Anda di halaman 1dari 40

ASURANSI

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam

Menempuh Mata Kuliah Lingkungan Bisnis & Hukum Komersial

Pada Program Magister Akuntansi Universitas Widyatama

Disusun oleh :

Luthfan Arsyiy (1616202006)

Arbi Dwi Hartanto (1616202004)

Andrei Zakaria (1616202017)

Arimbi Triswastika Prayogo (1616202012)

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur, sudah sepantasnya dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah memberikan rahmat dan ridho-Nya, kepada penulis sehingga makalah ini dapat

diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Hukum Bisnis secara berkelompok.

Penulis yakin bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan penulis

kekurangan data, sementara data-data yang ada pada penulis kurang menyinggung teori-teori

baru.

Segala saran dan kritik dari manapun datangnya akan penulis terima dengan segala

senang hati demi kesempurnaan makalah ini guna memenuhi harapan sebagai penerus

bangsa.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................... 1

Daftar isi............................................................................................................................2

BAB I

Pendahuluan.......................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan......................................................................................7

BAB II

Tinjauan Pustaka................................................................................................................8

BAB III

Pembahasan Kasus ......................................................................................................... 27

BAB IV

Kesimpulan & Saran ...................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik

untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Orang yang

berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang

yang diasuransikan jiwanya.

Jadi setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat

diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau

selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam perjanjian. Pihak-pihak yang

mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan tertanggung. Penanggung

dengan menerima premi memberikan pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang yang

ditunjuk sebagai penikmatnya.

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-

undangan dan perusahaan peasuransian. Istilah perasuransian berasal kata asuransi yang

berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang

menimbulkan kerugian. Dalam pengertian perasuransian selalu meliputi dua jenis kegiatan,

yaitu usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Perusahaan perasuransian selalu

meliputi perusahaan asuransi dan penunjang asuransi.

Perusahaan asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha asuransi. Usaha

asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui

pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai

jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak

pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.


Pengertian Asuransi bila di tinjau dari segi hukum merupakan asuransi atau

pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dimana pihak tertanggung

mengikat diri kepada penanggung, dengan menerima premi-premi Asuransi untuk memberi

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan

yang di harapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di

derita tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran

atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan.

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance, dan secara aspek hukum telah

dituangkan dalam Kitab Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246, Asuransi adalah suatu

perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung

dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu

kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan

dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.

Sedangkan dalam undang - undang Nomor 40 Tahun 2014, dirumuskan definisi

asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam Pasal

246 KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan

asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan

premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis

karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena

terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau.


b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya

tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya

tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan

dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Pengertian lain, seperti dari Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum asuransi di

Indonesia memberi pengertian asuransi sebagai berikut : suatu persetujuan dimana pihak

yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi

sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat

dari suatu peristiwa yang belum jelas.

Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, dalam bukunyaPrinciples of Insurance menyatakan

bahwa suatu pengalihan risiko (transfer of risk) disebut asuransi.

D.S. Hansell, dalam bukunya Elements of Insurance menyatakan bahwa asuransi selalu

berkaitan dengan risiko (Insurance is to do with risk).

Dalam asuransi konvensional perusahaan asuransi disebut Penanggung, sedangkan

orang yang membeli produk Asuransi disebut Tertanggung atau Pemegang Polis,

Tertanggung membayar sejumlah uang yang disebut premi untuk membeli produk yang

disediakan oleh perusahaan asuransi . Premi asuransi yang dibayarkan oleh Tertanggung

menjadi pendapatan perusahaan Asuransi, dengan kata lain terjadi perpindahan kepemilikan

dana premi dari Tertanggung kepada Perusahaan Asuransi. Bila Tertanggung mengalami

risiko sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak asuransi, maka Perusahaan Asuransi harus

membayar sejumlah dana yang disebut Uang Pertanggungan kepada Tertangggung atau yang

berhak menerimanya. Sebaliknya bila sampai akhir masa kontrak Tertanggung tidak

mengalami risiko yang diperjanjikan maka kontrak Asuransi berakhir maka semua hak dan

kewajiban kedua belah pihak berakhir. Dari proses diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
perpindahan risiko financial yang dalam istilah asuransi disebut dengan transfer of risk dari

Tertanggung kepada Penanggung.

Contoh, ketika seseorang membeli polis asuransi kebakaran untuk rumah tinggal dia

akan membayar uang (premi) yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi, disaat yang

sama perusahaan asuransi akan menanggung risiko finansial bila terjadi kebakaran atas

rumah tinggal tersebut. Contoh lain dalam asuransi jiwa, ketika seseorang membeli asuransi

kematian (term insuransce) dengan jangka waktu perjanjian 5 (lima) tahun dengan uang

pertanggungan 100 juta rupiah, maka dia harus membayar premi yang telah ditentukan oleh

perusahaan asuransi (misal 500 ribu rupiah) per tahun, artinya bila tertanggung meninggal

dunia dalam masa perjanjian diatas, maka ahli waris atau orang yang ditunjuk akan

memperoleh uang dari perusahaan asuransi sebesar 100 juta, namun bila peserta hidup

sampai akhir masa perjanjian maka dia tidak akan memperoleh apapun.

Banyak masyarakat yang kurang memahai arti dari asuransi. Jasa yang diberikan oleh

perusahaan asuransi adalah berupa proteksi akibat berbagai risiko yang mungkin terjadi.

Akan tetapi sekarang ini dengan semakin berkembangnya produk asuransi serta kerja sama

perusahaan asuransi dengan perusahaan di sektor lain seperti perbankan dan sekuritas, maka

pengertian asuransi menjadi lebih luas bukan hanya untuk proteksi, tetapi juga untuk

berinvestasi.

1.2 Perumusan Masalah

Perjanjian Asuransi adalah suatu perjanjian peruntungan. Kalau kejadian sebelumnya

sudah terang akan terjadi atau si mempertanggungkan tidak turut serta berusaha supaya

kejadian itu tidak terjadi atau dengan sengaja berusaha supaya kejadian itu datang, maka bagi

asurator tidak ada kewajiban untuk melakukan kewajibannya.


1.3 Tujuan Penulisan & Manfaat Makalah

1. Untuk memberi pengertian yang jelas tentang pengertian asuransi kerugian dalam

masyarakat.

2. Untuk mengetahui dan memberi penjelasan tentang unsur-unsur yang terdapat

dalam suatu asuransi.

3. Untuk mengetahui hal-hal mengenai asuransi kerugian yang diatur dalam KUHD.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PENGERTIAN

Beberapa istilah yang lazim digunakan dalam perpajakan sebagaimana yang mengacu

pada UU NO. 40 tahun 2014, antara lain:

1 Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu

perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar

bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai

imbalan untuk:

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang

polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul,

kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada

pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau

pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak

pasti; atau.

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada

meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan

pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang

besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengelolaan dana.

2 Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas

perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang

polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam


rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna

saling menolong dan melindungi dengan cara:

a. memberikan penggantian kepada peserta atau

pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang

timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau

pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak

pasti; atau

b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada

meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan

pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah

ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

3 Usaha Asuransi Umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko

yang memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang

polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena

terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

4 Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang

menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang memberikan

pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain

yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap

hidup, atau pembayaran lain kepada pemegang polis,

tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu


yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan

dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

5 Usaha Reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang

terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi,

perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya.

6 Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha

pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling

menolong dan melindungi dengan memberikan penggantian

kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,

biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau

pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

7 Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko

berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan

melindungi dengan memberikan pembayaran yang didasarkan

pada meninggal atau hidupnya peserta, atau pembayaran lain

kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu

tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah

ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

8 Usaha Reasuransi Syariah adalah usaha pengelolaan risiko

berdasarkan Prinsip Syariah atas risiko yang dihadapi oleh

perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan syariah,

atau perusahaan reasuransi syariah lainnya.

9 Pemegang Polis adalah Pihak yang mengikatkan diri berdasarkan

perjanjian dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi


Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi

syariah untuk mendapatkan pelindungan atau pengelolaan atas

risiko bagi dirinya, tertanggung, atau peserta lain.

10 Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja

pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama

Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan

memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi

atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk

asuransi atau produk asuransi syariah.

11 Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh

Perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui

oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian

Asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang

ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk

memperoleh manfaat.

2.2 ASURANSI JIWA

Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa, maka fokus pembahasan diarahkan pada

Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 di persempit hanya melingkupi

jenis asuransi jiwa, maka urusannya adalah:

Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan

jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada

pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal

tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran

lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak
pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah

ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi jiwa selanjutnya.

Sebelum berlakunya Undang Nomor 40 Tahun 2014, asuransi jiwa diatur dalam Ordonantie

op het Levensverzekering Bedrijf (Staatsblad Nomor 101 Tahun 1941).

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf Ordonansi tersebut:

Ovoroenkomstem van levensvorzekering de overeenkomsten tot het doon van geldelijke

uitkeringen, tegen genot van premie en in verband met het leven of den dood van den

menschs. Overeenkomsten van herverzekering daaronder begrepen, met dien verstande, dat

overeenkomsten van ongevallenverzokerinq niet als overeenkomsten van levensverzekerinq

worden berschouwd.

Terjemahannya:

Asuransi jiwa adalah perjanjian untuk membayar sejumlah uang karena telah diterimanya

premi yang herhubungan dengan hidup atau matinya seseorang, rensuransi termasuk di

dalamnya, sedangkan asuransi kecelakaan tidak termasuk dalam asuransi jiwa.

Dalam Pasal 27 Undang Nomor 2 Tahun 1992 ditentukan bahwa dengan berlakunya

undang-undang ini, maka Ordonantie op het Levens Verzekering Bedrijf dinyatakan tidak

berlaku lagi. Adapun yang dimaksud dengan undang-undang ini adalah Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1992. Oleh karena itu, tidak perlu lagi membahas asuransi jiwa berdasarkari

Ordonansi ini karena sudah tidak berlaku lagi.

2.1.1 Asuransi Jiwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302 s.d pasal 308

KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh) pasal. Akan tetapi tidak 1 (satu) pasalpun yang memuat rumusan

definisi asuransi jiwa. Dengan demikian sudah tepat jlka definisi asuransi dalam Pasat 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dijadikan titik totak pembahasan dan ini

ada hubungannya dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303 KUHD yang membolehkan

orang mengasuransikan jiwanya.

Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD: Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk

keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu

yang ditentukan dalam perjanjian.

Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan:

Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau

persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya.

Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat mengasuransikan

jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa

dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam

perjanjian.

Sehubungan dengan uraian pasal-pasal perundang-undangan di atas, Purwosutjipto

memperjelas lagi pengertian asuransi jiwa dengan mengemukakan definisi:

Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi

dengan penanggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama

jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung

sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah

lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar

sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi

sebagai penikmatnya.

Dalam rumusan definisinya, Purwosutjipto menggunakan istilah penutup

(pengambil) asuransi dan penangung. Definisi Purwosutjipto berbeda dengan definisi yang
terdapat dalam Pasal angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014. Perbedaan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dengan tegas di nyatakan bahwa

pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan

tertanggung, sedangkan Purwosutjipto menyebutnya penutup (pengambil) asuransi

dan penanggung.

b. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dinyatakan bahwa penanggung

dengan menerima premi memberikan pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang

yang ditunjuk sebagai penikmnya. Purwosutjipto menyebutkan membayar l orang

yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya. Kesannya

hanya untuk asuransi jiwa selama hidup, tidak termasuk untuk yang berjangka waktu

tertentu.

2.1.2 Polis Asuransi Jiwa

Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asruransi jiwa harus diadakan secara

tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis

asuransi jiwa memuat:

a. Hari diadakan asuransi;

b. Nama tertanggung;

c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan;

d. Saat mulai dan berakhirnya evenemen;

e. Jumlah asuransi;

f. Premi asuransi.

Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi sama

sekali bergantung pada persetujuan antara kedua pihak (Pasal 305 KUHD).
a. Hari diadakan asuransi

Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi. Hal ini penting

untuk mengetahui kapan asuransi itu mulai berjalan dan dapat diketahui pula sejak

hari dan tanggal itu risiko menjadi beban penanggung.

b. Nama tertanggung

Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang wajib

membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila terjadi evenemen atau apabila

jangka waktu berlakunya asuransi berakhir, tertanggung berhak menerima sejumlah

uang santunan atau pengembalian dari penanggung. Selain tertanggung, dalam praktik

asuransi jiwa dikenal pula penikmat (beneficiary). yaitu orang yang berhak menerima

sejumlah uang tertentu dan penanggung karena ditunjuk oleh tertanggung atau karena

ahli warisnya, dan tercantum dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak

ketiga yang berkepentingan.

c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan

Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan. Jiwa tanpa

badan tidak ada, sebaliknya badan tanpa jiwa tidak ada arti apa-apa bagi asuransi

Jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek asuransi yang tidak berwujud, yang hanya

dapat dlkenal melalui wujud badannya. Orang yang punya badan itu mempunyai

nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung ataupun sebagai

pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu harus dicantumkan dalam polis.

Dalam hal ini, tertanggung dan orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.

d. Saat mulai dan berakhirnya evenemen

Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku asuransi.

artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung, misalnya mulai

tanggal 1 januari 1990 sampai tanggal 1 Januari 00, apabila dalam jangka waktu itu
terjadi evenemen, maka penanggung berkewajiban membayar santunan kepada

tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai penikmat (beneficiary).

2.3 Jumlah Asuransi

Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat diadakan

asuransi sebagai jumlah santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat

dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian kepada tertanggung sendiri dalam hal

berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenemen. Menurut ketentuan Pasal 305

KUHD, perkiraan jumlah dan syarat-syarat asuransi sama sekali ditentukan oleh perjanjian

bebas antara tertanggung dan penanggung. Dengan adanya perjanjian bebas tersebut, asas

kepentingan dan asas keseimbangan alam.asuransi jiwa dikesampingkan.

2.4 Premi Asuransi

Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada

penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung.

Besarnya jumlah premi asuransi tergantung pada jumlah asuransi yang disetujui oleh

tertanggung pada saat diadakan asuransi.

2.5 Penanggung, Tertanggung, Penikmat

Dalam hukum asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penanggung dan

tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menanggung beban risiko sebagai imbalan

premi yang diterimanya dari tertanggung. Jika terjadi evenemen yang menjadi beban

penanggung, maka penanggung berkewajiban mengganti kerugian. Dalam asuransi jiwa, jika

terjadi evenemen matinya tertanggung, maka penanggung wajib membayar uang santunan,

atau jika berakhirnya jangka waktu usuransi tanpu terjadi evenemen, maka penanggung wajib
membayar sejumlah uang pengembalian kepada tertanggung. Penanggung adaiah Perusahaan

Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan

hidup atau matinya seseorang yang diasuransikan. Perusahaan Asuransi Jiwa merupakan

badan hukum milik swasta atau badan hukum milik negara.

Asuransi dapat juga diadakan untuk kepentingan pihak ketiga dan ini harus

dicantumkan dalam polis. Menurut teori kepentingan pihak ketiga (the third party interest

theory), dalam asuransi jiwa, pihak ketiga yang berkepentingan itu disebut penikmat.

Penikmat ini dapat berupa orang yang ditunjuk oieh tentanggung atau ahli waris tertanggung.

Munculnya penikmat ini apabila terjadi evenemen meninggalnya tertanggung. Dalam hal ini,

tertanggung yang meninggal itu tidak mungkin dapat menikmati santunan, tetapi penikmat

yang ditunjuk atau ahli waris tertanggunglah sebagai yang berhak menikmati santunan. Akan

tetapi, bagaimana halnya jika asuransi itu berakhir tanpa terjadi evenemen meninggalnya

tertanggung?. Dalam hal ini tertanggung sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat karena

dia sendiri masih hidup dan berhak menikmati pengembalian sejumlah uang yang dibayar

oleh penanggung.

Apabila tertanggung bukan penikmat, maka hal ini dapat disamakan dengan asuransi

jiwa untuk kepentingan pihak ketiga. Penikmat selaku pihak ketiga tidak mempunyai

kewajiban membayar premi terhadap penanggung. Asuransi diadakan untuk kepentingannya,

tetapi tidak atas tanggung jawabnya. Apabila tertanggung mengasuransikan jiwanya sendiri,

maka tentanggung sendiri berkedudukan sebagai penikmat yang berkewajiban membayar

premi kepada penanggung. Dalam hal ini tertanggung adalah pihak dalam asuransi dan

sekaligus penikmat yang berkewajiban membayar premi kepada penanggung. Asuransi jiwa

untuk kepentingan pihak ketiga (penikmat) harus dicantumkan dalam polis.


2.6 Evenemen Dan Santunan

2.6.1 Evenemen dalam Asuransi Jiwa

Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada ketentuan

keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa berbeda dengan asuransi

kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi polis mengharuskan Pencantuman bahaya-

bahaya yang menjadi beban penanggung. Mengapa tidak ada keharusan mencantumkan

bahnya yang menjadi beban penanggung dalam polis asuransi jiwa?. Dalam asuransi jiwa

yang dimaksud dengan hahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan.

Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti

mengalami kematian. Akan tetapi kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan.

lnilah yang disebut peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.

Evenemen ini hanya 1 (satu), yaitu ketidak pastian kapan meniggalnya seseorang

sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi asuransi jiwa. Karena evenemen ini

hanya 1 (satu), maka tidak perlu di cantumkan dalam polis. Ketidakpastian kapan

meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang jiwanya diasuransikan merupakan risiko

yang menjadi beban penanggung dalam asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung

itu bersisi 2 (dua), yaitu meninggalnya itu benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi,

dan benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-duanya menjadi

beban penanggung.

2.6.2 Uang Santunan dan Pengembalian

Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung kepada

penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan kesepakatan yang tercantum

dalam polis. Penikmat yang di maksud adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau

orang yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak menerima dan menikmati santunan

sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung. Pembayaran santunan merupakan akibat
terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya tertanqgung dalam jangka waktu berlaku asuransi

jiwa.

Akan tetapi, apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa tidak terjadi

peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak dalam asuransi jiwa,

berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang dan penanggung yang jumlahnya telah

ditetapkan berdasarkan perjanjian dalam hal ini terdapat perbedaan dengan asuraransi

kerugian. Pada asuransi kerugian apabila asuransi berakhir tanpa terjadi evenemen, premi

tetap menjadi hak penanggung, sedangkan pada asuransi jiwa, premi yang telah diterima

penanggung dianggap sebagai tabungan yang dikembalikan kepada penabungnya, yaitu

tertanggung.

2.7 ASURANSI JIWA BERAKHIR

2.7.1 Karena Terjadi Evenemen

Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah

meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara

tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi

peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang

santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak

penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa

berakhir.

Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak

meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen)? Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian

yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi.

Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung

melunasi uang santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain,
asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.

2.7.2 Karena Jangka Waktu Berakhir

Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu

terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku

asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir.

Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah

uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen.

Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti

dengan pengembalan sejumlah uang kepada tertanggung.

2.7.3 Karena Asuransi Gugur

Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD:

Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata

sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui

kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain

Kata-kata bagian akhir pasal ini kecuali jika diperjanjiknn lain memberi peluang

kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan pasal ini, misalnya

asuransi yang diadakan untuk tetap dinyalakan sah asalkan tertanggung betul-betul tidak

mengetahui telah meninggalnya itu. Apablia asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan

premi yang sudah dibayar karena penanggung tidak menjalani risiko? Hal ini pun diserahkan

kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa

untuk kepentingan pihak ketiga. Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan:

Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati,

maka asuransi jiwa itu gugur.

Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini?. Menurut Purwosutjipto,

penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa ditutup
dengan sebuah klausul yang membolehkan penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada

peristiwa bunuh diri dan badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau

waktu 2 (dua) tahun sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi

jiwa lebih supel lagi.

2.7.4 Karena Asuransi Dibatalkan

Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir.

Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi

sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi

jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut

jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan

tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran

(secara bulanan), bagaimana cara penyelesaiannya? Karena asuransi jiwa didasarkan pada

perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang

dicantumkan dalam polis.

2.8 ASURANSI KEBAKARAN

Asuransi kebakaran diatur dalam Buku I Bab 10 Pasal 287-298 KUHD. Pengaturan

ini sangat sederhana sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perkembangan asuransi

sekarang. Karena pengaturanya sangat sederhana, maka perjanjian bebas antara tertanggung

dan penanggung yang dituangkan dalam polis mempunyai fungsi penting dalam praktik

asuransi kebakaran. Hal-hal mengenai asuransi kebakaran yang diatur dalam KUHD akan

diuraikan melalui bahasan-bahasan berikut ini:

1. Polis asuransi kebakaran

2. Objek asuransi kebakaran

3. Evenemen dan ganti rugi kebakaran


4. Janji-janji khusus

Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi syarat-syarat umum pasal 256

KUHD, harus menyebutkan syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi kebakaran

seperti di tentukan dalam pasal 287 KUHD. Untuk mengetahuui semua syarat ini serta syarat

khusus yang harus termuat dalam polis asuransi kebakaran berikut ini disajikan isi pasal

KUHD tersebut:

a. Hari dan tanggal kapan asuransi kebakaran itu diadakan;

b. Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kebakaran untuk diri sendiri atau untuk

kepentigan pihak ketiga;

c. Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap bahaya

kebakaran;

d. Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran;

e. Bahaya-bahaya penyebab kebakaran ditanggung oleh penaggung;

f. Waktu bahaya-bahaya mulai berjalan dan berakhir menjadi tanggungan penaggung;

g. Premi asuransi kebakaran yang dibayar oleh tertanggung;

h. Janji-janji khusus yang diadakan oleh pihak-pihak dan keadaan yang perlu diketahui

oleh dan untuk kepentingan penaggung

i. Letak dan perbatasan benda yang diasuransikan;

j. Harga benda yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran;

k. Letak dan perbatasan gedung;

Benda yang menjadi objek asuransi kebakaran dapat berupa benda tetap seperti

bangunan, rumah, pabrik, dan benda bergerak seperti kendaraan bermotor, kapal, serta benda

bergerak yang terdapat didalam atau sebagai bagian dari benda tetap yang bersangkutan.

Misalnya gedung perkantoran dan benda bergerak kelengkapan kantor, kendaraan bermotor

dan benda bergerak muatan kendaraan tersebut, rumah dan benda bergerak isi rumah tersebut.
rincian benda objek asuransi kebakaran dicantumkan dalam polis, apa yang diasuransikan dan

berapa jumlah asuransinya.

Benda objek asuransi kebakaran dapat ditentukan harganya atau belum ditentukan

sama sekali. Penentuan harga benda objek asuransi kebakaran memang sulit dilaksanakan

karna tidak semua benda itu sudah diketahui harganya, lagi pula dapat berubah harganya

selama jangka waktu berlakunya asuransi kebakaran. Oleh karena itu penetuan harga benda

objek asuransi tidak begitu diisyaratkan atau bukan syarat mutlak walaupun dalam pasal 287

KUHD dinyatakan sebagai salah satu syarat. Yang penting adalah berapa jumlah asuransinya,

mengingat ketentuan pasal 289 ayat (1) KUHD yang membolehkan pengadaan asuransi

dengan jumlah penuh, dan ini harus tercantum dalam polis.

Bahaya-bahaya penyebab timbulnya kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung

diatur dalam pasal 290 KUHD. Penanggung menerima sebagai tanggung jawabnya semua

kerugian yang ditimbulakan oleh terbakarnya benda asuransi. Pengertian terbakar meliputi

kebakaran biasa bahkan yang lebih luas dari pada itu. Dala pasal 290 KUHD disusun seba-

sebab timbulnya kebakaran sangat luas:

a. Petir, api sendiri, kurang hati-hati, dan kecelakaan lain-lain;

b. Kesalahan atau itikad jahat dari pelayan sendiri, tetangga musuh, perampok dan lain-

lain

c. Sebab-sebab lain, dengan nama apa saja, dengan cara bagaimanapun kebakaran itu

terjadi, direncanakan atau tidak, biasa atau luar biasa, dengan tiada kecualinya.

Rumusan pasal 290 KUHD itu sangat luas, sebagai lex specialis dapt menghapuskan

kekuatan berlakunya pasal 249 KUHD. Misalnya, kebakaran sendiri karena cacat pada benda

asuransi yang menurut pasal 249 KUHD, penaggung tidak diwajibkan membayar ganti rugi

namun menurut kententuan pasal 290 KUHD, penaggung berkewajiban membayar ganti

kerugian. Menurut volma, apabila diteliti susunan sebab-sebab yang terdapat dalam pasal 290
KUHD khususnya kata-kata pada bagian akhir pasal tersebut, maka dapat dipahami bahwa

pembentukan undang-undang memang menghendaki sebab-sebab yang sangat luas, tidak

hanya terdapat bahaya dari luar tetapi juga terhadap bahaya dari dalam menjadi tanggung

jawab penanggung.

Pada asuransi kebakaran mengenai hak milik berupa gedung, tertanggung dapat minta

diperjanjikan:

a. Kerugian yang timbul pada gedung hak milik supaya diganti; atau

b. Gedung itu supaya dibangun kembali.

c. Gedung itu supaya diperbaiki.

Dalam hal ada janji pembangunan kembali, tertanggung wajib membangunnya

kembali atau memperbaiki gedungnya dengan biaya penanggung. Penanggung berhak

mengawasi agar uang yang diberikannya penanggung itu dalam waktu yang kalau perlu telah

ditentukan oleh hakim benar-benar digunakan untuk membangun gedung yang terbakar itu .

Atas permintaan penanggung, hakim dapat membebani tertanggung untuk memberi jaminan

secukupnya, bilamana ada alasan untuk itu (pasal 288 ayat ayat (3) KUHD).

2.9 ASURANSI LAUT

Asuransi laut merupakan salah satu asuransi kerugian yang diatur secara lengkap

dalam KUHD. Berkembangnya asuransi laut karena pelaksanaan pengangkutan atau

pelayaran melalui laut yang penuh dengan ancaman bahaya laut. Asuransi laut diatur dalam:

a. Buku I Bab IX pasal 246-286 KUHD tentang asuransi pada umumnya sejauh tidak

diatur dengan ketentuan khusus.

b. Buku II Bab IX pasal 592-685 tentang asuransi bahaya laut, dan Bab X Pasal 686-695

KUHD tentang asuransi bahaya sungai dan periran pedalaman.

c. Buku II Bab XI Pasal 709-721 KUHD tentang avarai.


d. Buku II Bab XII Pasal 744 KUHD tentang berakhirnya perikatan dalam perdagangan

laut.

Dalam pengertian asuransi laut tidak terbatas pada lingkungan laut saja, melainkan

meliputi juga linkungan darat dan perairan darat (sungai dan danau). Bahaya-bahaya yang

ditanggung tidak hanya terbatas pada bahaya yang terjadi laut, tetapi juga mengenai bahaya-

bahaya terusan yang dapat terjadi selama berlangsungnya angkutan, misalnya bahaya

kebakaran di pelabuhan. Asuransi laut pada dasarnya meliputi unsur-unsur berikut:

a. Objek asuransi yang diancam bahaya,selalu terdiri dari kapal dan barang muatan.

b. Jenis bahaya yang mengancam benda asuransi, yang bersumber dari alam (badai,

gelombang besar, hujan angin, kabut tebal, dsb) dan yang bersumber dari manusia,

sperti perompakan bajak laut, pemberontakan awak kapal, penahanan, dsb.

c. Bermacam jenis benda asuransi, yaitu tubuh kapal, muatan kapal, alat perlengkapan

kapal, bahan keperluan hidup, biaya angkutan.

Polis asuransi laut laut merupakan akta yang harus ditandatangani oleh penanggung,

dengan demikian berfungsi sebagai bukti telah terjadi perjanjian asuransi laut antara

tertanggung dan penanggung. Asuransi laut di negara-negara maju pada umumnya dibuat di

bursa dengan perantaraan pialang, karena itu polis yang digunakan adalah polis bursa.

Menurut praktik asuransi laut di Indonesia, asuransi laut umumnya dibuat di perusahaan

dengan menggunakan polis perusahaan dengan menggunakan polis perusahaan yang

mempunyai bentuk sendiri-sendiri menurut kehendak perusahaan yang membuatnya.

Menurut ketentuan pasal 593 KUHD, yang dapat menjadi objek asuransi laut adalah

benda-benda berikut ini:

a. Tubuh kapal kosong atau bermuatan, dengan atau tanpa persenjataan, berlayar

sendirian atau bersama-sama dengan kapal lain.

b. Alat perlengkapan kapal.


c. Alat perlengkapan perang.

d. Bahan keperluan hidup bagi kapal.

e. Barang-barang muatan.

f. Keuntungan yang diharapkan diperoleh.

g. Biaya angkutan yang akan diterima.

Pada asuransi atas kapal tanpa penjelasan lebih lanjut, harus diartikan sebagai asuransi

kapal kosong (kasko), alat perlengkapan kapal, dan alat perlengkapan perang. Yang dimaksud

dengan kapal kosong adalah kapal tanpa alat perlengkapan, tanpa muatan dan lain lain isi

kapal.

Undang-undang tidak mengatur tentang asuransi keselamatan perjalanan kapal, yang

bukan mengenai kasko. Asuransi ini diadakan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan

penanggung, dan terhadapnya berlaku ketentuan-ketentuan umum asuransi dan tidak berlaku

ketentuan-ketentuan asuransi kapal pada khususnya.

Asuransi laut dapat juga diadakan atas barang muatan tetapi kapal yang

mengangkutnya tidak jelas, sedangkan penjelasan lebih lanjut mengenai kapal itu tidak ada.

Asuransi laut ini disebut asuransi In Quovis. Asuransi In Quovis diatur dalam pasal 595

KUHD sebagai berikut:

Apabila tertanggung tidak mengetahui dalam kapal mana barang-barang yang akan

diterimanya itu dimuat, maka penyebutan nama kapal dan nakodanya tidak diharuskan,

asalkan dalam polisnya dinyatakan tentang tidak diketahuinya hal itu oleh tertanggung

disertai tanggal dan nama penanda tanganan surat pengantar yang terakhir. Dengan cara

ini kepentingan tertanggung dapat diasuransikan untuk suatu waktu tertentu.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, barang-barang muatan dapat diasuransikan

secara in quovis, apabila dipenuhi tiga syarat yang dicantumkan dalam polis, yaitu:

a. Tertanggung betul-betul tidak mengetahui kapal yang memuat barang-barangnya.


b. Tanggal dan nama penanda tangan surat pengantar yang terakhir.

c. Kepentingan tertanggung hanya dapat diasuransikan untuk suatu waktu tertentu saja.

Dalam hal terjadi evenemen yang menimpa kapal yang mengangkut barang-barang

yang diasuransikan itu, tertanggung wajib membuktikan bahwa barang-barangnya itu telah

dimuat dalam kapal tersebut dalam waktu yang telah ditentukan (pasal 650 KUHD).

Bahaya-bahaya laut yang digolongkan sebagai evenemen terdiri dari dua golongan, yaitu:

a. Bahaya-bahaya laut yang bersumber dari alam, misalnya badai, gelombang besar,

hujan angin, kabut tebal, batu karang, gunung es, dll

b. Bahaya-bahaya laut yang bersumber dari manusia, baik dari awak kapal maupun dari

pihak ketiga, misalnya pemberontakan awak, penahanan dan perampasan oleh

penguasa negara.

Walaupun dalam asuransi kapal dan barang-barang muatan telah diatur saat mulai dan

berakhirnya asuransi laut, pasal 634 KUHD memberikan kebebasan kepada tertanggung dan

penanggung untuk menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan itu.menurut

ketentuan pasal 634 KUHD, tertanggung dan penanggung bebas memperjanjikan lain dalam

polis tentang saat mulai dan berakhirnya bahaya yang menjadi beban penanggung.

Pasal 643 KUHD mengatur tentang asuransi barang-barang cair yang dapat meleleh,

seperti minyak, anggur, sirup. Apabila terjadi kebocoaran pada tempat penyimpanannya atau

karena gocangan-goncangan sehingga benda itu meleleh atau mengalir ke luar, maka

berkuranglah benda cair itu dan menimbulkan kerugian bagi pemiliknya. Kerugian ini bukan

menjadi beban penanggung apabila diadkan janji khusus dengan klausula bebas dari

kebocoran dan meleleh yang dicantumkan dalam polis. Tetapi jika kebocoran itu terjadi

karena tabrakan, pecah, atau terdamparnya kapal, kerugian ini menjadi beban penanggung.

Pasal 646 KUHD mengatur tentangasuransi barang-barang yang dapat ruak atau

busuk. Apabila asuransi dibuat dengan klausula bebas dari kerusakan , maka penanggung
tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan barang-barang apabila barang-barang tersebut

sampai ditempat tujuan dalam keadaan rusak atau busuk. Penanggung juga bebas dari

tanggung jawab apabila barang-barang itu selama dalam perjalanan atau setelah sampai di

pelabuhan darurat dijual karena rusak atau dikhawatirkan akan membusuk, dan akan menulari

barang-barang lainnya. Tetapi kerugian yang ditimbulkan oleh avarai umum misalnya karena

barang-barang terpaksa dibuang ke laut, perampasan, kapal tenggelam, menjadi beban

penanggung walaupun asuransi dibuat dengan klausula bebas dari kerusakan.

Menurut ketentuan pasal 647 KUHD, dalam suatu asuransi dengan janji (klausula)

bebas dari molest, penanggung dibebaskan dari kewajiban mengganti kerugian jika barang-

barang yang diasuransikan musnah atau busuk karena kerusakan, perampasan, perampokan di

laut, penahanan atas perintah penguasa, pernyataan perang dan tindakan pembalasan.

Asuransi gugur segera setelah barang-barang yang diasuransikan karena molest tertahan atau

menyimpang dari jurusannya. Meskipun demikian, semua kerugian yang diderita sebelum

terjadi molest tertahan atau menyimpang dari jurusannya. Meskipun demikian, semua

kerugian yang diderita sebelum terjadi molest menjadi tanggungan penanggung.


BAB III

KASUS ASURANSI DAN PEMBAHASAN

3.1 KASUS PT. ASURANSI JIWA SINARMAS MSIG

PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG cabang Purbalingga melakukan perjanjian

kerjasama asuransi jiwa pembiayaan kolektif dengan PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Buana Mitra Perwira dengan surat perjanjian kerjasama No. 007/AJSMSIG-LG/PKS-

C/XI/2013 tanggal 01 November 2013 dimana PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana

Mitra Perwira akan mengikutsertakan nasabahnya dalam kepesertaan asuransi jiwa pada PT

Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG selanjutnya untuk penagihan premi dilaksanakan oleh Sdri.

DEWI PRIMASTIARI sebagai agen dengan adanya Perjanjian Kerjasama Keagenan

EMPLOYEE BENEFIT ASSOCIATE MANAGER (EBAM) PT. ASURANSI JIWA

SINARMAS MSIG, antara PT. ASURANSI JIWA SINARMAS MSIG tertanggal 04

Februari 2013.

Bahwa DEWI PRIMASTIARI Alias DEWI Binti JOKO SUTONO bekerja selaku

agen asuransi / Employee Benefit Associate Manager (EBAM) pada PT Asuransi Jiwa

Sinarmas MSIG dan mendapatkan kompensasi dari PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG

berupa komisi, bonus dan pinjaman operasional yang ditentukan sesuai perjanjian yang

berlaku antara PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dengan Terdakwa, adapun tugas Terdakwa

selaku agen asuransi / Employee Benefit Associate Manager (EBAM) pada PT Asuransi

Jiwa Sinarmas MSIG adalah memperkenalkan, menjual, dan melakukan penutupan polis

asuransi jiwa untuk kepentingan perusahaan dan memberikan penjelasan tentang program

asuransi serta mengingatkan untuk pembayaran premi untuk disetorkan ke rekening yang

ditetapkan perusahaan.
Pada PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dan mekanisme pembayaran premi

adalah selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah sertifikat polis turun dan

dibayarkan melalui rekening atas nama PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG. untuk asuransi

individu pembayaran dilakukan langsung oleh Nasabah ke pihak PT Asuransi Jiwa

Sinarmas MSIG melalui transfer rekening dan untuk Asuransi Corporate dilakukan

dengan cara dikomulatif oleh pihak Bank yang kemudian setelah terkumpul disetorkan ke

pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG melalui transfer rekening PT Asuransi

Jiwa Sinarmas MSIG.

Bahwa selanjutnya untuk menempatkan uang pembayaran premi dari para

nasabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira yang mengikuti

kepesertaan asuransi pada PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG maka DEWI

PRIMASTIARI (Terdakwa) selaku agen asuransi / Employee Benefit Associate

Manager (EBAM) pada PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dengan menggunakan surat

persetujuan dan kuasa dari Sdr. SURYA KUSUMA AJI s e l a k u t e a m l e a d e r

(DPO) telah membuka rekening atas nama pribadi Terdakwa di Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira atas nama DEWI PRIMASTIARI tanpa seijin dan

sepengetahuan pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG.

Bahwa selanjutnya dalam rentang bulan Desember 2013 sampai dengan bulan

Desember 2015 pihak Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira telah

melaksanakan pembayaran premi dengan cara transfer ke rekening Terdakwa. Sehingga

tercatat jumlah nasabah peserta asuransi yang setoran pembayarannya diterima ke

rekening Terdakwa adalah berjumlah 1.152 nasabah dengan jumlah keseluruhan

uang pembayaran premi yang telah ditransfer oleh pihak Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah Buana Mitra Perwira adalah sebesar Rp. 660.756.448,- (enam ratus enam puluh

juta tujuh ratus lima puluh enam ribu empat ratus empat puluh delapan rupiah).
Selanjutnya Terdakwa telah menarik tunai pembayaran premi nasabah yang masuk ke

rekening Terdakwa tersebut dan Terdakwa tidak menindaklanjuti menyetorkan uang

pembayaran premi nasabah ke rekening PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG melainkan

Terdakwa telah mempergunakan uang pembayaran premi tersebut untuk kepentingan

Terdakwa sendiri tanpa seijin dan sepengetahuan pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG.

Bahwa berdasarkan adanya permasalahan keterlambatan pembayaran premi yang

belum diterima oleh pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG maka selanjutnya dilakukan

audit oleh tim investigasi PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG terhadap data kuitansi tagihan

sertifikat polis asuransi dan data keuangan yang pada kenyataannya diperoleh fakta

dimana pada rentang bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Desember 2015

terdapat uang pembayaran premi dari sejumlah 219 orang nasabah sesuai tagihan sertifikat

polis asuransi yang tidak diterima oleh pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dengan

jumlah keseluruhan pembayaran premi sebesar Rp. 448.813.925,- (empat ratus empat puluh

delapan juta delapan ratus tiga belas ribu sembilan ratus dua puluh lima rupiah), melainkan

Terdakwa telah mempergunakan uang pembayaran premi tersebut untuk kepentingan

Terdakwa sendiri tanpa seijin dan sepengetahuan pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG.

Atas kerugian tersebut maka pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG melaporkan

DEWI PRIMASTIARI selaku EMPLOYEE BENEFIT ASSOCIATE MANAGER (EBAM)

kepada pihak yang berwajib. Atas kasus tersebut Pengadilan Negeri Purbalingga yang

mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

menjatuhkan putusan Nomor 4/Pid.B/2017/PN Pbg tanggal 6 Maret 2017 sebagai berikut:

1 Menyatakan Terdakwa DEWI PRIMASTIARI Alias DEWI Binti JOKO SUTONO

terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana Penggelapan dalam hubungan

pekerjaan yang dilakukan secara berlanjut sebagaimana diatur dan diancam


pidana dalam Pasal 374 KUHP jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP sesuai dakwaan

Primair.

2 Menyatakan Terdakwa DEWI PRIMASTIARI Alias DEWI Binti JOKO

SUTONO, bersalah melakukan tindak pidana "MELAKUKAN PENGGELAPAN

KARENA ADA HUBUNGAN KERJA YANG DILAKUKAN SECARA

BERLANJUT;

3 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan;

4 Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa,

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

5 Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

6 Memerintahkan barang bukti berupa :

1 (satu) bendel PERJANJIAN KERJASAMA ASURANSI

JIWA PEMBIAYAAN KOLEKTIF ANTARA PT. BANK

PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH BUANA MITRA PERWIRA

DENGAN PT. ASURANSI JIWA SINARMAS MSIG NO.

070/AJSMSIG-LGL/PKS- C/XI/2013 tertanggal 01 November 2013.;

1 (satu) bendel Perjanjian Kerjasama Keagenan EMPLOYEE

BENEFIT ASSOCIATE MANAGER (EBAM) PT. ASURANSI

JIWA SINARMAS MSIG, antara PT. Asuransi Jiwa Sinarmas

MSIG dengan Sdri. DEWI PRIMASTIARI , tertanggal 04 Februari

2013.;

1 (satu) bendel Polis Asuransi Jiwa Kredit Kolektif BPR SYARIAH

BUANA MITRA PERWIRA dengan POLIS INDUK


NO.022013M0705 untuk uang pertanggungan tetap, tertanggal 25

Juni 2013.;

1 (satu) bendel Polis Asuransi Jiwa Kredit Kolektif BPR SYARIAH

BUANA MITRA PERWIRA dengan POLIS INDUK

NO.022013M0754 untuk uang pertanggungan menurun,

tertanggal 25 Juni 2013.;

1 (satu) bendel Data Perincian Peserta Asuransi yang uang

preminya belum diterima oleh PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG;

dikembalikan kepada PT. Asuransi Jiwa Sinas Mas MSIG melalui

saksi Edi Sartana Alias Edi Bin Soelchan;

1 (satu) Bendel Prin Out daftar nama-nama Peserta Asuransi Jiwa

PT. Sinarmas MSIG dari Bank BPRS Buana Mitra Perwira, dengan

jumlah peserta sebanyak 1.198 (seribu seratus sembilan puluh delapan)

peserta dengan total jumlah premi seluruhnya sebesar Rp.660.756.448 (

enam ratus enam puluh juta tujuh ratus lima puluh enam ribu empat

ratus empat puluh delapan rupiah). dengan kesimpulan sebanyak 979

(Sembilan ratus tujuh puluh sembilan) peserta dinyatakan Premi

sudah masuk dengan jumlah Rp. Rp.211.942.523.00 (dua ratus

sebelas juta sembilan ratus empat puluh dua ribu lima ratus dua puluh

tiga rupiah) sementara sisanya sebanyak 219 (dua ratus sembilan

belas) Peserta dengan jumlah Uang Premi sebesar RP. 448.813.925.00

(Empat ratus empat puluh delapan juta delapan ratus tiga belas ribu

Sembilan ratus dua puluh lima rupiah) belum diterima oleh pihak

Asuransi SINARMAS MSIG; dikembalikan kepada PT. Asuransi Jiwa

Sinas Mas MSIG melalui saksi Sofyan Bin Rukli Haji Asmat;
Uang tunai sebesar Rp. 86.232.700,- (delapan puluh enam juta dua

ratus tiga puluh dua ribu tujuh ratus rupiah);

1 (satu) bendel Perjanjian Kerjasama Super Protection Antara

PT.Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira dengan PT.

Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Purwokerto No. 032/BMP/XI/2013

pada hari Jumat tanggal 1 Nopember 2013;

1 (satu) lembar Surat Persetujuan dan Kuasa kepada Saudari DEWI

PRIMASTIARI untuk membuka rekening tabungan atas nama

penerima kuasa.;

1 (satu) bendel daftar nama pembayaran premi yang

pembayarannya melalui rekening DEWI PRIMASTIARI;

1 (satu) bendel voucher pembayaran premi asuransi dari BPRS

Buana Mitra Perwira melalui rekening Saudari DEWI PRIMASTIARI

dengan jumlah 1152 peserta berikut kuitansi tagihan premi dari PT.

Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG; dikembalikan kepada PT. BANK

PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH BUANA MITRA PERWIRA

melalui saksi Koemala Koemaladewi Bin Soedirman;;

1 (satu) buah Buku Tabungan BPRS BUANA MITRA PERWIRA atas

nama DEWI PRIMASTIARI dengan nomor rekening 112-01-04584;

1 (satu) bendel Rekening Koran tabungan atas nama DEWI

PRIMASTIARI dengan nomor rekening 112-01-04584; terlampir

dalam berkas perkara;

7 Menetapkan agar terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah) ;


3.2 PEMBAHASAN KASUS

1. Bahwa PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG cabang Purbalingga melakukan

perjanjian kerjasama asuransi jiwa pembiayaan kolektif dengan PT Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira sesuai dengan:

a) KUH Perdata Pasal 1774 yang berbunyi Suatu persetujuan untung-untungan

ialah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai untung ruginya, baik

bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu

kejadian yang belum pasti.

b) KUH Perdata Pasal 1313 yang berbunyi Suatu persetujuan adalah suatu

perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang

lain atau lebih.

c) KUH Perdata Pasal 1320 tentang syarat-syarat Terjadinya Suatu Persetujuan

yang sah, Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:

kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

kecakapan untuk membuat suatu perikatan

suatu pokok persoalan tertentu

suatu sebab yang tidak terlarang

2. Saudari Dewi Primastiari melakukan perikatan dengan PT. Asuransi Jiwa

Sinarmas MSIG sebagai agen asuransi / Employee Benefit Associate Manager

(EBAM) sesuai dengan UU No. 40 tahun 2014 Pasal 1 angka 28, Agen

Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja

pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama

Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah

dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan


Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan

produk asuransi atau produk asuransi syariah.

3. Kasus penggelapan Premi Asuransi yang dilakukan oleh saudari Dewi Primastiari

melanggar Pasal 28 angka 6 UU No. 40 tahun 2014 yaitu Dalam hal Premi

atau Kontribusi dibayarkan melalui Agen Asuransi, Agen

Asuransi wajib menyerahkan Premi atau Kontribusi tersebut

kepada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi

Syariah dalam jangka waktu yang diatur dalam Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan. Jika Orang yang melanggar ketentuan

sebagaimana diatas sesuai pasal 71 angka 2 (dua) dikenai

sanksi administrasi, berupa:

a) peringatan tertulis;
b) pembatasan kegiatan usaha, untuk sebagian atau seluruh
kegiatan usaha;
c) larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk
asuransi syariah untuk lini usaha tertentu;
d) pencabutan izin usaha;
e) pembatalan pernyataan pendaftaran bagi Pialang
Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi;
f) pembatalan pernyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria,
akuntan publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan
jasa bagi Perusahaan Perasuransian;
g) pembatalan persetujuan bagi lembaga mediasi atau asosiasi;
denda administratif; dan/atau
h) larangan menjadi pemegang saham, Pengendali, direksi,
dewan komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham,
Pengendali, direksi, dan dewan komisaris pada badan
hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c,
dewan pengawas syariah, atau menduduki jabatan eksekutif
di bawah direksi, atau yang setara dengan jabatan eksekutif
di bawah direksi pada badan hukum berbentuk koperasi atau
usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf c, pada Perusahaan Perasuransian.
4. Selain mendapatkan sanksi administrasi, saudari Dewi Primastiari juga melanggar

Pasal 28 angka 5 (lima) UU No. 40 tahun 2014 Agen Asuransi dilarang

menggelapkan Premi atau Kontribusi, jika melanggar akan

dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal 76 UU No 40

tahun 2014, Setiap Orang yang menggelapkan Premi atau

Kontribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (5) dan

Pasal 29 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun dan pidana denda paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

5. Tetapi dalam kasus yang melibatkan PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG cabang
Purbalingga, PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira dan
Saudari Dewi Primastiari, penyidik tidak menggunakan UU No 40 tahun 2014
tentang Perasuransian tetapi menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) Pasal 374 Jo Pasal 64 ayat 1 (satu) sesuai dakwaan Primair untuk
menuntut Saudari Dewi Primastiari, Pasal 374 Penggelapan yang dilakukan oleh
orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan
kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Juncto Pasal 64 ayat 1 Jika
antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau
pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang
sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana;
jika berbeda-beda, yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang
paling berat.
BAB V

KESIMPULAN

Asuransi merupakan upaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kemungkinan

timbul kerugian akibat terjadi peristiwa yang tidak pasti dan tidak diinginkan. Melalui

perjanjian asuransi risiko kemungkinan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian yang

mengancam kepentingan tertanggung itu dialihkan kepada perusahaan Asuransi kerugian

selaku penanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung bersedia membayar sejumlah premi

yang telah disepakati. Dengan demikian, tertanggung yang berkepentingan merasa aman dari

ancaman kerugian, sebab jika kerugian itu betul-betul terjadi penanggunglah yang akan

menggantinya.

Tertanggung sebagai pihak mempunyai kepentingan terterntu dalam kegiatan usaha

atau hubungan dengan pihak lain dalam masyarakat. Kepentingan yang dimaksud adalah

tanggung jawab akibat perbuatannya terhadap pihak ketiga, misalnya perbuatan yang

merugikan orang lain atau perbuatan tidak mampu membayar hutang kepada pihak kreditur.

Risiko tanggung jawab terhadap pihak ketiga inilah yang dialihkan kepada penanggung.

Dalam bahasa inggris, tanggung jawab ini disebut third party lialibility. Dalam kenyataannya,

bentuk asuransi yang menanggung kerugian yang timbul dari tanggung jawab tertanggung

terhadap pihak ketiga diperlukan sekali.

Dalam kasus yang melibatkan PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG cabang

Purbalingga, PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira dan Saudari Dewi

Primastiari, terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana Penggelapan dalam hubungan

pekerjaan yang dilakukan secara berlanjut sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 374 KUHP jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP sesuai dakwaan Primair. Dan

menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2

(dua) tahun dan 6 (enam) bulan.


DAFTAR PUSTAKA

HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 1: Pengetahuan

Dasar Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta.

HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 2: Bentuk-Bentuk

Perusahaan, Djambatan, Jakarta.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai