Anda di halaman 1dari 20

ASURANSI

Mata Kuliah: Fikih Muamalah

Dosen: Norwili, M.H.I.

Disusun Oleh:

Iswatun Hasanah (2012110161)

Maya Erliani (2012110162)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYRIAH

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan

Rahmat dan Ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Asuransi”. Tidak lupa pula shalawat serta salam selalu tercurahkan

kepada junjungan nabi besar kita Muhammad Saw., yang akan memberikan syafaat

beliau kepada kita semua di hari kiamat nanti.

Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari

makalah ini. oleh karena itu, kami memohon dengan ikhlas kepada teman-teman

semua agar dapat memberikan kritik dan sarannya. Agar makalah ini bisa jadi lebih

baik lagi.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata

kuliah Fikih Muamalah, yaitu ibu Norwili, M.H.I. serta kepada teman-teman semua

yang sudah memberikan dukungan dan semangat kepada kami. kami harap, semoga

makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Palangkaraya, 13 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi.................................................................................. 3

B. Macam-Macam Asuransi ......................................................................... 5

C. Pendapat Ulama Tentang Asuransi .......................................................... 8

D. Asuransi Dalam Islam .............................................................................. 11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fikih merupakan aturan dan hukum yang mengatur hubungan antara

manusia dengan Allah dan antar manusia sesamanya. Fikih ini, terbagi menjadi

2 yaitu fikih ibadah dan fikih muamalah. Jika ibadah mengatur teknis hubungan

antara manusia dan Allah, maka muamalah adalah yang mengatur teknis

hubungan antara manusia dengan manusia yang kaitannya dengan keduniaan.

Didalam muamalah ini kita akan menemui materi yang berkaitan dengan akad,

jual beli riba, sewa menyewa, gadai, asuransi dan lain sebagainya. Namun,

dimakalah ini kita akan membahas mengenai asuransi saja. Islam, tidak

melarang seseorang untuk memiliki asuransi asalkan dana yang terkumpul

dikelola sesuai dengan syariat-syariat Islam. Sebelum memiliki asuransi kita

harus tau dulu mengenai pengertian asuransi, macam-macam asuransi,

pendapat ulama tentang asuransi, dan asuransi dalam Islam.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yakni:

1. Apa pengertian Asuransi?

2. Apa saja macam-macam asuransi itu?

3. Bagaimana pendapat ulama tentang asuransi?

4. Bagaimanakah Asuransi dalam Islam itu?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yakni:

1
1. Untuk memahami apa itu Asuransi.

2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam Asuransi.

3. Untuk mengetahui bagaimana pendapat ulama tentang Asuransi.

4. Untuk mengetahui dan memahami Asuransi dalam Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi

Istilah Asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal dari kata

Belanda “assurantie” yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa

Indonesia. Namun istilah assurantie bukanlah istilah asli dari bahasa Belanda

melainkan, berasal dari bahasa Latin, yaitu assecure yang berarto “meyakinkan

seseorang”. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis sebagai

assurance. Istilah assurance lebih lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang

berkaitan dengan masalah jiwa seseorang.1 Banyak pendapat mengenai

pengertian asuransi antara lain:

Asuransi dapat diartikan sebagai persetujuan di mana penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mendapat premi, untuk

mengganti kerugian, atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan,

yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.2

Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai asuransi yaitu,

Asuransi atau pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam

golongan perjanjian untung-untungan (Kansivereenkomst).

1
Andri Soemitra M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Prenada Media, 2017), 243.
2
M.A, 243.

3
Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan

sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang belum terjadi, kejadian yang

mana akan menentukan untung ruginya salah satu pihak.3

Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab

kesembilan pasal 246 dijelaskan tentang pengertian Asuransi yaitu:

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana

seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang

mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.”

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah suatu

perjanjian antara penanggung dan yang tertanggung, dengan menerima suatu

premi dan dengan harapan memberikan penggantian karena suatu kerugian,

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang mungkin dideritanya karena suatu

peristiwa yang tidak tentu.

Elemen dalam Asuransi yaitu:4

a) Premi, merupakan kewajiban yang dibayar pihak tertanggung kepada pihak

penanggung (penyedia layanan asuransi) sebagai jasa pengalihan risiko.

Pembayaran premi ini wajib dilunasi oleh pihak tertanggung untuk dapat

menggunakan manfaat asuransi saat diperlukan.

3
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdaya, (Jakarta: Intermasa, 2001), h. 217
4
“Asuransi - Pengertian, Jenis & Contohnya | Tokopedia Kamus,” Tokopedia, diakses 17 Mei
2021, https://kamus.tokopedia.com/a/asuransi/.

4
b) Polis Asuransi, merupakan dokumen legal yang menjadi dasar hukum

hubungan antara pihak tertanggung (nasabah) dan pihak penanggung

(penyedia layanan atau perusahaan asuransi). Polis bertindak sebagai dasar

untuk membayar biaya ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan yang

dialami pihak tertanggung. Polis dibuat berdasarkan kesepakatan dan harus

dibuat secara tertulis.

c) Klaim, merupakan permohonan resmi yang diajukan nasabah terhadap

perusahaan asuransi untuk melakukan pembayaran sebagai bentuk ganti

rugi atas kerusakan atau kehilangan berdasarkan ketentuan polis asuransi.

Sebelum melakukan pembayaran tersebut, pihak perusahaan asuransi akan

memeriksa validitas klaim terlebih dahulu.

B. Macam-Macam Asuransi

Secara umum Asuransi berfungsi sebagai pelindung diri dari berbagai

kerugian keuangan apabila terjadi musibah atau hal yang tidak terduga dalam

hidup kita. Karena pada kenyataannya hidup ini tidak semuanya berjalan

dengan mulus. Tentu saja ada saat dimana musibah atau kejadian yang tidak

terduga datang. Ketika musibah itu terjadi, maka Asuransi lah yang berperan

dalam membantu persoalan yang kita hadapi, khususnya dari sisi finansial.

Adapun untuk membantu berbagai musibah tersebut Asuransi memiliki jenis

atau macam dan dikelompokkan sesuai dengan fokus dan resiko, yaitu:5

1. Asuransi Jiwa

5
“Jenis-Jenis Asuransi Di Indonesia, Apa Saja? - Cermati.com,” diakses 17 Mei 2021,
https://www.cermati.com/artikel/jenis-jenis-asuransi-di-indonesia-apa-saja.

5
Asuransi ini biasanya berkaitan dengan tanggungan atas kematian

seseorang. Kegunaan asuransi jiwa ini memberikan keuntungan finansial pada

tertanggung atas kematiannya. Asuransi jiwa juga memiliki sistem pembayaran

yang meotodenya beragam. Ada perusahaan yang menyediakan

pemabayarannya setelah kematian dan ada pula yang dapat mengklaim

dananya sebelum kematiannya. Asuransi jiwa dapat dibeli untuk kepentingan

diri sendiri dan atas nama tertanggung saja atau dibeli untuk kepentingan orang

ketiga.

Bahkan asuransi jiwa juga dikenal bisa dibeli pada kehidupan orang

lain. Misalkan, seorang suami bisa membeli asuransi jiwa yang akan

memberikan manfaat kepadanya setelah kematian sang istri. Orang tua juga

dapat mengangsurasikan diri terhadap kematian sang anak.

2. Asuransi Kesehatan

Merupakan suatu asuransi yang menangani masalah kesehatan

tertanggung karena suatu penyakit serta menanggung biaya proses perawatan.

Biasanya, sakit yang dapat ditanggung oleh asuransi ini seperti cacat, sakit,

hingga kematian.

3. Asuransi Kepemilikan Rumah dan Properti

Asuransi ini memberikan proteksi terhadap kehilangan atau kerusakan

yang mungkin terjadi pada barang-barang tertentu milik pribadi tertanggung.

Misalnya rumah atau properti tertanggung lainnya mengalami musibah seperti

kebakaran, kemalingan, longsor atau gempa bumi, tsunami, dan lain

6
sebagainya maka asuransi ini akan melindungi dan memberikan keringanan

karena musibah tersebut.

4. Asuransi Pendidikan

Pada asuransi pendidikan, biaya premi yang harus dibayarkan

tertanggung kepada perusahaan asuransi berbeda-beda sesuai dengan tingkatan

pendidikan yang ingin didapatkan nantinya. Tingginya biaya pendidikan dan

kondisi lain yang memperburuk ekonomi seperti melemahnya mata uang kita

terhadap dollar Amerika berpengaruh pada biaya pendidikan anak nantinya.

5. Asuransi Umum

Asuransi ini digunakan untuk melindungi tertanggung dalam

mengahapi kerugian maupun kehilangan manfaat dan tanggung hukum pada

pihak ketiga. Untuk jaminan yang dimiliki pada asuransi umum ini sifatnya

jangka pendek, ada dua jenis asuransi umum diantaranya:

a. Asuransi Sukarela (Voluntary Insurance), asuransi ini sifatnya sukarela.

Asuransi ini dibagi lagi menjadi dua klasifikasi yaitu, asuransi dari

pemerintah (Government Insurance) merupakan asuransi yang dijalankan

oleh pemerintah, sedangkan Asuransi Komersial (Commercial Insurance)

merupakan asuransi yang ditujukan untuk memberikan proteksi kepada

seseorang atau keluarga serta perusahaan dari resiko yang mungkin

muncul akibat unexpected events.

b. Asuransi Jaminan Sosial (Social Insurance), asuransi ini sebenarnya wajib

dimiliki setiap orang karena memiliki tujuan sebagai jaminan hari tua.

Untuk pembayaran yang dilakukan untuk premi ini sudah diatur artinya

7
wajib pembayarannya, salah satu contohnya yaitu memotong pendapatan

bulanan atau gaji seorang pekerja setiap bulan untuk jaminan sosial ini.

6. Asuransi Perjalanan

Asuransi ini fungsinya tidak jauh berbeda seperti fungsi asuransi pada

umumnya yaitu melindungi nasabah dengan jangka waktu sesuai dengan premi

yang digunakan.

7. Asuransi Kendaraan

Biasanya mereka yang memiliki kendaraan dan sering menggunakan

kendaraan tentu membutuhkan perlindungan khusus, yaitu apabila terjadi hal

yang tidak diinginkan seperti kehilangan atau kerusakan dari kendaraan

tersebut.6

C. Pendapat Ulama Tentang Asuransi

Pendapat ulama berbeda-beda tentang asuransi ini, ada yang

berpendapat bahwa asuransi itu hukum nya haram yang didalam akad asuransi

terdapat unsur riba, dan riba dilarang oleh agama. Ada pula yang berpendapat

bahwa asuransi termasuk syubhat, dengan alasan tidak ada yang tegas

menunjukkan hukumnya, halal atau haram. Selain itu, ada pula ulama yang

membolehkan sebagian bentuk asuransi dan mengharamkan sebagian lainnya,

karena menurut mereka asuransi termasuk ke dalam kategori muamalah yang

mengandung manfaat. Berikut pendapat beberapa ulama tentang asuransi7

6
Niko Ramadhani, “Macam Macam Asuransi Yang Berkembang Di Indonesia,” Akseleran Blog
(blog), 18 Januari 2019, https://www.akseleran.co.id/blog/macam-macam-asuransi/.
7
Abdur Rauf, “ASURANSI DALAM PANDANGAN ULAMA FIKIH KONTEMPORER,” Al-Iqtishad: Jurnal
Ilmu Ekonomi Syariah 2, no. 2 (8 Juli 2010): 145, https://doi.org/10.15408/aiq.v2i2.2489.

8
1. Syaikh Ahmad Musthafa al-Zarqa mengatakan bahwa hukum asuransi

adalah boleh (mubah), karena hukum asal dari segala sesuatu itu adalah

halal/boleh (al-ibahah), di samping juga syarak tidak hanya membatasi pada

akad klasik yang sudah diketahui saja, dan juga tidak melarang adanya

bentuk akad baru yang muncul kemudian sesuai kebutuhan zaman selama

tidak bertentangan dengan aturan akad syariah dan syarat-syaratnya secara

umum, di samping juga karna adanya kesesuaian antara akad asuransi

dengan akad-akad muamalah yang berkembang pasa masa pra Islam yang

diakui kebolehannya oleh syariah, seperti akad muwalah, nizham ‘aqilah,

dan lain lain.

2. Al-Zarqa’, Abd al-Wahhab al-Khallaf mengatakan, asuransi hukumnya

boleh (jaiz), karena termasuk akad mudlarabah. Dan mudlarabah adalah

akad berserikat di dalam keuntungan, dimana satu pihak lagi bermodalkan

tenagan dan kerja. Dan dalam praktik ta’min sendiri kata beliau, modal

bersumber dari para peserta ta’min yang membayar premi dan sementara

tenaga dan managemen ada pada pihak perusahaan yang mengembangkan

modal tersebut, dan keuntungan dibagi antara perusahaan dan peserta sesuai

akad.8

3. Prof. Fsthurrahman Djamil mengelompokkan pendapat para ulama menjadi

empat golongan:

a. Golongan yang mengharamkan asuransi secara mutlak, termasuk

asuransi jiwa. Dalam pendapat mereka, praktek asuransi konvensional

8
Rauf, 146.

9
yang ada sekarang mengandung unsur-unsur yang diharamkan oleh

Allah Swt, diantaranya adalah gharar, riba, dan maisir. Para tokoh yang

menyatakan pendapat ini diantaranya Yusuf a-Qaradhawi, ‘Isa “Abduh,

dan Sayyid Sabiq.

b. Golongan yang membolehkan asuransi secara mutlak. Pendapat mereka

didasarkan pada argumen bahwa praktek asuransi tidak dilarang secara

eksplisit oleh nash al-Qur’an dan Hadis. Selain itu, pada dasarnya

sebuah asuransi diselenggarakan dengan cara konsensus kedua pihak

dan bertujuan untuk kemaslahatan kedua belah pihak. Para tokoh yang

mendukung pendapat ini diantaranya adalah Musthafa Ahmad Zarqa,

Muhammad al-Bahi, Wahhab Khallaf, dan Ibnu ‘Abidin.

c. Muhammad Abu Zahrah berpendapat bahwa asuransi yang

diperbolehan hanyalah yang bersifat sosial. Ia mengharamkan asuransi

yang bersifat komersial.

d. Pendapat keempat adalah golongan dari para fuqaha’ yang menganggap

asuransi sebagai syubhat. Hal ini dikarenakan tidak adanya sebuah nash

spesifik yang menjelaskan tentang status hukum praktek asuransi.9

Adapun perbedaan asuransi Syariah dan asuransi konvensional, yaitu:

1. Asuransi Syariah

a. Adanya Dewan Pengawas Syariah. Fungsinya mengawai produk yang

dipasarkan dan investasi dana

9
Lisa Aminatul Mukaromah, “ASURANSI SYARI’AH DAN ASURANSI KONVENSIONAL DALAM
HUKUM BISNIS ISLAM,” AL MAQASHIDI 2, no. 1 (2 Agustus 2019): 4–5.

10
b. Akad berdasarkan tolong menolong (takaful)

c. Investasi dana berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil

d. Dana yang terkumpul dari nasabah (premi) merupakan milik peserta.

Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola

e. Pembayaran klaim berasal dari rekening tabarru’ seluruh peserta yang

sejak awal sudah direlakan untuk keperluan tolong menolong

f. Keuntungan dibagi antara perusahaan dan peserta sesuai dengan prinsip

bagi hasil.

2. Asuransi Konvensional

a. Tidak memiliki Dewan pengawasan

b. Akad berdasarkan jual beli

c. Investasi dana berdasarkan bunga

d. Dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan

sehingga perusahaan bebas menentukan investasinya

e. Pembayaran klaim berasal dari rekening dana perusahaan

f. Keuntungan seluruhnya menjadi milik perusahaan10

D. Asuransi Dalam Islam

Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta’min, penanggung disebut

mu’amman, sedangkan tertanggung disebut muammanlahu atau musta’min.

At-ta’min diambil dari kata (amana) yang memiliki arti memberi perlindungan,

ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut. Sebagaimana firman Allah

dalam surah al-quraisy ayat 4 yang berbunyi:

10
Mukaromah, 6.

11
ٍۭ‫ط َﻌ َﻤﮭُﻢ ﻣﱢﻦ ﺟُﻮعٍ َوءَا َﻣﻨَﮭُﻢ ﻣﱢﻦْ ﺧَﻮْ ف‬
ْ َ‫ٱﻟﱠﺬِىٓ أ‬
Artinya: yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan

lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Q.S al-Quraisy: 4)

Dalam ajaran Islam, asuransi sebenarnya sudah dipraktikkan sejak

zaman Rasulullah saw. Cikal-bakal konsep asuransi syariah menurut sebagian

ulama adalah ad-diyah’ ala al-aqilah. Al-aqilah adalah kebiasaan suku Arab

jauh sebelum Islam datang. Jika salah seorang anggota suku terbunuh oleh

anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar yang darah (al-diyah) sebagai

kompensasi oleh suadara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari

pembunuh tersebut dikenal dengan al-aqilah. Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam

kitabnya Fath al-Bari, sebagaimana dikutip oleh Syakir Sula, mengatakan

bahwa pada perkembangan selanjutnya setelah Islam datang, sistem aqilah

disahkan oleh Rasulullah menjadi bagian dari Hukum Islam.11

Asuransi juga dikenal dengan berbagai istilah. Di antaranya adalah at-

takaful, at-ta’min, dan ad-dhaman. Musthafa Ahmad Zarqa’ menggunakan

istilah at-ta’min dalam mendefinisikan asuransi. Menurutnya asuransi adalah

sebuah sistem gotong royong dan saling menjamin, yang dengannya resiki

yang ditanggung oleh seseorang dialihkan dan ditanggung secara kolektif oleh

peserta asuransi dengan membayarkan dan yang telah dikumpulkan kepada

pihak yang terkena resiko.12 Asuransi Islam sebenarnya sudah dipraktikkan

11
Uswatun Hasanah, “Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam,” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah
dan Hukum 47, no. 1 (1 Januari 2013): 242, https://doi.org/10.14421/asy-syir'ah.2013.%x.
12
Mukaromah, “ASURANSI SYARI’AH DAN ASURANSI KONVENSIONAL DALAM HUKUM BISNIS
ISLAM.”

12
oleh Rasulullah dan para sahabat. Hal ini menunjukkan bahwa menurut hukum

islam, asuransi diperbolehkan asal praktik yang dilakukan seperti akadnya,

pengelolaan dana, investasi dana, kepemilikan dana, unsur preminya, dan hal-

hal lain yang berkenaan dengan teknik operasionalnya tetap berlandsaskan

pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Masalah seperti ini harus diperhatikan karena

prinsip-prinsip umum dalam muamalah juga melandasi asuransi Islam.

Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam asuransi Islam adalah

sebagai berikut:

1. Tauhid (ketakwaan)

2. Bersikap adil

3. Larangan melakukan kezaliman

4. Al-ta’awun

5. Al-Amanah (terpercaya/jujur)

6. Al-Rida (suka sama suka)

7. Larangan melakukan risywah (sogok/suap).

8. Al-Maslahah (kemaslahatan)

9. Al-Khidmah (pelayanan)

10. Larangan melakukan tatfif (kecurangan)

11. Menjauhi riba, garar (transaksi yang menimbulkan keraguan dan

ketidakpastian), dan maisir (perjudian)13

13
Hasanah, “Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam,” 249–55.

13
Dasar hukum asuransi juga tercacat dalam hadis dan ayat Al-quran.

Adapun tiga poin yang menjadi acuan adalah:

a) “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong menolong dalam berbuat bosan dan pelanggaran.” Q.s

Al-Maidah: 2

b) “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka

khawatir terhadap mereka.” Q.s An-Nisa: 9

c) Barang siap melepaskan dari seorang musliam suatu kesulitan di dunia,

Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat.” H.R Muslim

dari Abu Hurairah. 14

14
“Asuransi Haram Gak Sih? Begini Menurut Fatwa MUI dan Al Quran,” Lifepal Media, 6 Mei
2021, https://lifepal.co.id/media/hukum-asuransi-dalam-islam/.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung dan yang tertanggung,

dengan menerima suatu premi dan dengan harapan memberikan penggantian karena

suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang mungkin dideritanya

karena suatu peristiwa yang tidak tentu.

Asuransi memiliki jenis atau macam dan dikelompokkan sesuai dengan

fokus dan resiko, yaitu: Asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kepemilikan

rumah dan properti, asuransi pendidikan, asuransi umum, asuransi perjalanan, dan

asuransi kendaraan.

Pendapat ulama berbeda-beda tentang asuransi ini, ada yang berpendapat

bahwa asuransi itu hukum nya haram yang didalam akad asuransi terdapat unsur

riba, dan riba dilarang oleh agama. Golongan yang mengharamkan asuransi secara

mutlak, termasuk asuransi jiwa, diantaranya Yusuf a-Qaradhawi, ‘Isa “Abduh, dan

Sayyid Sabiq. Golongan yang membolehkan asuransi secara mutlak, diantaranya

adalah Musthafa Ahmad Zarqa, Muhammad al-Bahi, Wahhab Khallaf, dan Ibnu

‘Abidin.

Dalam ajaran Islam, asuransi sebenarnya sudah dipraktikkan sejak zaman

Rasulullah saw. Cikal-bakal konsep asuransi syariah menurut sebagian ulama

adalah ad-diyah’ ala al-aqilah. Al-aqilah adalah kebiasaan suku Arab jauh sebelum

Islam datang. Jika salah seorang anggota suku terbunuh oleh anggota suku lain,

15
pewaris korban akan dibayar yang darah (al-diyah) sebagai kompensasi oleh

suadara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh tersebut dikenal

dengan al-aqilah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Uswatun. “Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam.” Asy-Syir’ah:


Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum 47, no. 1 (1 Januari 2013).
https://doi.org/10.14421/asy-syir'ah.2013.%x.
“Jenis-Jenis Asuransi Di Indonesia, Apa Saja? - Cermati.com.” Diakses 17 Mei
2021. https://www.cermati.com/artikel/jenis-jenis-asuransi-di-indonesia-
apa-saja.
M.A, Andri Soemitra. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Prenada Media,
2017.
Mukaromah, Lisa Aminatul. “ASURANSI SYARI’AH DAN ASURANSI
KONVENSIONAL DALAM HUKUM BISNIS ISLAM.” AL
MAQASHIDI 2, no. 1 (2 Agustus 2019): 1–14.
Ramadhani, Niko. “Macam Macam Asuransi Yang Berkembang Di Indonesia.”
Akseleran Blog (blog), 18 Januari 2019.
https://www.akseleran.co.id/blog/macam-macam-asuransi/.
Rauf, Abdur. “ASURANSI DALAM PANDANGAN ULAMA FIKIH
KONTEMPORER.” Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah 2, no. 2 (8
Juli 2010). https://doi.org/10.15408/aiq.v2i2.2489.
Tokopedia. “Asuransi - Pengertian, Jenis & Contohnya | Tokopedia Kamus.”
Diakses 17 Mei 2021. https://kamus.tokopedia.com/a/asuransi/.
Lifepal Media. “Asuransi Haram Gak Sih? Begini Menurut Fatwa MUI dan Al
Quran,” 6 Mei 2021. https://lifepal.co.id/media/hukum-asuransi-dalam-
islam/.

17

Anda mungkin juga menyukai