Oleh:
KELOMPOK 10
Depok
2016
SOAL I Dasar-Dasar Manajemen Pajak
1. Uraikan secara singkat dan jelas pemahaman Saudara mengenai tax management, dan
kenapa suatu entitas pemajakan perlu melakukannya?
Tax management sebagai suatu usaha menyeluruh yang dilakukan terus-menerus oleh wajib
pajak agar semua hal yang berkaitan dengan urusan perpajakan dapat dikelola dengan baik,
ekonomis, efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kontribusi maksimum bagi
kelangsungan usaha wajib pajak tanpa mengorbankan kepentingan penerimaan negara.
Pengelolaan pajak yang ekonomis berarti bahwa input pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakan (tugas administrasi perpajakan) dibeli/ diperoleh dengan harga relatif
murah. Sesuai dengan prinsip ekonomi yang menekankan bahwa resources untuk mencapai
tujuan diperoleh dengan harga seminimal mungkin (meski sekarang, kecenderungan ini telah
diperhalus dengan terminologi ‘seoptimal’ mungkin). Sementara efektivitas pengelolaan
pajak direfleksikan dengan keberhasilan wajib pajak mempertahankan pembayaran pajak
minimumnya saat kewajiban perpajakannya (tax compliance) diperiksa oleh pihak otoritas
pajak. Koreksi minimum sebagaimana tertuang dalam surat ketetapan pajak sebagai hasil
pemeriksaan pajak menunjukkan bukti efektivitas (hasil-guna) wajib pajak dalam
pengelolaan administrasi perpajakannya. Efisien, menyiratkan keberhasilan wajib pajak
dalam efisiensi pemanfaatan dana (time value of money), penerapan strategi penghematan
tanpa menimbulkan masalah atau beban di kemudian hari, dan pelaksanaan tugas
administrasi perpajakan secara memuaskan dalam konteks waktu dan biaya yang terukur.
Suatu entitas pemajakan perlu melakukan manajemen pajak disebabkan hal berikut:
PERBEDAAN
Pertama, mempertimbangkan bahwa tujuan akhir optimalisasi dan/atau minimalisasi beban
pajak tidak hanya didasarkan atas suatu perencanaan yang matang, melainkan juga harus
melewati tahap pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan
(controlling) yang baik dan terkendali. Dalam hal ini, perencanaan adalah langkah awal
yang menjadi bagian kritikal dari keseluruhan manajemen pajak yang lebih besar.
Kedua, bahwa tax planning yang baik juga mensyaratkan pengendalian terhadap pemenuhan
semua kewajiban perpajakan (tax compliance administration) agar resiko perpajakan (tax
exposure) karena salah urus (mis-organizing) dapat dihindari, sebaliknya pencapaian target
penghematan pajak (tax saving) dapat tercapai. Dalam praktek, istilah tax planning mungkin
lebih populer dibandingkan dengan tax management, namun sebenarnya tax planning
merupakan tahap awal untuk melakukan analisis secara sistematis berbagai alternatif
perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan kewajiban perpajakan yang
optimum. Setelah tax planning dilakukan, maka tahapan berikutnya adalah melaksanakan
fungsi pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian perpajakan. Bahkan, dalam situasi
tertentu, kerap kali dilakukan evaluasi atas sistem informasi perpajakan yang telah
dijalankan secara partial maupun menyeluruh.
Perbedaan Definisi
Tax planning is arrangement of business and personal affairs in such a way as to attract the
lowest possible incidence of tax” and “pre arrangement of facts in the most tax favored
way” perencanaan pajak dilakukan melalui aransemen sedemikian rupa dari urusan bisnis
dan personal untuk menghasilkan beban pajak yang terendah mungkin dan pengaturan fakta
menurut cara yang paling menguntungkan pajaknya (Barry Spitz).
Tax planning is a systematic analysis of differing tax options aimed at the minimization of
tax liability in currrent and future tax periods perencanaan pajak adalah suatu analisis
sistematis atas pilihan pilihan pajak yang berbeda yang bertujuan untuk meminimalkan
kewajiban/utang pajak baik saat ini maupun waktu yang akan datang (Dictionary of Tax
Terms, Barron’s Business Guides)
PERSAMAANNYA
Meminimalisir serta mengefisiensi beban pajak dengan ditempuh melalui Tax Avoidance
(penghindaran pajak)
Tax Avoidance
Legal
Lawfull
Loopholes
Legitimate
Acceptable
3. Ke depan, tax management akan menghadapi sejumlah tantangan yang harus disiasati.
Saudara diminta menyebutkan dan menjelaskan setidaknya 3 (tiga) tantangan yang potensial
menghadirkan restriksi dalam pengelolaan pajak korporasi atau sebaliknya justru membuka
kesempatan bagi upaya manajemen pajak yang lebih variatif.
4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat persyaratan atau prinsip dari manajemen atau
perencanaan pajak yang baik!
1. Tidak melanggar/ bertentangan dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Yaitu paham
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan dan teknisnya.
Contohnya perusahaan memiliki akun beban penyusutan dan beban gaji, maka jumlah
beban atas penyusutan haruslah sama dengan jumlah aktiva yang dimiliki. Seandainya
jumlah aktiva tidak sesuai dalam artian sengaja melanggar aturan perpajakan dengan
menimbulkan aktiva baru yang memang tidak dimiliki oleh perusahaan, maka akan
timbul konsekuensi atas beban pajak dimasa depan. Seandainya perusahaan diperiksa
oleh petugas pajak, maka pasti akan segera diketahui pelanggaran yang telah dilakukan
oleh perusahaan.
2. Secara bisnis masuk akal. Contohnya Perusahaan selalu rugi, namun pekerjanya sangat
banyak dan selalu memberikan tunjangan tunjangan kepada pekerjanya
3. Didukung oleh bukti bukti yang memadai. Contohnya Biaya gaji, sesuai dengan
pembayaran terhadap jumlah karyawan yang dibuktikan dengan data absensi karyawan,
slip pembayaran gaji ke bank atau pembayaran langsung pada karyawan.
1. Beban pajak ditentukan oleh besaran tarif (tax rate) dan dasar pengenaan pajak (tax base).
Berdasarkan proposisi itu, terdapat setidaknya empat variabel kritis yang menjadi fokus
manajemen pajak dalam upaya mengelola beban pajak perusahaan. Sebutkan dan jelaskan
secara singkat setidaknya tiga variabel kritis tersebut.
a) pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman yang dilakukan;
b) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
c) kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan
d) pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
sebesar 10% (sepuluh persen), kecuali apabila tariff menurut perjanjian perpajakan
(double tax treaties) yang berlaku menetapkan lebih rendah.
Selain itu, beberapa bentuk fasilitas pajak diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
PPh Badan.
Kewajiban Perpajakan:
1. Kewajiban mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan melaporkan usaha sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP), melaporkan perubahan/pembetulan data wajib pajak
apabila ada, dan menghapuskan NPWP dan mencabut status NPPKP (Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) dalam hal-hal tertentu;
2. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan menurut ketentuan yang
berlaku;
3. Kewajiban melakukan pembayaran dan pelaporan masa angsuran PPh Pasal 25, PPN
dan/atau PPnBM, utang pajak yang tercantum dalam surat ketetapan pajak dan surat
keputusan lainnya;
4. Kewajiban melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2),
PPh Pasal 15, PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan
pemotongan/pemungutan PPh lainnya;
5. Kewajiban melakukan pengisian, pembayaran, dan pelaporan SPT Tahunan PPh
Badan;
6. Kewajiban membuat faktur pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan
Jasa Kena Pajak (JKP) yang merupakan obyek PPN;
7. Kewajiban untuk bersikap kooperatif apabila dilakukan tindak pemeriksaan dan
penyidikan pajak, penagihan pajak, atau permintaan data/keterangan dan
korespondensi lain dengan/dari pihak otoritas pajak.
Hak perpajakan:
1. Hak mendapatkan NPWP dan NPPKP setelah pengajuan registrasi kepada otoritas
pajak;
2. Hak untuk pengajuan izin penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa asing dan mata
uang asing dalam beberapa kondisi tertentu;
3. Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat atas prosedur pembayaran
dan pelaporan masa angsuran PPh Pasal 25, PPN dan/atau PPnBM, utang pajak yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak dan surat keputusan lainnya, misalnya
formulir SSP yang digunakan, penunjukkan bank-bank persepsi tempat pembayaran,
hak untuk mendapatkan pengurangan, penundaan, dan pengangsuran pembayaran
pajak dalam kondisi-kondisi tertentu, dan sebagainya;
4. Hak untuk mendapatkan kejelasan informasi mengenai prosedur melakukan
pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal
21/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan pemotongan/pemungutan PPh lainnya,
hak mendapatkan pelayanan apabila terdapat kesalahan pemotongan, pembayaran,
dan pelaporan, seperti prosedur pemindahbukuan;
5. Hak mendapatkan informasi dan pelayanan prima terkait dengan kewajiban
pengisian, pembayaran, dan pelaporan SPT Tahunan PPh Badan, termasuk hak untuk
mendapatkan perpanjangan penyampaian SPT dalam kondisi-kondisi tertentu;
6. Hak mendapatkan informasi dan pelayanan memadai terkait dengan kewajiban
penerbitan faktur pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena
Pajak (JKP) yang merupakan obyek PPN, seperti: registrasi nomor faktur pajak,
format faktur pajak standar berikut mekanisme pengisian, pembetulan dan
penggantiannya;
7. Hak untuk mendapatkan pelayanan kooperatif dari pihak otoritas pajak apabila
memerlukan informasi, klarifikasi, atau konfirmasi atas suatu permasalahan di
bidang perpajakan dari pihak otoritas pajak, hak mendapatkan pelayanan professional
saat menjadi obyek pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak. Hak untuk
meminta pembentukan dan pembahasan dengan tim quality assurance dalam proses
pemeriksaan pajak, hak mengajukan keberatan apabila tidak setuju dengan hasil
pemeriksaan pajak, hak untuk mengajukan pembatalan atau pembetulan surat
ketetapan pajak, hak untuk meminta pengurangan sanksi administrasi pajak, hak
diundang untuk hadir pada closing conference saat pemeriksaan atau proses
keberatan, hak pengajuan banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak, hak
mengajukan memori peninjauan kembali ke Mahkamah Agung (MA) atas putusan
banding atau gugatan yang masih belum dapat disetujuinya, hak mendapatkan
imbalan bunga atas sengketa perpajakan yang dimenangkannya,hak mengajukan uji
materi atas penerbitan peraturan perpajakan yang merugikannya ke Mahkamah
Agung (MA) atau Mahkamah Konstitusi (MK).
Referensi:
Santoso, Iman dan Rahayu, Ning. (2013). Corporate Tax Management. Observation and
Research of Taxation (Ortax). Jakarta.