Anda di halaman 1dari 4

RESUME PERENCANAAN PAJAK

ASPEK FORMAL PERENCANAAN PAJAK

Dosen Pengajar : Dewi Murdiawati, SE.,MM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

Nadya Zulfa Nafira (2018310483 / FD )


Meuthia Kansha Bisri (2018310493 / FD )

PERENCANAAN PAJAK
STIE PERBANAS SURABAYA
202I
A. PERENCANAAN PAJAK
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, hal ini dilakukan
untuk meminimalisir kewajiban pajak.

Tax planning untuk mengurangi jumlah atau total pajak yang harus dibayar oleh wajib
pajak secara legal. Tax planning adalah tindakan secara legal karena penghematan pajak
hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur oleh Undang-Undang.
Penghindaran pajak adalah rekayasa “tax affairs” yang masih tetap berada dalam bingkai
ketentuan perpajakan (lawful). Komite urusan fiscal dari Organization for Economic
Cooperation and Develompent (OECD) menyebutkan ada tiga karakter penghindaran
pajak sebagai berikut.

1. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya,


padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketidakadaan factor pajak.
2. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes
dari unang-undang atas menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan,
padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.
3. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini di mana umumnya para konsultan
menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat wajib
pajak menjaga serahasia mungkin (Council of Executive Secretaries of Tax
Organizations 1991)

Perencanaan pajak adalah proses pengambilan faktor pajak yang relevan dan faktor
nonpajak yang material untuk menentukan:
1. Apakah;
2. Kapan;
3. Bagaimana, dan;
4. Dengan siapa (pihak mana) dilakuakn transaksi, operasi, dan hubungan dagang yang
memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan
sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan.
B. JENIS PERENCANAAN PAJAK

Tax plannig dibagi menjadi dua jenis , yaitu :

1. Perencanan pajak nasional ( National tax planning )


National tax planning hanya memperhatikan Undang-Undang domestik , pemilihan atas
dilaksanakan atau tidak suatu transaksi dalam national tax planning bergantung pada
transaksi tersebut, artinya untuk menghindari pajak , wajib pajak dapat memilih
transaksi apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan hukum pajak yang ada

2. Perencanaan pajak internasional ( International tax planning )


International tax planning selain memperhatikan Undang-Undang domestik , juga harus
memperhatikan Undang-Undang atau perjanjian pajak ( tax treaty ) dari negara yang
terlibat

C. MANAJEMEN PAJAK

Dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing maka pengusaha wajib menekan biaya
seoptimal mungkin. Demikian juga dengan kewajiban membayar pajak , karena
merupakan biaya yang menurunkan laba sesudah pajak. Upaya dalam melakukan
penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak.

Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan yang benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan.

Tujuan manajemen pajak :


1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
2. Usaha efisiensi untuk mecapai laba dan likuiditas yang sebenarnya

D. ASPEK FORMAL DAN ADMINISTRATIF PERENCANAAN PAJAK

Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi undang-undang perpajakan. Oleh


karena itu ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat dikenakan sanksi, baik sanksi
administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif maupun pidana merupakan
pemborosan sumber daya sehingga perlu dieliminasi melalui suatu perencanaan pajak
yang baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang
baik diperlukan pemahaman terhadap peraturan perpajakan. Selanjutnya selaras dengan
pengelompokan hukum pajak, aspek formal administrasi maupun aspek material perlu
dimengerti dan dipahami untuk dapat menghindari sanksi administrasi maupun sanksi
pidana.

Pungutan pajak oleh Ditjen Pajak adalah UU KUP, UU PPh, UU PPN/PPnBM, PBB,
Bea materai, dan Bea Peralihan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Di mana UU
pajak tersebut diatur lebih lanjut dalam PP, Keputusan Presiden, KMK, SK, serta SE
Ditjen Pajak.

Aspek administrasi dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan diri


untuk memperoleh NPWP/NPPKP. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan,
membayar pajak, menyampaikan SPT, disamping memotong atau memungut pajak.
Kewajiban perpajakan berakhir pada saat pelunasan pajak oleh WP.

Dalam sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dan payment.


Assessment yang berlaku saat ini adalah self assessment dengan kewajiban menghitung
sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri. Sedangkan sistem pembayaran yang
berlaku dapat dilakukan sendiri oleh WP maupun melalui pemotongan oleh pihak ketiga
(withholding system).

Pembayaran pajak sebagai transfer sumber daya yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan maka pembayaran pajak harus direncanakan secara baik supaya
jangan sampai terjadi pemborosan. Penyediaan dana harus direncanakan dengan baik
supaya pembayaran pajak dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Disamping pembayaran pajak masih ada kewajiban pelaporan yang juga harus
direncanakan supaya dapat selesai dan dilaporkan tepat pada waktunya.

Anda mungkin juga menyukai