Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PERPAJAKAN II

BAB 15 : MANAJEMEN PAJAK

KELOMPOK 7

MUHAMMAD FAIRUZ FAJRIN (A31116512)


NUZUL RAMADHAN RAHMAN
TARIQ HIDAYATULLAH HASAN

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

Modul Perpajakan 1
BAB XV
MANAJEMEN PAJAK

Tujuan Instruksional Umum (TIU) :


Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu membuat strategi,
perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian pajak perusahaan

15.1. Pengertian Manajemen Perpajakan

Manajemen Perpajakan terdiri dari dua ilmu yang berbeda yaitu manajemen dan
perpajakan. Manajemen sendiri berarti suatu proses pengelolaan, pengaturan dan
pemberdayagunaan. Sedangkan perpajakan adalah kewajiban yang harus dibayarkan oleh
warga negara atas suatu penghasilan yang didapat guna memenuhi kewajiban perpajakan
untuk kepentingan umum / orang banyak. Contohnya untuk membuat jalan-jalan umum,
untuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum dan lain sebagainya.

Manajemen perpajakan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir


pengeluaran suatu bisnis / perusahaan dalam hal pembayaran pajak. Tidak bisa dipungkiri
bahwa semua orang sebenarnya tidak mau dan tidak suka membayar pajak. Tidak ada
seorangpun yang mau penghasilannya dikurangi untuk membayar pajak. Namun karena
kesadaran akan pentingnya kewajiban perpajakan, kita tidak mungkin menghindari pajak.
Setiap aktifitas kita tidak akan lepas dari pajak. Oleh karenanya, kita tetap harus
membayarkan pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Hanya
saja, kita bisa melakukan langkah-langkah efisiensi, langkah-langkah bijak agar
meminimalisir pengeluaran pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku.

15.2. Tujuan Manajemen Perpajakan

Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan (Sophar Lumbantoruan, 1996). Tujuan Manajemen pajak
dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :

Modul Perpajakan 2
1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
2. Usaha Efisiensi dalam pencapaian laba dan likuiditas

15.3. Perencanaan Pajak


Secara garis besar pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) menurut Mohammad
Zain dalam bukunya Manajemen Perpajakan (2005:43) menyebutkan bahwa: “Perencanaan
Pajak (Tax Planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok
wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan
maupun pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini
dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ”.
Adapun pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) menurut Nur Hidayat dalam
artikel Tax Planning Bukan Untuk Hindari Pajak (2005:1) menyebutkan bahwa:
“Perencanaan Pajak (Tax Planning) adalah upaya menekan jumlah kewajiban pajak
dengan cara legal”.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah upaya
untuk mengatur pembayaran pajak atau meminimalkan kewajiban pajak dengan tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar pajak yang dibayar tidak lebih
dari jumlah yang seharusnya.
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha
dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih
dalam bingkai peraturan perpajakan.
Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal yang
merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak, bukan karena
penyelundupan pajak yang tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Perencanaan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, karena kadang-kadang
perusahaan juga harus berhubungan dengan negara di luar Indonesia untuk menjalankan
kegiatan perusahaanya. Untuk itu sebelum melakukan perencanaan pajak seorang perencana
pajak harus mengetahui jenis-jenis perencanaan pajak terlebih dahulu.
Menurut Erly Suandi dalam bukunya Perencanaan Pajak (2006:122) jenis-jenis
perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Perencanaan pajak nasional (national tax planning)
b. Perencanaan pajak internasional (international tax planning)

Modul Perpajakan 3
Dari kedua jenis perencanaan pajak tersebut terdapat perbedaan yang melekat antara
perencanaan pajak nasional dengan perencanaan pajak internasional, yaitu terletak pada
peraturan pajak yang akan digunakan. Dalam perencanaan pajak nasional hanya
memperhatikan undang-undang domestic
Sedangkan perencanaan pajak internasional disamping undang-undang domestik juga
harus memperhatikan perjanjian pajak dan undang-undang dari negara-negara yang
terlibat.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pajak, yaitu :
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan
2. Sesuai kondisi yang ada. Perencanaan pajak yang dilakukan tidak melanggar peraturan
perpajakan yang ada.
3. Bukti atau dokumen pendukung transaksi mencukupi dan sesuai.

Untuk dapat mencapai tujuan perencanaan pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan, yaitu:
1. Memahami ketentuan peraturan perpajakan
Untuk mengetahui bahwa Anda tidak melanggar ketentuan perpajakan, maka anda harus
paham, apa saja yang menjadi aturan perpajakan itu. Ada pun jumlah aturan pajak luar
biasa banyaknya, tercatat ada 8 Undang-undang yang terkait pajak semisal UU PPH,PPN,
KUP,PBB, Pengadilan Pajak, Penagihan Pajak, BPHTB, PDRB disamping undang-
undang lain yang terkait dan ribuan aturan yang dibawah Peraturan Pemerintah.
Perlu kita ingat beberapa poin yang penting terkait pajak yaitu siklus perpajakan
sebagaimana biasa disebut dengan istilah 5M merupakan hal mendasar yang penting
untuk kita ingat dan kuasai dalam perencanaan pajak.
a. Mendaftar
Mempunyai badan usaha meski belum ada penjualan tidak ada salahnya mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP, apabila kegiatan usaha, omsetnya sudah melebihi
jumlah tertentu, dapat mengukuhkan diri untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak
(terkait kewajiban PPN)
b. Menghitung
c. Memperhitungkan
d. Menyetor
e. Melaporkan
2. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.

Modul Perpajakan 4
Perencanaan pajak dalam rangka mengefisienkan PPh Badan, diupayakan melalui:
1. Pemilihan alternatif dasar pembukuan dan tata cara pembukuan
2. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan kepada karyawan
3. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi aktiva tidak berwujud
4. Transaksi yang berkaitan dengan withholding tax ( pemungutan pajak kepada pihak
ketiga)
5. Penyertaan pada Perseroan Terbatas dalam negeri
6. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar
7. Permohonan penurunan pembayaran lumpsum (angsuran PPh Ps 25 bulanan)
8. Pengajuan SKB (Surat Keterangan Bebas) PPh Psl 22 dan Pasal 23
9. PPh atas transaksi tertentu.

Perencanaan PPN dapat dilakukan antara lain:


1. Memaksimalkan PPN Masukan yang dapat dikreditkan, perusahaan sebaiknya
memperoleh Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak, supaya
Pajak Masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan perlu mengamati dengan cermat jangan
sampai terdapat Pajak Masukan yang belum dikreditkan lagi dan juga jangan sampai
Faktur Pajak yang diterima tidak memenuhi syarat sebagai Faktur Pajak Standar.
2. Dalam hal penjualan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang pembayarannya
belum diterima, pembuatan Faktur Pajak bisa ditunda sampai akhir bulan berikutnya
setelah penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak.
3. Dalam hal terjadi retur penjualan, harus diiringi dengan Nota Retur yang memenuhi
syarat sebagai Nota Retur lengkap sehingga PPN dan atau PPn BM atas retur dapat
mengurangi jumlah PPN dan PPn BM yang telah dipungut pada masa diterimanya Nota
Retur.

15.4. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan

Setelah perencanaan yang baik, hal penting berikutnya adalah pelaksanaan kewajiban.
Untuk dapat mencapai tujuan manajemen pajak maka ada 2 (dua) hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan:
1. Memahami ketentuan perpajakan. Pemahaman yang baik atas aturan perpajakan dapat
dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak

Modul Perpajakan 5
2. Pembukuan yang memenuhi syarat. Pembukuan itu merupakan hal yang sangat penting
tidak hanya bagi perusahaan namun juga bagi laporan perpajakan, Pembukuan yang baik
sangatlah berguna bagi pelaksanaan manajemen pajak yang baik.

15.5. Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak


Dalam melakukan perencanaan pajak tentunya tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan, tetapi harus melalui tahapan-tahapan yang terperinci agar perencanaan pajak
yang dilakukan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun tahapan-tahapan dalam membuat perencanaan pajak menurut Erly Suandi dalam
bukunya Perencanaan Pajak (2006:14) adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis informasi (basis data) yang ada.
Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis komponen
yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat
mungkin beban pajak yang harus ditanggung.
Hal ini hanya bias dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari
pajak, baik secara sendiri-sendiri maupun secacar total pajak yang harus dapat
dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien. Penti ng juga untuk
memperhitungkan kemungkinan besarnya, penghasilan dari suatu proyek dan
pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi. Untuk manajer
perpajakan harus memperhatikan factor-faktor internal maupun eksternal, yakni:
1) Faktor yang relevan
Dalam arus globalisasi dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi, seorang manajer
perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak untuk perusahaannya dituntut untuk
benar-benar menguasai siatuasi yang dihadapi, baik secara eksternal maupun internal.
2) Faktor pajak
Dalam menganalisis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan perencanaan
pajak tidak terlepas dari dua hal utama yang berkaitan dengan factor-faktor:
ü System perpajakan nasional yang dianut oleh suatu Negara
ü Sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan perpajakn baik undang-undangn domestic
maupun kebijakan perpajakan.
3) Faktor non-pajak lainnya
Beberapa factor non-oajak yang relevan untuk diperhatikan dalam penyususnan suatu
perencanaan pajak, antara lain:
ü Masalah badan hokum
Modul Perpajakan 6
ü Masalah mata uang dan nilai tukar
ü Masalah pengawan devisa
ü Masalah program insentif investasi
ü Masalah factor non-pajak lainnya
b. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak.
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas tindakan-tindakan
berikut:
1) Pemilihan bentuk transaksi yang akan dilakukan oleh perusahaan atau hubungan
internasional.
2) Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen
dari negara tersebut.

3) Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.


c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak.
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari seluruh
perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk melihat
sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak yang
harus dibayar oleh perusahaan. Beban pajak tersebut akan dihitung dengan
menggunakan hipotesis sebagai berikut:
1) Bagaimana jika perencanaan pajak tidak dilaksanakan

2) Bagaimana jika perencanaan pajak tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik

3) Bagaimana jika perencanaan pajak tersebut dilaksanakan tetapi gagal.


Dari ketiga hipotesis tersebut akan mengeluarkan hasil yang berbeda. Kemudian
berdasarkan hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan pajak tersebut
layak untuk dilaksanakan atau tidak.
d. Mencari kelemahan, kemudian memperbaiki rencana pajak.
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan baik atau tidak, tentu harus dievaluasi
melalu berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian keputusan yang terbaik atas
suatu perencaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dengan tujuan operasi.
Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai dengan bentuk
perencanaan pajak yang inginkan. Kadang suatu rencana harus diubah mengingat
adanya perubahan perundang-undangan atau peraturan. Tindakan perubahan harus tetap
dijalankan walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan
sangat kecil.

Modul Perpajakan 7
Pembuatan suatu rencana sebaiknya disertai dengan gambaran atau perkiraan berapa
peluang kesuksesan dan berapa laba setelah pajak yang akan diperoleh jika berhasil
maupun kerugian jika terjadi kegagalan.
e. Memutakhirkan rencana pajak.
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, namun
juga masih perlu memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari undang-
undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan
Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun
situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang
merugikan adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil
kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

15.6. Pengendalian Pajak

Bagian ini yang sangat terpenting yaitu memastikan bahwa seluruh kewajiban pajak
telah dilaksanakan dengan baik. Dalam strategi manajemen pajak, harus diutamakan arus kas
perusahaan, dimana bila bisa menunda pembayaran tentunya menguntungkan perusahaan
sepanjang penundaan itu tidak melanggar aturan perpajakan.

Ketika perusahaan sudah membuat perencanaan pajak yang baik atas akun beban
penyusutan dan beban gaji, yang meliputi kepantasan beban dan bukti yang dimiliki.
Perusahaan juga telah melakukan pelaksanaan kewajiban pajak yang baik seperti
mengadakan pembukuan yang sesuai dengan standar akuntansi dan peraturan pajak.

Tibalah saatnya perusahaan membayar pajak. Pembayaran ini haruslah disesuaikan


dengan kemampuan arus kas perusahaan dimana jangan sampai perusahaan membayar pajak
yang bukan haknya dan tidak membayar pajak yang adalah kewajibannya. Gambaran di atas
adalah sebuah contoh perencanaan pajak yang baik dan matang namun disajikan secara
sederhana.

15.7. Penghematan Pajak

Modul Perpajakan 8
Penghematan Pajak (tax saving) adalah usaha meminimalisasi jumlah utang pajak
yang tidak termasuk dalam lingkup perpajakan (Zain, 2003). Penghematan pajak dapat
dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu :
1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) yaitu usaha untuk menghindari transaksi yang
mengakibatkan timbulnya utang pajak yang sesuai dengan ketentuan UU yang berlaku.
2. Penggelapan Pajak (Tax Evasion) yaitu usaha untuk menghindari timbulnya utang pajak
atau meminimalkan pembayaran pajak, namun tidak sesuai dengan ketentuan UU yang
berlaku.

15.8. Soal Latihan

1. Jelaskan pengertian dan tujuan manajemen perpajakan !

Jawaban :

Manajemen perpajakan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir


pengeluaran suatu bisnis / perusahaan dalam hal pembayaran pajak. Manajemen Pajak
adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak
yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang
diharapkan (Sophar Lumbantoruan, 1996).
Tujuan Manajemen pajak dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :
a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
b. Usaha Efisiensi dalam pencapaian laba dan likuiditas

2. Jelaskan cara yang dapat dilakukan oleh perencana pajak (tax planner) perusahaan dalam
melakukan perencanaan pajak dalam mengefisienkan PPh badan dan PPN !

Jawaban :

Perencanaan pajak dalam rangka mengefisienkan PPh Badan, diupayakan melalui:


a. Pemilihan alternatif dasar pembukuan dan tata cara pembukuan
b. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan kepada
karyawan
c. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi aktiva tidak berwujud
d. Transaksi yang berkaitan dengan withholding tax ( pemungutan pajak kepada pihak
ketiga)

Modul Perpajakan 9
e. Penyertaan pada Perseroan Terbatas dalam negeri
f. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar
g. Permohonan penurunan pembayaran lumpsum (angsuran PPh Ps 25 bulanan)
h. Pengajuan SKB (Surat Keterangan Bebas) PPh Psl 22 dan Pasal 23
i. PPh atas transaksi tertentu.

Perencanaan PPN dapat dilakukan antara lain:


a. Memaksimalkan PPN Masukan yang dapat dikreditkan, perusahaan sebaiknya
memperoleh Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak,
supaya Pajak Masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan perlu mengamati dengan
cermat jangan sampai terdapat Pajak Masukan yang belum dikreditkan lagi dan juga
jangan sampai Faktur Pajak yang diterima tidak memenuhi syarat sebagai Faktur
Pajak Standar.
b. Dalam hal penjualan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang
pembayarannya belum diterima, pembuatan Faktur Pajak bisa ditunda sampai akhir
bulan berikutnya setelah penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak.
c. Dalam hal terjadi retur penjualan, harus diiringi dengan Nota Retur yang memenuhi
syarat sebagai Nota Retur lengkap sehingga PPN dan atau PPn BM atas retur dapat
mengurangi jumlah PPN dan PPn BM yang telah dipungut pada masa diterimanya
Nota Retur.

3. Jelaskan pengertian dan jenis penghematan pajak (tax saving) !

Jawaban :

Penghematan Pajak (tax saving) adalah usaha meminimalisasi jumlah utang pajak yang
tidak termasuk dalam lingkup perpajakan (Zain, 2003). Penghematan pajak dapat
dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu :
a. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) yaitu usaha untuk menghindari transaksi yang
mengakibatkan timbulnya utang pajak yang sesuai dengan ketentuan UU yang
berlaku.
b. Penggelapan Pajak (Tax Evasion) yaitu usaha untuk menghindari timbulnya utang
pajak atau meminimalkan pembayaran pajak, namun tidak sesuai dengan ketentuan
UU yang berlaku.

Modul Perpajakan 10
DAFTAR PUSTAKA

Sulfa, Afif. 2014. Modul Perkuliahan Manajemen Perpajakan. Universitas Mercu Buana :
Jakarta.
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi Kelima. Salemba Empat : Jakarta.
Sumarson, Thomas. 2011. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Edisi Kedua.
Indeks : Jakarta.
Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Pajak. Edisi Ketiga. Salemba Empat : Jakarta.

http://riskymahira.blogspot.co.id/2012/11/perencanaan-pajak-tax-planning.html

Modul Perpajakan 11

Anda mungkin juga menyukai