Anda di halaman 1dari 20

RANGKUMAN APLIKASI DAN PERENCANAAN PAJAK

Bab 1: Dasar-dasar Manajemen Perpajakan


Bab 2: Strategi Penghematan Pajak Melalui Pemilihan Bentuk Usaha

Disusun oleh :

Kelompok 7 (KP B) :

Theodore Kevin Tjoeanda 130320024


Anilian Angga 130320151
Jessica Fransisca Thesman 130320169
Melvina Gome Wijaya 130320191
Adventia Evangelia 130320237

Fakultas Bisnis dan Ekonomika

Universitas Surabaya

2023
Bab 1: Dasar-dasar Manajemen Perpajakan

Pendahuluan

Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memanfaatkan


sumber daya yang tersedia, baik yang berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia,
yang hasilnya ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Salah satu
sumber dana untuk pembangunan ialah pajak. Pada tahun 1983, sistem perpajakan berubah dari
office assessment menjadi self assessment. Dengan sistem baru ini, wajib pajak memiliki hak dan
kewajiban, baik dalam menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban
perpajakannya. Semakin besar penghasilan, semakin besar pula pajak terutang. Pajak
menimbulkan pro dan kontra. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan perencanaan pajak atau
tax planning yang tepat agar perusahaan membayar pajak dengan efisien.

Tax planning adalah suatu alat dan tahap awal dari manajemen perpajakan (tax
management) yang berfungsi untuk menampung aspirasi yang berkembang dari sifat dasar
manusia. Tax management memiliki lingkup lebih luas mulai dari planning, organizing, actuating
hingga controlling. Tax management merupakan upaya untuk mengimplementasikan fungsi-
fungsi manajemen agar pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakn berjalan efisien dan efektif. Tax
planning merupakan metode yang legal karena dapat membantu perusahaan mengatur cash flow
seefektif mungkin dengan tetap memperhatikan ketentuan perpajakan. Ketika sudah menggunakan
metode ilegal untuk mengurangi kewajiban pajak itu bukan lagi disebut sebagai tax planning
melainkan tax evasion.

Dalam menjalankan kewajiban pajak, wajib pajak dapat dikelompokkan menjadi:

1. Tax Compliance: berkaitan dengan kegiatan untuk memenuhi aturan perpajakan seperti
administrasi, pembukuan, pemotongan/pemungutan pajak, penyetoran, pelaporan, dan
lainnya.
2. Tax Planning: strategi mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan untuk meminimalkan
kewajiban perpajakan dengan cara yang tidak melanggar aturan (in legal way).
3. Tax Litigation: usaha menyelesaikan perselisihan atau sengketa pajak dengan pihak lain
terutama kantor pajak karena adanya perbedaan penafsiran atas suatu ketentuan pajak atau
masalah yang tidak ada aturannya secara jelas.
4. Tax Research: proses mencari jawaban, solusi, atau rekomendasi atas suatu permasalahan
perpajakan yang meliputi penentuan fakta-fakta yang dianalisis, penentuan pihak-pihak
yang dapat menjadi sumber data dan informasi dan lain sebagainya.

Manajemen perpajakan merupakan bagian integral dari perencanaan strategis perusahaan


yang seharusnya sudah dimulai sebelum suatu usaha dimulai. Perencanaan perpajakan dimulai saat
akan mendirikan perusahaan, saat menjalankan usaha, hingga saat akan menutup usaha. Oleh
karena itu, butuh personil yang berkualitas, perangkat kerja yang memadai, dan prosedur kerja
yang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat informasi dalam melaksanakan perencanaan perpajakan.
Akuntansi pajak merupakan salah satu dimensi akuntansi yang menyediakan informasi yang
berkaitan dengan aspek perpajakan, bisnis, dan keuangan kepada orang yang ingin mengelola
bisnis atau memperoleh informasi transaksi keuangan dan aspek perpajakn dari suatu entitas
akuntansi.

Dalam mengefisiensikan beban pajak secara legal ada beberapa strategi yang dibutuhkan yaitu:

1. Tax Saving mengefisiensikan dengan cara memilih alternatif pengenaan pajak dengan tarif
yang lebih rendah. Seperti pemberian natura kepada karyawan dimasukkan ke dalam gaji
karyawan sehingga mengurangi PPh badan.
2. Tax Avoidance mengefisiensikan dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan
mengarahkannya pada transaksi yang bukan objek pajak.
3. Penundaan/Penggeseran Pembayaran Pajak dapat dilakukan tanpa melanggar aturan yang
berlaku contohnya penundaan transfer pada akhir bulan (digeser 1 hari) maka pajaknya
juga akan tergeser ke bulan berikutnya.
4. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
5. Menghindari Pemeriksaan Pajak dengan cara Menghindari Lebih Bayar
a. Mengajukan pengurangan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 ke KPP apabila
terjadi kelebihan bayar dalam tahun pajak tersebut.
b. Mengajukan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 impor apabila perusahaan
melakukan impor.
6. Menghindari Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan

Pengertian Manajemen Perpajakan

Manajemen perpajakan adalah suatu usaha yang dilakukan tax manager agar hal-hal yang
berhubungan dengan perpajakan dari organisasi dikelola secara baik, efisien, ekonomis, sehingga
memberikan kontribusi maksimal bagi organisasi.

Fungsi-Fungsi Manajemen Perpajakan

1. Tax planning: usaha perencanaan perpajakan agar pajak yang dibayarkan efisien dengan
tujuan mencari celah dari peraturan perpajakan. Ada 3 cara untuk menekan jumlah beban
pajak:
a. Tax avoidance (penghindaran pajak): dilakukan secara legal dan aman karena tidak
menentang peraturan.
b. Tax evasion (penyelundupan pajak): tidak aman dan ilegal, cara yang digunakan
sudah di luar koridor peraturan pajak.
c. Tax saving (penghematan pajak): penghematan pembayaran pajak secara legal.
2. Tax Administration/ Tax Compliance: usaha untuk memenuhi kewajiban administrasi
perpajakan dengan menghitung pajak secara benar, sesuai ketentuan, patuh dalam
membayar dan melaporkan secara tepat waktu.
3. Tax Audit: strategi menangani pemeriksaan pajak, menanggapi hasil pemeriksaan pajak
maupun strategi dalam mengajukan surat keberatan/banding.
4. Other Tax Matters: contoh masalah yang mencakup fungsi lain dalam perpajakan adalah
mengomunikasikan ketentuan sistem dan prosedur perpajakan kepada pihak atau bagian
lain dalam perusahaan, seperti penerbitan faktur penjualan terkait PPN, pemotongan Pph
23/26, pelatihan staf perpajakan.
Motivasi Perencanaan Pajak

Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk meminimalkan kewajiban
pembayaran pajak mereka, baik secara legal atau ilegal disebut dengan propensity of dishonesty,
adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kerumitan peraturan: semakin rumit peraturan, wajib pajak cenderung


menghindari karena biaya untuk mematuhi menjadi tinggi.
2. Besarnya pajak yang dibayar: makin besar jumlah pajak yang harus dibayar, semakin besar
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan kecurangan memperkecil jumlah yang
dibayarkan.
3. Biaya untuk negosiasi: makin tinggi uang sogokan yang diberikan kepada fiskus, semakin
kecil kecenderungan wajib pajak melakukan pelanggaran.
4. Risiko deteksi: tingkat probabilitas pelanggaran perpajakan akan terdeteksi atau tidak.
Makin rendah risiko deteksi, wajib pajak cenderung melakukan pelanggaran.
5. Besarnya denda: makin berat sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, wajib pajak
cenderung mengambil posisi konservatif dengan tidak melanggar peraturan.
6. Moral masyarakat. Moral masyarakat akan memberi warna tersendiri dalam menentukan
kepatuhan dan kesadaran mereka dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Secara umum tujuan dari tax planning adalah memaksimumkan laba setelah pajak. Pajak
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi
melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan dalam ketentuan peraturan
yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan berbeda atas objek yang secara
ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan perbedaan tarif pajak, perbedaan perlakuan atas
objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak, dan loopholes, shelters, havens.

Perbedaan tarif pajak karena schedular taxation (UU PPH Tahun 1983/19994/2000)
memotivasi wajib pajak untuk mendesain tax planningnya sedemikian rupa pada besaran
penghasilan kena pajak dengan lapisan tarif paling rendah.

Manfaat Perencanaan Pajak

1. Penghematan kas keluar berkaitan dengan beban pajak.


2. Mengatur aliran kas masuk dan keluar, tax planning dapat membantu memprediksi arus
kas untuk pembayaran pajak.

Tujuan Perencanaan Pajak

1. Meminimalkan beban pajak terutang.


2. Memaksimalkan laba setelah pajak.
3. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak jika terjadi pemeriksaan pajak oleh fiskus.
4. Memenuhi kewajiban perpajakan secara benar, efisien, dan efektif sesuai peraturan yang
antara lain meliputi:
- Mematuhi ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi baik
administratif maupun pidana
- Melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang perpajakan yang
terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, fungsi keuangan, seperti
pemotongan dan pemungutan pajak (PPH 21, 22, 23)

Persyaratan Tax Planning yang Baik

1. TIdak melanggar ketentuan perpajakan.


2. Secara bisnis masuk akal, berpegang pada praktik perdagangan sehat dan menggunakan
arm’s length price standard.
3. Didukung oleh bukti-bukti pendukung yang memadai, seperti SO, invoice, dan faktur
pajak.

Kapan Tax Planning Diadakan

Sejak perusahaan mulai berdiri, aktivitas manajemen perpajakan sudah mulai. Pada saat
perusahaan bubar atau wajib pajak meninggal masalah perpajakannya masih ada. Jadi bubar atau
meninggal tidak menjadi akhir dari masalah pajak.

Resistensi Pajak

Perlawanan terhadap pajak yang dilakukan wajib pajak merupakan hambatan dalam
pemungutan pajak, baik karena kondisi negara dan masyarakat, maupun usaha-usaha wajib pajak.
Ada 2 bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh warga negara menurut R. Santoso
Brotodiharjo:
1. Perlawanan pasif: hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak yang erat
hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual dan moral
penduduk, serta sistem dan cara pemungutan pajak
2. Perlawanan aktif: semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
fiskus dan bertujuan menghindari pajak.

Beberapa modus yang biasanya digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak:

1. Tax avoidance: usaha dengan mengeksplorasi celah dalam undang-undang perpajakan.


2. Tax evasion: cara yang ilegal dan melanggar hukum
3. Tax saving: usaha memperkecil jumlah pajak yang tidak termasuk dalam ruang lingkup
pemajakan

Tax avoidance merupakan perbuatan yang sifatnya mengurangi utang pajak secara ilegal
dan bukan mengurangi kesanggupan tau kewajiban pajak melunasi pajak-pajaknya, sehingga harus
diupayakan agar tidak menjadi tax evasion.

Cara-cara Pengelakan Pajak

Ada 6 cara pengelakan pajak yang biasa dipraktikkan, yaitu:

1. Penggesekan pajak (tax shifting).


2. Kapitalisasi (capitalization).
3. Transformasi (transformation).
4. Penyelundupan pajak (tax evasion) .
5. Penghindaran pajak (tax avoidance).
6. Pengecualian pajak (tax exemption).

Ada 2 jenis penggeseran pajak yang sering dilakukan dalam pengelakan pajak:

1. Penggeseran pajak ke depan (forward shifting), terjadi apabila pabrikan mentransfer beban
pajaknya kepada penyalur utama, pedagang besar, dan akhirnya kepada konsumen.
2. Penggeseran pajak ke belakang (backward shifting), terjadi bilamana beban pajak
ditransferkan dari konsumen / pembeli melalui faktor distribusi kepada pabrikan.
Penggeseran ini mengakibatkan pemotongan harga jual sebesar pajak yang dikenakan
kepadanya.

Kapitalisasi pajak yaitu pengurangan harga objek pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak
yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli. Transformasi adalah cara pengelakan pajak yang
dilakukan oleh pabrik-pabrik dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadap
Pengecualian Pajak (Tax Exemption) adalah pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada
perorangan atau badan berdasarkan undang-undang pajak.

Rambu- Rambu dalam Penyusunan Tax Planning

Untuk menentukan legalitas tax management/tax planning yang didesain, baik legal (tax
avoidance) atau ilegal (tax evasion), rambu – rambu yang dapat dipakai adalah ketentuan pidana
dalam Pasal 38, 39, 41, 41A, 41B, dan 43 Undang – Undang KUP No. 6 Tahun 1993 sebagaimana
telah diubah dengan UU KUP No. 7 Tahun 2007.

Tahapan Pokok Tax Planning

Agar tax plan sesuai harapan, Barry Spitz (1983: 86) mengemukakan tahap – tahapan yang
harus ditempuh, yaitu :

1. Melakukan analisis data base yang ada.


2. Membuat satu model atau lebih rencana besarnya pajak.
3. Melakukan evaluasi atas perencanaan pajak.
4. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak.
5. Memutakhirkan rencana pajak.

Langkah – langkah Praktis yang dapat Dilakukan dalam Tax Planning

Agar tax plan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, langkah praktis yang dapat
dilakukan adalah Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindari
pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi (top rate brackets). Mempercepat atau
menunda beberapa penghasilan dan biaya – biaya untuk memperoleh keuntungan dari
kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau rendah, seperti penangguhan pengenaan PPN,
PPN yang ditanggung pemerintah, dan seterusnya. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan
dari beberapa wajib pajak, seperti pembentukan kelompok perusahaan. Menyebarkan penghasilan
menjadi penghasilan beberapa tahun untuk mencegah penghasilan tersebut termasuk ke dalam
kelas penghasilan yang tarifnya tinggi, dan tunda pembayaran pajaknya dengan penjualan cicilan,
kredit, dan seterusnya. Mentransformasikan penghasilan biasa menjadi capital gain jangka
panjang. Mengambil keuntungan sebesar – besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dari
potongan – potongan. Mempergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk
keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan. Memilih bentuk usaha yang
terbaik untuk operasional usaha. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha yang sedemikian
rupa sehingga dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi penghasilan,
kerugian – kerugian, dan aset yang dapat dihapus.

Perangkat Tax Planning

Dalam pengorganisasian dibuat perangkat – perangkat sedemikian rupa sehingga


perencanaan pajak dapat dilakukan dengan baik. Perangkat itu adalah :

1. Pemahaman ketentuan perpajakan dan mengetahui tentang tax treaty.


2. Pengadministrasian atau pendokumentasian yang baik.
3. Menjaga hubungan dan komunikasi yang baik Selain menjadi komunikasi dan hubungan
yang baik dengan fiskus, penting juga untuk selalu menjalin komunikasi dalam manajemen
internal :
● Komunikasi dengan kepala divisi.
● Komunikasi dengan top management dan asosiasi.
● Komunikasi dengan konsultan pajak.
4. Implementasi perencanaan pajak.

Strategi Tax Planning

1. Jurus Tax Planner.


2. Secara Umum Konsepsi Tentang Tax Planning diberikan paling kurang pada 7 situasi :
a. Pada saat mempertimbangkan bentuk usaha sebelum usaha dimulai.
b. Mempertimbangankan kembali struktur usaha.
c. Apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan.
d. Apabila perusahaan mempertimbangkan suatu transaksi/proyek/perolehan aset
dalam rangka meminimalkan beban pajak.
e. Apabila suatu perusahaan akan memperoleh penghasilan kena pajak (PKP) yang
cukup besar dalam satu tahun maka dia akan mencari jalan untuk mengurangi beban
pajak.
f. Apabila terjadi perubahan keadaan individu WP (pension, perkawinan, pisah)
g. Apabila perusahaan/orang pribadi akan menjual aktiva atau perusahaan akan bubar
atau orang meninggal dunia.
3. Tax Planning yang Masih Berlaku Beberapa trik yang perlu dipertimbangkan dalam
membuat tax planning perusahaan :
● Memaksimalkan biaya – biaya yang dapat dikurangkan.
● Merger antara perusahaan yang terus menerus rugi dengan perusahaan yang
untung.
● Menunda penghasilan.
● Percepat pembebanan biaya.
● Strategi efisiensi untuk menekan beban pajak perusahaan (tergantung kondisi
perusahaan). Pada perusahaan yang memperoleh penghasilan kenapa pajak dan
pengenaan PPh badannya tidak final, Untuk perusahaan yang PPh badannya
dikenai PPh final.
● Hindari beban orang lain untuk tidak menjadi beban sendiri.

Penjelasan Secara Umum Konsepsi Tentang Tax Planning diberikan paling kurang pada 7 situasi:

A. Beda Firma dengan PT :


1. Pada PT, laba setelah pajak jika dibagi kepada para pemegang saham, WPOP harus
membayar pajak dividen. Beda dengan Firma yang tidak perlu membayar pajak dividen.
Pasal 4 ayat 3 huruf i dan penjelasannya, menyebutkan bahwa bagian laba yang diterima
atau diperoleh anggota dari Perseroan komanditer (yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham), persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, badan-badan sebagaimana
disebut dalam ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenakan pajak
sebagai satu kesatuan, yaitu pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu, bagian laba yang
diterima oleh para anggota badan tersebut bukan lagi merupakan Objek Pajak.
2. Ini berhubungan dengan Non Taxable Income atas bagian laba yang diterima oleh para
anggota badan tersebut (persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi) dengan demikian
bisa sesuai dengan prinsip taxability-deductibility, gaji yang dibayarkan kepada anggota
firma atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham, tidak dapat dibiayakan,
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 9 ayat 1 huruf j. Kalau PT, gaji yang dibayarkan
kepada pengurus yang juga merangkap sebagai pemegang saham dapat dibiayakan selama
penghasilannya dilaporkan dalam SPT PPh Pasal 21.

Beda Orang Pribadi dengan Firma:

1. Orang pribadi tarif PPh-nya murah, yakni 5% untuk pendapatan hingga Rp 50 Juta.
2. Mendapatkan PTKP.
3. Dua orang pribadi kalau terpisah, beban pajaknya akan kecil karena ada PTKP, tarif pajak
orang pribadi lebih rendah dibandingkan jika dia bergabung dengan firma yang tarifnya
dan beban pajaknya lebih besar.

B. Mempertimbangkan kembali struktur usaha

1. Perusahaan sudah berjalan, tapi ada kemungkinan untuk dipertimbangkan kembali.


Misalnya, ada perubahan Undang-undang Pajak menyebabkan berkurangnya optimalisasi
struktur yang ada sekarang. Kalau perubahan itu memperlonggar tidak masalah, tetapi
kalau mempersempit orang akan meributkannya.
2. Ada salah satu anti avoidance yang biasanya dicantumkan di treaty, biasanya ini ide
beneficial owner atau pemilik manfaat. Mereka bisa menitipkan sahamnya, seolah-olah
yang menerima itu satu perusahaan, tapi nanti akan dilihat secara transparan, siapa pemilik
manfaat itu, apakah betul mereka atau milik orang lain.
3. Tentang time dimension juga dapat diperoleh sebagai suatu planning. Secara umum
penghematan pajak menganut prinsip the least and the latest, yaitu membayar dalam jumlah
seminimal mungkin dan pada waktu terakhir yang masih diizinkan oleh ketentuan
perpajakan. Ada perubahan peraturan yang harus dimanfaatkan secepatnya
C. Apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan (merger/akuisisi)

Kalau terjadi perubahan kepemilikan perusahaan, umumnya tax planner akan mencari
mode transaksi yang tidak dikenai pajak.

1. Kalau terjadi merger, tax planner akan menggunakan nilai buku, karena penggunaan nilai
buku tidak menimbulkan capital gain yang merupakan objek pajak penghasilan.
2. Jika penjualan saham lewat BEJ dikenai pajak 0.1%, dia akan mencoba untuk tidak lewat
BEJ.

D. Apabila perusahaan mempertimbangkan suatu transaksi/proyek/perolehan asets dalam


rangka meminimalkan beban pajak

1. Transaksi impor dan jual beli.


2. Untuk impor dia akan berusaha agar barang yang diimpor bebas bea masuk, bebas PPh
pasal 22 dan bebas PPN.
3. Pada transaksi penjualan tanah/bangunan, dia akan mencoba untuk memaksimalkan
penggunaan NJOPTKP agar BPHTB nya tidak kena, misalnya transaksi penjualan
tanah/bangunan dipecah-pecah.
4. Dalam perolehan aktiva, kalau ini menyangkut fixed assets yang jumlahnya besar, bisa
dicoba berbagai kemungkinan, apakah mungkin untuk membangun sendiri, meminjam,
membeli, atau dengan leasing (dengan hak opsi).

E. Apabila suatu perusahaan akan memperoleh penghasilan kena pajak (PKP) yang cukup
besar dalam satu tahun, maka dia akan mencari jalan untuk mengurangi beban pajak

1. Income atau objek yang taxable, apa pun objeknya akan dikurangi. Jika tarifnya progresif,
pengakuan penghasilannya akan ditunda (deferred), atau pengakuan biayanya dipercepat.
Tapi kalau tarifnya flat, upaya untuk menunda atau mempercepat sudah tidak penting lagi.
Kalau tarifnya flat, karena beban pajaknya sama, upaya mempercepat atau menunda itu
dilakukan dengan melihat cash flow. Kalau cash flow tidak terganggu, tidak ada masalah,
tapi kalau terganggu, karena perlu mengalokasikan sumber daya untuk keperluan yang lain,
maka pengakuannya akan ditunda.
2. Profit itu tidak identik dengan cash available. Profit itu angka, tapi uang tidak identik
dengan profit. Jadi profit besar belum tentu uangnya besar juga. Sebaliknya, meskipun
profitnya kecil tetapi uangnya banyak berarti cash flow-nya lancar.

F. Apabila terjadi perubahan keadaan individu WP (pensiun, perkawinan, pisah)

1. Kalau pesangon dibayarkan sekaligus, akan dikenakan PPh final sebesar 0% atas
penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000,00; b. sebesar 5% atas penghasilan bruto
di atas Rp 50.000.000,00; sampai dengan Rp 100.000.000,00; c. sebesar 15% atas
penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000,00; sampai dengan Rp 500.000.000,00; (Per-
Menkeu No. 16/PMK.03/2010). Tapi kalau pensiun bulanan akan kecil-kecil jumlah
pajaknya. Jika dibayar bulanan (lumpsum) akan kena pajak normal dan ada PTKP.
2. Status menikah atau bertambah anggota keluarga. PTKP umumnya hanya diberikan atau
diberdayakan (critical time-nya) pada awal tahun. Jadi kalau menikah di pertengahan
tahun, sampai akhir tahun dianggap masih sendiri.

G. Apabila perusahaan/orang pribadi akan menjual aktiva atau perusahaan akan bubar
atau orang meninggal dunia.

Kalau sampai meninggal belum dibagi, maka tidak ada PTKP dan dikenakan tarif
progresif. Jadi sebelum meninggal lebih baik dibagi dulu, supaya mendapat PTKP untuk masing-
masing bagian dan tarifnya lebih murah.

3. Tax Planning yang Masih Berlaku

Beberapa trik yang perlu dipertimbangkan dalam membuat tax planning perusahaan :

1. Memaksimalkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan.


2. Merger antara perusahaan yang terus menerus rugi dengan perusahaan yang untung.
3. Menunda penghasilan.
4. Percepat pembebanan biaya.
BAB II: Strategi Penghematan Pajak Melalui Pemilihan Bentuk Usaha
Pendahuluan
Seorang investor baru yang ingin memiliki usaha perlu memepertimbangkan jenis usaha
atau portofolio investasi dengan tujuan menentukan investasi yang memberikan kontribusi profit
paling besar dengan risiko investasi paling rendah. bentuk usaha yang dipilih oleh seorang investor
akan mempengaruhi besar pajak yang ditanggung. Persoalan lain yang dapat terjadi seperti kondisi
dimana tingkat keuntungan yang sama namun dengan bentuk usaha yang berbeda berakibat pada
pajak yang dikenakan akan berbeda dengan mempertimbangkan prospek jangka panjang seperti
kemudahan pinjaman modal dari bank atau kreditor.
ketika ingin meminimalkan beban pajak, pemilik usaha dapat mencari cara untuk
meminimalkan pembayaran pajak dengan mencari celah hukum yang dapat dimanfaatkan yang
disebut dengan tax management dan tax planning dengan tujuan memberikan keuntungan sebesar-
besarnya kepada investor agar return on investment yang dimiliki semakin tinggi. langkah pertama
yang perlu diperhatikan adalah melakukan setting up bentuk usaha. berdasarkan UU Perpajakan
terdapat 3 entitas hukum bisnis di indonesia yaitu:1. Perseroan terbatas, Koperasi, dan yayasan, 2.
Persekutuan, 3. Perseorangan. berdasarkan aspek legalitas, Perseroan terbatas, Koperasi, dan
yayasan diakui sebagai badan hukum sedangkan dua bentuk lainnya tidak berbadan hukum.
Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk usaha
(Zain, 2003, 9), diantaranya:
1. hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif pajak penghasilan wajib
pajak badan
2. pengenaan pajak penghasilan secara berganda atas laba bruto maupun dari pembagian
keuntungan kepada pemegang saham
3. kesempatan untuk menunda pengenaan pajak pada tarif pajak penghasilan lebih kecil/besar
apabila dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif pajak penghasilan dan
akumulasi penghasilan perusahaan
4. adanya ketentuan bagi bentuk usaha tertentu mengenai kerugian hasil usaha neto dan kredit
investasi.
5. kemungkinan pengajuan perlakuan khusus pajak atas akumulasi laba, pajak penghasilan
personal, holding company, dan seterusnya.
6. liberasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in kind.
Usaha Perseroan Terbatas
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian
dimana kegiatan usahanya dilakukan dengan modal dasar yang terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan UU dan peraturan pelaksanaannya. Perseroan terbuka (Tbk) merupakan
perseroan yang melakukan penawaran umum saham sesuai dengan ketentuan UU di bidang pasar
modal. Tanggung jawab perseroan dibebankan kepada direksi bukan pemegang saham (Pasal 97
UU). Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan kepentingan perseroan. pemegang saham
bertanggung jawab hanya sebatas nilai saham yang dimiliki. dalam hak dan kewajibannya, wajib
pajak (diwakili pengurus) bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara renteng (UU No.28
Tahun 2007 dan No, 16 th 2009) atas pembayaran pajak terutang. dalam ketentuan perpajakan (UU
No. 36 tahun 2008) pengenaan pajak PT dikenakan pada level net income sebelum pembagian
dividen kepada pemegang saham. pembagian dividen akan dikenakan pajak lagi sebesar 10%( PPh
Final untuk WPOP).

Usaha Persekutuan (CV, Firma, Kongsi)


Pendirian Firma dan CV tidak dibutuhkan adanya pengesahan dari kementerian hukum dan HAM.
berbeda dengan PT, ketika sebuah CV mengalami kebangrutan dan harta bendanya CV tidak
mencukupi untuk pelunasan utang, maka harta benda pribadi persero pengurus yang akan
digunakan untuk melunasi utang usaha. Peraturan pajak CV ( pasal 6 dan pasal 4 ayat 3 huruf i
Undang-Undang PPh) menyatakan bahwa pajak CV hanya dikenakan satu kali pada level net
income. ketiga didistribusikan kepada pemegang saham maka tidak dikenakan pajak dividen lagi.

Usaha Perseorangan
Paling sering digunakan oleh masyarakat karena bersifat lebih fleksibel atas kewajiban yang harus
dipenuhi. beberapa perbedaan dalam menghitung pajak usaha antara pajak perseorangan dengan
pajak perseroan, diantaranya:
1. Dalam perhitungan pajak perseorangan, terdapat beberapa faktor pengurang seperti PTKP
dan biaya jabatan
2. Adanya perbedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak antara PPh Perseorangan
dengan pajak penghasilan badan ( PPh perseorangan menggunakan tarif progresif dengan
lapisan tarif 5%-30%, PPh badan menggunakan tarif tunggal 25%).

Tambahan (point penting dari Perseroan, Persekutuan, dan perseorangan ):


1. Beban pajak yang ditanggung investor melalui persekutuan lebih kecil dibandingkan
bentuk PT
2. Bentuk usaha perseorangan dapat memberi tingkat efisiensi pajak yang lebih besar dari
bentuk usaha lain.
3. Pemilihan entitas bisnis dapat menjadi referensi dalam pengambilan keputusan investor
untuk meminimalkan biaya walau tetap harus mempertimbangkan variabel lainnya.
4. Investor konvensional seringkali mengandalkan intuisi dalam pengambilan keputusan
walaupun terbukti berhasil, namun bisnis modern yang dikelola secara profesional
dibutuhkan pula perhitungan secara profesional.
5. Dalam pemilihan bentuk usaha, diperlukan pertimbangan pengambilan keputusan yang
mengakomodasi masalah permodalan, advis management risk, lingkungan hidup,
tanggung jawab persero (jika perjadi claim pihak ketiga), business and market
development, serta hak dan kewajiban lainnya.

Usaha Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, koperasi adalah salah satu bentuk badan
hukum entitas bisnis yang cukup banyak digunakan di Indonesia. Penghasilan koperasi disebut
sisa hasil usaha (SHU) merupakan objek pajak penghasilan yang dikenai tarif PPh Badan, dengan
tarif 20% pada tahun 2022.

Beberapa fasilitas insentif pajak penghasilan dan yang dikecualikan dari pajak dalam UU PPh
No.36 Tahun 2008 yang berlaku bagi koperasi, antara lain:
a. Yang dikecualikan dari objek pajak adalah harta hibahan dan bantuan atau sumbangan
kepada koperasi, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4 ayat 3 huruf a UU PPh
No.36 Tahun 2008).
b. SHU yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya tidak dipotong PPh Pasal 23 (Pasal
23 ayat 4 huruf f UU PPh No.36 Tahun 2008).
c. Dividen yang diterima dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan.
d. Besarnya PPh terkait bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi perorangan menurut Peraturan Pemerintah No.15 tahun 2009 yaitu:
1. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000 per
bulan; atau
2. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari
Rp240.000 per bulan.
e. UMKM berbadan hukum yang memiliki omzet dibawah Rp4,8miliar per tahun diberi
insentif pemotongan tarih PPh sebesar 50% dari tarif pajak normal sebesar 25% oleh
pemerintah.
f. Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2007 dan No.62 Tahun 2008 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di
Daerah-Daerah Tertentu.

Beberapa kegiatan usaha koperasi yang mendapat perlakuan khusus:


1. Koperasi yang menanamkan modalnya di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-
daerah tertentu akan mendapatkan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal
seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2007 dan No.62 Tahun
2008.
2. Pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN dan PPn atas impor kendaraan bermotor
jenis sedan untuk dipergunakan dalam usaha pertaksian oleh Koperasi Pengemudi Taksi.
PPN dan PPn BM akan ditanggung apabila kendaraan tersebut digunakan sekurang-
kurangnya lima tahun sejak tanggal dikeluarkannya STNK.
3. Pondok Boro yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu lima tahun sejak
diperoleh akan dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan.
Sesuai UU Pasal 17 No.7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir kali dengan UU No.36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak koperasi dikenakan pada level net income sebelum
pembagian SHU perusahaan kepada anggota koperasi.

Usaha Organisasi Nirlaba (Yayasan)


Yayasan adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang cukup banyak
digunakan di Indonesia, yang didirikan dengan payung hukum UU No.16 Tahun 2001 Tentang
Yayasan. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para
penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut.
Penghasilan yayasan yang disebut juga dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan objek
pajak penghasilan yang dikenakan tarif PPh Badan, dengan tarif 20% (pada tahun 2022).

Kegiatan usaha yayasan yang mendapatkan perlakuan khusus:


1. Mendapat fasilitas pembebasan bea masuk dan cukai dengan mengajukan permohonan
untuk dapat ditetapkan sebagai badan atau lembaga yang mendapatkan fasilitas
pembebasan bea masuk.
2. Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yakni orang pribadi yang
melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah.
3. Pasal 2 UU Pajak Penghasilan, yayasan dibagi menjadi:
a. Yayasan bermotif mencari keuntungan, maka penerimaannya merupakan objek
pajak penghasilan.
b. Yayasan bukan bermotif mencari keuntungan, maka penerimaannya tidak terutang
PPh.
4. Yayasan pendidikan diperkenankan untuk mengakui dana pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan yang berasal dari Sisa Lebih. Sisa Lebih adalah selisih dari seluruh
penerimaan yang merupakan objek Pajak Penghasilan, selain penghasilan yang dikenakan
Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari
badan atau lembaga nirlaba.
Badan atau lembaga nirlaba wajib memberikan pemberitahuan mengenai rencana fisik
sederhana dan rencana biaya pembangunan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
Pemberitahuan disampaikan bersamaan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama sebelum pembangunan
dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
dimulai, dalam jangka waktu empat tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut. Apabila setelah
lewat dari jangka waktu empat tahun, badan atau lembaga nirlaba tidak menggunakan atau terdapat
sisa lebih yang tidak digunakan, maka sisa lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai
Pajak Penghasilan pada tahun pajak berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai