Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA EKSTENSI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI FISKAL

MAKALAH SOAL SOAL MANAJEMEN PAJAK

Oleh:

KELOMPOK 10

DANIEL BELIANTO 1406646351

KHALISA ZAHRA SAVIRA 1406646465

PETRUS K NORMAN 1406646572

Depok
2016
SOAL I Dasar-Dasar Manajemen Pajak

1. Uraikan secara singkat dan jelas pemahaman Saudara mengenai tax management, dan
kenapa suatu entitas pemajakan perlu melakukannya?

Pemahaman Tax Management

Tax management sebagai suatu usaha menyeluruh yang dilakukan terus-menerus oleh wajib
pajak agar semua hal yang berkaitan dengan urusan perpajakan dapat dikelola dengan baik,
ekonomis, efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kontribusi maksimum bagi
kelangsungan usaha wajib pajak tanpa mengorbankan kepentingan penerimaan negara.
Pengelolaan pajak yang ekonomis berarti bahwa input pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakan (tugas administrasi perpajakan) dibeli/ diperoleh dengan harga relatif
murah. Sesuai dengan prinsip ekonomi yang menekankan bahwa resources untuk mencapai
tujuan diperoleh dengan harga seminimal mungkin (meski sekarang, kecenderungan ini telah
diperhalus dengan terminologi ‘seoptimal’ mungkin). Sementara efektivitas pengelolaan
pajak direfleksikan dengan keberhasilan wajib pajak mempertahankan pembayaran pajak
minimumnya saat kewajiban perpajakannya (tax compliance) diperiksa oleh pihak otoritas
pajak. Koreksi minimum sebagaimana tertuang dalam surat ketetapan pajak sebagai hasil
pemeriksaan pajak menunjukkan bukti efektivitas (hasil-guna) wajib pajak dalam
pengelolaan administrasi perpajakannya. Efisien, menyiratkan keberhasilan wajib pajak
dalam efisiensi pemanfaatan dana (time value of money), penerapan strategi penghematan
tanpa menimbulkan masalah atau beban di kemudian hari, dan pelaksanaan tugas
administrasi perpajakan secara memuaskan dalam konteks waktu dan biaya yang terukur.

Suatu entitas pemajakan perlu melakukan manajemen pajak disebabkan hal berikut:

- Untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar dan meminimalisir beban


pajak untuk maksimalisasi net profit after tax.
- Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk mengelak dari kewajiban perpajakan
melalui cara cara yang melanggar aturan perpajakan.
2. Tax management sering kali dipahami atau disebut secara bergantian dengan tax planning.
Dapatkah Saudara menjelaskan perbedaan dan persamaan di antara keduanya? Penjelasan
dapat didukung dengan uraian singkat mengenai batasan sejumlah konsep, seperti tax
avoidance, tax evasion, dan sebagainya.

PERBEDAAN
Pertama, mempertimbangkan bahwa tujuan akhir optimalisasi dan/atau minimalisasi beban
pajak tidak hanya didasarkan atas suatu perencanaan yang matang, melainkan juga harus
melewati tahap pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan
(controlling) yang baik dan terkendali. Dalam hal ini, perencanaan adalah langkah awal
yang menjadi bagian kritikal dari keseluruhan manajemen pajak yang lebih besar.

Kedua, bahwa tax planning yang baik juga mensyaratkan pengendalian terhadap pemenuhan
semua kewajiban perpajakan (tax compliance administration) agar resiko perpajakan (tax
exposure) karena salah urus (mis-organizing) dapat dihindari, sebaliknya pencapaian target
penghematan pajak (tax saving) dapat tercapai. Dalam praktek, istilah tax planning mungkin
lebih populer dibandingkan dengan tax management, namun sebenarnya tax planning
merupakan tahap awal untuk melakukan analisis secara sistematis berbagai alternatif
perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan kewajiban perpajakan yang
optimum. Setelah tax planning dilakukan, maka tahapan berikutnya adalah melaksanakan
fungsi pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian perpajakan. Bahkan, dalam situasi
tertentu, kerap kali dilakukan evaluasi atas sistem informasi perpajakan yang telah
dijalankan secara partial maupun menyeluruh.

Perbedaan Definisi

Tax management is an integrated effort continually performed by the taxpayers to manage


its taxation affairs in the most economic, efficient dan effective ways for the benefits of its
going concern without distorting the government regulation (Iman Santoso)
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi
jumlah pajakyang dibayar dapat ditekan serendah mungkin unutk memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan (Sophar Lumbantoruan)

Tax planning is arrangement of business and personal affairs in such a way as to attract the
lowest possible incidence of tax” and “pre arrangement of facts in the most tax favored
way” perencanaan pajak dilakukan melalui aransemen sedemikian rupa dari urusan bisnis
dan personal untuk menghasilkan beban pajak yang terendah mungkin dan pengaturan fakta
menurut cara yang paling menguntungkan pajaknya (Barry Spitz).

Tax planning is a systematic analysis of differing tax options aimed at the minimization of
tax liability in currrent and future tax periods perencanaan pajak adalah suatu analisis
sistematis atas pilihan pilihan pajak yang berbeda yang bertujuan untuk meminimalkan
kewajiban/utang pajak baik saat ini maupun waktu yang akan datang (Dictionary of Tax
Terms, Barron’s Business Guides)

PERSAMAANNYA

Meminimalisir serta mengefisiensi beban pajak dengan ditempuh melalui Tax Avoidance
(penghindaran pajak)

Tax Avoidance

 Legal
 Lawfull
 Loopholes
 Legitimate
 Acceptable

3. Ke depan, tax management akan menghadapi sejumlah tantangan yang harus disiasati.
Saudara diminta menyebutkan dan menjelaskan setidaknya 3 (tiga) tantangan yang potensial
menghadirkan restriksi dalam pengelolaan pajak korporasi atau sebaliknya justru membuka
kesempatan bagi upaya manajemen pajak yang lebih variatif.

1. Upaya ekstra keras pemerintah (government extra effort) untuk meningkatkan


penerimaan pajak seiring dengan fungsinya sebagai tulang punggung penerimaan APBN
disamping aspek besaran tax ratio yang masih kecil
2. Upaya pemeriksaan dan investigasi pajak dan penanganan kasus korupsi di bidang
perpajakan yang dimungkinkan untuk dilakukan lintas Negara.misalnya kasus panama
papers dan tax amnesty bagi WP yang menyimpan hartanya di luar negeri.
3. Etika dan moral, yang harus dijunjung tinggi, karena melanggar hokum juga melanggar
moral, melanggar moral juga melanggar hokum

4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat persyaratan atau prinsip dari manajemen atau
perencanaan pajak yang baik!

1. Tidak melanggar/ bertentangan dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Yaitu paham
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan dan teknisnya.
Contohnya perusahaan memiliki akun beban penyusutan dan beban gaji, maka jumlah
beban atas penyusutan haruslah sama dengan jumlah aktiva yang dimiliki. Seandainya
jumlah aktiva tidak sesuai dalam artian sengaja melanggar aturan perpajakan dengan
menimbulkan aktiva baru yang memang tidak dimiliki oleh perusahaan, maka akan
timbul konsekuensi atas beban pajak dimasa depan. Seandainya perusahaan diperiksa
oleh petugas pajak, maka pasti akan segera diketahui pelanggaran yang telah dilakukan
oleh perusahaan.

2. Secara bisnis masuk akal. Contohnya Perusahaan selalu rugi, namun pekerjanya sangat
banyak dan selalu memberikan tunjangan tunjangan kepada pekerjanya
3. Didukung oleh bukti bukti yang memadai. Contohnya Biaya gaji, sesuai dengan
pembayaran terhadap jumlah karyawan yang dibuktikan dengan data absensi karyawan,
slip pembayaran gaji ke bank atau pembayaran langsung pada karyawan.

SOAL II Hak dan Kewajiban Perpajakan

1. Beban pajak ditentukan oleh besaran tarif (tax rate) dan dasar pengenaan pajak (tax base).
Berdasarkan proposisi itu, terdapat setidaknya empat variabel kritis yang menjadi fokus
manajemen pajak dalam upaya mengelola beban pajak perusahaan. Sebutkan dan jelaskan
secara singkat setidaknya tiga variabel kritis tersebut.

Variable Kritis dalam Manajemen Pajak

a) Minimize tax rate


Diskrepansi tarif PPh merupakan hal yang hendak dituju variable kritis ini sehingga
perusahaan mendapatkan penghematan pajak (tax saving). Ide pemecahan perusahaan
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan tarif PPh yang minimal tentu saja dapat
dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Dari segi perpajakan, harus
diingat bahwa penyusunan SPT untuk 1 (satu) perusahaan akan jauh lebih irit daripada
penyusunan SPT untuk 4 (empat) entitas, terutama jika pekerjaan ini akan di-outsource
kepada pihak ketiga. Berbeda dengan kondisi sekarang dimana PPh badan dikenakan
tarif tunggal (flat rate) sebesar 25%, maka ide pemecahan perusahaan mungkin menjadi
tidak relevan dalam pembahasan variabel kritis meminimumkan tarif pajak. Namun
demikian, adanya ketentuan tentang pengurangan tarif PPh badan sebesar 5% dari tarif
yang berlaku umum, (sehingga dikenakan PPh dengan 20% flat atas PKP) untuk
beberapa perusahaan tertentu dapat dijadikan pertimbangan untuk upaya manajemen
pajak. Disamping itu, ketentuan Pasal 31E Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU
PPh terbaru) dapat dipakai sebagai rujukan pelaksanaan variable kritis menurunkan
tariff pajak.
b) Optimize tax deductions
Variabel kritis mengoptimalkan beban biaya pengurang yang diperkenankan merupakan
modus operandi yang lazim dilakukan oleh banyak perusahaan saat perhitungan PPh
badan terutang karena sejatinya di lapangan praktik penentuan deduktibilitas suatu
pengeluaran tidaklah hitam-putih seperti yang tertuang dalam regulasi. Perusahaan
dapat saja memanfaatkan peluang loopholes dalam suatu peraturan. Acap kali
‘judgement’ wajib pajak berperan dalam menentukan apakah suatu biaya pengurang
dapat dibebankan secara fiskal atau tidak. Pada industri tertentu terutama yang
pengaturan bisnisnya relatifketat (well-regulated industry) atau industri yang tidak
menjadikan perbedaan perlakuan pajak sebagai suatu keunggulan kompetitif
(competitive advantage) antar anggotanya, biasanya ‘judgement’ yang diambil akan
mengikuti kebanyakan pemain di industri yang sama, sehingga masalah pajak dapat
ditarik menjadi isu industri.

c) Maximize income exemption


Variabel kritis ketiga mengoptimalkan pengecualian penghasilan ini umumnya dipakai
karena ketentuan perundang-undangan perpajakan biasanya mengatur hal-hal yang
terkait dengan pengecualian penghasilan sebagai obyek pajak. Dalam konteks ini, teknik
perencanaan pajak ‘converting income from one type to another’ terutama ke dalam
jenis penghasilan yang dapat dikategorikan sebagai bukan obyek pajak, menjadi sangat
relevan. Beberapa penghasilan yang dikecualikan sebagai obyek PPh bagi perusahaan
didasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU PPh terbaru.

d) Explore allowable tax facilities (incentives)


Optimalisasi insentif pajak yang tersedia, perusahaan dapat menekan biaya pajaknya.
Fasilitas (insentif) pajak, secara umum diartikan sebagai kemudahan yang diberikan
oleh jurisdiksi fiskal dalam hal perpajakan. Meski tidak ada definisi yang secara umum
diterima, tetapi fasilitas (insentif) pajak kerap dipahami sebagai ketentuan khusus yang
dibuat oleh perumus kebijakan untuk memberi stimulus di bidang perpajakan bagi
sektor-sektor industri yang dituju yang lebih ringan daripada ketentuan pada umumnya.
Dasar hukum pemberian fasilitas (insentif) pajak di Indonesia dapat ditemukan pada
undang-undang perpajakan dan undangundang penanaman modal. Di bidang PPh,
ketentuan Pasal 31A UU PPh terbaru memberikan insentif pajak kepada wajib pajak
yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/ atau di daerah-
daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, dalam bentuk:

a) pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman yang dilakukan;
b) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
c) kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan
d) pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
sebesar 10% (sepuluh persen), kecuali apabila tariff menurut perjanjian perpajakan
(double tax treaties) yang berlaku menetapkan lebih rendah.

Selain itu, beberapa bentuk fasilitas pajak diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
PPh Badan.

2. Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, perusahaan senantiasa berinteraksi dengan


otoritas pajak. Berdasarkan ketentuan perpajakan Indonesia, Wajib Pajak memiliki sejumlah
kewajiban dan hak perpajakan. Saudara diminta menjelaskan kewajiban dan hak perpajakan
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tax management.

Kewajiban Perpajakan:

1. Kewajiban mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan melaporkan usaha sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP), melaporkan perubahan/pembetulan data wajib pajak
apabila ada, dan menghapuskan NPWP dan mencabut status NPPKP (Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) dalam hal-hal tertentu;
2. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan menurut ketentuan yang
berlaku;
3. Kewajiban melakukan pembayaran dan pelaporan masa angsuran PPh Pasal 25, PPN
dan/atau PPnBM, utang pajak yang tercantum dalam surat ketetapan pajak dan surat
keputusan lainnya;
4. Kewajiban melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2),
PPh Pasal 15, PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan
pemotongan/pemungutan PPh lainnya;
5. Kewajiban melakukan pengisian, pembayaran, dan pelaporan SPT Tahunan PPh
Badan;
6. Kewajiban membuat faktur pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan
Jasa Kena Pajak (JKP) yang merupakan obyek PPN;
7. Kewajiban untuk bersikap kooperatif apabila dilakukan tindak pemeriksaan dan
penyidikan pajak, penagihan pajak, atau permintaan data/keterangan dan
korespondensi lain dengan/dari pihak otoritas pajak.

Hak perpajakan:
1. Hak mendapatkan NPWP dan NPPKP setelah pengajuan registrasi kepada otoritas
pajak;
2. Hak untuk pengajuan izin penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa asing dan mata
uang asing dalam beberapa kondisi tertentu;
3. Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat atas prosedur pembayaran
dan pelaporan masa angsuran PPh Pasal 25, PPN dan/atau PPnBM, utang pajak yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak dan surat keputusan lainnya, misalnya
formulir SSP yang digunakan, penunjukkan bank-bank persepsi tempat pembayaran,
hak untuk mendapatkan pengurangan, penundaan, dan pengangsuran pembayaran
pajak dalam kondisi-kondisi tertentu, dan sebagainya;
4. Hak untuk mendapatkan kejelasan informasi mengenai prosedur melakukan
pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal
21/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan pemotongan/pemungutan PPh lainnya,
hak mendapatkan pelayanan apabila terdapat kesalahan pemotongan, pembayaran,
dan pelaporan, seperti prosedur pemindahbukuan;
5. Hak mendapatkan informasi dan pelayanan prima terkait dengan kewajiban
pengisian, pembayaran, dan pelaporan SPT Tahunan PPh Badan, termasuk hak untuk
mendapatkan perpanjangan penyampaian SPT dalam kondisi-kondisi tertentu;
6. Hak mendapatkan informasi dan pelayanan memadai terkait dengan kewajiban
penerbitan faktur pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena
Pajak (JKP) yang merupakan obyek PPN, seperti: registrasi nomor faktur pajak,
format faktur pajak standar berikut mekanisme pengisian, pembetulan dan
penggantiannya;
7. Hak untuk mendapatkan pelayanan kooperatif dari pihak otoritas pajak apabila
memerlukan informasi, klarifikasi, atau konfirmasi atas suatu permasalahan di
bidang perpajakan dari pihak otoritas pajak, hak mendapatkan pelayanan professional
saat menjadi obyek pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak. Hak untuk
meminta pembentukan dan pembahasan dengan tim quality assurance dalam proses
pemeriksaan pajak, hak mengajukan keberatan apabila tidak setuju dengan hasil
pemeriksaan pajak, hak untuk mengajukan pembatalan atau pembetulan surat
ketetapan pajak, hak untuk meminta pengurangan sanksi administrasi pajak, hak
diundang untuk hadir pada closing conference saat pemeriksaan atau proses
keberatan, hak pengajuan banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak, hak
mengajukan memori peninjauan kembali ke Mahkamah Agung (MA) atas putusan
banding atau gugatan yang masih belum dapat disetujuinya, hak mendapatkan
imbalan bunga atas sengketa perpajakan yang dimenangkannya,hak mengajukan uji
materi atas penerbitan peraturan perpajakan yang merugikannya ke Mahkamah
Agung (MA) atau Mahkamah Konstitusi (MK).

Referensi:

Santoso, Iman dan Rahayu, Ning. (2013). Corporate Tax Management. Observation and
Research of Taxation (Ortax). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai