Disusun oleh :
Kelompok 7 (KP B) :
Universitas Surabaya
2023
Bab 1: Dasar-dasar Manajemen Perpajakan
Pendahuluan
Tax planning adalah suatu alat dan tahap awal dari manajemen perpajakan (tax
management) yang berfungsi untuk menampung aspirasi yang berkembang dari sifat dasar
manusia. Tax management memiliki lingkup lebih luas mulai dari planning, organizing, actuating
hingga controlling. Tax management merupakan upaya untuk mengimplementasikan fungsi-
fungsi manajemen agar pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakn berjalan efisien dan efektif. Tax
planning merupakan metode yang legal karena dapat membantu perusahaan mengatur cash flow
seefektif mungkin dengan tetap memperhatikan ketentuan perpajakan. Ketika sudah menggunakan
metode ilegal untuk mengurangi kewajiban pajak itu bukan lagi disebut sebagai tax planning
melainkan tax evasion.
1. Tax Compliance: berkaitan dengan kegiatan untuk memenuhi aturan perpajakan seperti
administrasi, pembukuan, pemotongan/pemungutan pajak, penyetoran, pelaporan, dan
lainnya.
2. Tax Planning: strategi mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan untuk meminimalkan
kewajiban perpajakan dengan cara yang tidak melanggar aturan (in legal way).
3. Tax Litigation: usaha menyelesaikan perselisihan atau sengketa pajak dengan pihak lain
terutama kantor pajak karena adanya perbedaan penafsiran atas suatu ketentuan pajak atau
masalah yang tidak ada aturannya secara jelas.
4. Tax Research: proses mencari jawaban, solusi, atau rekomendasi atas suatu permasalahan
perpajakan yang meliputi penentuan fakta-fakta yang dianalisis, penentuan pihak-pihak
yang dapat menjadi sumber data dan informasi dan lain sebagainya.
Dalam mengefisiensikan beban pajak secara legal ada beberapa strategi yang dibutuhkan yaitu:
1. Tax Saving mengefisiensikan dengan cara memilih alternatif pengenaan pajak dengan tarif
yang lebih rendah. Seperti pemberian natura kepada karyawan dimasukkan ke dalam gaji
karyawan sehingga mengurangi PPh badan.
2. Tax Avoidance mengefisiensikan dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan
mengarahkannya pada transaksi yang bukan objek pajak.
3. Penundaan/Penggeseran Pembayaran Pajak dapat dilakukan tanpa melanggar aturan yang
berlaku contohnya penundaan transfer pada akhir bulan (digeser 1 hari) maka pajaknya
juga akan tergeser ke bulan berikutnya.
4. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
5. Menghindari Pemeriksaan Pajak dengan cara Menghindari Lebih Bayar
a. Mengajukan pengurangan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 ke KPP apabila
terjadi kelebihan bayar dalam tahun pajak tersebut.
b. Mengajukan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 impor apabila perusahaan
melakukan impor.
6. Menghindari Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan
Manajemen perpajakan adalah suatu usaha yang dilakukan tax manager agar hal-hal yang
berhubungan dengan perpajakan dari organisasi dikelola secara baik, efisien, ekonomis, sehingga
memberikan kontribusi maksimal bagi organisasi.
1. Tax planning: usaha perencanaan perpajakan agar pajak yang dibayarkan efisien dengan
tujuan mencari celah dari peraturan perpajakan. Ada 3 cara untuk menekan jumlah beban
pajak:
a. Tax avoidance (penghindaran pajak): dilakukan secara legal dan aman karena tidak
menentang peraturan.
b. Tax evasion (penyelundupan pajak): tidak aman dan ilegal, cara yang digunakan
sudah di luar koridor peraturan pajak.
c. Tax saving (penghematan pajak): penghematan pembayaran pajak secara legal.
2. Tax Administration/ Tax Compliance: usaha untuk memenuhi kewajiban administrasi
perpajakan dengan menghitung pajak secara benar, sesuai ketentuan, patuh dalam
membayar dan melaporkan secara tepat waktu.
3. Tax Audit: strategi menangani pemeriksaan pajak, menanggapi hasil pemeriksaan pajak
maupun strategi dalam mengajukan surat keberatan/banding.
4. Other Tax Matters: contoh masalah yang mencakup fungsi lain dalam perpajakan adalah
mengomunikasikan ketentuan sistem dan prosedur perpajakan kepada pihak atau bagian
lain dalam perusahaan, seperti penerbitan faktur penjualan terkait PPN, pemotongan Pph
23/26, pelatihan staf perpajakan.
Motivasi Perencanaan Pajak
Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk meminimalkan kewajiban
pembayaran pajak mereka, baik secara legal atau ilegal disebut dengan propensity of dishonesty,
adalah sebagai berikut:
Secara umum tujuan dari tax planning adalah memaksimumkan laba setelah pajak. Pajak
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi
melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan dalam ketentuan peraturan
yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan berbeda atas objek yang secara
ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan perbedaan tarif pajak, perbedaan perlakuan atas
objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak, dan loopholes, shelters, havens.
Perbedaan tarif pajak karena schedular taxation (UU PPH Tahun 1983/19994/2000)
memotivasi wajib pajak untuk mendesain tax planningnya sedemikian rupa pada besaran
penghasilan kena pajak dengan lapisan tarif paling rendah.
Sejak perusahaan mulai berdiri, aktivitas manajemen perpajakan sudah mulai. Pada saat
perusahaan bubar atau wajib pajak meninggal masalah perpajakannya masih ada. Jadi bubar atau
meninggal tidak menjadi akhir dari masalah pajak.
Resistensi Pajak
Perlawanan terhadap pajak yang dilakukan wajib pajak merupakan hambatan dalam
pemungutan pajak, baik karena kondisi negara dan masyarakat, maupun usaha-usaha wajib pajak.
Ada 2 bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh warga negara menurut R. Santoso
Brotodiharjo:
1. Perlawanan pasif: hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak yang erat
hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual dan moral
penduduk, serta sistem dan cara pemungutan pajak
2. Perlawanan aktif: semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
fiskus dan bertujuan menghindari pajak.
Beberapa modus yang biasanya digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak:
Tax avoidance merupakan perbuatan yang sifatnya mengurangi utang pajak secara ilegal
dan bukan mengurangi kesanggupan tau kewajiban pajak melunasi pajak-pajaknya, sehingga harus
diupayakan agar tidak menjadi tax evasion.
Ada 2 jenis penggeseran pajak yang sering dilakukan dalam pengelakan pajak:
1. Penggeseran pajak ke depan (forward shifting), terjadi apabila pabrikan mentransfer beban
pajaknya kepada penyalur utama, pedagang besar, dan akhirnya kepada konsumen.
2. Penggeseran pajak ke belakang (backward shifting), terjadi bilamana beban pajak
ditransferkan dari konsumen / pembeli melalui faktor distribusi kepada pabrikan.
Penggeseran ini mengakibatkan pemotongan harga jual sebesar pajak yang dikenakan
kepadanya.
Kapitalisasi pajak yaitu pengurangan harga objek pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak
yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli. Transformasi adalah cara pengelakan pajak yang
dilakukan oleh pabrik-pabrik dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadap
Pengecualian Pajak (Tax Exemption) adalah pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada
perorangan atau badan berdasarkan undang-undang pajak.
Untuk menentukan legalitas tax management/tax planning yang didesain, baik legal (tax
avoidance) atau ilegal (tax evasion), rambu – rambu yang dapat dipakai adalah ketentuan pidana
dalam Pasal 38, 39, 41, 41A, 41B, dan 43 Undang – Undang KUP No. 6 Tahun 1993 sebagaimana
telah diubah dengan UU KUP No. 7 Tahun 2007.
Agar tax plan sesuai harapan, Barry Spitz (1983: 86) mengemukakan tahap – tahapan yang
harus ditempuh, yaitu :
Agar tax plan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, langkah praktis yang dapat
dilakukan adalah Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindari
pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi (top rate brackets). Mempercepat atau
menunda beberapa penghasilan dan biaya – biaya untuk memperoleh keuntungan dari
kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau rendah, seperti penangguhan pengenaan PPN,
PPN yang ditanggung pemerintah, dan seterusnya. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan
dari beberapa wajib pajak, seperti pembentukan kelompok perusahaan. Menyebarkan penghasilan
menjadi penghasilan beberapa tahun untuk mencegah penghasilan tersebut termasuk ke dalam
kelas penghasilan yang tarifnya tinggi, dan tunda pembayaran pajaknya dengan penjualan cicilan,
kredit, dan seterusnya. Mentransformasikan penghasilan biasa menjadi capital gain jangka
panjang. Mengambil keuntungan sebesar – besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dari
potongan – potongan. Mempergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk
keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan. Memilih bentuk usaha yang
terbaik untuk operasional usaha. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha yang sedemikian
rupa sehingga dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi penghasilan,
kerugian – kerugian, dan aset yang dapat dihapus.
Penjelasan Secara Umum Konsepsi Tentang Tax Planning diberikan paling kurang pada 7 situasi:
1. Orang pribadi tarif PPh-nya murah, yakni 5% untuk pendapatan hingga Rp 50 Juta.
2. Mendapatkan PTKP.
3. Dua orang pribadi kalau terpisah, beban pajaknya akan kecil karena ada PTKP, tarif pajak
orang pribadi lebih rendah dibandingkan jika dia bergabung dengan firma yang tarifnya
dan beban pajaknya lebih besar.
Kalau terjadi perubahan kepemilikan perusahaan, umumnya tax planner akan mencari
mode transaksi yang tidak dikenai pajak.
1. Kalau terjadi merger, tax planner akan menggunakan nilai buku, karena penggunaan nilai
buku tidak menimbulkan capital gain yang merupakan objek pajak penghasilan.
2. Jika penjualan saham lewat BEJ dikenai pajak 0.1%, dia akan mencoba untuk tidak lewat
BEJ.
E. Apabila suatu perusahaan akan memperoleh penghasilan kena pajak (PKP) yang cukup
besar dalam satu tahun, maka dia akan mencari jalan untuk mengurangi beban pajak
1. Income atau objek yang taxable, apa pun objeknya akan dikurangi. Jika tarifnya progresif,
pengakuan penghasilannya akan ditunda (deferred), atau pengakuan biayanya dipercepat.
Tapi kalau tarifnya flat, upaya untuk menunda atau mempercepat sudah tidak penting lagi.
Kalau tarifnya flat, karena beban pajaknya sama, upaya mempercepat atau menunda itu
dilakukan dengan melihat cash flow. Kalau cash flow tidak terganggu, tidak ada masalah,
tapi kalau terganggu, karena perlu mengalokasikan sumber daya untuk keperluan yang lain,
maka pengakuannya akan ditunda.
2. Profit itu tidak identik dengan cash available. Profit itu angka, tapi uang tidak identik
dengan profit. Jadi profit besar belum tentu uangnya besar juga. Sebaliknya, meskipun
profitnya kecil tetapi uangnya banyak berarti cash flow-nya lancar.
1. Kalau pesangon dibayarkan sekaligus, akan dikenakan PPh final sebesar 0% atas
penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000,00; b. sebesar 5% atas penghasilan bruto
di atas Rp 50.000.000,00; sampai dengan Rp 100.000.000,00; c. sebesar 15% atas
penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000,00; sampai dengan Rp 500.000.000,00; (Per-
Menkeu No. 16/PMK.03/2010). Tapi kalau pensiun bulanan akan kecil-kecil jumlah
pajaknya. Jika dibayar bulanan (lumpsum) akan kena pajak normal dan ada PTKP.
2. Status menikah atau bertambah anggota keluarga. PTKP umumnya hanya diberikan atau
diberdayakan (critical time-nya) pada awal tahun. Jadi kalau menikah di pertengahan
tahun, sampai akhir tahun dianggap masih sendiri.
G. Apabila perusahaan/orang pribadi akan menjual aktiva atau perusahaan akan bubar
atau orang meninggal dunia.
Kalau sampai meninggal belum dibagi, maka tidak ada PTKP dan dikenakan tarif
progresif. Jadi sebelum meninggal lebih baik dibagi dulu, supaya mendapat PTKP untuk masing-
masing bagian dan tarifnya lebih murah.
Beberapa trik yang perlu dipertimbangkan dalam membuat tax planning perusahaan :
Usaha Perseorangan
Paling sering digunakan oleh masyarakat karena bersifat lebih fleksibel atas kewajiban yang harus
dipenuhi. beberapa perbedaan dalam menghitung pajak usaha antara pajak perseorangan dengan
pajak perseroan, diantaranya:
1. Dalam perhitungan pajak perseorangan, terdapat beberapa faktor pengurang seperti PTKP
dan biaya jabatan
2. Adanya perbedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak antara PPh Perseorangan
dengan pajak penghasilan badan ( PPh perseorangan menggunakan tarif progresif dengan
lapisan tarif 5%-30%, PPh badan menggunakan tarif tunggal 25%).
Usaha Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, koperasi adalah salah satu bentuk badan
hukum entitas bisnis yang cukup banyak digunakan di Indonesia. Penghasilan koperasi disebut
sisa hasil usaha (SHU) merupakan objek pajak penghasilan yang dikenai tarif PPh Badan, dengan
tarif 20% pada tahun 2022.
Beberapa fasilitas insentif pajak penghasilan dan yang dikecualikan dari pajak dalam UU PPh
No.36 Tahun 2008 yang berlaku bagi koperasi, antara lain:
a. Yang dikecualikan dari objek pajak adalah harta hibahan dan bantuan atau sumbangan
kepada koperasi, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4 ayat 3 huruf a UU PPh
No.36 Tahun 2008).
b. SHU yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya tidak dipotong PPh Pasal 23 (Pasal
23 ayat 4 huruf f UU PPh No.36 Tahun 2008).
c. Dividen yang diterima dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan.
d. Besarnya PPh terkait bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi perorangan menurut Peraturan Pemerintah No.15 tahun 2009 yaitu:
1. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000 per
bulan; atau
2. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari
Rp240.000 per bulan.
e. UMKM berbadan hukum yang memiliki omzet dibawah Rp4,8miliar per tahun diberi
insentif pemotongan tarih PPh sebesar 50% dari tarif pajak normal sebesar 25% oleh
pemerintah.
f. Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2007 dan No.62 Tahun 2008 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di
Daerah-Daerah Tertentu.
Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Jakarta.