Anda di halaman 1dari 15

Tax planning atau yang biasa disebut dengan perencanaan pajak merupakan suatu upaya guna

untuk mengurangi atau membuat suatu beban pajak seminimal mungkin untuk dapat dibayarkan
kepada negara sehingga nantinya pajak yang harus dibayarkan kepada negara tidak melebihi
jumlah yang sebenarnya. Perencanaan pajak yang di maksud ini menjadi salah satu hal terpenting
yang harus dilakukan oleh perusahaan karena pada dasarnya bagi perusahaan, pajak adalah
beban yang dapat mengurangi laba bersihnya. Sehingga dengan dilakukannya suatu perencanaan
pajak, suatu perusahaan dapat menjauhkan dirinya dari segala risiko ketidakpatuhan perpajakan
yang akan sangat meminimalisir utang pajak yang tak terduga. Menurut William H. Hoffman
seorang ahli dan penulis buku memberikan penjelasan bahwa tax planning adalah suatu upaya
wajib pajak untuk mendapat penghematan pajak atau tax saving melalui prosedur penghindaran
pajak atau tax avoidance dengan secara sistematis sesuai ketentuan UU Perpajakan yang berlaku

Biasanya salah satu yang dilakukan dalam manajemen perpajakan akan dilakukannya dengan
tetap mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku alias legal. Dimana legal yang dimaksud
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk penghematan pajak dengan cara memanfaatkan hal-
hal yang tidak terdapat dan tidak diatur di dalam undang-undang sehingga tidak akan ada
pelanggaran konstitusi atau Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

Setidaknya terdapat 3 tujuan untuk melakukan kegiatan perencanaan pajaknya ini yaitu dengan
tujuan untuk memperkecil beberapa pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
membayar pajak sehingga biaya yang dikeluarkan lebih efisien, untuk memperhitungkan dan
mempersiapkan pembayaran pajak agar setara dengan peraturan perpajakan yang berlaku agar
meminimalisir timbulnya sanksi atau denda yang dapat memperbesar pengeluaran pajak suatu
perusahaan, serta perencanaan pajak ini dilakukan bukan untuk mengelak pembayaran pajak
namun dilakukan guna untuk mengatur pajak yang dibayarkan oleh perusahaan tidak lebih dari
jumlah yang seharusnya.

Perencanaan pajak ini terbagi atas 2 jenis yaitu : 

1. National Tax Planning yang dalam pemberlakuannya sangat berpedoman pada Undang-
Undang domestik. dalam national tax planning ini biasanya dilakukan oleh wajib pajak
badan yang hanya memiliki usahanya di Indonesia saja atau dengan kata lain perusahaan
yang melakukan transaksi dengan wajib pajak dalam negeri saja. 
2. International Tax Planning yang dalam pemberlakuannya biasanya sering dilakukan oleh
wajib pajak badan yang memiliki kegiatan atau usahanya baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. dalam international tax planning umumnya dilakukan jika wajib pajak
melakukan transaksi tak hanya dengan wajib pajak dalam negeri namun juga melakukan
transaksi tersebut dengan wajib pajak dari luar negeri dan harus mendasar pada Undang-
Undang atau perjanjian pajak atau tax treaty yang berlaku.

Namun, untuk suatu perusahaan menjalankan tax planning atau perencanaan pajak ini sebaiknya
perusahaan tersebut dapat memahami persyaratan yang terdapat pada tax planning ini yaitu
antara lain baik perusahaan yang akan menjalankan kegiatan tax planning ini tidak diperbolehkan
untuk melanggar peraturan perpajakan yang telah berlaku karena jika terdapat pelanggaran maka
akan menimbulkan resiko bagi wajib pajak yang malah membuat perencanaan pajaknya gagal
dan berpotensi menimbulkan denda serta sanksi pajak lainnya, tidak diperbolehkan untuk
memalsukan bukti-bukti pendukung atau data lain yang ada yang dapat dipergunakan untuk
membayar pajak, serta harus diperhatikan bahwa kegiatan tax planning ini dapat masuk ke dalam
bisnis karena jika tidak maka dengan melakukan tax planning akan melemahkan setiap
perencana pajak itu sendiri.

https://www.pajakku.com/read/5fa215b4271287758223939c/Belajar-Pajak:-Apa-itu-Tax-Planning-?

Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Perencanaan pajak menurut Erly Suandy (2017)  adalah : “Langkah awal dalam manajemen
pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar
dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya
penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak”.

Motivasi yang mendasari dilakukannya perencanaan pajak Erly Suandy (2017)   yaitu :

1. Kebijakan Perpajakan
2. Undang – Undang Perpajakan
3. Administrasi Perpajakan

Jadi bisa dikatakan Tax planning atau perencanaan pajak adalah upaya mengurangi atau
meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan kepada negara sehingga pajak yang dibayar
tidak melebihi jumlah yang sebenarnya. Salah satu praktik dalam manajemen perpajakan ini
dilakukan dengan tetap mematuhi perturan perpajakan yang berlaku alias legal.

Legal di sini, artinya penghematan pajak dilakukan dengan memanfaatakan hal-hal yang tidak
diatur oleh undang-undang (loopholes) sehingga tidak ada pelanggaran konstitusi atau Undang-
Undang Perpajakan yang berlaku.

Skema Tax Planning

Pada umumnya, ada lima strategi yang biasa perusahaan lakukan dalam membuat perencanaan
pajak:

1. Tax Avoidance
Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan upaya perusahaan menghhindari
pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Contohnya,
perusahaan mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi natura karena
natura bukan objek pajak PPh21. Upaya ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang
masih mengalami kerugian.
2. Tax Saving
Upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif
yang lebih rendah. Contohnya, perusahaan melakukan perubahan pemberian natura
kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.
3. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Kebanyakan Wajib Pajak badan kurang mengetahui bahwa mereka dapat mengkreditkan
pajak yang sudah dipotong asalkan tidak menyimpang dari peraturan. Misalnya, Pajak
Penghasilan (PPh) 22 atas pembelian solar dan/atau impor, PPh 23 atas penghasilan jasa
atau sewa, serta pajak fiskal luar negeri atas perjalanan dinas pegawai.
4. Melakukan Penundaan dalam Membayar Kewajiban Pajak
Perusahaan sebagai Wajib Pajak dapat menunda pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
(PPn) dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang
diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. PPN dapat dibayar pada akhir bulan
berikutnya setelah bulan penyerahan barang.
5. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Wajib Pajak badan harus menguasai peraturan pajak yang berlakuagar terhindar dari
timbulnya sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi, seperti denda, bunga, atau
kenaikan, hingga sanksi pidana.

Jenis-Jenis Tax Planning

Jika dilihat dari jenisnya, perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua, yakni:

Referensi : 

 Erly Suandi. (2017). Perencanaan Pajak. Edisi 6. Penerbit : Salemba Empat.


 https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/hubungan-tax-avoidance-tax-planning-tax-
evasion-anti-avoidance-rule

https://accounting.binus.ac.id/2021/12/01/perencanaan-pajak-tax-planning/

Satu faktor kunci dari bisnis yang berkelanjutan adalah kepatuhan pajak yang akurat. Untuk itu,
tax planning menjadi langkah awal dalam pengelolaan pajak perusahaan. Pada artikel ini, kami
akan memperkenalkan tax planning atau perencanaan pajak di Indonesia dan gambarannya bagi
perusahaan.

Ketika mempunyai sebuah perusahaan atau Anda menjadi bagian urusan pajak dalam
perusahaan, perencanaan perpajakan diperlukan karena keseluruhan bagian perusahaan
merupakan subjek atau objek pajak.

Dengan perencanaan pajak, perusahaan dapat terhindar dari risiko ketidakpatuhan pajak yang
juga meminimalkan utang pajak tidak terduga.

Pengertian Tax Planning Beserta Tujuannya


Perencanaan pajak atau tax planning adalah cara meminimalkan atau mengurangi beban
perpajakan yang perlu dibayar kepada negara agar pajak tersebut tidak melampaui jumlah yang
seharusnya. Dengan tetap mengikuti kepatuhan pajak yang berlaku seperti Undang Undang
Perpajakan dan cara yang legal serta tidak melanggar konstitusi.

Menurut teori William H. Hoffman dalam bukunya The Accounting Review pada 1961,
perencanaan perpajakan adalah cara wajib pajak menghemat beban pajak atau tax saving dengan
cara penghindaran pajak atau tax avoidance yang tetap mengikuti ketentuan Undang Undang
Perpajakan.

Beberapa tujuan tax planning yakni:

 Mengurangi anggaran pengeluaran perusahaan dalam pembayaran pajak sehingga anggaran


menjadi efisien.
 Menghitung dan mengupayakan untuk membayar pajak sesuai regulasi sehingga tidak
menimbulkan denda atau sanksi yang pada akhirnya menambah beban pajak.
 Mengatur pembayaran pajak agar jumlah yang dibayarkan tidak melebihi pembayaran yang
sebenarnya

Persyaratan dalam Melakukan Tax Planning Badan Usaha


Beberapa hal yang perlu diperhatikan wajib pajak dalam mempersiapkan tax planning
diantaranya:

 Tidak melewati batasan aturan pajak yang berlaku, hal ini demi terhindar dari risiko sanksi atau
denda perpajakan.
 Tidak memanipulasi bukti yang mendukung pembayaran pajak atau data serta dokumen lainnya.
 Sesuai dengan realita di bisnis. Jika tidak, perencanaan perpajakan justru menjadi kelemahan
bagi perencanaannya sendiri.

Note: Untuk itu pahami terlebih dahulu Besaran Tarif PPh Badan 2019

Macam – Macam Tax Planning


Jenis perencanaan pajak terbagi menjadi 2, yaitu:

1. National Tax Planning

National tax planning mengacu pada perundang-undangan domestik. Tax planning badan yang
hanya mempunyai usaha di Indonesia atau hanya bertransaksi dalam negeri. Dalam hal ini,
aturan yang perlu diperhatikan antara lain:

 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP dan peraturan pelaksanaannya.


 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan
pelaksanaannya.
2. International Tax Planning

International tax planning dijalankan oleh badan usaha yang memiliki aktivitas usaha di dalam
maupun luar negeri. Oleh karena itu, perencanaan pajak yang satu ini memerhatikan
perundangan-undangan pajak di negara yang juga dilibatkan dalam transaksi. Dalam hal
perencanaan tersebut, aturan yang perlu dipelajari antara lain:

 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP dan peraturan pelaksanaannya.


 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan
pelaksanaannya.
 Tax Treaty atau P3B (Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda).

Tahapan Menjalankan Tax Planning


 

1. Mengkaji Informasi yang Tersedia

Pertama-tama, mari kaji ulang setiap komponen pajak yang dilibatkan di setiap proyek
perusahaan, kemudian menghitung kembali dengan akurat beban tanggungan pajak.

Pengkajian ulang dapat dijalankan dengan mempertimbangkan setia elemen perpajakan, baik
secara satuan maupun secara keseluruhan atau total pajak. Hal ini akan memunculkan
perencanaan perpajakan yang efisien.

2. Membuat Sebuah Model Perencanaan Pajak

Anda dapat memilih bentuk hubungan internasional atau transaksi operasi. Perlu diketahui,
hampir keseluruhan sistem pajak merupakan internasional. Jadi tentukan setidaknya dua negara
terlebih dahulu.

Jika melihat dari sudut pandang pajak, proses perencanaan perpajakan tidak dapat berada di luar
tahapan dari pilihan transaksi, operasi, maupun hubungan paling menguntungkan.

3. Mengevaluasi Tax Planning

Tax planning menjadi rencana kecil dari keseluruhan rencana strategis perusahaan. Maka dari
itu, evaluasi kembali perencanaan pajak yang sudah dibuat agar mengetahui keefektifan dan
ketepatan pelaksanaan perencanaan perpajakan terhadap laba kotor, beban pajak. dan anggaran
perpajakan perusahaan.

4. Menggali Kelemahan dan Memperbaiki Perencanaan Pajak


Agar hasil perencanaan perpajakan diketahui, maka lakukan perubahan atau pembaruan pada
perencanaan pajak selanjutnya, meskipun ada tambahan biaya atau keberhasilannya tidak begitu
besar.

5. Memperbarui Rencana Pajak

Ketika sebuah model perencanaan pajak telah dijalankan atau proyek sedang dilakukan, setiap
perubahan yang terjadi seperti perusahaan Undang Undang tetap harus diperhatikan dan
diperhitungkan kembali. Hal ini akan berpengaruh pada komponen perjanjian proyek tersebut.
Anda juga dapat melakukan tahapan dan strategi perencanaan pajak dengan menggunakan jasa
konsultan pajak.

Baca Juga: Apa itu Konsultan Pajak? Apa Peran dan Manfaat bagi Anda?

5 Strategi Tax Planning


Dalam perencanaan pajak, berikut lima strategi yang umumnya dilakukan perusahaan.

1. Tax Avoidance

Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah cara perusahaan menghindari perpajakan dengan
cara bertransaksi yang tidak termasuk objek pajak.

Contoh tax planning dengan cara tax avoidance yaitu perusahaan melakukan perubahan pada
tunjangan karyawan, yang sebelumnya berbentuk uang menjadi natura atau barang yang
sebenarnya dan bukan berbentuk uang. Hal tersebut dikarenakan natura tidak termasuk objek pph
21. Biasanya, cara tax avoidance dijalankan oleh perusahaan yang sedang merugi.

2. Tax Saving

Cara yang paling efisien lainnya yaitu dengan memilih alternatif pajak dengan biaya yang lebih
rendah pengenaannya. Contoh, perusahaan mengubah tunjangan berbentuk natura menjadi
tunjangan berupa uang.

3. Kredit Pajak Dioptimalkan

Sebagian perusahaan tidak memahami bahwa perusahaan dapat melakukan kredit pajak yang
telah dipotong selama tidak melewati batas aturan. 

Contoh, tax planning PPh 22 dan PPh 23. Misalnya pajak penghasilan (PPh) 22 perusahaan
dengan adanya transaksi membeli solar dan/atau barang impor lainnya, atau dapat juga PPh 23
atas pendapatan sewa atau jasa, dan pajak fiskal luar negeri dengan adanya perjalanan luar kota
karyawan.
4. Menunda Pembayaran Wajib Pajak

Perusahan juga dapat melakukan penundaan pembayaran pajak. Contoh tax planning PPN,
perusahaan melakukan penundaan atas pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dengan
menangguhkan untuk menerbitkan pajak keluaran sampai batas waktu yang diperbolehkan,
terutama atas penjualan kredit. PPN dibayarkan pada akhir bulan selanjutnya setelah bulan
diserahkannya barang.

5. Menghindar dari Pelanggaran Aturan Perpajakan

Perusahaan atau wajib pajak badan perlu mengetahui regulasi perpajakan yang berlaku agar
terjauhkan dari sanksi atau denda, contohnya sanksi administrasi, bunga, atau bahkan pidana.

https://www.rusdionoconsulting.com/tax-planning/

kasus’

Tax Planning Bagi Pelaku Usaha Jasa Titip di Tengah Guncangan Kasus
Penghindaran Pajak
Erlin Cahyani Putri, 3 tahun yang lalu

Seiring berkembangnya zaman revolusi industri 4.0 memberikan dampak terhadap kemajuan
industri baik dari bidang ekonomi, pendidikan, perpajakan, pariwisata ataupun hiburan. Revolusi
industry 4.0 seolah memberikan kemudahan bagi generasi millennial untuk menciptakan
lapangan pekerjaan baru yang tidak pernah terpikir sebelumnya.

Kini banyak menjamur marketplace, platform digital, atau pun aplikasi yang menjual barang atau
memberikan jasa. Harga yang ditawarkan pun cukup murah dan hampir setara dengan harga
barang/jasa yang di jual secara konvensional. Orang yang jeli melihat peluang, tentunya akan
mendukung adanya perubahan dan sigap bertindak. Grab, Gojek, Shoppee, Tokopedia, Buka
Lapak, Ruang Guru, Quipper, Jastip dan lain sebagaianya merupakan hasil inovasi bisnis yang
ada. 

Bisnis jasa titip atau jastip kini tengah digandurungi oleh para usahawan, sebab tingginya
permintaan konsumen terhadap barang yang di produksi di luar negeri dan belum masuk pasar
Indonesia. Tidak jarang pula toko barang branded memberikan potongan sampai dengan 70%,
atau beli 1 gratis 1 yang digelar pada momen tertentu dan dengan waktu singkat.

Apabila dipaksakan ke luar negeri maka biayanya cukup besar hanya untuk membeli satu atau
dua barang, belum lagi harga tiket pesawat. Hal inilah yang dijadikan peluang bagi usaha jastip
ketika orang terkendala jarak dan waktu untuk berbelanja ke toko offline.

Para usahawan tidak perlu memiliki modal yang besar karena pembayaran menggunakan sistem
pre-order. Di mana, pembeli hanya mengeluarkan uang sesuai dengan harga barang di toko,
ongkos kirim, dan jasa titip. Nominal jastip bervariasi mulai dari 15 ribu hingga 100 ribu,
tergantung tingkat mudah-tidaknya mendapatkan dan pengiriman barang. 

Namun tahukah anda bahwa pelaku jastip luar negeri temasuk tax evasion? Pelaku usaha jastip
dikatakan melakukan penghindaran pajak apabila tidak melaporkan usaha yang dilakukannya
dan melakukan impor barang secara ilegal. Tax evasion tentunya merugikan negara, karena nilai
pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak bukanlah nilai yang seharusnya. Bahkan bisa jadi, wajib
pajak bebas dari beban pajak jika penghasilannya justru minus atau mengalami kerugian.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu)


mengantongi penerimaan sebesar Rp 28 miliar dari penerapan program anti-splitting barang
impor sejak Oktober 2018. Splitting merupakan upaya yang dilakukan importir dengan memecah
transaksi pembelian barang dari luar negeri agar bebas dari bea masuk.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu Heru Pambudi mengatakan sejak program anti-
splitting diterapkan, sudah ribuan dokumen atau consingment notes (CN) yang terjaring. Untuk
tahun lalu saja, terdapat 72.592 CN yang berhasil dijaring dengan nilai Rp 4 miliar. Program
anti-splitting diatur dalam PMK-112/PMK.04/2018.

Di Indonesia, batas nilai barang impor yang dibawa penumpang sebesar US$ 250 per orang tiap
satu kali kedatangan atau US$ 1.000 untuk satu keluarga. Sedangkan batas nilai impor barang
kiriman yang memperoleh pembebasan bea masuk pajak adalah US$ 75. Di tengah-tengah
berbagai persoalan perpajakan bagi pelaku jastip, bapak Purnadi salah satu pegawai direktorat
jendral pajak mengungkapkan mekanisme percanaan pajak untuk pengusaha jastip, yaitu:

1. Pastikan anda pelaku jastip telah memiliki NPWP

Ketika anda dikenakan tarif pph pasal 22 atas impor sebesar 7,5% bisa dikreditkan dan tidak
dikenakan tarif lebih tinggi 100%. Apabila pajak impor dapat dikreditkan maka pembeli tidak
harus menanggung PPh pasal 22 impor sehingga barang lebih murah.

2. Melaporkan diri sebagai pengusaha jasa titip

Apabila seseorang mendaftarkan diri jasa titip sebagai kegiatan usaha utama maka akan
dikategorikan sebagai jasa perantara, sehingga dikecualikan dari pengenaan PPh final 0,5% x
omset. Sesuai pasal 2 ayat (3) dan (4) huruf h Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.
Untuk omset sampai dengan 4.8 miliar rupiah setahun, penghitungan penghasilan netto
menggunakan norma (50% x Penghasilan Bruto). 

Apabila peredaran bruto melebihi 4.8 miliar rupiah, maka diwajibkan melakukan pembukuan
(penghasilan bruto – biaya operasional). Penghasilan netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak. Tarif yang digunakan sesuai Pasal 17
UU KUP, bersifat progresif sesuai dengan tingkatan Penghasilan Kena Pajak. Tarif 5% sampai
dengan 50 juta rupiah, 15% untuk >50 juta s.d 250 juta, 25% untuk >250 juta s.d 500 juta, dan
30% untuk diatas 500 juta.
Hal berbeda terjadi jika jasa titip merupakan usaha sampingan, misalkan telah mempunyai usaha
jual beli pakaian atau toko bangunan yang menggunakan tarif PPh UMKM sesuai PP 23 Tahun
2018. Terlebih jika barang-barang titipan harganya tinggi, sementara fee jasa titipnya kecil. Jika
menggunakan tarif PPh UMKM 0,5%, bisa saja malah menjadi pengurang keuntungan dari usaha
utama. Sebaiknya dihitung ulang demi menentukan menggunakan pembukuan atau pencatatan
biasa, mana yang lebih menguntungkan. 

Dengan adanya penerapan PMK-112/PMK.04/2018 dan mekanisme perencanaan pajak


diharapkan para pelaku usaha jastip lebih taat pajak dan menjalankan usahanya dengan nyaman
dan lancar. Kalau bukan kita yang bayar pajak, siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi?
Salam orang bijak, taat bayar pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Pengusaha Terusik Dengan Keberdaan Pelaku Jasa Titip Ilegal.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190927200502-92-434809/pengusaha-terusik-
dengan-keberadaan-pelaku-jasa-titip-ilegal. diakses tanggal 29 September 2019 pukul 10.00
Wita

Mutia Anur, Cindy. 2019. Batas Bea Masuk Bakal Diturunkan Nasib Jastip Makin Terancam.
https://katadata.co.id/berita/2019/09/29/batas-bea-masuk-bakal-diturunkan-nasib-bisnis-jastip-
makin-terancam. diakses tanggal 29 September 2019 pukul 10.00 Wita

Purnadi, Anang. 2019. Mudah Menjadi Jasa Titip Profesional Bagaimana Kewajiban
Perpajakannya.https://www.pajak.go.id/id/artikel/mudah-menjadi-jasa-titip-profesional-
bagaimana-kewajiban-pajaknya. diakses tanggal 29 September 2019 pukul 10.00 Wita

Disclaimer:

Artikel ini merupakan karya peserta pelatihan simulasi pajak hasil kerjasama Politeknik Negeri
Bali dengan PT Mitra Pajakku.  Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. 

Informasi ini BUKAN merupakan saran atau konsultasi perpajakan. Segala aturan yang terkutip
dalam artikel ini sangat mungkin ada pembaharuan dari otoritas terkait. Pajakku tidak
bertanggungjawab atas kerugian yang timbul akibat adanya keterlambatan atau kesalahan
dalam memperbarui informasi dalam artikel ini.

https://www.pajakku.com/read/5d9ff770b01c4b456747b70e/Tax-Planning-Bagi-Pelaku-Usaha-Jasa-
Titip-di-Tengah-Guncangan-Kasus-Penghindaran-Pajak

Tax Planning, Upaya Meminimalkan Biaya Pajak Secara


Legal
 16 Jun 2021
 Bayu
 Pajak
 4,235 views
 Pajak Bisnis

Salah satu langkah awal dalam mengatur perhitungan pajak ketika membangun bisnis
perusahaan adalah melakukan perencanaan pajak atau lebih dikenal dengan istilah tax
planning. Tax planning tidak dapat dihindari karena merupakan tanggung jawab yang
dibebankan kepada semua perusahaan dan bertujuan untuk meminimalisir utang pajak.
Tax planning lebih jelasnya merupakan sebuah strategi perusahaan dalam mengatur
pajak yang dapat mengurangi laba agar beban pajak yang dibayar tidak melebihi jumlah
seharusnya.

Tax Planning
 

Tujuan Tax Planning


Dalam melakukan tax planning juga harus mengikuti ketentuan perpajakan atau
dengan legal. Legal dalam hal ini maksudnya ialah penghematan pajak dengan
cara memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam Undang-Undang sehingga
tidak dikenai pelanggaran konstitusi atau Undang-Undang Perpajakan. Tujuan tax
planning untuk perusahaan antara lain sebagai berikut:

 Membantu mengatur pengeluaran perusahaan untuk pembayaran pajak agar lebih efisien
 Menghitung pembayaran dan mempersiapkan pembayaran pajak sesuai aturan pajak yang
ada agar terhindar dari sanksi
 Mengatur pembayaran pajak agar tidak melebihi jumlah yang harus dibayarkan

Baca Juga : Pengusaha Wajib Tau Fringe Benefit!


 

Syarat Melakukan Tax Planning


Untuk melakukan tax planning, berikut merupakan persiapan yang harus dilakukan oleh
perusahaan:

 Tidak melewati batas aturan pajak yang berlaku untuk menghindari sanksi atau denda
 Tidak memanipulasi bukti pembayaran pajak atau data terkait lainnya
 Harus sesuai dengan realita bisnis karena jika tidak tax planning akan menjadi kelemahan

Baca Juga : 21 Pajak Terunik dan Teraneh di Dunia

Jenis- jenis Tax Planning


Tax Planning dibagi menjadi dua jenis yaitu untuk perencanaan pajak yang
membangun usaha di dalam negeri dan bahan usaha yang memiliki aktivitas di dalam
negeri maupun luar negeri. Berikut penjelasannya:

National Tax Planning

National Tax Planning merupakan perencanaan pajak yang hanya memiliki usahanya di
Indonesia dan hanya melakukan transaksi dalam negeri. Aturan yang perlu diperhatikan
untuk National Tax Planning antara lain:

 UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP dan peraturan pelaksanaannya


 UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh dan peraturan pelaksanaannya
 UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan pelaksanaannya

 
International Tax Planning

International tax planning dilakukan untuk badan usaha yang usahanya tidak hanya
mencakup kawasan dalam negeri saja, tetapi juga luar negeri. Adapun perencanaan
pajaknya, diatur dalam Undang-Undang berikut:

 UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP dan peraturan pelaksanaannya.


 UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
 UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan pelaksanaannya.
 Tax Treaty atau P3B (Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda).

Baca Juga : Demi Gaet Investor, Pajak Migas Mungkin Dipangkas 50%

Langkah Menjalankan Tax Planning


Berikut merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjalani tax planning:

Menganalisis Informasi

Tahapan pertama adalah menganalisis informasi tentang komponen yang terkena


beban pajak berbeda-beda dengan tujuan menghitung beban pajak yang ditanggung
perusahaan seakurat mungkin. Dalam menganalisis informasi ini dilakukan juga
pertimbangan masing-masing elemen pajak secara terpisah maupun jumlah total pajak
yang kemudian dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien.

Memilih Bentuk Perencanaan Pajaknya

Memilih bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional. Untuk sistem


perpajakan internasional, ada dua negara yang ditentukan lebih dahulu. Dalam
perpajakan, proses perencanaan tidak dapat berada di luar dari tahapan pemilihan
transaksi, operasi, dan hubungan yang paling menguntungkan.

 
Membuat Evaluasi

Membuat evaluasi digunakan untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu
perencanaan pajak terhadap beban pajak, perbedaan laba kotor, dan pengeluaran
selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan.

Mencari Kelemahan dan Memperbaikinya

Agar mengetahui baik tidaknya sebuah perencanaan pajak maka harus mencari
kelemahan dari rencana tersebut dengan tujuan untuk mengevaluasi dan melakukan
perbaikan pada perencanaan agar benar-benar maksimal.

Memutakhirkan Tax Planning

Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan
namun perlu diperhitungkan setiap perubahan yang ada, baik dari undang-undang atau
pelaksanaannya sesuai negara di mana aktivitas tersebut dilakukan yang dapat
berdampak terhadap komponen suatu perjanjian.

Baca Juga : Resmi! Diskon PPN Properti Diperpanjang Hingga Akhir Tahun

Strategi Tax Planning


Perencanaan pajak perlu mempertimbangkan aspek legalitas. Pada umumnya
perusahaan menggunakan skema atau strategi tax planning yang dijelaskan sebagai
berikut:

Tax Avoidance

Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan upaya perusahaan menghindari


perpajakan dengan melakukan transaksi yang bukan termasuk objek pajak dan
biasanya dilakukan oleh perusahaan yang sedang merugi. Tax planning dengan cara
tax avoidance misalnya perusahaan yang merubah tunjangan karyawan, yang
sebelumnya berbentuk uang menjadi natura atau barang. Hal tersebut dikarenakan
natura bukan objek PPh 21.

Tax Saving

Tax Saving merupakan cara efisien lainnya yaitu dengan memilih alternatif pajak
dengan biaya yang lebih rendah pengenaannya. Misal pada contohnya sebuah
perusahaan mengubah tunjangan berbentuk natura menjadi tunjangan berbentuk uang.

Baca Juga : SAK EMKM, Laporan Keuangan Untuk UMKM

Kredit Pajak Dioptimalkan

Perusahaan dapat melakukan kredit pajak yang telah dipotong selama tidak melewati
batas aturan. Misalnya dalam PPh 22 perusahaan dengan adanya transaksi pembelian
solar atau barang impor lain dan dapat juga PPh 23 atas pendapatan sewa atau jasa,
dan pajak fiskal luar negeri dengan adanya perjalanan luar kota karyawan.

Menunda Pembayaran Wajib Pajak

Perusahan juga dapat melakukan penundaan pembayaran pajak. Misalnya pada tax
planning PPN, perusahaan melakukan penundaan atas pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai (PPn) dengan menangguhkan penerbitan pajak keluarkan sampai
batas waktu yang ditentukan, terutama atas penjualan kredit.

Menghindar dari Pelanggaran Aturan Perpajakan

Perusahaan atau wajib pajak badan perlu mengetahui regulasi perpajakan yang berlaku
agar terhindar dari sanksi atau denda yang dapat berupa sanksi administrasi, bunga,
atau bahkan pidana.

https://konsultanku.co.id/blog/tax-planning-upaya-meminimalkan-biaya-pajak-secara-legal

Anda mungkin juga menyukai