Makalah
Disusun oleh :
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur, sudah sepantasnya dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat dan ridho-Nya, kepada penulis sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Hukum Bisnis secara berkelompok.
Penulis yakin bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan penulis
kekurangan data, sementara data-data yang ada pada penulis kurang menyinggung teori-teori
baru.
Segala saran dan kritik dari manapun datangnya akan penulis terima dengan segala
senang hati demi kesempurnaan makalah ini guna memenuhi harapan sebagai penerus
bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................................... 1
Daftar isi............................................................................................................................2
BAB I
Pendahuluan.......................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................7
BAB II
Tinjauan Pustaka................................................................................................................8
BAB III
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik
untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Orang yang
berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang
Jadi setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat
diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau
selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam perjanjian. Pihak-pihak yang
mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan tertanggung. Penanggung
dengan menerima premi memberikan pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang yang
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-
undangan dan perusahaan peasuransian. Istilah perasuransian berasal kata asuransi yang
berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang
menimbulkan kerugian. Dalam pengertian perasuransian selalu meliputi dua jenis kegiatan,
yaitu usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Perusahaan perasuransian selalu
Perusahaan asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha asuransi. Usaha
asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui
jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak
pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dimana pihak tertanggung
mengikat diri kepada penanggung, dengan menerima premi-premi Asuransi untuk memberi
yang di harapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di
derita tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance, dan secara aspek hukum telah
dituangkan dalam Kitab Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246, Asuransi adalah suatu
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan
asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam Pasal
246 KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014
Pengertian lain, seperti dari Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum asuransi di
Indonesia memberi pengertian asuransi sebagai berikut : suatu persetujuan dimana pihak
yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi
sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat
D.S. Hansell, dalam bukunya Elements of Insurance menyatakan bahwa asuransi selalu
orang yang membeli produk Asuransi disebut Tertanggung atau Pemegang Polis,
Tertanggung membayar sejumlah uang yang disebut premi untuk membeli produk yang
disediakan oleh perusahaan asuransi . Premi asuransi yang dibayarkan oleh Tertanggung
menjadi pendapatan perusahaan Asuransi, dengan kata lain terjadi perpindahan kepemilikan
dana premi dari Tertanggung kepada Perusahaan Asuransi. Bila Tertanggung mengalami
risiko sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak asuransi, maka Perusahaan Asuransi harus
membayar sejumlah dana yang disebut Uang Pertanggungan kepada Tertangggung atau yang
berhak menerimanya. Sebaliknya bila sampai akhir masa kontrak Tertanggung tidak
mengalami risiko yang diperjanjikan maka kontrak Asuransi berakhir maka semua hak dan
kewajiban kedua belah pihak berakhir. Dari proses diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
perpindahan risiko financial yang dalam istilah asuransi disebut dengan transfer of risk dari
Contoh, ketika seseorang membeli polis asuransi kebakaran untuk rumah tinggal dia
akan membayar uang (premi) yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi, disaat yang
sama perusahaan asuransi akan menanggung risiko finansial bila terjadi kebakaran atas
rumah tinggal tersebut. Contoh lain dalam asuransi jiwa, ketika seseorang membeli asuransi
kematian (term insuransce) dengan jangka waktu perjanjian 5 (lima) tahun dengan uang
pertanggungan 100 juta rupiah, maka dia harus membayar premi yang telah ditentukan oleh
perusahaan asuransi (misal 500 ribu rupiah) per tahun, artinya bila tertanggung meninggal
dunia dalam masa perjanjian diatas, maka ahli waris atau orang yang ditunjuk akan
memperoleh uang dari perusahaan asuransi sebesar 100 juta, namun bila peserta hidup
sampai akhir masa perjanjian maka dia tidak akan memperoleh apapun.
Banyak masyarakat yang kurang memahai arti dari asuransi. Jasa yang diberikan oleh
perusahaan asuransi adalah berupa proteksi akibat berbagai risiko yang mungkin terjadi.
Akan tetapi sekarang ini dengan semakin berkembangnya produk asuransi serta kerja sama
perusahaan asuransi dengan perusahaan di sektor lain seperti perbankan dan sekuritas, maka
pengertian asuransi menjadi lebih luas bukan hanya untuk proteksi, tetapi juga untuk
berinvestasi.
sudah terang akan terjadi atau si mempertanggungkan tidak turut serta berusaha supaya
kejadian itu tidak terjadi atau dengan sengaja berusaha supaya kejadian itu datang, maka bagi
1. Untuk memberi pengertian yang jelas tentang pengertian asuransi kerugian dalam
masyarakat.
3. Untuk mengetahui hal-hal mengenai asuransi kerugian yang diatur dalam KUHD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa istilah yang lazim digunakan dalam perpajakan sebagaimana yang mengacu
imbalan untuk:
pasti; atau.
pengelolaan dana.
pasti; atau
memperoleh manfaat.
Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa, maka fokus pembahasan diarahkan pada
Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 di persempit hanya melingkupi
pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal
lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak
pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah
Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi jiwa selanjutnya.
Sebelum berlakunya Undang Nomor 40 Tahun 2014, asuransi jiwa diatur dalam Ordonantie
uitkeringen, tegen genot van premie en in verband met het leven of den dood van den
menschs. Overeenkomsten van herverzekering daaronder begrepen, met dien verstande, dat
worden berschouwd.
Terjemahannya:
Asuransi jiwa adalah perjanjian untuk membayar sejumlah uang karena telah diterimanya
premi yang herhubungan dengan hidup atau matinya seseorang, rensuransi termasuk di
Dalam Pasal 27 Undang Nomor 2 Tahun 1992 ditentukan bahwa dengan berlakunya
undang-undang ini, maka Ordonantie op het Levens Verzekering Bedrijf dinyatakan tidak
berlaku lagi. Adapun yang dimaksud dengan undang-undang ini adalah Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1992. Oleh karena itu, tidak perlu lagi membahas asuransi jiwa berdasarkari
Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302 s.d pasal 308
KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh) pasal. Akan tetapi tidak 1 (satu) pasalpun yang memuat rumusan
definisi asuransi jiwa. Dengan demikian sudah tepat jlka definisi asuransi dalam Pasat 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dijadikan titik totak pembahasan dan ini
ada hubungannya dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303 KUHD yang membolehkan
Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD: Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu
Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau
Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat mengasuransikan
jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa
dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam
perjanjian.
Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi
dengan penanggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama
sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah
lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi
sebagai penikmatnya.
(pengambil) asuransi dan penangung. Definisi Purwosutjipto berbeda dengan definisi yang
terdapat dalam Pasal angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014. Perbedaan tersebut
pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan
dan penanggung.
hanya untuk asuransi jiwa selama hidup, tidak termasuk untuk yang berjangka waktu
tertentu.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asruransi jiwa harus diadakan secara
tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis
b. Nama tertanggung;
e. Jumlah asuransi;
f. Premi asuransi.
Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi sama
sekali bergantung pada persetujuan antara kedua pihak (Pasal 305 KUHD).
a. Hari diadakan asuransi
Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi. Hal ini penting
untuk mengetahui kapan asuransi itu mulai berjalan dan dapat diketahui pula sejak
b. Nama tertanggung
Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang wajib
membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila terjadi evenemen atau apabila
uang santunan atau pengembalian dari penanggung. Selain tertanggung, dalam praktik
asuransi jiwa dikenal pula penikmat (beneficiary). yaitu orang yang berhak menerima
sejumlah uang tertentu dan penanggung karena ditunjuk oleh tertanggung atau karena
ahli warisnya, dan tercantum dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak
Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan. Jiwa tanpa
badan tidak ada, sebaliknya badan tanpa jiwa tidak ada arti apa-apa bagi asuransi
Jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek asuransi yang tidak berwujud, yang hanya
dapat dlkenal melalui wujud badannya. Orang yang punya badan itu mempunyai
nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung ataupun sebagai
pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu harus dicantumkan dalam polis.
Dalam hal ini, tertanggung dan orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.
Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku asuransi.
artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung, misalnya mulai
tanggal 1 januari 1990 sampai tanggal 1 Januari 00, apabila dalam jangka waktu itu
terjadi evenemen, maka penanggung berkewajiban membayar santunan kepada
Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat diadakan
asuransi sebagai jumlah santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat
dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian kepada tertanggung sendiri dalam hal
berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenemen. Menurut ketentuan Pasal 305
KUHD, perkiraan jumlah dan syarat-syarat asuransi sama sekali ditentukan oleh perjanjian
bebas antara tertanggung dan penanggung. Dengan adanya perjanjian bebas tersebut, asas
Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada
penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung.
Besarnya jumlah premi asuransi tergantung pada jumlah asuransi yang disetujui oleh
Dalam hukum asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penanggung dan
tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menanggung beban risiko sebagai imbalan
premi yang diterimanya dari tertanggung. Jika terjadi evenemen yang menjadi beban
penanggung, maka penanggung berkewajiban mengganti kerugian. Dalam asuransi jiwa, jika
terjadi evenemen matinya tertanggung, maka penanggung wajib membayar uang santunan,
atau jika berakhirnya jangka waktu usuransi tanpu terjadi evenemen, maka penanggung wajib
membayar sejumlah uang pengembalian kepada tertanggung. Penanggung adaiah Perusahaan
Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan
hidup atau matinya seseorang yang diasuransikan. Perusahaan Asuransi Jiwa merupakan
Asuransi dapat juga diadakan untuk kepentingan pihak ketiga dan ini harus
dicantumkan dalam polis. Menurut teori kepentingan pihak ketiga (the third party interest
theory), dalam asuransi jiwa, pihak ketiga yang berkepentingan itu disebut penikmat.
Penikmat ini dapat berupa orang yang ditunjuk oieh tentanggung atau ahli waris tertanggung.
Munculnya penikmat ini apabila terjadi evenemen meninggalnya tertanggung. Dalam hal ini,
tertanggung yang meninggal itu tidak mungkin dapat menikmati santunan, tetapi penikmat
yang ditunjuk atau ahli waris tertanggunglah sebagai yang berhak menikmati santunan. Akan
tetapi, bagaimana halnya jika asuransi itu berakhir tanpa terjadi evenemen meninggalnya
tertanggung?. Dalam hal ini tertanggung sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat karena
dia sendiri masih hidup dan berhak menikmati pengembalian sejumlah uang yang dibayar
oleh penanggung.
Apabila tertanggung bukan penikmat, maka hal ini dapat disamakan dengan asuransi
jiwa untuk kepentingan pihak ketiga. Penikmat selaku pihak ketiga tidak mempunyai
tetapi tidak atas tanggung jawabnya. Apabila tertanggung mengasuransikan jiwanya sendiri,
premi kepada penanggung. Dalam hal ini tertanggung adalah pihak dalam asuransi dan
sekaligus penikmat yang berkewajiban membayar premi kepada penanggung. Asuransi jiwa
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada ketentuan
keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa berbeda dengan asuransi
kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi polis mengharuskan Pencantuman bahaya-
bahaya yang menjadi beban penanggung. Mengapa tidak ada keharusan mencantumkan
bahnya yang menjadi beban penanggung dalam polis asuransi jiwa?. Dalam asuransi jiwa
yang dimaksud dengan hahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan.
Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti
mengalami kematian. Akan tetapi kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan.
lnilah yang disebut peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.
Evenemen ini hanya 1 (satu), yaitu ketidak pastian kapan meniggalnya seseorang
sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi asuransi jiwa. Karena evenemen ini
hanya 1 (satu), maka tidak perlu di cantumkan dalam polis. Ketidakpastian kapan
meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang jiwanya diasuransikan merupakan risiko
yang menjadi beban penanggung dalam asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung
itu bersisi 2 (dua), yaitu meninggalnya itu benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi,
dan benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-duanya menjadi
beban penanggung.
Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung kepada
penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan kesepakatan yang tercantum
dalam polis. Penikmat yang di maksud adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau
orang yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak menerima dan menikmati santunan
sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung. Pembayaran santunan merupakan akibat
terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya tertanqgung dalam jangka waktu berlaku asuransi
jiwa.
Akan tetapi, apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa tidak terjadi
peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak dalam asuransi jiwa,
berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang dan penanggung yang jumlahnya telah
ditetapkan berdasarkan perjanjian dalam hal ini terdapat perbedaan dengan asuraransi
kerugian. Pada asuransi kerugian apabila asuransi berakhir tanpa terjadi evenemen, premi
tetap menjadi hak penanggung, sedangkan pada asuransi jiwa, premi yang telah diterima
tertanggung.
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah
tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi
santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak
penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa
berakhir.
Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak
yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi.
Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung
melunasi uang santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain,
asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu
terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku
asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir.
Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah
uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen.
Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti
Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata
Kata-kata bagian akhir pasal ini kecuali jika diperjanjiknn lain memberi peluang
kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan pasal ini, misalnya
asuransi yang diadakan untuk tetap dinyalakan sah asalkan tertanggung betul-betul tidak
mengetahui telah meninggalnya itu. Apablia asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan
premi yang sudah dibayar karena penanggung tidak menjalani risiko? Hal ini pun diserahkan
kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa
Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati,
penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa ditutup
dengan sebuah klausul yang membolehkan penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada
peristiwa bunuh diri dan badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau
waktu 2 (dua) tahun sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir.
Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi
sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi
jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut
jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan
tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran
(secara bulanan), bagaimana cara penyelesaiannya? Karena asuransi jiwa didasarkan pada
Asuransi kebakaran diatur dalam Buku I Bab 10 Pasal 287-298 KUHD. Pengaturan
ini sangat sederhana sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perkembangan asuransi
sekarang. Karena pengaturanya sangat sederhana, maka perjanjian bebas antara tertanggung
dan penanggung yang dituangkan dalam polis mempunyai fungsi penting dalam praktik
asuransi kebakaran. Hal-hal mengenai asuransi kebakaran yang diatur dalam KUHD akan
Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi syarat-syarat umum pasal 256
KUHD, harus menyebutkan syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi kebakaran
seperti di tentukan dalam pasal 287 KUHD. Untuk mengetahuui semua syarat ini serta syarat
khusus yang harus termuat dalam polis asuransi kebakaran berikut ini disajikan isi pasal
KUHD tersebut:
b. Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kebakaran untuk diri sendiri atau untuk
c. Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap bahaya
kebakaran;
h. Janji-janji khusus yang diadakan oleh pihak-pihak dan keadaan yang perlu diketahui
Benda yang menjadi objek asuransi kebakaran dapat berupa benda tetap seperti
bangunan, rumah, pabrik, dan benda bergerak seperti kendaraan bermotor, kapal, serta benda
bergerak yang terdapat didalam atau sebagai bagian dari benda tetap yang bersangkutan.
Misalnya gedung perkantoran dan benda bergerak kelengkapan kantor, kendaraan bermotor
dan benda bergerak muatan kendaraan tersebut, rumah dan benda bergerak isi rumah tersebut.
rincian benda objek asuransi kebakaran dicantumkan dalam polis, apa yang diasuransikan dan
Benda objek asuransi kebakaran dapat ditentukan harganya atau belum ditentukan
sama sekali. Penentuan harga benda objek asuransi kebakaran memang sulit dilaksanakan
karna tidak semua benda itu sudah diketahui harganya, lagi pula dapat berubah harganya
selama jangka waktu berlakunya asuransi kebakaran. Oleh karena itu penetuan harga benda
objek asuransi tidak begitu diisyaratkan atau bukan syarat mutlak walaupun dalam pasal 287
KUHD dinyatakan sebagai salah satu syarat. Yang penting adalah berapa jumlah asuransinya,
mengingat ketentuan pasal 289 ayat (1) KUHD yang membolehkan pengadaan asuransi
diatur dalam pasal 290 KUHD. Penanggung menerima sebagai tanggung jawabnya semua
kerugian yang ditimbulakan oleh terbakarnya benda asuransi. Pengertian terbakar meliputi
kebakaran biasa bahkan yang lebih luas dari pada itu. Dala pasal 290 KUHD disusun seba-
b. Kesalahan atau itikad jahat dari pelayan sendiri, tetangga musuh, perampok dan lain-
lain
c. Sebab-sebab lain, dengan nama apa saja, dengan cara bagaimanapun kebakaran itu
terjadi, direncanakan atau tidak, biasa atau luar biasa, dengan tiada kecualinya.
Rumusan pasal 290 KUHD itu sangat luas, sebagai lex specialis dapt menghapuskan
kekuatan berlakunya pasal 249 KUHD. Misalnya, kebakaran sendiri karena cacat pada benda
asuransi yang menurut pasal 249 KUHD, penaggung tidak diwajibkan membayar ganti rugi
namun menurut kententuan pasal 290 KUHD, penaggung berkewajiban membayar ganti
kerugian. Menurut volma, apabila diteliti susunan sebab-sebab yang terdapat dalam pasal 290
KUHD khususnya kata-kata pada bagian akhir pasal tersebut, maka dapat dipahami bahwa
hanya terdapat bahaya dari luar tetapi juga terhadap bahaya dari dalam menjadi tanggung
jawab penanggung.
Pada asuransi kebakaran mengenai hak milik berupa gedung, tertanggung dapat minta
diperjanjikan:
a. Kerugian yang timbul pada gedung hak milik supaya diganti; atau
mengawasi agar uang yang diberikannya penanggung itu dalam waktu yang kalau perlu telah
ditentukan oleh hakim benar-benar digunakan untuk membangun gedung yang terbakar itu .
Atas permintaan penanggung, hakim dapat membebani tertanggung untuk memberi jaminan
secukupnya, bilamana ada alasan untuk itu (pasal 288 ayat ayat (3) KUHD).
Asuransi laut merupakan salah satu asuransi kerugian yang diatur secara lengkap
pelayaran melalui laut yang penuh dengan ancaman bahaya laut. Asuransi laut diatur dalam:
a. Buku I Bab IX pasal 246-286 KUHD tentang asuransi pada umumnya sejauh tidak
b. Buku II Bab IX pasal 592-685 tentang asuransi bahaya laut, dan Bab X Pasal 686-695
laut.
Dalam pengertian asuransi laut tidak terbatas pada lingkungan laut saja, melainkan
meliputi juga linkungan darat dan perairan darat (sungai dan danau). Bahaya-bahaya yang
ditanggung tidak hanya terbatas pada bahaya yang terjadi laut, tetapi juga mengenai bahaya-
bahaya terusan yang dapat terjadi selama berlangsungnya angkutan, misalnya bahaya
a. Objek asuransi yang diancam bahaya,selalu terdiri dari kapal dan barang muatan.
b. Jenis bahaya yang mengancam benda asuransi, yang bersumber dari alam (badai,
gelombang besar, hujan angin, kabut tebal, dsb) dan yang bersumber dari manusia,
c. Bermacam jenis benda asuransi, yaitu tubuh kapal, muatan kapal, alat perlengkapan
Polis asuransi laut laut merupakan akta yang harus ditandatangani oleh penanggung,
dengan demikian berfungsi sebagai bukti telah terjadi perjanjian asuransi laut antara
tertanggung dan penanggung. Asuransi laut di negara-negara maju pada umumnya dibuat di
bursa dengan perantaraan pialang, karena itu polis yang digunakan adalah polis bursa.
Menurut praktik asuransi laut di Indonesia, asuransi laut umumnya dibuat di perusahaan
Menurut ketentuan pasal 593 KUHD, yang dapat menjadi objek asuransi laut adalah
a. Tubuh kapal kosong atau bermuatan, dengan atau tanpa persenjataan, berlayar
e. Barang-barang muatan.
Pada asuransi atas kapal tanpa penjelasan lebih lanjut, harus diartikan sebagai asuransi
kapal kosong (kasko), alat perlengkapan kapal, dan alat perlengkapan perang. Yang dimaksud
dengan kapal kosong adalah kapal tanpa alat perlengkapan, tanpa muatan dan lain lain isi
kapal.
bukan mengenai kasko. Asuransi ini diadakan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan
penanggung, dan terhadapnya berlaku ketentuan-ketentuan umum asuransi dan tidak berlaku
Asuransi laut dapat juga diadakan atas barang muatan tetapi kapal yang
mengangkutnya tidak jelas, sedangkan penjelasan lebih lanjut mengenai kapal itu tidak ada.
Asuransi laut ini disebut asuransi In Quovis. Asuransi In Quovis diatur dalam pasal 595
Apabila tertanggung tidak mengetahui dalam kapal mana barang-barang yang akan
diterimanya itu dimuat, maka penyebutan nama kapal dan nakodanya tidak diharuskan,
asalkan dalam polisnya dinyatakan tentang tidak diketahuinya hal itu oleh tertanggung
disertai tanggal dan nama penanda tanganan surat pengantar yang terakhir. Dengan cara
secara in quovis, apabila dipenuhi tiga syarat yang dicantumkan dalam polis, yaitu:
c. Kepentingan tertanggung hanya dapat diasuransikan untuk suatu waktu tertentu saja.
Dalam hal terjadi evenemen yang menimpa kapal yang mengangkut barang-barang
yang diasuransikan itu, tertanggung wajib membuktikan bahwa barang-barangnya itu telah
dimuat dalam kapal tersebut dalam waktu yang telah ditentukan (pasal 650 KUHD).
Bahaya-bahaya laut yang digolongkan sebagai evenemen terdiri dari dua golongan, yaitu:
a. Bahaya-bahaya laut yang bersumber dari alam, misalnya badai, gelombang besar,
b. Bahaya-bahaya laut yang bersumber dari manusia, baik dari awak kapal maupun dari
penguasa negara.
Walaupun dalam asuransi kapal dan barang-barang muatan telah diatur saat mulai dan
berakhirnya asuransi laut, pasal 634 KUHD memberikan kebebasan kepada tertanggung dan
ketentuan pasal 634 KUHD, tertanggung dan penanggung bebas memperjanjikan lain dalam
polis tentang saat mulai dan berakhirnya bahaya yang menjadi beban penanggung.
Pasal 643 KUHD mengatur tentang asuransi barang-barang cair yang dapat meleleh,
seperti minyak, anggur, sirup. Apabila terjadi kebocoaran pada tempat penyimpanannya atau
karena gocangan-goncangan sehingga benda itu meleleh atau mengalir ke luar, maka
berkuranglah benda cair itu dan menimbulkan kerugian bagi pemiliknya. Kerugian ini bukan
menjadi beban penanggung apabila diadkan janji khusus dengan klausula bebas dari
kebocoran dan meleleh yang dicantumkan dalam polis. Tetapi jika kebocoran itu terjadi
karena tabrakan, pecah, atau terdamparnya kapal, kerugian ini menjadi beban penanggung.
Pasal 646 KUHD mengatur tentangasuransi barang-barang yang dapat ruak atau
busuk. Apabila asuransi dibuat dengan klausula bebas dari kerusakan , maka penanggung
tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan barang-barang apabila barang-barang tersebut
sampai ditempat tujuan dalam keadaan rusak atau busuk. Penanggung juga bebas dari
tanggung jawab apabila barang-barang itu selama dalam perjalanan atau setelah sampai di
pelabuhan darurat dijual karena rusak atau dikhawatirkan akan membusuk, dan akan menulari
barang-barang lainnya. Tetapi kerugian yang ditimbulkan oleh avarai umum misalnya karena
Menurut ketentuan pasal 647 KUHD, dalam suatu asuransi dengan janji (klausula)
bebas dari molest, penanggung dibebaskan dari kewajiban mengganti kerugian jika barang-
barang yang diasuransikan musnah atau busuk karena kerusakan, perampasan, perampokan di
laut, penahanan atas perintah penguasa, pernyataan perang dan tindakan pembalasan.
Asuransi gugur segera setelah barang-barang yang diasuransikan karena molest tertahan atau
menyimpang dari jurusannya. Meskipun demikian, semua kerugian yang diderita sebelum
terjadi molest tertahan atau menyimpang dari jurusannya. Meskipun demikian, semua
kerjasama asuransi jiwa pembiayaan kolektif dengan PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
C/XI/2013 tanggal 01 November 2013 dimana PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana
Mitra Perwira akan mengikutsertakan nasabahnya dalam kepesertaan asuransi jiwa pada PT
Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG selanjutnya untuk penagihan premi dilaksanakan oleh Sdri.
Februari 2013.
Bahwa DEWI PRIMASTIARI Alias DEWI Binti JOKO SUTONO bekerja selaku
agen asuransi / Employee Benefit Associate Manager (EBAM) pada PT Asuransi Jiwa
Sinarmas MSIG dan mendapatkan kompensasi dari PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG
berupa komisi, bonus dan pinjaman operasional yang ditentukan sesuai perjanjian yang
berlaku antara PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dengan Terdakwa, adapun tugas Terdakwa
selaku agen asuransi / Employee Benefit Associate Manager (EBAM) pada PT Asuransi
Jiwa Sinarmas MSIG adalah memperkenalkan, menjual, dan melakukan penutupan polis
asuransi jiwa untuk kepentingan perusahaan dan memberikan penjelasan tentang program
asuransi serta mengingatkan untuk pembayaran premi untuk disetorkan ke rekening yang
ditetapkan perusahaan.
Pada PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dan mekanisme pembayaran premi
adalah selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah sertifikat polis turun dan
dibayarkan melalui rekening atas nama PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG. untuk asuransi
Sinarmas MSIG melalui transfer rekening dan untuk Asuransi Corporate dilakukan
dengan cara dikomulatif oleh pihak Bank yang kemudian setelah terkumpul disetorkan ke
nasabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira yang mengikuti
Manager (EBAM) pada PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dengan menggunakan surat
(DPO) telah membuka rekening atas nama pribadi Terdakwa di Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira atas nama DEWI PRIMASTIARI tanpa seijin dan
Bahwa selanjutnya dalam rentang bulan Desember 2013 sampai dengan bulan
Desember 2015 pihak Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira telah
uang pembayaran premi yang telah ditransfer oleh pihak Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Buana Mitra Perwira adalah sebesar Rp. 660.756.448,- (enam ratus enam puluh
juta tujuh ratus lima puluh enam ribu empat ratus empat puluh delapan rupiah).
Selanjutnya Terdakwa telah menarik tunai pembayaran premi nasabah yang masuk ke
Terdakwa sendiri tanpa seijin dan sepengetahuan pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG.
belum diterima oleh pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG maka selanjutnya dilakukan
audit oleh tim investigasi PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG terhadap data kuitansi tagihan
sertifikat polis asuransi dan data keuangan yang pada kenyataannya diperoleh fakta
dimana pada rentang bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Desember 2015
terdapat uang pembayaran premi dari sejumlah 219 orang nasabah sesuai tagihan sertifikat
polis asuransi yang tidak diterima oleh pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dengan
jumlah keseluruhan pembayaran premi sebesar Rp. 448.813.925,- (empat ratus empat puluh
delapan juta delapan ratus tiga belas ribu sembilan ratus dua puluh lima rupiah), melainkan
Terdakwa sendiri tanpa seijin dan sepengetahuan pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG.
Atas kerugian tersebut maka pihak PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG melaporkan
kepada pihak yang berwajib. Atas kasus tersebut Pengadilan Negeri Purbalingga yang
mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama
menjatuhkan putusan Nomor 4/Pid.B/2017/PN Pbg tanggal 6 Maret 2017 sebagai berikut:
Primair.
BERLANJUT;
3 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
4 Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa,
2013.;
Juni 2013.;
PT. Sinarmas MSIG dari Bank BPRS Buana Mitra Perwira, dengan
enam ratus enam puluh juta tujuh ratus lima puluh enam ribu empat
sebelas juta sembilan ratus empat puluh dua ribu lima ratus dua puluh
(Empat ratus empat puluh delapan juta delapan ratus tiga belas ribu
Sembilan ratus dua puluh lima rupiah) belum diterima oleh pihak
Sinas Mas MSIG melalui saksi Sofyan Bin Rukli Haji Asmat;
Uang tunai sebesar Rp. 86.232.700,- (delapan puluh enam juta dua
penerima kuasa.;
dengan jumlah 1152 peserta berikut kuitansi tagihan premi dari PT.
ialah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai untung ruginya, baik
bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu
b) KUH Perdata Pasal 1313 yang berbunyi Suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang
yang sah, Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:
(EBAM) sesuai dengan UU No. 40 tahun 2014 Pasal 1 angka 28, Agen
3. Kasus penggelapan Premi Asuransi yang dilakukan oleh saudari Dewi Primastiari
melanggar Pasal 28 angka 6 UU No. 40 tahun 2014 yaitu Dalam hal Premi
a) peringatan tertulis;
b) pembatasan kegiatan usaha, untuk sebagian atau seluruh
kegiatan usaha;
c) larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk
asuransi syariah untuk lini usaha tertentu;
d) pencabutan izin usaha;
e) pembatalan pernyataan pendaftaran bagi Pialang
Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi;
f) pembatalan pernyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria,
akuntan publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan
jasa bagi Perusahaan Perasuransian;
g) pembatalan persetujuan bagi lembaga mediasi atau asosiasi;
denda administratif; dan/atau
h) larangan menjadi pemegang saham, Pengendali, direksi,
dewan komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham,
Pengendali, direksi, dan dewan komisaris pada badan
hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c,
dewan pengawas syariah, atau menduduki jabatan eksekutif
di bawah direksi, atau yang setara dengan jabatan eksekutif
di bawah direksi pada badan hukum berbentuk koperasi atau
usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf c, pada Perusahaan Perasuransian.
4. Selain mendapatkan sanksi administrasi, saudari Dewi Primastiari juga melanggar
5. Tetapi dalam kasus yang melibatkan PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG cabang
Purbalingga, PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira dan
Saudari Dewi Primastiari, penyidik tidak menggunakan UU No 40 tahun 2014
tentang Perasuransian tetapi menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) Pasal 374 Jo Pasal 64 ayat 1 (satu) sesuai dakwaan Primair untuk
menuntut Saudari Dewi Primastiari, Pasal 374 Penggelapan yang dilakukan oleh
orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan
kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Juncto Pasal 64 ayat 1 Jika
antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau
pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang
sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana;
jika berbeda-beda, yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang
paling berat.
BAB V
KESIMPULAN
timbul kerugian akibat terjadi peristiwa yang tidak pasti dan tidak diinginkan. Melalui
perjanjian asuransi risiko kemungkinan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian yang
yang telah disepakati. Dengan demikian, tertanggung yang berkepentingan merasa aman dari
ancaman kerugian, sebab jika kerugian itu betul-betul terjadi penanggunglah yang akan
menggantinya.
atau hubungan dengan pihak lain dalam masyarakat. Kepentingan yang dimaksud adalah
tanggung jawab akibat perbuatannya terhadap pihak ketiga, misalnya perbuatan yang
merugikan orang lain atau perbuatan tidak mampu membayar hutang kepada pihak kreditur.
Risiko tanggung jawab terhadap pihak ketiga inilah yang dialihkan kepada penanggung.
Dalam bahasa inggris, tanggung jawab ini disebut third party lialibility. Dalam kenyataannya,
bentuk asuransi yang menanggung kerugian yang timbul dari tanggung jawab tertanggung
Dalam kasus yang melibatkan PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG cabang
Purbalingga, PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Perwira dan Saudari Dewi
pekerjaan yang dilakukan secara berlanjut sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 374 KUHP jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP sesuai dakwaan Primair. Dan
menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.