Hukum Penjamin Perorangan (Personal Guarantor) Dalam
Perjanjian Jaminan Perorangan (Borgtocht)?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jaminan Perorangan
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang menyebutkan dengan
istilah jaminan immateriil. Dalam bahasa Inggris disebut personal guarantee atau yang lebih
sering disebut guaranty. Kata "perorangan" dalam jaminan perorangan harus diartikan sebagi
subjek hukum, yang terdiri dari orang-perorangan (manusia) dan badan hukum. Oleh karena
itu, jaminan perorangan ini dapat berupa personal guaranty (jaminan orang/pribadi) dan
corporate guaranty (jaminan badan hukum/badan usaha). Pengertian jaminan perorangan
adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat
dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
Sedangkan Soebekti mengartikan jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang
berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si
berutang (debitur). la bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) si berutang tersebut. Jadi,
jaminan perorangan merupakan jaminan yang menimbulkan hubungan langsung dengan
orang tertentu atau pihak ketiga, sehingga tidak memberikan hak untuk didahulukan pada
benda-benda tertentu, karena harta kekayaan pihak ketiga tersebut hanyalah merupakan
jaminan bagi terselenggaranya perikatan yang dilakukan.3

Dari pengertian di atas, maka dapat diperoleh unsur dari jaminan perorangan, yaitu:

1) mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu;


2) hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu; dan
3) terdapat harta kekayaan debitur umumnya.

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan bahwa jaminan perorangan banyak digunakan
dalam praktek dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Si penanggung mempunya persamaan kepentingan ekonomi didalam usaha dari si


peminjam.
2. Penanggung memegang pesan si piutang dan banyak terjadi dalam bentuk bank
garansi, dimana yang bertindak sebagai penanggung/borg adalah bank.

3
Dr. Ashibly.SH.,MH. BUKU AJAR HUKUM JAMINAN. 2018. MIH Unihaz, Bengkulu. Hlm 137
3. Penanggungan juga mempunyai peran penting karena dewasa ini lembaga-lembaga
pemerintah lazim mengsyaratkan adanya penanggungan untuk kepentingan
pengusaha-pengusaha kecil.4

Jaminan Perorangan (borgtocht) timbul dari perjanjian jaminan antara kreditur dengan pihak
ketiga. Dalam perjanjian jaminan ini penjamin/borg baru akan melaksanakan kewajibannya
apabila debitur sudah tidak dapat memenuhi kewajibannya atau prestasinya. Jaminan
perorangan ini diatur dalam pasal 1820 KUH Perdata yang menyatakan penjaminan atau
penanggungan adalah “suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan
si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang ini
sendiri tidak memenuhinya”.5

Sedangkan hak jaminan perorangan timbul dari perjanjian jaminan antara kreditor dengan
pihak ketiga. Perjanjian jaminan perorangan merupakan hak relatif yaitu hak yang hanya
dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terkait dalam perjanjian. Dalam perjanjian
jaminan perorangan, pihak ketiga bertindak sebagai penjamin dalam pemenuhan kewajiban
debitor, berarti perjanjian jaminan perorangan merupakan janji untuk memenuhi kewajiban
debitor, apabila debitor ingkar janji. Dalam jaminan perorangan tidak ada benda tertentu yang
diikat dalam jaminan, sehingga tidak jelas benda apa dan yang mana milik pihak ketiga yang
dapat dijadikan jaminan apabila debitor ingkar janji, dengan demikian para kreditor
pemegang hak jaminan perorangan hanya berkedudukan sebagai kreditor konkuren saja.6

2.2 Macam-Macam Jaminan Perorangan


macam-macam jaminan perorangan yang masih berlaku saat ini yaitu:

1. Perjanjian penanggungan (borgtocht)


Berdasarkan ketentuan pasal 1820 BW, penanggungan adalah suatu perjanjian dengan
mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.
Penanggungan merupakan perjanjian yang bersifat accessoir dimana eksistensi atau
adanya penanggungan itu tergantung dari adanya suatu perjanjian pokok, yaitu
perjanjian yang pemenuhannya ditanggung atau dijamin dengan perjanjian

4
Evi Retno Wati. “EKSEKUSI JAMINAN PERORANGAN (BORGTOCHT) DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET
MELALUI KEPAILITAN (ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 2960 K/Pdt/2010)”, Jurnal MINUTA,
Volume 1, Nomor 1, Maret 2019. Hlm 4
5
Ibid
6
Niken Prasetyawati dan Tony Hanoraga. JAMINAN KEBENDAAN DAN JAMINAN PERORANGANSEBAGAI UPAYA
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK PIUTANG, Jurnal Sosial Humaniora, Vol 8 No.1, Juni 2015. Hlm 10
penanggungan. Dalam perjanjian penanggungan, penanggung tidak dapat
mengikatkan diri untuk lebih, maupun dengan syarat-syarat yang lebih berat daripada
perikatan debitor. Jika penanggungan diadakan untuk lebih dari utangnya, atau
dengan syarat syarat yang lebih berat, maka perikatan tersebut tidak menjadi batal,
melainkan sah hanya untuk apa yang diliputi oleh perikatan pokoknya”.
Penanggungan selain bersifat accessoir, jika ditinjau dari sudut cara pemenuhannya
bersifat subsidair. Peranan penanggung baru muncul setelah debitor utama tidak
memenuhi kewajiban perikatannya.7
Adapun jenis-jenis perjanjian penanggungan
1. Jaminan Hutang/Jaminan Kredit (Kredit Garansi) adalah bentuk
penanggungan dimana seorang penanggung (perorangan) menanggung untuk
melunasi hutang debitur sebesar sebagaimana tercantum dalam perutangan
pokok.
2. Jaminan Bank(Bank Garansi) adalah Bank bertindak sebagai penanggung jika
prestasi yang diperjanjikan tidak dilakukan dengan baik oleh debitur.
3. Jaminan Saldo (Saldo Garansi) adalah bentuk perjanjian penanggungan
dimana bank menjamin saldo yang akan ditagih dari debitur oleh kreditur pada
waktu penutupan rekening.
4. Jaminan Pembangunan (Bouw Garansi) adalah perjanjian pembangunan yang
dilakukan oleh suatu pemborong dijamin oleh pemborong lain.
5. Jaminan Oleh Lembaga Pemerintah (Staatsgaransi) adalah rekomendasi dari
pemeritah atau lembaga pemerintah untuk melaksanakan suatu pekerjaan,
tetapi manakala pihak yang direkomendasi tersebut melakukan wanprestasi,
maka pihak pemerintah tidak bertanggung jawab.

Sedangkan hak istimewa penanggung utang

1. Hak untuk menuntut penjualan benda milik debitor lebih dahulu(vooorrecht


van uitwinning)
2. Hak untuk membagi-bagi utang(voorrecht van schuldsplitsing)
3. Hak untuk mengajukan eksepsi

7
Susanti. “PEMBAHARUAN HUKUM PENANGGUNGAN : STUDI PERBANDINGAN DENGAN HUKUM
PENANGGUNGAN (BORGTOCHT) DI BELANDA, Jurnal IUS, Vol VI Nomor 3, Desember 2018. Hlm 3-4
4. Hak untuk membebaskan sebagai penanggung/penjamin dikarenakan salahnya
kreditur8
2. Perjanjian garansi
Ketentuan mengenai perjanjian ini terdapat dalam Pasal 1316 KUH Perdata.
Perjanjian garansi pada dasarnya sama dengan perjanjian penanggungan, yaitu sama-
sama adanya pihak ketiga yang berkewa jiban memenuhi prestasi. Perbedaannya
adalah pada perjanjian garansi kewajiban tersebut dicantumkan di dalam perjanjian pe
nanggungan adanya kewajiban untuk memenuhi prestasi dari si penanggung apabila
debitur wanprestasi tercantum dalam perjanjian accessoir.9
3. Perjanjian tanggung-menanggung
Sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1280 KUH Perdata, di mana ditentukan
bahwa akan terjadi sesuatu perikatan tanggung menanggung dipihak orang-orang
yang berutang manakala mereka semuanya diwajibkan melakukan hal yang sama,
sedemikian rupa bahwa salah satu hal dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pemenuh
an oleh salah satunya membebaskan orang-orang berutang yang lainnya terhadap si
berpiutang.10

2.3 Personal Guaranty


 Akibat-akibat Hukum yang timbul dalam Personal Guaranty
1. Akibat Penanggungan Utang antara Kreditor dan Pihak Ketiga / Penjamin
(Penanggung Utang)
Pihak ketiga (Penanggung Utang) tidak diwajibkan untuk membayar utang debitor
kepada debitor kecuali si debitor lalai, sedangkan benda-benda si berhutang harus
lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. Sebelum penanggung
membayar utang debitor utama kepada kreditor, harta kekayaan debitor sesuai dengan
Pasal 1131 KUH Perdata menjadi jaminan perikatannya, sehingga debitor utama
harus terlebih dahulu disita dan dijual untuk memenuhi semua utangnya. Hal tersebut
tidak akan dapat dilakukan menurut Pasal 1832 apabila
a) Ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-
benda debitor utama disita dan dijual ;

8
ASK THE LAWYER, “Penanggungan Utang” https://aa-lawoffice.com/penanggungan-utang/ (diakses pada 9-
10-2022, pukul 17.02)
9
Dr. Drs. H. Amran Suadi, S.H., M.Hum., M.M. 2019. “EKSEKUSI JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
EKONOMI SYARIAH”, KENCANA, Jakarta. Hlm 11-12
10
Ibid. Hlm 12
b) Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitor utama
secara tanggung-menanggung, yang terhadapnya akan berlaku
ketentuan mengenai perikatan tanggung-menanggung
c) Si berutang (debitor) dapat memajukan tangkisan yang hanya
mengenai dirinya sendiri secara pribadi ;
d) Si berutang (debitor) dalam keadaan pailit ;
e) Dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh hakim.
2. Akibat penanggungan utang antara debitor utama dan pihak ketiga (Penanggung
Utang)
Pihak ketiga (penanggung utang) baik atas sepengetahuan maupun yang tidak
sepengetahuan pihak debitor utama yang telah melakukan pembayaran kepada
kreditor dapat menuntut kepada debitor utama semua uang pokok, bunga serta biaya-
biaya. Khusus mengenai biaya, penanggung utang dapat menuntut kembali dari
debitor utama apabila hal tersebut telah diberitahukan kepada debitor utama (Pasal
1839 KUH Perdata). Penanggung yang telah membayar kepada kreditor untuk
kepentingan debitor utama akan menggantikan kedudukan kreditor. Dengan demikian
akan terjadi subrogasi menurut undang-undang (Pasal 1402 sub 3 jo Pasal 1840 KUH
Perdata).
3. Akibat penanggungan antara pihak ketiga (penanggung utang)
Berdasarkan Pasal 1844 KUH Perdata, apabila beberapa orang penanggung utang
secara bersama-sama menanggung piutang seorang debitor untuk utang yang sama,
maka penanggung yang membayar lunar utang debitor, dapat menuntut kembali
penanggung-penanggung lainnya masing-masing seimbang dengan bagiannya.
Sedangkan apabila debitornya dinyatakan pailit, maka penanggung berhak untuk
menerima pengembalian untuk segala sesuatu yang telah dibayarnya kepada
kreditor.11
 Perlindungan Hukum Penjamin Perorangan (Personal Guarantor) Dalam
Perjanjian Jaminan Perorangan (Borgtocht)
Pasal 1820 KUHPerdata yang menyebutkan “Suatu perjanjian, di mana pihak ketiga,
demi kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila
debitur tidak memenuhi perikatannya”. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa sebuah
perlindungan hukum yang komprehensif adalah suatu kebutuhan yang mendesak. Negara
Indonesa sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila haruslah memberikan
11
Atik Indriyani. Op.cit. hlm 6-8
perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya yang sesuai dengan Pancasila. Oleh
karena itu perlindungan hukum berdasarkan Pancasila berarti pengakuan dan perlindungan
hukum akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan, permusyawaratan serta keadilan sosial.12

Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan
menggunakan pranata dan sarana hukum. Ada beberapa cara perlindungan secara hukum,
antara lain sebagai berikut :

1. Membuat peraturan (by giving regulation), yang bertujuan untuk:


a. Memberikan hak dan kewajiban;
b. Menjamin hak-hak para subyek hukum.
2. Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui:
a. Hukum administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah (preventif)
terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan pengawasan;
b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara
mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman;
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative, recovery),
dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.13

Pada prinsipnya, penanggung utang tidak wajib membayar utang debitur kepada kreditur,
kecuali jika debitur lalai membayar utangnya. Untuk membayar utang debitur tersebut, maka
barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya.
Bentuk perlindungan diwujudkan dalam beberapa peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia. KUHPerdata Bagian 2 tentang Akibat-Akibat Penanggungan Antara Kreditur dan
Penanggung Pasal 1831 menyatakan bahwa “Penanggung tidak wajib membayar kepada
kreditur kecuali debitur lalai membayar utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan
debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya”. Pernyataan tersebut
diperkuat berdasarkan Pasal 1832 KUHPerdata.14

12
Meiska Veranita. “KEDUDUKAN HUKUM PENJAMIN PERORANGAN (PERSONAL GUARANTOR) DALAM HAL
DEBITUR PAILIT MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG, Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli –
Desember 2015. Hlm 7
13
Ibid. Hlm 7-8
14
Ibid
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang menyebutkan
dengan istilah jaminan immateriil. Dalam bahasa Inggris disebut personal guarantee atau
yang lebih sering disebut guaranty. Kata “perorangan” dalam jaminan perorangan harus
diartikan sebagi subjek hukum, yang terdiri dari orang-perorangan (manusia) dan badan
hukum. Oleh karena itu, jaminan perorangan ini dapat berupa personal guaranty (jaminan
orang/pribadi) dan corporate guaranty (jaminan badan hukum/badan usaha). Pengertian
jaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan
tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan
debitur umumnya. Sedangkan Soebekti mengartikan jaminan perorangan adalah suatu
perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang menjamin
dipenuhinya kewajiban si berutang (debitur). La bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) si
berutang tersebut. Jadi, jaminan perorangan merupakan jaminan yang menimbulkan
hubungan langsung dengan orang tertentu atau pihak ketiga, sehingga tidak memberikan hak
untuk didahulukan pada benda-benda tertentu, karena harta kekayaan pihak ketiga tersebut
hanyalah merupakan jaminan bagi terselenggaranya perikatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

ASK THE LAWYER, “Penanggungan Utang” https://aa-lawoffice.com/penanggungan-


utang/ (diakses pada 9-10-2022, pukul 17.02)

Atik Indriyani, “ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY” JURNAL HUKUM


PRIORIS, VOLUME 1, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006.

Dr. Ashibly.SH.,MH. BUKU AJAR HUKUM JAMINAN. 2018. MIH Unihaz, Bengkulu.

Dr. Drs. H. Amran Suadi, S.H., M.Hum., M.M. 2019. “EKSEKUSI JAMINAN DALAM
PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH”, KENCANA, Jakarta.

Evi Retno Wati. “EKSEKUSI JAMINAN PERORANGAN (BORGTOCHT) DALAM


PENYELESAIAN KREDIT MACET MELALUI KEPAILITAN (ANALISIS PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 2960 K/Pdt/2010)”, Jurnal MINUTA, Volume 1,
Nomor 1, Maret 2019.

Meiska Veranita. “KEDUDUKAN HUKUM PENJAMIN PERORANGAN (PERSONAL


GUARANTOR) DALAM HAL DEBITUR PAILIT MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG, Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli –
Desember 2015.

Niken Prasetyawati dan Tony Hanoraga. JAMINAN KEBENDAAN DAN JAMINAN


PERORANGANSEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK
PIUTANG, Jurnal Sosial Humaniora, Vol 8 No.1, Juni 2015.

Susanti. “PEMBAHARUAN HUKUM PENANGGUNGAN : STUDI PERBANDINGAN


DENGAN HUKUM PENANGGUNGAN (BORGTOCHT) DI BELANDA, Jurnal IUS, Vol
VI Nomor 3, Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai