Anda di halaman 1dari 16

ASURANSI JIWA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

“Masail Fikihiyah”

Dosen Pengampu:

Dini Arifah Nihayati, M.H.

Disusun Oleh:

Kelompok 11/PAI6B

Daniar Dwinur A.I (201200040)


Diah Sekar Lestari (201200050)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKLTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kepada Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, nikmat,
serta hidayahnya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Asuransi Jiwa” dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam tidak lupa senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
islamiyah seperti sekarang ini, kepada para sahabat dan keluarga beliau, kepada
para ulama dan orang saleh yang mengikuti jejak beliau, dan semoga kita diakui
sebagai umat beliau dan mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat. Aamiin ya rabbal
‘alamin.

Selanjutnya, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas pada mata kuliah Masail Fikihiyah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang materi Asuransi Jiwa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dini Arifah Nihayati, M.H.

selaku dosen mata kuliah Masail Fikihiyah yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami. Disini kami juga
mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Disini kami menyadari bahwasanya makalah yang ditulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu dinantikan
guna menyempurnakan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Ponorogo, 15 Mei 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Contents
BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
Latar Belakang Penulisan .................................................................................... 3
Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
Pengertian Asuransi Jiwa ..................................................................................... 5
Hukum Positif Asuransi Jiwa .............................................................................. 8
Hukum Asuransi Jiwa Menurut Islam Komparasi Asuransi Jiwa dan Asuransi
Jiwa Syariah ...................................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
Kesimpulan ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

BAB I

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Segala aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan finansial,
tentunya memiliki resiko yang tidak dapat dihindari. Salah satu bentuk untuk
meminimalisir resiko tersebut adalah asuransi. Asuransi dapat
menguntungkan kehidupan masyarakat dengan mengurangi kekayaan yang
harus disisihkan untuk menututpi kerugian akibat berbagai resiko yang
didapat. Asuransi merupakan perjanjian antara penyedia jasa layanan asuransi
sebagai penanggung dan masyarakat sebagai pemegang polis. Asuransi
pertama kali dikenal di Indonesia adalah produk asuransi umum. Mulanya
dibawa oleh orang belanda yang datang ke Indonesia pada masa colonial.
Memasuki masa modern, jenis asuransi begitu beragam.
Menurut kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246
KUHD mengatakan bahwa asuransi/pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung, dengan menerima suatu premi. Untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tidak tentu. 1
Dalam UU no. 02 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
menyantumkan lebih jelas mengenai pengertian asuransi yaitu:
“asuransi/pertanggungan adalah perjanjian antara w belah pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal/hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. 2 Dari hal tersebut
diketahui unsur penting dalam asuransi yaitu perjanjian, premi, adanya ganti

1
E Kalalo et al., “PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG,” no. 1 (n.d.).
2
Kalalo et al.

3
kerugian dari penanggung, adanya suatu peristiwa yang belum tentu terjadi.
Sedangkan ruang lingkup perlindungan asuransi meliputi kerugian,
kerusakan, kehilangan tanggung jawab hukum terhadap pihak ke tiga,
meninggalnya seseorang (asuransi sejumlah uang, dan bunga cagak
hidup/hidupnya seseorang).
Selain pasal 246 KUHD, ada juga pasal 247 yang menyatakan
bahwa: “pertanggungan-pertanggungan itu antara lain mengenai: bahaya
kebakaran, bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum di panen,
jiwa satu atau beberapa orang, bahaya laut dan pembudaka: bahaya yang
mengancam pengangkutan di daratan, di sungai-sungai, dan perairan darat.”
Dari pernyataan tersebut terdapat 2 asuransi yaitu asuransi kerugian dan
asuransi jiwa. Makalah ini akan membahas mengenai asuransi jiwa yang
ditinjau dari segi hukum positif dan hukum asuransi jiwa menurut Islam
komparasi asuransi jiwa dan asuransi jiwa syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian asuransi jiwa?
2. Bagaimana hukum positif asuransi jiwa?
3. Bagaimana hukum asuransi jiwa menurut Islam komparasi asuransi
jiwa dan asuransi jiwa syariah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian asuransi jiwa
2. Mengetahui hukum positif asuransi jiwa
3. Mengetahui hukum asuransi jiwa menurut islam komparasi asuransi
jiwa dan asuransi jiwa syariah

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa merupakan perjanjian atas peristiwa yang tak terduga dan
berkaitan dengan jiwa seseorang. Asuransi jiwa adalah asuransi yang
membahas tentang suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa aau meninggalnya
seorang yang dipertanggungkan, seperti kematian, mengalami cacat,
pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran. 3
Asuransi Jiwa memiliki jenis produk, masing-masing produk memiliki
manfaat yang bereda. Produk asuransi jiwa bertujuan untuk melayani
kebutuhab nasabah. Jenis produk asuransi jiwa terdiri dari asuransi jiwa
seumur hidup, asuransi jiwa berjangka, dan asuransi jiwa dwiguna.4Asuransi
jiwa seumur hidup adalah asuransi jiwa yang memberikan perlindungan
kepada tertanggung selama hidupnya atau sampai tertanggung meninggal.
1. Asuransi jiwa berjangka adalah suatu jenis asuransi yang memberika
perlindungan dalam jangka waktu tertentu, pembayarannya dilakukan
pada periode yang sama dari batas waktu yang ditentukan yang dilakukan
pada akhir periode pembayaran.
2. Asuransi jiwa dwiguna adalah suatu jenis asuransi jiwa yang
memberikan uang pertanggungan kepada pemegang polis, baik
meninggal ataupun bertahan hidup pada masa pertanggungan maupun
pada saat berakhirnya masa pertanggungan. 5
Asuransi jiwa tidak meninggalkan unsur dari asuransi secara umum,
unsur tersebut meliputi:6

3
“Melatika Dewi,, Skripsi Universitas Islam Negri Raden Fatah,2017,” n.d.
4
Nur Iriana and Yuki Novia Nasution, “Penentuan Cadangan Premi Asuransi Jiwa Seumur Hidup
Menggunakan Metode Zillmer,” Jurnal Matematika, Statistika dan Komputasi 16, no. 2
(December 19, 2019): 219, https://doi.org/10.20956/jmsk.v16i2.8312.
5
“Dienelda, PremiTahunanAsuransiSeumurHidupDenganAsumsiSeragam,
UniversitasIslamNegriSultanSyarifKasimPekanBaru;2019,” n.d.
6
Dudi Badruzaman, “PERLINDUNGAN HUKUM TERTANGGUNG DALAM PEMBAYARAN KLAIM
ASURANSI JIWA,” Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 3, no. 1 (February 15, 2019):
96–118, https://doi.org/10.29313/amwaluna.v3i1.4217.

5
1. Perjanjian, perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau
lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Pada
pasal 255 KUHD menyebutkan bahwa suatu perjanjian asuransi harus
dapat dibawa secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.
Polis adalah bukti perjanjian penutupan asuransi.
2. Adanya premi, premi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh
tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya
setiap bulan selama asuransi berlangsung
3. Adanya kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung kewajiban penanggung yang merupakan hak tertanggung
untuk menuntutnya baru timbul apabila peristiwa yang diperjanjikan
terjadi.
4. Adanya suatu peristiwa yang belum pasti terjadi.

Asuransi jiwa berbeda dengan asuransi kesehatan dan asuransi umum.


Asuransi jiwa berfokus memberikan perlindungan terhadap diri nasabah
atau tertanggung dalam polis. Asuransi jiwa melindugi nilai ekonomi atau
nilai penghasilan seseorang sehingga seseorang mendadak tutup usia, ahli
waris bisa mendapatkan ganti rugi nilai penghasilan yang hilang itu sebagai
bekal melanjutkan hidup. Asuransi Kesehatan memberikan perlindungan
terhadap resiko finansial yang mungkin terjadi ketika seseorang terjatuh
sakit dan membutuhkan biaya perawatan. Asuransi Kesehatan bisa berdiri
sendiri sebagai asuransi tunggal, bisa juga menjadi tambahan manfaat
dalam produk asuransi jiwa. Sedangkan asuransi umum tidak membatasi
objek perlindungan hanya pada orang atau jiwa seseorang. Bila asuransi
jiwa memberikan ganti rugi berupa sejumlah uang, asuransi umum bisa
berupa uang tunai ataupun penggantian kerugian atau barang.

Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang


berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang
ditentukan dalam perjanjian. Orang yang berkepentingan dapat
mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang
yang diasuransikan jiwanya. Asuransi jiwa diadakan selama hidup atau
selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian. Pihak-

6
pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung
dan tertanggung. Penanggung dengan menerima premi memberikan
pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai
penikmatnya.

Asuransi jiwa merupakan bagian dari golongan asuransi sejumlah uang,


karena dalam asuransi jiwa jaminannya dinyatakan dalam sejumlah uang
dan bukan berdasarkan kerugian yang mungkin diderita. Sejumlah uang ini
disetujui oleh penanggung dan tertanggung Ketika asuransi ditutup.
Penanggung akan membayar sejumlah uang pada tertanggung atau ahli
warisnya jika resiko yang dijamin terjadi. Sebagai imbalan atas
perlindungan yang diberikan oleh penanggung, tertanggung membayar
premi kepada penanggung sampai batas waktu yang disepalati bersama.

Mekanisme perlindungan asuransi sangatlah dibutuhkan oleh


masyarakat, khususnya bagi mereka yang menjalani aktivitas bisnis yang
penuh dengan resiko di masa yang akan datang. Berikut merupakan
manfaat asuransi bagi masyarakat yang dikemukakan oleh M. Nur Rianto:
7
Memberikan rasa aman dan perlindungan. Polis yang dimiliki oleh
tertanggung akan memberikan rasa aman dari resiko atau kerugian yang
mungkin akan timbul di masa yang akan dating, jika resiko tersebut benar-
benar terjadi, pihak tertanggung berhak mendapatkan penggantian kerugian
sebesar polis yang telah di tentukan sebelumnya.

1. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh


kredit
2. Asuransi dapat berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
Premi yang dibayarkan oleh pihak tertanggung setiap periodenya
memiliki substansi yang sama dengan tabungan.
3. Pendistribusian biaya da manffat yang lebih adil. Prinsip keadilan
diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan
dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodic

7
Susantriana Dewi, “PENGARUH KOMPENSASI, ASURANSI TENAGA KERJA DAN JAMINAN HARI
TUA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. KAYU ALAM MAKMUR PONOROGO,” n.d.

7
dengan memerhatikan secara cermat factor-faktor yang berpengaruh
besar dalam asuransi tersebut.
4. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Investasi yang dilakukan
oleh para investor dibebani oleh resiko kerugian yang bisa diakibatkan
oleh beberapa hal.
5. Asuransi dapat bermanfaat sebagai alat penyebaran resiko. Resiko yang
seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada
penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan
atas nilai pertanggungan.

B. Hukum Positif Asuransi Jiwa


Menurut Ketentuan Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 dan
dalam buku I Bab 9 Pasal 246-286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis
asuransi, termasuk asuransi jiwa yang di atur dalam Buku I Bab 10 pasal
302-308 KUHD. Asuransi jiwa sangat dianjurkan karena jika terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan maka peserta asuransi dapat meminta premi untuk
penggantian karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen (peristiwa
tidak pasti).
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1992 Pasal 1 angka (1), menjelaskan
bahwa asuransi jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan. Sedangkan dalam
KUHD, asuransi jiwa diatur dalam Buku I Bab 10 Pasal 302 – Pasal 308
KUHD.
Dijelaskan dalam buku I bab 10 bagian ketiga (pasal 302-308) KUHD
yang menganjurkan orang mengasuransikan jiwanya.
Pasal 302 KUHD: “Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan
orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk
waktu yang ditentukan dalam perjanjian”.

8
Pasal 303 KUHD: “Yang berkepentingan dapat mengadakan pertanggungan,
bahkan di luar pengetahuan atau izin dari orang yang jiwanya
dipertanggungkan”.
Pasal 304 KUHD: “Polis itu memuat: hari pengadaan pertanggungan itu,
nama tertanggung, nama orang yang jianya dipertanggungkan, aktu bahaya
bagi penanggung mulai berjalan dan berakhir, jumlah yang
dipertanggungkan, premi pertanggungannya”.
Pasal 305 KUHD: “Perencanaan jumlah uangnya dan penentuan syarat
pertanggungannya, sama sekali diserahkan kepada persetujuan kedua belah
pihak”.
Pasal 306 KUHD: “Bila orang yang jiwanya dipertanggungkan pada waktu
pengadaan pertanggungan telah meninggal dunia, gugurlah perjanjian itu,
meskipun tertanggung tidak dapat mengetahui tentang meninggalnya itu;
kecuali bila dipersyaratkan lain”.
Pasal 307 KUHD: “Bila orang yang mempertanggungkan jiwanya bunuh diri
atau dihukum mati, gugurlah pertanggungannya”.
Pasal 308 KUHD: “Dalam bagian ini tidak termasuk dana janda,
perkumpulan-perkumpulan tunjangan hidup (tontine), perseroan
pertanggungan jiwa timbal balik, dan perjanjian lain semacam itu yang
berdasarkan kemungkinan hidup dan kematian, yang untuk itu di haruskan
mengadakan simpanan atau sumbangan tertentu atau kedua-duanya”. 8
Menurut pasal 302 dan 303 KUHD, jiwa orang lain dapat diasuransikan
dengan kontrak asuransi, sehingga ganti rugi asuransi menjadi milik orang
yang membuat kontrak. Dan orang yang diasuransikan jiwanya bertindak
sebagai pihak ketiga. Asuransi jiwa memiliki polis yang mencantumkan
tanggal pertanggungan berakhir, nama penanggung, dan nama pemegang
polis jiwa. Merancang syarat dan jumlah uang yang akan diserahkan kepada
kedua belah pihak jika tertanggung meninggal dunia pada saat polis
diterbitkan dan tertanggung bunuh diri atau dijatuhi hukuman mati, maka
tertanggung meninggal dunia.

8
“Melatika Dewi,, Skripsi Universitas Islam Negri Raden Fatah,2017.”

9
Polis asuransi jiwa meliputi: tanggal penutupan asuransi, nama
tertanggung, waktu mulai dan berakhirnya peristiwa tidak pasti, uang
pertanggungan dan asuransi. Dalam pasal 304 KUHD yang mengatur
mengenai isi pertanggungan, tidak ada kewajiban untuk memasukkan bagian
dalam pertanggungan jiwa, karena dalam pertanggungan jiwa resiko berarti
meninggalnya seseorang, hidupnya diasuransikan. Sementara, belum bisa
dipastikan kapan meninggalnya. Jika tertanggung tidak meninggal dunia
pada akhir masa pertanggungan, tertanggung berhak menerima sejumlah
uang. Jumlah yang disepakati kepada penjamin. Asuransi jiwa berakhir
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: karena terajadi evenemen, karena
jangka waktu berakhir, karena asuransi gugur, karena asuransi dibatalkan. 9

C. Hukum Asuransi Jiwa Menurut Islam Komparasi Asuransi Jiwa dan


Asuransi Jiwa Syariah
Ada perbedaan pendapat ulama tentang asuransi jiwa konvensional,
sebagian besar ahli mengatakan haram, namun ada juga yang mengatakan
mubah. Karena tidak ada asuransi pada masa Imam Madzhab, maka harus
dilakukan ijtihad untuk menentukan boleh atau tidaknya asuransi jiwa
menurut hukum Islam. Masalah asuransi jiwa menurut ajaran Islam
menyangkut masalah ijtihadiyah, yang berarti hukumnya harus dipelajari
dengan sebaik-baiknya, karena tidak dijelaskan secara jelas dalam Al-Qur'an
dan Al-Sunnah. Ulama mujtahid seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal dan para mujtahid yang bersamanya tidak
mengeluarkan fatwa demi fatwa tentang asuransi karena pada saat itu
asuransi belum dikenal.

Salah satu ulama Islam memiliki pandangan terhadap eksistensi


asuransi pada masa-masa awal sehingga melahirkan satu konsep yang
disebut dengan asuransi takaful. Tujuannya sama dengan asuransi, namun
beda dalam banyak praktek dan teori. Yang paling mengemuka dari
pendapat-pendapat tersebut terbagi tiga, yaitu: pertama, Mengharamkan.

9
“Melatika Dewi,, Skripsi Universitas Islam Negri Raden Fatah,2017.”

10
Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa.
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, ‘Abd Allâh al-Qalqi (mufti
Yordania), Yusuf Qaradhâwi dan Muhammad Bakhil al-Muth’i (mufti
Mesir). Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah :
a. Asuransi sama dengan judi;
b. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti;
c. Asuransi mengandung unsur riba/renten;
d. Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis,
apabila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang
premi yang sudah dibayar atau dikurangi;
e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktik-praktik
riba;
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak
tunai.
Kedua, Membolehkan pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd.
Wahab Khallaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada
fakultas Syariah Universitas Syria), Muhammad Yûsuf Musa (guru besar
Hukum Isalm pada Universitas Cairo Mesir), dan ‘Abd Rahman ‘Isa
(pengarang kitab al-Muamalah al-Haditsah wa Ahkâmuha). Mereka
beralasan:
a. Tidak ada nas (Alquran dan Sunnah) yang melarang asuransi;
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak;
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak;
d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-
premi yang terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang
produktif dan pembangunan;
e. Asuransi termasuk akad mudhârbah (bagi hasil);
f. Asuransi termasuk koperasi (syirkah ta’âwuniyah);
g. Asuransi dianalogikan (qiyas) dengan sistem pensiun seperti taspen.
Ketiga, Asuransi sosial dibolehkan dan asuransi komersial diharamkan.
pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abû Zahrah (guru
besar Hukum Islam pada Universitas Kairo). Alasan kelompok ketiga ini

11
sama dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial
(haram) dan sama pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang
bersifat sosial (boleh). Alasan golongan yang mengatakan asuransi syubhât
adalah karena tidak ada dalil yang tegas haram atau tidak haramnya asuransi
itu.10
Sistem operasi asuransi jiwa syariah tentunya berbeda dengan sistem
operasi asuransi jiwa tradisional. Polis asuransi jiwa syariah selalu
menghindari unsur gharar, maisir dan riba. Untuk menghindari unsur
gharar, maysir dan riba, asuransi jiwa syariah menggunakan dua akad yaitu
tabarru atau disebut juga akad takaful dan akad mudharabah (bagi hasil).
Dalam operasionalnya, asuransi syariah membuat rekening khusus seperti
dana bantuan bersama, atau rekening tabarru, dimana pembayaran yang
dilakukan untuk membantu semua peserta lainnya ditransfer.11

10
“Zarqâ, Musthafâ Ahmad, al-Ta’mim Fi AlIslam, Syria: Mathba’ah Jâmiah Dimasq, 1999 Hal 200-
209,” n.d.
11
Hadi Daeng Mapuna, “Asuransi Jiwa Syariah; Konsep dan Sistem Operasionalnya,” Al-Risalah
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum 19, no. 1 (August 12, 2019): 159, https://doi.org/10.24252/al-
risalah.v19i1.9976.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi jiwa adalah asuransi yang membahas tentang suatu jasa yang
diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan
dengan jiwa aau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan, seperti kematian,
mengalami cacat, pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran. Hukum positif
asuransi jiwa terdapat pada Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 dan dalam
buku I Bab 9 Pasal 246-286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi,
termasuk asuransi jiwa yang di atur dalam Buku I Bab 10 pasal 302-308 KUHD.
Asuransi jiwa sangat dianjurkan karena jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan
maka peserta asuransi dapat meminta premi untuk penggantian karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya
akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).

Ada perbedaan pendapat ulama tentang asuransi jiwa konvensional,


sebagian besar ahli mengatakan haram, namun ada juga yang mengatakan mubah.
Karena tidak ada asuransi pada masa Imam Madzhab, maka harus dilakukan ijtihad
untuk menentukan boleh atau tidaknya asuransi jiwa menurut hukum Islam.
Masalah asuransi jiwa menurut ajaran Islam menyangkut masalah ijtihadiyah, yang
berarti hukumnya harus dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak dijelaskan
secara jelas dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Ulama mujtahid seperti Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal dan para mujtahid yang
bersamanya tidak mengeluarkan fatwa demi fatwa tentang asuransi karena pada
saat itu asuransi belum dikenal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badruzaman, Dudi. “PERLINDUNGAN HUKUM TERTANGGUNG DALAM


PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA.” Amwaluna: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Syariah 3, no. 1 (February 15, 2019): 96–118.
https://doi.org/10.29313/amwaluna.v3i1.4217.
Dewi, Susantriana. “PENGARUH KOMPENSASI, ASURANSI TENAGA
KERJA DAN JAMINAN HARI TUA TERHADAP KEPUASAN KERJA
KARYAWAN DI PT. KAYU ALAM MAKMUR PONOROGO,” n.d.
“Dienelda, PremiTahunanAsuransiSeumurHidupDenganAsumsiSeragam,
UniversitasIslamNegriSultanSyarifKasimPekanBaru;2019,” n.d.
Iriana, Nur, and Yuki Novia Nasution. “Penentuan Cadangan Premi Asuransi Jiwa
Seumur Hidup Menggunakan Metode Zillmer.” Jurnal Matematika,
Statistika dan Komputasi 16, no. 2 (December 19, 2019): 219.
https://doi.org/10.20956/jmsk.v16i2.8312.
Kalalo, E, Sh Mh, Grees Thelma Mozes, and F Karamoy. “PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG,” no. 1 (n.d.).
Mapuna, Hadi Daeng. “Asuransi Jiwa Syariah; Konsep dan Sistem
Operasionalnya.” Al-Risalah Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum 19, no. 1
(August 12, 2019): 159. https://doi.org/10.24252/al-risalah.v19i1.9976.
“Melatika Dewi,, Skripsi Universitas Islam Negri Raden Fatah,2017,” n.d.

14
“Zarqâ, Musthafâ Ahmad, al-Ta’mim Fi AlIslam, Syria: Mathba’ah Jâmiah
Dimasq, 1999 Hal 200-209,” n.d.

15

Anda mungkin juga menyukai