Anda di halaman 1dari 12

Tax Planning (Perencanaan Pajak)

Saat ini “Tax Planning” adalah salah satu istilah yang “beken” di bidang perpajakan. Banyak
sekali PAJAKers yang menanyakan hal ini sama admin @tanyaPAJAK. Oleh karena
keterbatasan karakter di Twitter, lebih baik admin tulis saja di blog ini.

Setiap Wajib Pajak Badan yang ada di Indonesia mencari cara untuk meminimalkan pajak
penghasilannya dengan cara-cara yang legal. Nah hal ini lazim disebut dengan tax planning atau
perencanaan pajak.

Apa sih tujuan pokok dari tax planning ini?

Tujuan pokok dari tax planning adalah untuk mengurangi jumlah atau total pajak yang harus
dibayar oleh wajib pajak. Tapi ingat, secara legal bukan ilegal. Tax planning adalah tindakan
legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak
diatur oleh undang-undang. Tujuannya bukan untuk mengelak membayar pajak, tetapi mengatur
sehingga pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah yang seharusnya.

Pengertian Tax Planning


Perencanaan pajak adalah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak dalam
melakukan manjemen perpajakan usaha atau penghasilannya, namun perlu diperhatikan bahwa
perencaan pajak yang dimaksud adalah perencanaan pajak tanpa melakukan pelanggaran
konstitusi atau Udang-Undang Perpajakan yang berlaku.

Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP) untuk menyusun
aktivitas keuangan guna menmdapat pengeluaran (beban) pajak yang minimal. secara teoritis, tax
planning dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib pajak berusaha mendapat
penghematan pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran pajak (tax avoidance) secara
sistematis sesuai ketentuan UU Perpajakan (Hoffman, 1961).

Dalam sudut pandang perencanaan pajak, tax avoidance yang dilakukan oleh wajib pajak adalah
sah dan secara yuridis sehingga tidak bisa ditetapkan pengenaan pajak. pengertian dari tax
avoidance adalah upaya pengurangan utang pajak secara konstitusional (international tax
glossary, 2005).

Menurut Gunawan, yang dikutip oleh Lumbantoruan (Lumbantoruan : 1996:485), tax planning
merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh wajib pajak. Tindakan itu legal karena
penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes).
Rencana meminimalkan pajak dapat ditempuh misalnya, mengambil ketentuan yang sebesar-
besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan pemotongan atau pengurangan yang
diperkenankan. Pada umumnya tax planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.
Rencana meminimalkan pajak dapat ditempuh dengan cara, mengambil keuntungan yang
sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan potongan atau pengurangan yang
diperkenankan, hal ini dapat memanfaatkan penghasilan yang dikecualikan sebagai obyek pajak
sesuai dengan pasal 4 ayat 3.
Ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat dikenakan sanksi administrasi maupun sanksi
pidana. Tetapi kedua sanksi itu merupakan pemborosan sumber daya sehingga perlu dieliminasi
melalui tax planning yang baik. Maka dalam rangka optimalisasi alokasi sumber dana
manajemen akan dilakukan perencanaan pembayaran yang tidak lebih (dapat mengurangi
optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak membayar sanksi administrasi
yang merupakan pemborosan dana).

Perencanaan pajak selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena
terkena pajak. Kalau terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangin
jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak yang dimaksud dapat ditunda
pembayaran dan lain sebagainya. Akhir dari prosedur perpajakan adalah pembayaran pajak.
Tentu lebih menguntungkan jika perusahaan membayar pajak pada saat terakhir dari pada
penyetoran dilakukan jauh sebelumnya.

Jenis-jenis Tax Planning


Tax planning dibagi menjadi dua:
1) Tax planning domestic nasional (national tax planning)
National tax planning hanya memperhatikan Undang-Undang Domestik, pemilihan atas
dilaksanakan atau tidak suatu transaksi dalam national tax planning bergantung pada transaksi
tersebut, artinya untuk menghindari/mengurangi pajak, wajib pajak dapat memilih jenis transaksi
apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan hukum pajak yang ada, misalnya akan terkena tarif
pajak khusus final atau tidak?.
2) International tax planning
International tax planning selain memperhatikan Undang-Undang Domestik, juga harus
memperhatikan undang-undang atau perjanjian pajak (tax treaty) dari negara-negara yang
terlibat.

Penerapan Tax Planning


Sebelum menerapkan tax planning pada suatu perusahaan harus dilakukan analisis keadaan
perusahaan, yaitu melakukan pengamatan dan penelitian terhadap kebijaksanaan perusahaan
serta mencari kelemehan sehingga dapat ditentukan strategi perencanaan perpajakan yang tepat
dilaksanakan.

Manajemen Perpajakan yang Ekonomis, Efisiensi, dan Efektif

Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih
memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan
(unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau
kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak,
apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya.
Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda.

Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut:


(1) tidak melanggar ketentuan perpajakan,
(2) secara bisnis dapat diterima, dan
(3) bukti-bukti pendukungnya memadai.

Pengaruh Pajak terhadap Perusahaan


Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah. Secara administrative
pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak
langsung dikenakan atas masuknya sumber daya yaitu penghasilan, sedangkan pajak tidak
langsung dikeluarkan terhadap keluarnya sumber daya seperti untuk konsumsi atau barang dan
jasa.

Beban pajak langsung umumnya ditanggung oleh orang atau badan yang memperoleh
penghasilan, sedangkan beban pajak tidak langsung ditanggung oleh konsumen atau masyarakat.
Bagi perusahaan pajak yang dikenakan terhadap penghasilan dianggap sebagai biaya/beban
dalam menjalankan atau melakukan kegiatan usaha. Pajak sebagai biaya akan mempengaruhi
besarnya laba yang diterima maupun yang akan dikembalikan kepada pemegang saham. Jadi
pada dasarnya secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk
dibagikan atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.

Dalam praktek bisnis umumnya pengusaha mengidentifikasikan pembayaran pajak sebagai


beban. Sehingga pengusaha akan berusaha untuk meminimalkan pembayaran pajak tersebut,
untuk mengoptimalkan besarnya laba.

Dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing maka pengusaha wajib menekan biaya seoptimal
mungkin. Demikian juga dengan kewajiban membayar pajak, karena merupakan biaya yang
menurunkan laba sesudah pajak. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat
dilakukan melalui Manajemen Pajak.

Secara umum manajemen pajak dapat didefinisikan sebagai berikut :


Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan yang benar tetapi jumlah
pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh dana dan likuiditas yang
diharapkan.

Tujuan manajemen pajak adalah:


a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
b. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang sebenarnya.

Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari :

Perencanaan pajak (tax planning)


Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini, dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan-peraturan perpajakan, dengan maksud dapat
menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak serendah
mungkin dengan memanfaatkan peraturan-peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan dari
pembuat undang-undang. Maka tax planning disini sama dengan tax avoidance karena secara
hakekat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak,
karena pajak merupakan beban pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada
pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.
Tax avoidance adalah rekayasa yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan.
Tax avoidance dapat terjadi didalam bunyi ketentuan atau tertulis dalam undang-undang dan
berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga terdapat dalam bunyi ketentuan undang-
undang.

Aspek Formal dan Administrative Perencanaan Pajak

Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi undang-undang perpajakan. Oleh karena itu
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat dikenakan sanksi, baik sanksi administrative
maupun sanksi pidana. Sanksi administrative maupun pidana merupakan pembrorosan sumber
daya sehingga perlu dieliminasi melalui suatu perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat
menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik diperlukan pemahaman
terhadap peraturan perpajakan. Selanjutnya selaras dengan pengelompokkan hukum pajak, aspek
formal administrasi maupun aspek materiel perlu dimengerti dan dipahami untuk dapat
mengeliminir sanksi administrasi maupun sanksi pidana.

Pungutan pajak oleh Ditjen Pajak adalah UU KUP, UU PPh, UU PPN/PPnBM, PBB, Bea
materai, dan Bea Peralihan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Dimana UU pajak tersebut
diatur lebih lanjut dalam PP, KepPres, KMK, SK, serta SE Ditjen Pajak.

Aspek administrasi dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP/NPPKP. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan, membayar pajak,
menyampaikan SPT, disamping memotong atau memungut pajak. Kewajiban perpajakan
berakhir pada saat pelunasan pajak oleh WP.
Dalam sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dan payment. Assessment yang
berlaku saat ini adalah self assessment dengan kewajiban menghitung sendiri, membayar sendiri,
dan melaporkan sendiri. Sedangkan sistem pembayaran yang berlaku dapat dilakukan sendiri
oleh WP maupun melalui pemotongan oleh pihak ketiga (withholding system).

Pembayaran pajak sebagai transfer sumber daya yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan maka pembayaran pajak harus direncanakan secara baik supaya jangan sampai terjadi
pemborosan. Penyediaan dana harus direncanakan dengan baik supaya pembayaran pajak dapat
dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Disamping pembayaran pajak masih ada
kewajiban pelaporan yang juga harus direncanakan supaya dapat selesai dan dilaporkan tepat
pada waktunya.

Aspek Material dalam Perencanaan Pajak


Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan maupun peristiwa.
Basis perhitungan pajak adalah objek pajak, maka dalam rangka optimalisasi alokasi sumber
dana, maka manajemen akan merencanakan pajak yang tidak lebih karena dapat mengurangi
optimalisasi sumber daya dan tidak kurang supaya tidak membayar sanksi administrasi yang
merupakan pemborosan dana. Untuk itu objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.
Pelaporan objek pajak yang benar dan lengkap harus bebas dari rekayasa negatif.
Penghindaran Sanksi Pajak
Pembayaran sanksi perpajakan yang tidak seharusnya terjadi merupakan pemborosan sumber
daya perusahaan. Penghindaran terhadap pemborosan tersebut merupakan optimalisasi alokasi
sumber daya perusahaan kea rah yang lebih produktif dan efisien sehinggaa meminimalisasi
pemborosan tersebut dan dapat memAksimalkan kinerja dengan benar, selain harus kerja dengan
keras dan cermat.

Sanksi administrasi tersebut dapat berupa bunga, denda, dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana
dapat berupa pidana penjara maupun denda financial.
Walaupun perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakan secara formal, tetapi kalau ternyata
motivasi rekayasa tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, administrasi perpajakan
(fieus) dapat menganggap bahwa WP kurang patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax
planning):
a. Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak ingin
dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan buat WP merupakan resiko yang sangat
berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.
b. Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan, baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Maka perencanaan pajak yang tidak masuk akan akan memperlemah
perencanaan itu sendiri.
c. Bukti-bukti pendukungnya yang memadai.

Pelaksanaan kewajiban perpajakan


Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan dimanfaatkan
untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun materiel. Harus dipastikan bahwa
pelaksanaan kewajiban perpajakannya telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan. Dan jika dalam
pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku maka praktek tersebut telah
menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan yaitu :
a. Memahami ketentuan dan peraturan perpajakan
Dengan mempelajari peraturan perpajakan seperti UU, PP, Keppres, KMK, SK, dan SE DitJen
Pajak, kita dapat mengetahui peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban
pajak

b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat


Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam menyajikan informasi keuangan
perusahaan yang disajikan dalam bentuk LK dan menjadi dasar dalam menghitung besarnya
jumlah pajak (UU KUP pasal 28).
Pengendalian pajak (tax control)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan
sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun materil.
Dalam pengendalian pajak yang penting adalah pengecekan pembayaran pajak. Oleh sebab itu
pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak,
misalnya pembayaran pajak dilakukan saat akhir tentu lebih menguntungkan dibandingkan
membayar lebih awal. Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika perusahaan telah
membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak terutang.

Motivasi dilakukan Tax Planning


Motivasi dilakukannya tax planning bersumber dari tiga unsur perpajakan :
1. Tax policy
Kebijaksanaan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam
sistem perpajakan. Dari berbagai aspek kebijaksanaan pajak ada faktor-faktor yang mendorong
dilakukannya perencanaan pajak yaitu :

ü Pajak yang akan dipungut

Ada berbagai tipe pajak yang harus menjadi pertimbangan utama baik berupa pajak langsung
maupun pajak tidak langsung serta cukai seperti :
Ø PPh Badan dan OP
Ø Pajak atas Capital Gain
Ø Withholding tax, gaji, upah, sewa, bunga, dan royalty
Ø Pajak atas ekspor, impor dan bea masuk
Ø Pajak atas undian/hadiah
Ø Bea Materai

Adanya berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar dimana masing-masing jenis pajak
tersebut mempunyai sifat perlakuan sendiri-sendiri misalnya Bea Masuk akan dianggap sebagai
biaya yang dapat dikurangkan dari PKP atau bisa dimintakan restitusi apabila kita melakukan
ekspor barang. Sedangkan PPh adalah pajak atas laba atau penghasilan yang dapat mengurangi
besarnya penghasilan bersih setelah pajak. Maka agar tidak menganggu atau tidak menderaskan
cashflow perusahaan, perlu adanya perencanaan pajak yang baik agar bisa menganalisis atas
transaksi apa, terkena pajak apa, dan perlu dana berapa sehingga diketahui berapa penghasilan
bersih setelah pajak.

ü Siapa yang akan dijadikan subyek pajak

Indonesia mengadakan pemisahan antara Badan Usaha dengan pribadi pemiliknya (pemegang
saham), yang akan menimbulkan pajak ganda. Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas
pembayaran dividen kepada pemegang saham dari Badan Usaha dimana pemegang saham adalah
orang pribadi atau perorangan dan pemegang saham adalah berbentuk Badan Usaha (PT), maka
disini menimbulkan usaha untuk perencanaan pajak dengan baik agar beban pajaknya rendah dan
meringankan arus kas (cashflow) perusahaan sehingga bisa dimanfaatkan untuk tujuan lain.
Disamping itu adanya pertimbangan untuk menunda pembayaran deviden dengan cara
meningkatkan jumlah laba yang ditahan, yang bagi perusahaan juga akan menimbulkan
penundaan pajak.

ü Apa saja yang merupakan objek pajak

Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas obyek pajak yang secara ekonomis hakekatnya
sama akan menimbulkan usaha perencanaan pajak, agar beban pajak rendah. Jadi karena objek
pajak merupakan basis perhitungan (tax bases) besarnya pajak, maka dalam rangka optimalisasi
alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pajak yang tidak lebih dan tidak kurang.

ü Berapa besarnya tarif pajak

Adanya penerapan tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seseorang perencana pajak
akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang palin rendah.

ü Bagaimana prosedurnya

Adanya self assessment system dan payment system mengharuskan seorang perencana pajak
untuk melakukan tax planning dengan baik. Saat ini sistem pemungutan (withholding) di
Indonesia makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini disamping mengganggu cash flow
perusahaan juga bisa berakibat terjadinya kelebihan pembayaran pajak atas pemungutan
pendahuluan tersebut, dimana untuk memperoleh restitusinya memerlukan waktu dan biaya.

2. Tax Law
Kita menyadari bahwa kenyataannya dimanapun tidak ada undang-undang yang mengatur secara
permasalahan dengan sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-
ketentuan yang lain (PP, Keppres, KMK, dan SE DJP), serta tidak jarang ketentuan pelaksanaan
tersebut bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan
pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapai. Keadaan ini
menyebabkan munculnya celah (loophole) bagi WP untuk menganalisis dengan cermat atas
kesempatan tersebut untuk digunakan perencanaan pajak yang baik.

3. Tax Administration
Indonesia merupakan negara yang begitu luas wilayahnya dan begitu banyak penduduknya dan
sebagai negara yang sedang membangun masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan
administrasi perpajakannya secara memadai. Hal yang mendorong perusahaan untuk
melaksanakan perencanaan perpajakan dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi
maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara fiskus dengan WP, akibat dari begitu
luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang belum efektif.
Secara umum motivasi dilaksanakannya tax planning adalah untuk memaksimalkan laba setelah
pajak, Karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam penga,bilan keputusan atas suatu tindakan
dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat
dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan perpajakan yang sengaja
dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas obyek pajak yang secara
ekonomis hakekatnya sama, dengan memanfaatkan :
* Perbedaan tarif pajak (tax rate)
* Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (tax base)
* Loop hole (celah), shelter, dan haven.

Kesimpulan
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan
transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam
bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai
perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga
dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu
sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah
pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas
yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax
implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini,
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar
dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

Aspek-aspek dalam Tax Planning

a. Aspek Formal dan Administratif

ü Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok WajibPajak (NPWP) dan
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
ü Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
ü Memotong dan/atau memungut pajak;
ü Membayar pajak;
ü MenyampaikanSurat Pemberitahuan.

b. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasialokasi sumber dana,
manajemen akan merencanakan pembayaran pajakyang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu,
objek pajak harus dilaporkansecara benar dan lengkap.

Tahapan Tax Planning

a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)


b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or more possible
tax plans)
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans)
e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan).

Penjelasan Tahapan dalam Tax Planning


Menganalisis Informasi yang ada (Analysis of the existing data base).

Tahapan pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis komponen yang
berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin beban
pajak yang harus ditanggung.
Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak baik
secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai
perencanaan pajak yang paling efisien. Adalah juga penting untuk memperhitungkan
kemungkinan besarnya penghasilan suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak
yang mungkin terjadi. Untuk itu seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor
baik dari segi internal maupun eksternal yaitu:

a. Fakta yang relevan


Dalam arus globalisasi serta tingkat persaingan yang semakin kompetitif maka seorang manajer
perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak untuk perusahaannya dituntut harus benar-
benar menguasai situasi yang dihadapi, baik dari segi internal maupun eksternal dan selalu
dimutakhirkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi agar perencanaan pajak dapat
dilakukan secara tepat dan menyeluruh terhadap situasi maupun transaksi-transaksi yang
mempunyai dampak dalam perpajakan.

b. Faktor Pajak
Dalam menganalis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan perencanaan pajak
adalah tidak terlepas dari dua hal yang berkaitan dengan faktor-faktor pajak yaitu menyangkut
setiap tipe perpajakan nasional yang dianut oleh suatu negara dan sikap fiskus dalam
menafsirkan peraturan perpajakan baik Undang-undang domestik maupun mancanegara.

c. Faktor non Pajak lainnya


Beberapa faktor bukan pajak yang relevan untuk diperhatikan dalam penyusunan suatu
perencanaan pajak antara lain:

i. Masalah badan hukum


Sistem hukum yang berbeda terdiri dari berbagai tipe dari pada perusahaan. Pemilihan bentuk
badan usaha yang diusulkan sering dibuat sebagai fungsi daripada seluruh peraturannya (baik
untuk pajak maupun bukan pajak) dalam rangka administrasi pembentukan dan pembubarannya.
ii. Masalah mata uang dan nilai tukar
Dalam ruang lingkup perencanaan pajak yang bersifat internasional masalah nilai tukar mata
uang mempunyai dampak yang besar terhadap finansial suatu perusahaan. Nilai tukar mata uang
yang berfluktuasi atau tidak stabil memberikan resiko usaha yang cukup tinggi. Apalagi jika ada
masalah devaluasi maupun revaluasi. Dari dampak finansial tentunya berakibat pada posisi laba-
rugi, apalagi bila terdapat banyak transaksi baik ekspor atau impor maupun pinjaman dalam
bentuk mata uang asing.
iii. Masalah pengendalian devisa
Sistem pengendalian devisa yang dimuat suatu negara menjadi bahan pertimbangan penting
terutama jika suatu negara menganut pembahasan atau larangan untuk mengadakan pertukaran
atau transfer dana dari transaksi internasional ataupun adanya larangan untuk menjamin uang
atau menarik uang dari luar tanpa adanya izin Bank Sentral atau Menteri Keuangan. Berbagai
macam aturan yang dibuat tentunya menjadi bahan pertimbanagan bagi pengusaha untuk
menanamkan modalnya atau tidak, karena perhitungan laba-rugi akhirnya selalu menjadi patokan
dasar dalam mengambil keputusan.
iv. Masalah Program intensif investasi
Masalah program insentif yang ditawarkan negara tertentu memberikan pilihan bagi wajib pajak
untuk melakukan investasi atau pemekaran usaha pada suatu lokasi negara tertentu. Insentif
inventasi yang merangsang bisa berupa pemberian pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas
bunga ataupun adanya pemberian bantuan dari pemerintah.
v. Masalah faktor bukan pajak lainnya
Faktor bukan pajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang berlaku, kestabilan
ekonomi dan politik, tenaga kerja, pasar, ada/tidaknya tenaga profesional, fasilitas perbankan,
iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi, kesemuanya harus dipertimbangkan dalm penyusunan tax
planning terutama berkaitan dengan pemilihan lokasi investasi apakah berupa cabang, subsidiari
atau untuk keperluan lainnya.

Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak (Design of one or more
possible tax plans).
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut ini:
a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
Hampir semua perpajakan internasional paling tidak ada dua negara yang ditentukan lebih
dahulu. Dari sudut pandang perpajakan dalam hal ini proses perencanaan tidak bisa berada di
luar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi dan hubungan yang paling menguntungkan.
Metode yang harus diterapkan dalam menganalisis dan membandingkan beban pajak maupun
pengeluaran lainnya dari suatu proyek adalah apabila tidak ada rencana pembatasan minimum
pajak yang diterapkan dan apabila ada rencana pembatasan minimum diterapkan, berhasil atau
pun gagal.
b. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen dari
negara tersebut. Dalam rencana perpajakan internasional mungkin diberi perlakuan khusus
dengan memilih antara dua atau lebih kemungkinan investasi di negara-negara berbeda.
c. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.
Dalam banyak kasus, pertimbangan penghemaan pajak tidak hanya di pengaruhi oleh pemilihan
yang hati-hati dari bentuk transaksi, operasi maupun hubungan internasional, tetapi juga oleh
penggunaan satu atau lebih negara sebagai tambahan dari negara yang bersangkutan yang sudah
ada dalam data base. Perencanaan pajak internasional sebetulnya merupakan perluasan yang
sederhana dari perencanaan pajak nasional. Dalam membuat model pengaturan yang paling
tepat, penting sekali untuk mempertimbangkan.
d. Apakah kepemilikan dari hak, surat berharga, dan lain-lain harus dikuasakan kepada satu atau
lebih perusahaan, individu, atau kombinasi dari semuanya itu.
e. Adakah hubungan antara berbagai individu dan entitas.

Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak (Evaluating a tax plan).


Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan
strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil
pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak. Evaluasi tersebut meliputi :
a) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan,
b) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik,
c) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.
4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak (Debugging the tax
plan).
Hasil suatu perencanaan pajak bisa dikatakan baik atau tidak tentunya harus dievaluasi melalui
berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan
pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi perbandingan berbagai rencana
harus dibuat sebanyak mungkin sesuai bentu perencanaan pajak yang diinginan. Kadang suatu
rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan perundang-undangan. Walaupun
diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih
besar penghematan pajak yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap dijalankan. Karena
begaimanapun juga kerugian yan ditanggung merupakan kerugian minimal.

Memutakhirkan rencana pajak (Updating the tax plan).


Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, namun juga
masih perlu mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi baik undang-undang maupun
pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan yang mungkin mempunyai
dampak terhadap komponen dari suatu perjanjian, yang berkenaan dengan perubahan yang
terjadi di luar negeri atas berbagai macam pajak maupun aktifitas informasi bisnis yang tersedia
sangat terbatas. Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan
sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap
perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan
mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat yang
bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

Strategi Umum Perencanaan Pajak

a.Tax saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak
dengan tarifyang lebih rendah.Misalnya, perusahaanyang memiliki penghasilan kena pajak lebih
dari Rp. 100 juta dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawanmenjadi
tunjangan dalam bentuk uang.

b.Tax avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak
melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaanyang masih
mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi
pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal21.

c. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajakyang berlaku, perusahaan dapatmenghindari timbulnya sanksi


perpajakan berupa:
ü Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;
ü Sanksi pidana: pidana atau kurungan.

d. Menunda pembayaran kewajiban pajak


Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan
melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan
faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualankredit.
Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan barang.

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat
dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembelian solar
dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.

Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena Pajak dapatm enggunakan dokumenl
ain yang fungsinya sama dengan faktur pajakstandar, seperti SPPB atauSurat Perintah
Pengiriman Barang(delivery order) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran tepung terigu,
FNBP(Faktur NotaBon Pen yerahan)yang dikeluarkan oleh Pertamina untukpenyerahan BBM
dan/atau bukan BBM, dan tanda pembayaran atau kuitansi telepon.

Anda mungkin juga menyukai