Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“HUKUM ASURANSI”

Oleh:
Ananda Rizky Firmansyah ( 04 )
Indria Rahma ( 12 )
Jessy Aprilia L Gaol ( 14 )
Linggar Rahmatsani ( 15 )
Rizka Ari Vanisya ( 24 )

PROGRAM STUDI DIV MANAJEMEN PEMASARAN


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.  atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “ HUKUM

ASURANSI” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan
apa saja yang biasa terjadi. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet. Tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah hubungan bisnis dan tim penulis yang telah saling
berpartisipasi.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Malang, 11 November 2022


DAFTAR ISI

BAB 1.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4

BAB 2.................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI............................................................................................................6

2.1 Uraian Teori..............................................................................................................6

2.1.1. Pengertian dan pengaturan Asuransi.................................................................6

BAB 3...............................................................................................................................10

PEMBAHASAN...............................................................................................................10

BAB 4...............................................................................................................................11

PENUTUP.........................................................................................................................11

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................11

4.2 Saran........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pasal 246 KUHD Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian, dengan
seorang penanggung yang mengingkatkan diri kepada seorang yang tertanggung dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya atas suatu kehilangan
keuntungan , kerugian, dan kerusakan, yang mungkin nanti akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tertentu. Dan dalam Pasal 1 UU No. 2/1992 Asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian dua pihak, dengan nama pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, utk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yg diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan
perjanjian asuransi dengaii perusahaan asuransi, baik perusahaan asuransi milik negara
maupun milik swasta nasional. Menurut H.M.N Purwosutjipto: “Pertanggungan adalah
perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung
mengikatkan diri untuk mengganti kerugian, dan atau membayar sejumlah uang (santunan)
yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain
yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenement, sedangkan penutup asuransi mengikatkan
diri untuk membayar uang premi”.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang ada serta mempermudah
pembahasan agar lebih terarah dan mendalam sesuai dengan sasaran maka penulis
merumuskan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana syarat sah perjanjian asuransi ?
2. Bagaimana terjadinya asuransi ?
3. Bagaimana perbedaan asuransi dengan perjudian ?
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Uraian Teori


Di dalam pembahasan penulisan makalah ini tentunya dibutuhkan suatu kondisi teori-
teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah hukum asuransi. Adapun uraian teori
dalam penulisan makalah ini adalah:

2.1.1. Pengertian dan Pengaturan Asuransi


A. Pengertian Umum Asuransi
Hukum Asuransi mengenal bermacam-macam istilah. Ada yang mempergunakan
istilah hukum Pertanggungan, hukum Asuransi. Dalam bahasa Belanda disebut
Verzekering Recht, dan dalam istilah bahasa Inggris disebut Insurance Law. Sedangkan
dalam praktek sejak zaman hindia belanda sampai sekarang banyak dipakai orang
istilah Asuransi. Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang-undangan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari
kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari
ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi imbuhan
per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian”, yang berarti segala usaha yang
berkenaan dengan asuransi.

Usaha yang berkaitan dengan asuransi ada 2 (dua) jenis, yaitu :


1. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance business).
Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut perusahaan asuransi
(insurance company).
2. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha penunjang usaha
asuransi disebut perusahaan penunjang asuransi (complementary insurance).

Kitab Undang – Undang Hukum Dagang disebutkan dalam Pasal 246 KUHD
menyebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dimana
penanggung mengikatkan diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk
memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan atau tidak
mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu
peristiwa yang tak pasti. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 dalam pasal 1 ayat (1)
menyebutkan: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak
atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertangung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam
asuransi terdapat 4 (empat) unsur yang harus ada, yaitu :
a) Perjanjian yang mendasari terbentuknya perikatan antara dua pihak (tertanggung
dan penanggung) yang sekaligus terjadinya hubungan keperdataan.
b) Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada
penanggung.
c) Adanya ganti kerugian dari penaggung kepada tertanggung jika terjadi klain atau
masa perjanjian selesai.
d) Adanya suatu peristiwa (envenemen/accident) yang belum tentu terjadi, yang
disebabkan karena adanya suatu risiko yang mungkin dating atau tidak dialami.
Apabila diperhatikan pengertian asuransi berdasarkan kedua aturan di atas, yaitu
Pasal 246 KUHD dan Pasal 1 ayat (1) UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, sangat jelas dinyatakan bahwa, asuransi adalah perjanjian. Menurut teori
yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian adalah Suatu
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum.
Terdapat beberapa batasan dan perbedaan dari pengertian asuransi dari para ahli. hal
ini disebabkan dari sudut pandang mana para ahli yang mendefenisikan asuransi itu.
Dari sudut pandang yuridis, Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro mendefenisikan asuransi
atau verzekering sebagai suatu pertanggungan yang melibatkan dua pihak, satu pihak
sanggup menanggung atau menjamin, dan pihak lain akan mendapat penggantian dari
suatu kerugian, yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa,
yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan
terjadinya. Menurut Muhammad Muslehuddin dalam bukunya Insurance and Islamic
Law mengadopsi pengertian asuransi dari Encyclopedia Britanica sebagai suatu
persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang tertimpa kerugian, guna
menghadapi kejadian yang tidak jelas diramalkan, sehingga bila kerugian tersebut
menimpa salah seorang di antara mereka, maka beban kerugian tersebut akan
disebarkan ke seluruh kelompok. Dalam pandangan Abbas Salim, asuransi dipahami
sebagai suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah
pasti sebagai (substansi) kerugiankerugian yang belum pasti.

B. Pengaturan Asuransi
a. Pengaturan dalam KUHD
Ada 2 (dua) cara pengaturan asuransi dalam KUHD, yaitu pengaturan yang bersifat
umum dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I bab 9
Pasal 246-Pasal 256 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah di atur
dalam KUHD maupun di atur di luar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan lain.
Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 pasal 287 – pasal 308 KUHD
dan Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592 – Pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut:
1. Asuransi kebakaran pasal 287 – pasal 298 KUHD
2. Asuransi hasil pertanian Pasal 299 – Pasal 301 KUHD
3. Asuransi Jiwa Pasal 302 – Pasal 308 KUHD
4. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592 – Pasal 685 KUHD
5. Asuransi pengangkutan darat dan sungai Pasal 686 – Pasal 695 KUHD.

b. Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992


Terdapat perbedaan antara pengaturan asuransi yang diatur dalam KUHD dan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Ussaha Perasuransian. Dalam KUHD pengaturan
tentang asuransi mengutamakan dari segi keperdataan sedangkan dalam Undang-Undang
No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian lebih mengutamakan pengaturan asuransi dari
segi bisnis dan publik administratif yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi
pidana dan administrative.
c. Pengaturan dalam perundang-undangan lainnya
Selain dari KUHD dan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Pemerintah Indonesia telah
mengundangkan perundang-undangan mengenai pertanggungan (asuransi), satu
undangundang mengenai usaha perasuransian, dan beberapa lainnya mengenai berbagai jenis
pertanggungan khusus, Perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Asuransi wajib kecelakaan penumpang yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun
1964 .
b) Asuransi atas kecelakaan lalu lintas yang diatur dalam UU Nomor 34 Tahun
1964.
c) Asuransi Kredit yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1
Tahun 1971.
d) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 sebagai Peraturan Pelaksana UU
Nomor 33 Tahun 1964 .
e) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 sebagai Peraturan Pelaksana UU
Nomor 34 Tahun 1964 .
f) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga
Kerja (Astek), dengan berbagai peraturan pelaksananya .
g) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1971 tentang Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan dalam Bidang
Perasuransian Kredit
h) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963 tentang Tabungan Asuransi
Pegawai Negeri (Taspen).
i) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971 tentang Asuransi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).
j) Surat Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 tentang Asuransi Kesehatan
(Askes) untuk Pegawai Negeri dan Pensiunan beseta keluarganya.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 KONSEPSI HUKUM ASURANSI

Hukum asuransi adalah kumpulan peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis, yang
ditujukan untuk mengikat kedua belah pihak yang melakukan perjanjian asuransi
(penanggung dan tertanggung).

Berdasarkan ketentuan yang tertulis dalam Pasal 246 KUHD, dengan jelas dikatakan
bahwa asuransi atau pertanggungan adalah sebuah perjanjian yang mengikat penanggung
kepada tertanggung dengan cara menerima sejumlah premi yang dimaksudkan untuk
menjamin penggantian terhadap tertanggung akibat adanya kerugian yang timbul, terjadinya
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, hal tersebut mungkin akan terjadi
akibat terjadinya suatu evenemen (peristiwa yang tidak pasti).

Sedangkan di dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tertanggal 11 Februari 1992


Tentang Usaha Perasuransian (UU asuransi) dikatakan bahwa:

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian yang terjadi di antara dua pihak atau
lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan cara
menerima sejumlah premi asuransi untuk memberikan layanan penggantian kepada
tertanggung akibat adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung
akibat terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
dilakukan karena meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Jika menurut pada defenisi di atas, maka bisa dikatakan bahwa asuransi adalah sebuah
bentuk perjanjian di mana harus memenuhi syarat sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320
KUH Perdata, namun dengan karakteristik “khusus” sebagai mana dijelaskan dalam Pasal
1774 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:

Suatu persetujuan untung-untungan (kans overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang


hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak,
bergantung kepada kejadian yang belum tentu.               
Dengan melihat ketentuan hukum di atas, maka terdapat beberapa hal penting mengenai
asuransi yang patut dicermati, di antaranya:

 Perjanjian asuransi wajib memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata, di mana perjanjian
tersebut bersifat adhesif, yang artinya isi perjanjian tersebut telah ditentukan oleh
perusahaan asuransi melalui kontrak standard.

 Di dalam asuransi terdapat dua pihak yang terlibat pada perjanjian tersebut, yakni
pihak penanggung dan pihak tertanggung, yang mana kedua pihak ini berbeda.

 Asuransi memiliki sejumlah premi yang merupakan bukti bahwa tertanggung setuju
untuk melakukan perjanjian asuransi.

 Perjanjian asuransi membuat pihak tertanggung dan pihak penanggung terikat untuk
melaksanakan kewajibannya masing-masing.

Berdasarkan poin-poin di atas, maka sebuah asuransi “wajib” memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:

 Subyek hukum, dalam hal ini adalah penanggung dan tertanggung.

 Persetujuan bebas yang terjadi di antara penanggung dan tertanggung.

 Benda asuransi dan kepentingan lainnya yang berhubungan dengan tertanggung.

 Tujuan perjanjian yang ingin dicapai oleh penangung dan tertanggung.

 Risiko dan premi.

 Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) serta ganti rugi yang akan diberikan oleh pihak
penanggung.

 Syarat-syarat dan kebijakan yang berlaku.

 Polis asuransi sebagai bukti perjanjian.

3.2 Prinsip Dan Jenis Asuransi

Ada 6 Prinsip dalam Asuransi antara lain yaitu:


1.   Insurable Interest 
Prinsip ini menjelaskan bahwa seseorang diberikan hak untuk mengasuransikan
sesuatu karena terdapat hubungan keluarga atau ekonomi yang mendasarinya. Hak ini
otomatis timbul setelah adanya perjanjian yang sering disebut Polis dan telah memiliki
dasar hukum. Sebagai contoh, untuk mengasuransikan seseorang, Anda harus memiliki
hubungan seperti ayah, ibu, suami, istri, dan anak. Tentu Anda bisa mengasuransikan diri
sendiri, kok!

2.   Utmost Good Faith

Sesuai dengan namanya, prinsip ini memiliki arti yaitu niat atau itikad baik.
Maksudnya adalah, dalam proses membeli produk asuransi, baik Tertanggung (nasabah)
maupun Penanggung (perusahaan asuransi) harus menyampaikan informasi dengan
terbuka, rinci, dan jujur.

Misalnya, Tertanggung harus menjawab dengan jujur beberapa pertanyaan


pada screening risiko sebelum membuat kesepakatan, seperti penyakit bawaan, aktivitas
merokok, pengalaman dirawat di rumah sakit, dan lain-lain.

Hal ini juga berlaku untuk Penanggung, di mana perusahaan asuransi harus
menyampaikan detail produk dan tidak menutup-nutupi informasi yang harus diketahui
Tertanggung.

3.   Indemnity

Indemnity sering juga disebut sebagai prinsip ganti rugi. Perusahaan asuransi selaku
Penanggung harus memberikan ganti rugi kepada Tertanggung sesuai dengan
kesepakatan pada perjanjian atau polis. Kemudian, nilai tanggungan harus sesuai dengan
nilai klaim yang sudah diajukan tanpa pengurangan atau penambahan nilai.

4.   Subrogation 

Subrogasi berkaitan dengan kondisi di mana kerugian yang dialami Tertanggung


disebabkan oleh pihak ketiga (orang lain). Jika melihat pada pasal 1365 KUH Perdata,
pihak ketiga yang bersalah harus mengganti kerugian Tertanggung.

Lantas, bagaimana bila Tertanggung memiliki asuransi?


Dalam asuransi, subrogasi mengharuskan Tertanggung memilih salah satu dari
sumber pengganti kerugian, yaitu Penanggung atau pihak ketiga. Tertanggung tidak
boleh memilih dari keduanya, karena Tertanggung akan mendapat penggantian
melampaui yang semestinya.

Lain halnya jika Tertanggung tidak mendapat ganti rugi secara penuh dari pihak
ketiga, maka Tertanggung dapat meminta hak ganti rugi sesuai dengan selisih yang ada
kepada Penanggung.

Demikian pula apabila Tertanggung sudah mendapat penggantian dari Penanggung,


maka Tertanggung tidak boleh menuntut pihak ketiga.

5.   Contribution 

Pernah mendengar kerabat Anda dirawat di rumah sakit dan biayanya di-cover oleh 2
asuransi yang berbeda? Nah, kondisi tersebut adalah contoh dari prinsip contribution.
Dalam prinsip ini, pihak asuransi memiliki hak untuk mengajak Penanggung lainnya
untuk menanggung kerugian Tertanggung.

Misalnya, Pak Andi dirawat di ICU selama 7 hari dan memakan biaya hingga 200 juta
rupiah. Tagihan perawatan Pak Andi di-cover oleh asuransi BCD sebesar 90 juta. Jika
pak Andi memiliki Polis asuransi lain, yaitu asuransi EFG, maka asuransi EFG hanya
perlu membayar sisa tagihan yaitu sebesar 110 juta rupiah.

6.   Proximate Cause 

Prinsip asuransi yang terakhir adalah prinsip kausa proksimal, di mana setiap kerugian
yang terjadi pasti ada penyebabnya. Mengacu prinsip ini, Penanggung hanya akan
mengganti kerugian Tertanggung apabila suatu peristiwa diakibatkan oleh penyebab
yang diatur dalam polis.

Sedangkan untuk jenis – jenis Asuransi yaitu:

- Pembagian Jenis asuransi berbeda-beda menurut sarjana di negeri Belanda, jenis asuransi
dibagi atas dua:
a. Asuransi kerugian (Schade verzekering) adalah asuransi yang menberikan ganti rugi
kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian mana
terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana pertangungan, baik kerugian berupa
kehilangan pakaian, kekurangan nilainya, kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Asuransi ini bertujuan untuk mengganti kerugian yang mungkin timbul pada harta
kekayaan tertanggung dan kerugian itu sunguhsungguh diderita oleh tertanggung. Di sini
tertanggung mengamankan harta kekayaan dengan cara mengalihkan risiko pada pihak
penanggung. Asuransi kerugian ini sebagaimana yang diaatur dalam Pasal 247 KUHD.

b. Asuransi sejumlah uang (Sommen verzekering) Asuransi atau pertanggungan sejumlah


uang, orang yang menerima ganti rugi yang sungguh-sungguh sesuai dengan kerugian
yang dideritanya. Karena ganti rugi yang diterimanya adalah hasil penentuan sejumlah
uang yang disepakati oleh pihak-pihak. Pemberian sejumlah uang oleh penanggung itu
bukanlah merupakan penggantian kerugian, karena jiwa manusia tidak mungkin dapat
dinilai dengan uang. Yang termasuk pertanggung sejumlah uang ini adalah pertanggungan
jiwa, kecelakaan dan lain-lain.

- Menurut pendapat Sri redjeki Hartono pembagian jenis asuransi berdasarkan pertumbuhan
dan perkembangannya di Indonesia adalah :

1. Asuransi yang bersiat komersial yaitu asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah
ataupun swasta murni. Pelaksanaan jenis asuransi ini sepenuhnya tergantung pada para
pihak, artinya tidak ada campur tangan dari pihak ketiga (dalam hal ini adalah pemerintah)
kecuali tentang aktivitas perusahaan. Asuransi yang bersifat komersial ini dapat
dibedakan: Asuransi kerugian dan asuransi sejumlah uang dalam praktik disebut dengan
asuransi jiwa, seperti asuransi hari tua, asuransi beasiswa, dan asuransi dwi guna dan lain
sebagainya.

2. Asuransi yang bersifat sosial46 Asuransi yang bersifat sosial merupakan asuransi yang
diselenggarakan oleh pemerintah, dimana semua ketentuan dalam asuransi ini, harus
berdasarkan pada ketentuan undang-undang yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan
asuransi sosial itu ditujukan bagi kesejahteraan dan kepentingan masyarakat luas. Semua
ketentuan yang berhubungan dengan hak-hak sosial, ditentukan oleh para pihak serta
prosedur tentang asuransi sosial, ditentukan dan diatur dalam undang-undang dan
peraturan pemerintah. Jadi, tidak diserahkan kepada kehendak bebas para pihak yang
berkepentingan. Penggolongan asuransi yang bersifat sosial dan komersial ini dapat juga
disebut dengan pembedaan asuransi berdarakan tujuannya. Asuransi komersial diadakan
oleh perusahaan asuransi sebagai tujuan bisnis, sehingga tujuan utamanya adalah mencari
keuntungan. Oleh karena itu segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian ini, misalnya
besarnya premi, besarnya ganti kerugian didasarkan pada perhitungan-perhitungan
ekonomis. Semua jenis asuransi yang diatur dalam KUHD merupakan asuransi komersial
dan pada dasarnya merupakan sukarela. 47 Asuransi sosial diselenggarakan tidak dengan
tujuan memperoleh keuntungan, tetapi bermaksud memberikan jaminan sosial (social
security) kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat48 Asuransi yang bersifat sosial
ini disebut dengan istilah asuransi wajib, karena keberadaannya diwajibkan oleh undang-
undang. Program asuransi wajib ini diatur dalam BAB VIII Pasal 39 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

- Secara pokok, asuransi jiwa dapat dibedakan atas:

1. Asuransi jiwa berjangka (Term Insurance) Asuransi jiwa berjangka atau term insurance
yaitu penanggung memberikan jaminan ganti rugi (santunan) jika tertanggung meninggal
dunia dalam jangka waktu perjanjian sedang berjalan. Asuransi berjangka juga dikenal
asuransi sementara dirancang untu memberikan perlindungan asuransi jiwa untuk jangka
waktu tertentu. Lamanya jangka waktu polis bervariasi, bisa selama 1 tahun, 10 tahun,
atau sampai usia tertentu. Penanggung biasanya menerbit polis dengan manfaat cacat total
tetap (TPD:Total Permanent Disability).

2. Asuransi jiwa seumur hidup (Whole life insurance) Asuransi ini dirancang untuk
memberikan proteksi asuransi seumur hidup tertanggung dengan syarat ia menjaga
polisnya tetap aktif dengan terus membayar premi. Seperti dengan asuransi berjangka,
asuransi ini seringkali diterbitkan dengan melekat manfaat Cacat Total Tetap (TPD). Polis
ini menyediakan perlindungan menyeluruh. Manfaat polis ini dibayarkan sekaligus jika
tertanggung meninggal atau dibayarkan bertahap /sekaligus jika tertanggung menderita
TPD tergantung besarnya uang pertanggungan. Tidak ada batas waktu untuk proteksi
kematian, namun proteksi TPD akan berakhir jika tertanggung mencapai usia tertentu
(biasanya pada tahun yang ke 60)

3. Asuransi Dwiguna (Endowment Insurance) Asuransi Dwiguna adalah kategori lain dari
asuransi tetap. Asuransi ini terdiri dari dua elemen yaitu elemen proteksi jiwa dan elemen
tabungan. Elemen proteksi jiwa melindungi kematian dan cacat tetap. Di polis ini elemen
tabungan lebih tinggi sehingga polis ini sesuai tujuan menabung. Perlindungan polis ini
bisa untuk jangka waktu tertentu atau untuk usia tertentu.

3.4 POLIS

Polis adalah istilah untuk menyebut kontrak perjanjian kerjasama secara tertulis antara
Perusahaan Penyedia Asuransi (Penanggung Asuransi) dengan nasabah Pemegang Polis.
Semua kontrak Asuransi, apakah itu Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan hingga Asuransi
Kerugian, disebut dengan nama Polis Asuransi. Isi perjanjian kerjasama yang dimuat dalam
Asuransi adalah kesepakatan bahwa Penyedia Asuransi bersedia menanggung risiko yang
dimiliki oleh Tertanggung yang namanya tertera dalam polis, dalam jangka waktu tertentu
sesuai perjanjian. Untuk mendapatkan perlindungan Asuransi dari pihak Penyedia Asuransi ,
Pemegang Polis wajib membayar sejumlah Biaya Premi yang telah disepakati. 
Di dalam Polis Asuransi juga memuat Syarat Umum Polis, perincian hak dan kewajiban
Penyedia Asuransi, Pemegang Polis, jangkauan Manfaat Asuransi yang diberikan, pasal yang
menyebut pengecualian proteksi, pasal yang menyebut hal-hal yang bisa membatalkan Polis.
Selain itu, dalam Polis Asuransi biasanya dilampirkan juga lembar Pertanggungan, Ketentuan
Khusus, juga salinan Surat Permohonan Asuransi (Surat Klaim).

Polis Asuransi termasuk dokumen penting yang memiliki kekuatan hukum. Maka itu,
kamu wajib menyimpannya di tempat khusus yang bisa dengan mudah kamu akses ketika
sewaktu-waktu dibutuhkan, misalnya ketika hendak mengklaim Asuransi.

3.5 Perlindungan Hukum Pemegang Polis

Perlindungan hukum terhadap pemegang polis asuransi dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yakni perlindungan preventif dan perlindungan represif.

- Perlindungan hukum preventif yang dilakukan yakni melalui regulasi peraturan


perundangan- yakni Pasal 53 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian yang mengatur tentang dana jaminan yang ditujukan sebagai jaminan
penggantian seluruh atau sebagian hak kepada pemegang polis apabila perusahaan
asuransi mengalami likuidasi dan peraturan mengenai kewajiban menjadi anggota
lembaga mediasi yang tercantum dalam Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Upaya penyelesaian sengketa dapat dilakukan baik
secara litigasi ataupun non litigasi. Penyelesaian secara non litigasi dilakukan melalui
lembaga mediasi seperti Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI).
Lembaga alternatif penyelesaian sengketa asuransi lainnya yang dapat ditempuh selain
melalui BMAI adalah penyelesaian melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK). Penyelesaian secara litigasi juga dapat ditempuh oleh pemegang polis ketika
terjadi sengketa antara para pihak. Kedua, adanya keharusan bagi PT Asuransi Raya
untuk menyelesaikan seluruh utang dan kewajibannya sesuai peraturan perundang-
undangan setelah adanya pencabutan izin usaha. Pasal 52 Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian menyatakan bahwa jika
perusahaan asuransi dipailitkan atau dilikuidasi, hak Pemegang Polis, Tertanggung,
atau Peserta atas pembagian harta kekayaannya mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi daripada hak pihak lainnya. Pemegang polis asuransi yang menjadi tertanggung
dalam suatu perusahaan asuransi menjadi prioritas utama untuk diselesaikan
kewajibannya sebelum pihak-pihak lain setelah pencairan harta kekayaan perusahaan
asuransi dalam rangka kewajiban perusahaan asuransi.
BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan dari rangkaian bab sebelumnya
Atas pokok permasalahan yang penulis bahas. Hukum asuransi adalah kumpulan
peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis, yang ditujukan untuk mengikat kedua belah
pihak yang melakukan perjanjian asuransi (penanggung dan tertanggung). Dalam
pelaksanaannya, asuransi harus memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan agar
asuransi dapat dikatakan sah. Terdapat pula 6 prinsip dalam asuransi yakni insurable
interest, atmost good faith, indemnity, subrogation, contribution, dan proximate cause.

Polis adalah istilah untuk menyebut kontrak perjanjian kerjasama secara tertulis antara
Perusahaan Penyedia Asuransi (Penanggung Asuransi) dengan nasabah Pemegang Polis.
Perlindungsn hukum terhadap polis asuransi dibagi menjadi 2 yakni perlindungan hukum
preventif (dilakukan melalui regulasi peraturan perundang-undangan), dan hukun
represif.
4.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan penulisan terkait hal ini, yaitu:
A. Informasi mengenai adanya pinjaman polis ini perlu disosialisasikan biar
semakin banyak masyarakat yang mengetahui hal ini.
B. Terkait dengan prosedurnya sebaiknya dipersingkat lagi waktu
pelaksanaanya.
DAFTAR PUSTAKA

 Cermati.com , 30 Maret 2016. https://www.cermati.com/artikel/apa-itu-hukum-


asuransi-dan-bagaimana-cara-kerjanya.
 prudential.co.id, https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/prinsip-prinsip-
asuransi/
 manulife.co.id, https://www.manulife.co.id/id/artikel/istilah-istilah-asuransi-
yang-perlu-kamu-pahami.html
 CAHYANI, Aastari Mirna, 10 Oktober 2022.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/93368

Anda mungkin juga menyukai