Anda di halaman 1dari 6

CA

Chartered Accountant
e
I K A T A N A K U N T A N JNt

INDONESIA

Bab IV
PENGERTIAN DASAR
MANAJEMEN PAJAK

fiiifi! imm MODUL


MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB IV
PENGERTIAN DASAR MANAJEMEN PAJAK

4.1 P e n g e r t i a n JVIanajemen P a j a k d a n P e r e n c a n a a n P a j a k

4.1.1 Manajemen Pajak (Tax Management)


Secara u m u m manajemen pajalc didefinisikan sebagai suatu usaha menyeluruh yang dilakukan terus-
menerus oleh wajib pajak agar semua hal yang berkaitan dengan urusan perpajakan dapat dikelola dengan
baik, ekonomis, efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kontribusi maksimum bagi kelangsungan
usaha wajib pajak tanpa mengorbankan kepentingan penerimaan negara.

Adapun tujuan akhir yang ingin dicapai dari manajemen pajak adalah optimalisasi dan/atau minimalisasi
beban pajak yang dapat dicapai tidak hanya dengan melakukan suatu perencanaan yang matang, melainkan
juga harus melewati tahap pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan
(controlling) yang baik dan terkendali. Beberapa pengertian Manajemen Pajak menurut para ahli adalah
sebagai berikut:

Menurut Ladiman Djaiz, Manajemen Pajak berarti melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengawasan mengenai perpajakan yang tujuannya adalah untuk peningkatan
efisiensi. Peningkatan efisiensi berarti meningkatkan laba atau penghasilan. Sophar L u m b a n t o r u a n , dalam
b u k u n y a yang berjudul A k u n t a n s i Pajak juga mengemukakan bahwa secara u m u m "manajemen
pajak adalah sarana u n t u k m e m e n u h i kewajiban perpajakan dengan benar tetapi j u m l a h pajak yang
dibayar dapat ditekan serendah m u n g k i n u n t u k memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan".
L e b i h lanjut E r l y Suandy menyebutkan bahwa tujuan manajemen pajak m e m p u n y a i d u a tujuan,
y a k n i ; 1). Menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan 2 ) . Usaha efisiensi untuk mencapai
laba dan likuiditas yang seharusnya, d i m a n a keduanya dapat dicapai melalui: i ) . Perencanaan pajak
(tax planning), i i ) . Pelaksanaan kewajiban perpajakan d a n h a k perpajakan (tax compliance), iii).
Pengendalian pajak (tax control).

Jadi, pada dasarnya Manajemen pajak m e m i l i k i beberapa fungsi, y a k n i :

1. Fungsi Perencanaan pajak (fungsi Planning)


2. Fungsi Pengorganisasian perpajakan (fungsi organizing)
3. Fungsi Pelaksanaan perpajakan (fungsi actuating)
4. Fungsi Pengawasan perpajakan (fungsi controlling)

Motivasi Manajemen Pajak

T u j u a n utama dari d i l a k u k a n n y a manajemen pajak adalah u n t u k melaksanakan kewajiban perpajakan


dengan benar dan m e m i n i m a l i s a s i beban pajak untuk maksimalisasi Net Profit After Tax. Manajemen
pajak tidak d i m a k s u d k a n u n t u k mengelak dari kewajiban perpajakan melalui cara-cara yang melanggar
aturan perpajakan. M e s k i d e m i k i a n , dalam p r a k t i k sulit dibedakan antara cara-cara yang tidak dan
yang melanggar aturan perpajakan, salah satunya karena banyak ketentuan perpajakan yang m u l t i
tafsir (dapat diinterpretasikan berbeda-beda).

G u n a d i , mengutip S i m o n James dan Chistopher Nobes menyebutkan bahwa motivasi d i l a k u k a n n y a


tax management, diantaranya adalah: ( i ) tingginya tarif pajak (high tax rates); ( i i ) kekurang
gamblangan (imprecise) ketentuan, baik r u m u s a n eksplisit ketentuan m a u p u n semangat, maksud

Ikatan A k u n t a n Indonesia
MANAJEMEN PERPAJAKAN

dan tujuan implisitnya; ( i i i ) terlalu Icecilnya sanJcsi (insufficient penalties); ( i v ) JceJcurangwajaran atau
Icelcurangmerataan (inequity); dan ( v ) distorsi dalam sistem perpajakan.

Motivasi lain d i l a k u k a n n y a manajemen pajak, menurut Simon James dan CJiistopher Nobes, adalah
kekurangwajaran dan ketidakmerataan. Faktor i n i biasanya dikaitkan dengan prinsip manfaat/
benefit (benefit received principle) dari pembayaran pajak dalam kaitannya dengan azas keadilan dan
kemerataan. Konsepsi dari prinsip manfaat/benefit i n i kurang lebih adalah bahwa pajak m e r u p a k a n
harga yang harus dibayar sehubungan dengan manfaat/benefit yang diterima dari pelayanan publik
oleh pemerintah. Sehingga mereka yang mendapatkan manfaat/benefit lebih besar seharusnya
membayar pajak lebih besar. Konsekuensinya, apabila mereka merasa bahwa kualitas pelayanan dan
public goods yang disediakan pemerintah kurang memadai atau tidak setimpal dengan pajak yang
mereka bayarkan, wajib pajak k e m u d i a n cenderung untuk melakukan tindak manajemen pajak.

Syarat M a n a j e m e n P a j a k y a n g B a i k

Tax management yang baik harus m e m e n u h i 3 (tiga) persyaratan utama yaitu: (i) tidak melanggar/
bertentangan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku; ( i i ) secara bisnis m a s u k akal (reasonable),
karena tax management merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari corporate global strategy; dan
(iii) didukung oleh bukti-bukti yang memadai, baik dari segi pencatatan akuntansi-keuangannya,
m a u p u n segi h u k u m perjanjian/perikatannya (seperti: b u k t i tagihan/invoices, kontrak/perjanjian, dan
dokumentasi pendukung lainnya).

4.1.2 P e r e n c a n a a n P a j a k ( T a x P / a m t i n ^ )

Perencanaan Pajak (Tax Planning) merupakan langkah awal yang menjadi bagian k r i t i k a l dari
keseluruhan manajemen pajak yang lebih besar. Perencanaan yang baik juga mensyaratkan adanya
pengendalian terhadap pemenuhan semua kewajiban perpajakan (tax compliance/ tax administration)
agar risiko perpajakan karena adanya kesalahan pengurusan (mis-organizing) dapat d i h i n d a r i , sehingga
penghematan pajak (tax saving) dapat tercapai.

Perencanaan Pajak (Tax Planning) m e r u p a k a n tahap awal untuk melakukan analisis secara sistematis
berbagai alternatif perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan kewajiban
perpajakan yang o p t i m u m . Setelah Tax Planning dilakukan, m a k a tahapan berikutnya adalah
melaksanakan fungsi pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian perpajakan. Beberapa
pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) menurut para ahli, antara lain:

Dictionary of Tax Terms, Barron's Business Guides menyebutkan bahwa "tax planning is a systematic analysis
of differing tax options aimed at the minimization of tax liability in current and future tax periods". Bahwa
perencanaan pajak adalah suatu analisis sistematik atas pilihan-pilihan pajak yang berbeda yang bertujuan
untuk meminimalkan kewajiban/utang pajak baik saat kini maupun waktu mendatang.

Menurut Susan M . Lyons menyebutkan bahwa "tax planning is an arrangement of a persons business and/
or private affair in order to minimize tax liability". Sementara itu Muhamad Zain menyebutkan bahwa tax
planning adalah perbuatan yang sifatnya mengurangi beban pajak secara legal dan bukan mengurangi
kesanggupan memenuhi kewajiban perpajakannya melunasi utang-utang pajaknya.

Secara konseptual perencanaan pajak meliputi baik pengurangan pajak secara permanen maupun
kemungkinan penangguhannya. Penghematan pajak dapat diperoleh dari perencanaan pajak dengan
melibatkan beberapa konsep seperti: pemanfaatan pengecualian pajak, pengurangan tarif pajak menyeluruh,
maksimalisasi pengurangan penghasilan, percepatan pengeluaran, penundaan objek pajak, strukturisasi
transaksi kena pajak menjadi tidak kena pajak, dan sebagainya.

Ikatan A k u n t a n Indonesia
[3! MNMMENPERPMKAN

4.2 Pengertian Tax Avoidance ( P e n g h i n d a r a n Pajak) d a n Tax Evasion ( P e n y e l u n d u p a n Pajak)

Menurut Fuad Bawazier dalam makalahnya, Manajemen Pajak (Tax management) yang bertujuan untuk
meminimalisir (atau menganulir) beban pajak secara umum, dapat ditempuh melalui cara: (i) penghindaran
pajak (tax avoidance); dan (ii) penyelundupan pajak {tax evasion). Pembedaan keduanya, oleh Simon James
dan Christopher Nobes, didekati dari aspek legalitas, dimana tax avoidance umumnya dianggap sebagai
upaya tax management yang legal karena lebih banyak memanfaatkan "loopholes' yang ada dalam peraturan
perpajakan yang berlaku {lawfull), sedangkan tax evasion cenderung mengarah pada sesuatu tindak pidana
perpajakan yang illegal, berada di luar bingkai ketentuan perpajakan (unlawfuU).

S.I. Chelvathurai, dalam bukunya membedakan pengertian Tax Avoidance dan Tax Evasion, sebagai berikut:

"Tax avoidance is used to denote the reduction of tax liability through legal means. In an extended or pejorative
sense, however, the terms is also used to describe tax reductions achieved by artificial arrangements of personal
or business affairs by taking advantage of loopholes and anomalies in the law".

"Tax evasion is usually defined as the reduction of tax by illegal means, including the omission of taxable
income or transactions from tax declaration by fraudulent means".

D a r i pengertian di atas dapat dikatakan bahwa baik tax avoidance (penghindaran pajak) maupun tax evasion
(penyelundupan pajak) sama-sama bertujuan untuk mengurangi/meminimalisir utang pajak. Daiam hal i n i
tax avoidance dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar ketentuan yang berlaku yakni dengan cara
memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam ketentuan yang berlaku, sedangkan tax evasion
dilakukan dengan cara-cara yang bersifat ilegal (melanggar ketentuan yang berlaku).

Dalam buku-buku literatur perpajakan Indonesia, penghindaran pajak {tax avoidance) selalu diartikan
sebagai kegiatan yang legal (misalnya meminimalkan beban pajak tanpa melawan ketentuan perpajakan) dan
penyelundupan pajak (tax evasion/tax fraud) diartikan sebagai kegiatan yang ilegal (misalnya meminimalkan
beban pajak dengan memanipulasi pembukuan). Menurut Gunadi penghindaran (avoidance) terutama
melibatkan komersialisasi dan pemanfaatan secara efektif kebijakan pajak yang legitimate dan defiasi teknis
dan ambiguitas dalam peraturan perundang-undangan. Sementara itu, penyelundupan atau penggelapan
pajak dan sejenisnya (tax evasion) terutama terjadi dengan penghilangan atau kurang melaporkan objek
pajak yang kadangkala didukung dengan rekayasa legal, akuntansi dan administratif lainnya.

Prasetyo mengutip pendapat Prebble dalam tulisannya menyebutkan bahwa tax avoidance mempunyai
beberapa karakteristik, antara lain: Transaksinya seringkali semu, transaksi yang dilaksanakan tidak
mempunyai makna secara ekonomis yang berarti, tidak terdapatnya unsur risiko dan adanya usaha-usaha
untuk mengeksploitasi celah-celah dalam peraturan perpajakan.

Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara,yaitu:(i) Menahan diri, yaitu wajib pajak tidakmelakukan
sesuatu yang bisa dikenai pajak (ii) Pindah lokasi, adalah memindahkan lokasi usaha atau domisili yang tarif
pajaknya tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah dan (iii) Penghindaran pajak secara yuridis. Perbuatan ini
dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan yang dilakukan tidak terkena pajak
Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kekosongan atau ketidakjelasan undang-undang (loopholes).

Tax Evasion merupakan suatu tindakan untuk meminimalkan beban pajak dengan cara melawan ketentuan
pajak (ilegal) yang dapat dihukum dengan sanksi pidana. Merupakan usaha aktif wajib pajak dalam
hal mengurangi, menghapus, manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk tidak
membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut aturan perundang-undangan. Contoh dari
upaya i n i berupa memperkecil laporan jumlah (under declare revenue) atau bahkan melaporkan kerugian
(manipulate the losses) sehingga penghasilan kena pajak berkurang dan otomatis jumlah pajak terutang lebih
kecil atau bahkan tidak membayar pajak sama sekali. Sedangkan pada kenyataannya jumlah pendapatan

80 Ikatan A k u n t a n Indonesia
MANAJEMEN PERPAJAKAN

yang diterima lebih besar dan tidak mengalami kerugian.

Terkait dengan aspek legalitas tax management untuk kasus Indonesia, Mohammad Yusuf berpendapat
bahwa rambu-rambu yang dapat dipakai untuk menentukan apakah tax management itu legal (tax
avoidance) atau tidak (tax evasion), adalah ketentuan pidana Pasal 38, 39, 4 1 , 41A, 41B, dan 43 Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah teraJchir oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007
mengenai Ketentuan U m u m dan Tata Cara Perpajakan ( U U K U P ) .

Acceptable Tax Avoidance & Unacceptable Tax Avoidance

Rohatgi menyebutkan bahwa di banyak Negara penghindaran pajak dibedakan atas penghindaran pajak yang
diperboiehkan (acceptable tax avoidance/tax planning/tax mitigation) dan yang tidak diperboiehkan (unacceptable
tax avoidance). Artinya, penghindaran pajak dapat dianggap illegal apabila transaksi yang dilakukan semata-mata
untuk F j u a n penghindaran pajak atau tidak mempunyai tujuan bisnis yang baik [bonafide business purpose).

Antara satu Negara dengan Negara lainnya dapat saja mempunyai pandangan yang berbeda tentang skema
apa saja yang dapat dikategorikan sebagai acceptable tax avoidance atau unacceptable tax avoidance. Suatu
transaksi akan disebut sebagai unacceptable tax avoidance atau aggressive tax avoidance apabila memiliki
ciri-ciri: i ) . tidak memiliki tujuan usaha yang baik, i i ) . Semata-mata untuk menghindari pajak, i i i ) . tidak
sesuai dengan spirit & intension of parliament, dan iv). Adanya transaksi yang direkayasa agar menimbulkan
biaya-biaya atau kerugian. Sebaliknya suatu transaksi digolongkan sebagai acceptable tax avoidance apabila
memenuhi karakteristik: memiliki tujuan usaha yang baik, bukan semata-mata untuk menghindari pajak,
sesuai dengan spirit & intention of parliament dan tidak melakukan transaksi yang direkayasa.

Senada dengan hal di atas Kessler menyatakan bahwa bentuk tax avoidance yang dilarang adalah jika
tindakan wajib pajak benar menurut "letter of the law" tapi tidak benar atau tidak sesuai dengan maksud
pembuat undang-undang (spirit and intension of parliament). Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan
bahwa istilah tax avoidance lebih komplek daripada istilah tax evasion.

4.3 Kthi)ak.2ca Anti Tax Avoidance

Dalam upaya menghadapi praktik-praktik penghindaran pajak khususnya yang dilakukan oleh perusahaan
multinasional, pada umumnya suatu negara menerbitkan ketentuan pencegahan penghindaran pajak yang
bersifat khusus {Specific Anti Avoidance Rule/SAAR) yang diatur dalam undang-undang domestiknya,
seperti: controlled foreign company, arm's length rule, advance pricing agreement, dan debt to equity ratio.

Dalam praktik di beberapa negara, specific anti avoidance rule efektif dalam upaya menangkal praktik-
praktik penghindaran pajak dan memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak. Selain ketentuan yang
bersifat khusus tersebut, di banyak negara juga diterbitkan ketentuan pencegahan penghindaran pajak
yang bersifat u m u m {General Anti Avoidance Rule/GAAR). Tujuan dibuatnya ketentuan pencegahan
penghindaran pajak yang bersifat u m u m i n i adalah untuk mengantisipasi praktik penghindaran pajak
yang belum diatur dalam ketentuan yang bersifat khusus atau untuk melawan tindakan tax avoidance yang
pada saat dibuatnya peraturan belum belum dikenai. H a l tersebut dilakukan dengan alasan bahwa terdapat
kecenderungan praktik penghindaran pajak dari tahun ke tahun semakin canggih dan sulit untuk dideteksi
serta ditangkal hanya dengan mengandalkan Specific Anti Avoidance Rule. Dalam hal i n i tax planning yang
dilakukan oleh wajib pajak tidak lagi bersifat defensive tax planning, melainkan sudah semakin offensive
yang sering dikenai dengan istilah aggresive tax planning. Lebih jauh Cooper mengatakan bahwa General
Anti Avoidance Rule harus memuat pembedaan antara transaksi yang tergolong acceptable tax avoidance
dan yang tergolong unacceptable tax avoidance karena tidak semua penghindaran pajak bersifat offensive.

Ikatan A k u n t a n Indonesia

Anda mungkin juga menyukai