Anda di halaman 1dari 8

Apabila kita melihat definisi pajak itu sendiri, menurut R.

Santoso Brotodiharjo, dalam buku


Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1993 : 2), dimana pajak dianggap sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian harta kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan
yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

Dilihat dari sudut pandang perusahaan, pajak adalah beban yang akan mempengaruhi laba
mereka. Apabila mengasumsikan pajak sebagai distribusi laba, maka pajak akan mempengaruhi rate
of return on investment. Hal itu berlaku baik bagi perusahaan yang berstatus perusahaan go public
atau belum, yang lebih lanjut akan mempengaruhi kebijakan pembagian dividen (Suandi, 2003).

Pihak-pihak yang mengelola badan/perusahaan secara rasional menginginkan laba yang


optimal dengan biaya/beban yang seefisien mungkin. Kewajiban pembayaran pajak dianggap sebagai
kontributor turunya laba setelah pajak (profit after tax), rate of return, dan cash flow perusahaan.

Manajemen pajak merupakan bagian dari manajemen keuangan, yaitu aktivitas yang
berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan secara
menyeluruh. Dengan menerapkan manajemen pajak, wajib pajak dapat memenuhi kewajiban
perpajakannya dengan benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga perusahaan dapat
memperoleh tingkat keuntungan yang memadai dan sekaligus meningkatkan likuiditas.

Salah satu tujuan dari manajemen pajak adalah dalam rangka penghematan pajak (tax saving).
Manajemen pajak dimulai dari tahap perencanaan hingga pengendalian dengan cara yang benar, agar
dalam implementasinya tidak menimbulkan persoalan, seperti kekeliruan dalam pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT), terjadi kurang/lebih bayar, keterlambatan pembayaran/pelaporan, dokumen
yang kurang lengkap dan kesalahan perhitungan tarif pajak baik karena kuantitatif maupun kualitatif.

Secara garis besar tujuan manajemen pajak ialah untuk melaksanakan kewajiban perpajakan
dengan benar serta meminimalkan (efesiensi) beban pajak guna mendapat laba optimal. Namun
tujuan manajemen pajak tidak hanya berhenti disitu. Profit yang optimal berguna bagi stakeholders,
biaya yang besar untuk membayar pajak jika dikelola dengan cermat dapat dialokasikan untuk biaya
produksi (better products and service customers), remunisasi pegawai, reputasi bisnis yang baik bagi
kreditor, serta pemenuhan kewajiban perpajakan dan tanggung jawab ke pemerintah. Perlu diingat
bahwa tax management bukan berati melakukan penghindaran pajak yang abusive dan
merugikan negara, tapi melakukan pengelolaan pajak yang baik dan benar untuk keperluan
semua pihak.
Penerapan manajemen pajak dalam suatu perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan penting.
Pertama, sebagai usaha untuk mengefisienkan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup
pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kedua,
mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi-sanksi, baik
sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Ketiga, melaksanakan secara efektif segala ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian
dan fungsi keuangan (Zain, 2005).

Oleh karena itu, penerapan manajemen pajak dalam suatu perusahaan sangat diperlukan agar
tidak merugikan perusahaan dan perusahaan dapat mengoptimalkan keuntungannya. Sehingga sudah
semestinya setiap perusahaan melaksanakan manajemen pajak secara benar.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu
sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak
yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang
diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan
pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan.

Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: (1) tidak melanggar
ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat diterima, dan (3) bukti-bukti pendukungnya memadai.
Mohammad Zain (2005 : 43) mendefinisikan bahwa : Perencanaan pajak adalah proses
mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang
pajaknya, baik wajib pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling
minimal sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun
secara komersial.

Wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak
penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini
dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Tax planning sebenarnya bagian dari manajemen pajak. Tujuan dari manajemen pajak
umumnya sama dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memperoleh likuiditas dan laba yang
cukup. Manajemen pajak disini didefinisikan sebagai memenuhi kewajiban pajak yang benar, tetapi
jumlah pajak dapat ditekan seredah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Dengan demikian, dikemudian hari tidak terjadi restitusi pajak atau kurang bayar yang
mengakibatkan denda dan kewajiban-kewajiban hukum lainnya.
Tujuan dari tax planning seperti diutarakan oleh James W. Pratt, Jane O. Burns dan William
N. Kulsrud dalam buku Individual Taxation 1989 Edition (1989 : 1-37) adalah : the obvious goal of
most tax planning is the minimization of the amount that a person or other entity must transfer to the
government.

Tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:

Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali


Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
Menunda pengakuan penghasilan
Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain
Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru
Menghindari pengenaan pajak ganda
Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk,
memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak

Manfaat tax planning itu sendiri adalah :

Penghematan kas keluar, karena pajak yang merupakan unsur biaya dapat kurangi.
Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat diestimasi
kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat
menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

Tahapan Tax Planning

1. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)


2. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or more
possible tax plans)
3. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
4. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans)
5. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)

Strategi dalam Tax Planning

Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak untuk meminimalkan
pajak yang harus dibayar, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Sophar Lumbantoruan dalam
bukunya akuntansi pajak ( 1996:489 ) yaitu :
Pergeseran pajak (shifting), ialah pemindahan atau mentransfer beban pajak dari subjek
pajak kepada pihak lain, dengan demikian, orang atau badan yang dikenakan pajak
mungkin sekali tidak menanggungnya.
Kapitalisasi, ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan
dibayarkan kemudian oleh pembeli.
Transformasi, ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara
menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.
Tax Evasion, ialah penghindaran pajak dengan menlanggar ketentuan peraturan
perpajakan.
Tax Avoidance, ialah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa ada strategi-strategi yang bisa diambil oleh wajib pajak
terutama badan, dalam usahanya melaksanakan tax planning dengan tujuan mengatur atau dengan
kata lain meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Diantara strategi-strategi tersebut ada yang
legal maupun ilegal. Untuk strategi-strategi atau cara-cara yang legal sesuai dengan aturan undang-
undang yang berlaku, biasanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam
dalam undang-undang atau dalam hal ini memanfaatkan celah-celah yang ada dalam undang-undang
perpajakan (loopholes).

Ada formula umum yang dapat digunakan untuk mendesain tax planning dengan
mendasarkan pada penghitungan pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan kena pajak yaitu
sebagai berikut :

NO KOMPONEN PERHITUNGAN KETENTUAN


1 Jumlah seluruh penghasilan Pasal 4 ayat 1
2 Penghasilan tidak objek pajak penghasilan (-) Pasal 4 ayat 3
3 Penghasilan bruto (=) (1-2)
4 Biaya fiskal boleh dikurangkan (-) Pasal 6 ayat 1
Koreksi : Pasal 11
Biaya yang tidak boleh dikurangkan (-) Pasal 11A
Pasal 9 ayat 1 dan 2
5 Penghasilan neto (=) (3-4)
6 Kompensasi kerugian (-) Pasal 6 ayat 2
7 Penghasilan Tidak Kena Pajak ( Wajib Pajak (-) Pasal 7 ayat 1
Orang Pribadi )
8 Penghasilan Kena Pajak (=) (5-6-7)
9 Tarip pajak (x) Pasal 17
10 Pajak Penghasilan Terutang (=) (8-9)
11 Kredit pajak (-) Pasal 21; 22, 23, 24
dan pasal 25
12 Pajak Penghasilan Kurang Bayar / Lebih Bayar / ( 10 - 11 )
Nihil Bayar Pasal 28, 28 A dan 29
Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal atas penghasilannya
untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang, sedang penghindaran pajak dapat diartikan sebagai
manipulasi penghasilannya yang legal yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan untuk mengefisiensikan pembayaran jumlah pajak yang terutang.

Menurut Robert H. AnderconPenyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak yang


melanggar undang- undang pajak, sedangPenghindaran pajak adalah cara rnengurangi paiak yang
masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan,
terutama melalui perencanaan Pajak.

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, khususnya badan dalam bentuk tax
avoidance, memang dimungkinkan atau dalam hal ini tidak bertentangan dengan undang-undang atau
ketentuan hukum yang berlaku, karena dianggap praktek-praktek yang berhubungan dengan tax
avoidance lebih kepada pemanfaatan lubang-lubang atau celah-celah atau bisa juga kekosongan-
kekosongan dalam undang-undang perpajakan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak
tidak bisa berbuat apa-apa melakukan penuntutan secara hukum, meskipun praktek tax avoidance
ini akan mempengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak. Praktek tax avoidance ini sebenarnya
suatu dilema bagi pemerintah, karena wajib pajak melakukan pengurangan jumlah pajak yang harus
dibayar, tetapi dilakukan dengan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Sebenarnya praktek tax avoidance inipun tidak dapat selalu dilaksanakan, sebab tidak dapat
menghindari semua unsur atau fakta yang dapat dikenakan pajak.

R. Santoso Brotodihardjo lebih lanjut mengungkapkan akibat-akibat pengelakan pajak yang


dilakukan secara ilegal (tax evasion) yaitu (1993: 19)

Dalam bidang keuangan. Pengelakan pajak, (tax evasion) sebagaimana juga halnya
dengan penghindaran diri dari pajak (tax avoidance) berarti pos kerugian yang penting
bagi negara. Praktek-praktek di atas dapat menyebabkan ketidakseimbangan anggaran
dan konsekuensi-konsekuensi lain yang berhubungan seperti penaikan tarif pajak.
Dalam bidang ekonomi Pengelakan pajak sangat mempengaruhi persaingan sehat di
antara para pengusaha, sebab suatu perusahaan yang dengan mengelakkan pajak,
menekan beban-bebannya secara tidak legal, mempunyai posisi yang lebih
menguntungkan daripada saingan-saingannya yang tidak berbuat demikian.

Menurut Zain (2005 : 70-71) dalam bukunya menjelaskan, langkah-langkah dalam penyusunan
perencanaan pajak yang merupakan komponen sistem manajemen pajak adalah:

1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak


2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan

Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak untuk
meminimalkan pajak yang harus dibayar, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Sophar
Lumbantoruan dalam bukunya akuntansi pajak ( 1996:489 ) yaitu :

Pergeseran pajak (shifting), ialah pemindahan atau mentransfer beban pajak dari subjek
pajak kepada pihak lain, dengan demikian, orang atau badan yang dikenakan pajak
mungkin sekali tidak menanggungnya.
Kapitalisasi, ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan
dibayarkan kemudian oleh pembeli.
Transformasi, ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara
menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.
Tax Evasion, ialah penghindaran pajak dengan menlanggar ketentuan peraturan
perpajakan.
Tax Avoidance, ialah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada

Manajemen Pajak (Tax Management)

Manajemen perpajakan (Tax Management ) merupakan suatu proses untuk meminimalkan


beban pajak (minimizing tax burden), dimana dalam hal ini tetap berada pada jalur (on the track)
ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan (lawful ) dan tidak melanggarnya (unlawful ). Untuk
mendapatkan penghematan pajak (tax benefit atau tax saving dan kemanfaatan usaha
lainnyadilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (Tax
Planning), pengimplementasian pajak (tax implementation), pengendalian pajak (tax control) yang
berkesinambungan.

Pengaruh Pencatatan dan Sistem Akuntansi dalam Manajemen dan Perencanaan Pajak

Sebuah perusahaan harus mempunyai catatan yang perlu jika perencanaan pajak yang baik
ingin diwujudkan, jika manajemen ingin mempunyai pandangan yang jeias tentang situasi
perpajakan, atau jika tingkat penentu dari pengendalian administratif ingin sukses. Sifat dari catatan
akan ditentukan oleh kerumitan relatif dari masalah pajak. Tetapi, secara umum, catatan tertentu
diperlukan untuk kepentingan pengendalian administratif, untuk mendukung pengembalian pajak,
dan untuk memenuhi kewajiban spesifik dari undang-undang. Catatan pajak dapat dikelompokkan ke
dalam empat klasifikasi utama :

1. Kalender pajak
2. Catatan informasi
3. Berkas kertas kerja (working paper files)
4. Buku besar pendukung (sorting ledger)

Etika dalam Manajemen Pajak

Setiap wajib pajak atau konsultan pajak yang bermaksud akan melakukan penyelundupan
pajak, hendaknya mempertimbangkan kemungkinan dikenakannya sanksi pidana terhadap
perbuatannya, di samping kode etik profesinya bagi konsultan pajak dan etika praktik perpajakan bagi
seorang wajib pajak.

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, khususnya badan dalam bentuk tax
avoidance, memang dimungkinkan atau dalam hal ini tidak bertentangan dengan undang-undang atau
ketentuan hukum yang berlaku, karena dianggap praktek-praktek yang berhubungan dengan tax
avoidance lebih kepada pemanfaatan lubang-lubang atau celah-celah atau bisa juga kekosongan-
kekosongan dalam undang-undang perpajakan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak
tidak bisa berbuat apa-apa melakukan penuntutan secara hukum, meskipun praktek tax avoidance
ini akan mempengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak. Praktek tax avoidance ini sebenarnya
suatu dilema bagi pemerintah, karena wajib pajak melakukan pengurangan jumlah pajak yang harus
dibayar, tetapi dilakukan dengan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar. (2006). Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Pada Perusahaan. Jakarta: Fakultas
Ekonomi: Universitas Indonesia.

Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. (2017, November 23). Retrieved from
www.pajak.go.id

Jaya, T. (2004). Pelaksanaan Manajemen Pajak Atas Pajak Penghasilan Pasal 21. Jakarta:
Fakulats Ekonomi: Universitas Indonesia.

Joni. (2005). Perencanaan Pajak (Studi Kasus Pada PT. X). Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Suhfi, A. (2010). Implementasi Tax Planning Untuk Meghemat Pajak Penghasilan Tentang
Perusahaan Pada PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk. Lampung: Universitas Lampung.

Suminto. (2005). Perencanaan PPh Sehubungan Dengan Fasilitas PPh. Jakarta: Fakultas
Ekonomi: Universitas Indonesia.

Zain. (2007). Manajemen Perpajakan Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Brotodihardjo R. Santoso (1993), Pengantar Ilmu Hukum Pajak, 3rd ed, Bandung : PT Eresco.

Lumantoruan, Sophar (1996), Akuntansi Pajak, edisi revisi, Jakarta : PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai