Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATA KULIAH HUKUM DAGANG


DENGAN JUDUL “ASURANSI”

Dosen Pembimbing

Disusun oleh :
DENI LESTARI : 16120000003
EVA FARIDA : 16120000048
GALIH PRAKOSO : 16120000008
REZA ANANTA BETARIZKI R.W : 16120000053
HENDRI RANDAKA: 16120000060
OMAS TRIO PRAWIRA : 16120000063
GAGAS DWI AJI PRASETYO : 16120000151

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur tertuju semata hanya kepada Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ASURANSI”.

Selama penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan
dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
yang memerlukan penyempurnaan. Untuk itu mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga dapat menambah kemampuan dan pengetahuan penulis. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................................

Dafatar isi ..........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan...............................................................................................................

1.1 Latar belakang..........................................................................................


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan penulisan......................................................................................

Bab II pembahasan..............................................................................................................

Kesimpulan .........................................................................................................................

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan
perjanjian asuransi dengaii perusahaan asuransi, baik perusahaan asuransi milik negara
maupun milik swasta nasional.
Asuransi sebagai lembaga Keuangan non bank mempunyai peranan penting dalam ikut
membantu pertumbuhan perekonomian Indonesia. Lembaga asuransi sebagaisalah satu
penghimpun dana tidaklah jauh berbeda dengan lembaga keuangan lainnya, tetapi
asuransi lebih dihadapkan pada resiko ketidakpastian. Dana yang terhimpun dari
penjualan polis atau penerimaan premi dapat ditanamkan sebagai investasi yang bersifat
produktif, sehingga dapat membantu pemerintah dalam pembangunan perekonomian.
Tidak saja masyarakat terlibat dalam asuransi, pihak perbankan dan lembaga-lembaga
keuangan lain bila menerima harta benda, surat-surat berharga yang dijadikan jaminan
atas dana yang disalurkan untuk berbisnis. Bagi usahawan pasti ingin membagi resiko
bila sewaktu-waktu mungkin terjadi hal yang tidak diinginkan dalam bisnisnya.
Pada dasarnya perusahaan asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka engandalkan
penawaran atau menawarkan suatu perlindungan serta harapan pada masa yang akan
datang kepada individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau industriindustri
lain, atas kemungkinan mengalami kerugian pada peristiwa yang belum pasti.

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian Asuransi
2. Resiko Asuransi
3. Penggolongan Asuransi
4. Sifat Perjanjian Asuransi
5. Prinsip-prinsip Asuransi

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian asuransi


2. Untuk mengetahui prinsip asuransi
3. untuk mengetahui resiko dalam asuransi
4. mengetahui bagaimana sifat perjanjian dari asuransi
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KOPERASI
Asuransi berasal dari kata insurance yang artinya pertanggungan. Pengertian Asuransi
adalah mekanisme pemindahan resiko kepada pihak lain yang menjaminkompensasi
finansial secara penuh ataupun parsial untuk kerugian atau kerusakan yang
disebabkan oleh peristiwa di luar kendali pihak tertanggung dalam hal ini adalah
nasabah produk asuransi.
Dalam kontrak asuransi, pihak perusahaan asuransi memberikan ganti rugi kepada
pihak lain (tertanggung) terhadap kerugian dalam jumlah tertentu, yang terjadi dari
kemungkinan kerugian yang ditentukan dalam jangka waktu tertentu, asalkan biaya
yang disebut premi dibayar.Dalam asuransi umum, kompensasi biasanya proporsional
dengan kerugian yang diderita, sedangkan pada asuransi jiwa biasanya dibayar
dengan jumlah yang tetap. Beberapa jenis asuransi (seperti asuransi produk)
merupakan komponen penting dari manajemen resiko, dan hal ini wajib di beberapa
negara.Asuransi memberikan perlindungan kerugian terhadap sesuatu yang berwujud.
Asuransi ini tidak bisa menjamin kelangsungan bisnis, pangsa pasar, atau kepercayaan
pelanggan, dan tidak dapat memberikan ganti rugi berupa pengetahuan, keterampilan,
atau sumber daya untuk melanjutkan operasional.Asuransi dalam Undang-Undang
No. 2 Th 1992 Tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung
jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Badan yang menyalurkan risiko disebut “tertanggung”, dan badan yang menerima
risiko disebut “penanggung”. Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan: ini
adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang
dilindungi. Biaya yang dibayar oleh “tertanggung” kepada “penanggung” untuk risiko
yang ditanggung disebut “premi”. Ini biasanya ditentukan oleh “penanggung” untuk
dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif, dan keuntungan.
Contohnya: seorang pasangan membeli rumah seharga Rp100 juta. Mengetahui
bahwa kehilangan rumah mereka akan membawa mereka kepada kehancuran
finansial, mereka mengambil perlindungan asuransi dalam bentuk kebijakan
kepemilikan rumah. Kebijakan tersebut akan membayar penggantian atau perbaikan
rumah mereka bila terjadi bencana. Perusahaan asuransi mengenai mereka premi
sebesar Rp1 juta per tahun. Risiko kehilangan rumah telah disalurkan dari pemilik
rumah ke perusahaan asuransi.
Asuransi dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Definisi Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), tentang
asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246
“Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.”
2. RESIKO ASURANSI
Secara lebih luas risiko didefinisikan sebagai bahaya, akibat atau konsekuensi yang
bisa terjadi yang disebabkan oleh proses yang sedang berlangsung maupun kejadian
tertentu yang akan terjadi di masa mendatang. Risiko adalah hal yang selalu dihadapi
oleh manusia dan sifatnya sangat tidak menentu. Oleh karena itu asuransi memandang
risiko sebagai uncertainty atau ketidakpastian.
Dalam asuransi risiko bisa disebabkan oleh aktivitas personal (personal activity)
ataupun aktivitas bisnis/usaha (business activity). Contoh risiko pribadi adalah sakit,
kecelakaan, maupun risiko finansial yang disebabkan oleh meninggalnya seseorang.
Contoh risiko usaha adalah kebangkrutan, kehilangan ataupun kerusakan yang
diakibatkan oleh berbagai macam hal seperti kebakaran, bencana alam dan lain
sebagainya hal ini juga berlaku pada asuransi
Kebanyakan orang masih bingung, apa itu risiko dalam asuransi dan bagaimana
klasifikasinya. Lebih lanjut, sering ada pertanyaan bahwa risiko apa saja yang bisa
diasuransikan. Jika Anda sedang mencari pengertian mengenai hal-hal tersebut, maka
Anda telah membaca artikel yang tepat.
Memahami risiko dalam asuransi setidaknya Anda akan mendapatkan penjelasan
mengenai hal-hal berikut ini:

 Mengetahui pengertian risiko secara umum


 Memahami risiko apa saja yang ada dalam asuransi secara umum
 Mengidentifikasi risiko-risiko apa yang bisa dipertanggungkan melalui asuransi
 Memahami manajemen risiko (risk management) sehingga tujuan dan fungsi asuransi
bisa didapatkan secara jelas.
Khusus untuk manajemen risiko, hal ini penting dan wajib untuk diketahui oleh
perorangan maupun pelaku usaha. Karena tanpa adanya manajemen risiko mustahil
seseorang dapat meminimalisir risiko itu sendiri.
Secara umum pihak asuransi memandang risiko sebagai sebuah ketidakpastian. Dari
berbagai macam ketidakpastian tersebut, tentunya Anda wajib mengetahui jenis risiko
mana yang dapat dipertanggungkan. Hal ini mengingat bahwa risiko menjadi objek
jualan para perusahaan asuransi. Dengan mengetahui jenis dan macam-macam risiko
selanjutnya Anda dapat menyeleksi mana risiko yang sekiranya bisa atau tidak dapat
diasuransikan.

Klasifikasi Risiko dalam Asuransi


Dalam asuransi risiko (risk) diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Risiko Murni (Pure Risk)
Karakteristik dari pure risk adalah risiko bila itu memang terjadi pasti menimbulkan
kerugian dan apabila tidak terjadi maka tidak akan menimbulkan kerugian maupun
tidak akan menimbulkan keuntungan. Artinya dalam pengertian risiko murni, maka
kerugian pasti terjadi. Contoh dari risiko ini adalah kebakaran, kecelakaan, bangkrut
dan lain sebagainya.
2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
Kebalikan dari risiko murni, risiko spekulatif masih mengandung dua kemungkinan
jika peristiwa yang dianggap risiko tersebut benar-benar terjadi. Misalnya ketika
berinvestasi saham di bursa efek, maka peristiwa atau proses investasi tersebut akan
menimbulkan risiko spekulatif, yaitu di satu sisi ada kemungkinan untung secara
finansial dan di lain sisi ada risiko kerugian.

3. Risiko Khusus (Particular Risk)


Risiko khusus adalah suatu risiko yang dampak maupun penyebabnya hanya
mempengaruhi lingkungan lokal (pribadi) baik secara kuantitas maupun kualitas.
Contohnya adalah pengangguran ataupun seorang pencuri. Ketika seseorang mencuri
maka risiko yang ditimbulkan hanya mempengaruhi individu tersebut.

4. Risiko Fundamental (Fundamental Risk)


Kebalikan dari risiko khusus, risiko fundamental akan menimbulkan dampak yang
sangat luas. Risiko ini bisa disebabkan oleh faktor atau pihak tertentu seperti bencana
alam, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

5. Risiko Individu (Individual Risk)


Risiko individu adalah berbagai macam kemungkinan yang terjadi di kehidupan
sehari-hari yang dapat mempengaruhi kapasitas finansial seseorang, harta kekayaanya
maupun risiko tanggung-jawab. Individual risk dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu personal risk, property risk dan liability risk. Dalam personal
risk sering kali dikaitkan dengan pengaruh suatu hal atau kemungkinan-kemungkinan
yang secara langsung akan berdampak pada individu tertentu, seperti finansial
seseorang. Contoh risiko pribadi adalah cacat fisik, kehilangan pekerjaan, meninggal
dunia dan lain sebagainya.
6. Risiko Harta (property risk)
Merupakan kerugian yang terkait dengan kepemilikan suatu benda akibat kehilangan,
pencurian ataupun kerusakan. Risiko harta dapat dikategorikan lagi menjadi dua jenis
yaitu kerugian secara langsung (direct losses) dan kerugian tak langsung
(consequential).
7. Risiko Tanggung-Gugat (liability risk)
Merupakan risiko tanggung-jawab yang harus kita berikan kepada pihak lain. Dengan
kata lain, risiko ini untuk menanggung kerugian orang lain akibat ulah atau hal yang
kita sebabkan. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan, ketika Anda menabrak orang
lain maka ini disebut dengan risiko tanggung-gugat (liability risk).
Terkait dengan berbagai risiko yang telah dijelaskan di atas, kemudian ada beberapa
pertanyaan yang sering muncul terkait dengan asuransi. Apakah semua risiko di atas
dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi? Maka jawabannya adalah tidak bisa.
Hanya risiko fundamental dan risiko murni saja yang bisa diasuransikan dengan
syarat-syarat tertentu, sebagai berikut:

 Risiko harus terjadi dengan ketidaksengajaan dan tidak bisa diprediksi


 Risiko yang dapat ditanggung harus berisifat homogen dan umum terjadi
 Dampak dari risiko tersebut bisa dinilai dengan uang atau secara finansial
 Harus ada obyek yang dipertanggungkan atau yang diasuransikan misalnya harta
benda, sakit, kerugian dan lain sebagainya.
 Obyek yang diasuransikan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku dan
kepentingan umum. Misalnya, narkoba tidak bisa dijadikan sebagai obyek asuransi.
 Premi yang dibebankan harus sesuai dengan tingkat risiko yang diasuransikan.
Meskipun pertanggungan boleh melebihi harga atau kepentingan yang sebenarnya,
namun hanya dalam batas tertentu saja (asuransi ganda).

3. PENGGOLONGAN ASURANSI
Asuransi dapat di golongkan dalam beberapa bentuk yaitu:
1. Menurut sifat pelaksanaannya, ada dua yaitu:
a. Asuransi sukarela, merupakan asuransi yang pada prinsipnya di lakukan dengan
cara suka rela, dimana semata-mata di lakukan atas keadaan ketidakpastian atau
kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas sesuatu yang di asuransikan tersebut
misalnya : asuransi kecelakaan.
b. Asuransi wajib, merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-
pihak yang terkait, dimana pelaksanaanya di lakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya : asuransi
tenaga kerja.

2. Menurut UU. No. 02 Tahun 1999 tentang usaha perasuransian :


a. Usaha Asuransi, dapat di golongkan menjadi :
a. Asuransi kerugian (non life insurance); usaha yang memberikan jasa-jasa
dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwayang tidak pasti.
Misal : asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan.
b. Asuransi jiwa ; suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya
seseorang yang dipertanggungkan.
c. Reasuransi (reinsurance) ; pertanggungan ulang, suatu sistem penyebaran
risiko dengan penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian pertanggungan
yang ditutupnya kepada penanggung lain.
b. Usaha Penunjang asuransi, yang dapat digolongkan menjadi :
a. Pialang asuransi ; usaha yang memberikan jasa perantara dalam penutupan
asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak
untuk kepentingan tertanggung
b. Pialang reasuransi ; usaha yang memberikan jasa perantara dalam penempatan
reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi bertindak untuk
kepentingan perusahaan asuransi
c. Penilai kerugian asuransi ; usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap
kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.
d. Konsultan aktuaria ; usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria
e. Agen asuransi ; pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka
pemasaran jasaasuransi untuk dan atas nama penanggung.
3. Menurut The Chartered Insurance Institute, London :
a. Asuransi harta atau property insurance adalah asuransi yang berupa harta
benda, yang memiliki resiko atau bahaya,. Misalnya : asuransi pengangkutan.
b. Asuransi tanggung gugat atau liability insurance adalah asuransi untuk
melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak
ketiga karena kelalaian tertanggung :

4. SIFAT PERJANJIAN ASURANSI

Sebagai suatu perjanjian, asuransi mempunyai beberapa sifat, yaitu di antaranya:

1. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian timbal balik (Wederkerige overeenkomst).


Hal itu disebabkan, dalam perjanjian asuransi masing-masing pihak mempunyai hak
dan kewajiban yang saling berhadapan.
2. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat (voorwaardelike overeenkomst),
karena kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
digantungkan kepada terjadinya peristiwa yang diperjanjikan. Apabila peristiwa
dimaksud tidak terjadi, kewajiban penanggung pun tidak timbul. Sebaliknya, jika
peristiwa terjadi tetapi tidak sesuai dengan yang disebut dalam perjanjian,
penanggung juga tidak diwajibkan untuk memberikan penggantian.
3. Asuransi merupakan perjanjian untuk mengalihkan dan membagi risiko. Mengenai hal
ini, telah dijelaskan di muka.
4. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensual (Pasal 257 KUHD). Yang
dimaksudkan dengan perjanjian konsensual adalah suatu perjanjian yang telah
terbentuk dengan adanya kata sepakat di antara para pihak. Perjanjian demikian, oleh
Wery (1984:8) disebutkan sebagai perjanjian tanpa bentuk (zonder vorm).
5. Asuransi pada dasarnya hanya merupakan suatu perjanjian penggantian kerugian
(Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980:22; Wery, 1984:27). Hal ini berarti bahwa
penanggung mengikatkan diri untuk memberikan ganti kerugian kepada tertanggung
yang seimbang dengan kerugian yang diderita tertanggung bersangkutan (prinsip
indemnitas). Prinsip ini hanya berlaku untuk asuransi jumlah.
6. Asuransi mempunyai sifat kepercayaan yang khusus. Saling percaya-memercayai di
antara para pihak memegang peranan yang besar untuk diadakannya perjanjian
tersebut.

7. Karena di dalam asuransi terdapat unsur "peristiwa yang belum pasti terjadi" (onzeker
voorval), oleh Pasal 1774 KUHPerdata, asuransi dikelompokkan sebagai perjanjian
untung-untungan (kansovereen-komst). Pada umumnya, para sarjana berpendapat
bahwa ditempatkannya asuransi dalam perjanjian untung-untungan Pasal I774
KUHPerdata
5. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI
Prinsip kepentingan yang dapat di asuransikan ( Insurable Interest Principle ), dalam
arti pihak tergantung memiliki suatu kepentingan tertentu yang akan diasuransikan.
Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest Principle), dalam
arti pihak tertanggung memiliki suatu kepentingan tertentu yang akan diasuransikan.
Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan diatur dalam Pasal 250 kitab Undang-
Undang Hukum Dagang yang menjelaskan bahwa,”Apabila seorang yang telah
mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seseorang, yang untuknya
telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak
mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggunkan itu, maka
penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi”.
Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang mendeskripsikan bahwa
kepentingan yang dilekatkan asuransi harus memenuhi syarat yang diatur dalam Pasal
268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan dapat dinilai dengan uang, dapat
diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh Undang-Undang.
Prinsip itikad terbaik (Utmost Good Faith Principle),dalam arti pihak tertanggung dan
pihak penanggung memiliki itikad baik bahwa perjanjian asuransi tidak dilakukan
untuk merugikan salah satu pihak.
Prinsip itikad terbaik diatur dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
yang menjelaskan bahwa,”Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun
setiap memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung,betapapun itikad
baik ada padanya, yang demikian sifatnya,sehingga seandainya si penanggung telah
mengetahui keadaan yang sebenarnya,perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak
ditutup dengan syarat-syarat yang sama mengakibatkan batalnya perjanjian.”
Prinsip itikad terbaik dalam asuransi juga telah didukung dengan Pasal 1388 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang menjelaskan bahwa”Persetujuan-persetujuan
harus dilakukan dengan itikad baik.”
Prinsip suborgasi bagi penanggung (Suborgation Principle), dalam arti pihak
tertanggung yang telah menerima ganti kerugian memiliki sejumlah tagihan kepada
pihak lain yang secara hukum bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.
Prinsip gotong royong (Contribution Prinsiple), dalam arti prinsip berlaku, apabila
suatu polis asuransi dibuat oleh beberapa tertanggung dan masing-masing
penanggung melakukan pembayaran ganti kerugian kepada tertanggung sesuai dengan
perimbangan nilai premi yang mereka terima dan besarnya risiko yang mereka
tanggung.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuransi dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Definisi Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), tentang
asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246
“Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.”
risiko dalam asuransi setidaknya Anda akan mendapatkan penjelasan mengenai hal-
hal berikut ini:
 Mengetahui pengertian risiko secara umum

 Memahami risiko apa saja yang ada dalam asuransi secara umum
 Mengidentifikasi risiko-risiko apa yang bisa dipertanggungkan melalui asuransi
 Memahami manajemen risiko (risk management) sehingga tujuan dan fungsi asuransi
bisa didapatkan secara jelas.
Penggolongan asuransi di bedakan menjadi 3
a. Menurut sifat pelaksanaannya, ada dua yaitu:
b. Menurut UU. No. 02 Tahun 1999 tentang usaha perasuransian :
b. Usaha Penunjang asuransi
DAFTAR PUSTAKA

Widijowati, Dijan. 2012. Hukum Dagang. Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET

http://gumilar69.blogspot.in/2015/10/sifat-khusus-perjanjian-asuransi-dalam.html?m=1

https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-macam-risiko-asuransi-yang-wajib-
diketahui

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/pengertian-fungsi-
tujuan-asuransi/

eprints.ums.ac.id/23929/2/04._BAB_I_.pd

digilib.unila.ac.id/7951/13/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai