Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN

KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)


PELAYANAN DI BAGIAN KONFIRMASI KEPROGRESIFAN,
PEMBLOKIRAN DAN FORMULIR

PADA INSTANSI PUSAT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH


WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

JL. RAYA CIMAREME 203B KEC. NGAMPRAH, KABUPATEN BANDUNG


BARAT

Disusun untuk memenuhi


Sebagian dari tugas praktik kerja lapangan
Dan prasyarat mengikuti uji kompetensi
Pada SMK Negeri 3 Cimahi

DISUSUN OLEH

Nama : FRIESKA EPRILIANI


Nomor Induk Siswa : 116007053
Program Studi Keahlian : ADMINISTRASI PERKANTORAN

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


SMK NEGERI 3 CIMAHI
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
MENYETUJUI
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN PELAYANAN PADA BAGIAN KONFIRMASI


KEPROGRESIFAN, PEMBLOKIRAN DAN FORMULIR
PADA INSTANSI PUSAT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH
WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
JL. RAYA CIMAREME 203B KEC. NGAMPRAH, KABUPATEN BANDUNG
BARAT

Laporan ini telah disetujui oleh :

Ketua Program Pembimbing


Keahlian Adm.Perkantoran

Martha Rosmawati, S,Pd.,M.Pd Silfia Susana, S.Pd


NIP. 196604071997022002 NIP

Mengetahui/Menyetujui
Kepala SMK Negeri 3 Cimahi

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


SMK NEGERI 3 CIMAHI
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

PELAYANAN PADA BAGIAN KONFIRMASI KEPROGRESIFAN,


PEMBLOKIRAN DAN FORMULIR
PADA INSTANSI PUSAT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH
WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

JL. RAYA CIMAREME 203B KEC. NGAMPRAH, KABUPATEN BANDUNG


BARAT

Laporan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing a.n Kepala Bagian Tata Usaha


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun selama ini, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) dan
menyusun karya tulis ini tepat pada waktunya. Kegiatan Praktik Kerja Industri
(PRAKERIN) ini penyusun laksanakan selama 2,5 bulan, yaitu mulai dari 2 Juli
2018 sampai 15 September 2018, yang dilaksanakan oleh penyusun di Instansi
PUSAT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH WILAYAH KABUPATEN
BANDUNG BARAT yang beralamatkan Jl. Raya Cimareme No. 203 B,
Kabupaten Bandung Barat.
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap siswa-siswi SMK Negeri 3 Cimahi
setelah selesai melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
diharuskan menyajikan sebuah laporan, dimana laporan ini merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti kegiatan Ujian Nasional. Pada kesempatan ini, penyusun
telah menyelesaikan sebuah laporan dengan mengambil judul :
“PELAYANAN DI BAGIAN KONFIRMASI KEPROGRESIFAN,
PEMBLOKIRAN DAN FORMULIR PADA INSTANSI PUSAT
PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH WILAYAH KABUPATEN
BANDUNG BARAT”

Pada saat yang baik ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
ikut membantu baik secara moril maupun materil, baik langsung ataupun tidak
langsung, sehingga pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan penulisan
karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih ini penyusun sampaikan pada :
1. Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-nya.
2. KEPSEK
3. Ibu. Martha Rosmawati, selaku Ketua Jurusan Administrasi Perkantoran.
4. Ibu. Silfia selaku pembimbing laporan praktik kerja industri.
5. Kedua Orang Tua yang telah membantu dan mendukung saya dalam
melaksanakan tugas saya sebagai anak dan siswa.
6. Ibu Sri Sa’adah, S.IP selaku pembimbing dari pihak Instansi.
7. H. Arustandi selaku pembimbing selama melaksanakan prakerin dibagian
pelayanan
8. Seluruh Pegawai Negeri Sipil Pusat Pelayanan Pendapatan Daerah
Wilayah Kabupaten Bandung Barat
9. Bpk. Ade sudrajat dan jajaran nya selaku Pihak Hubungan Industri SMK
Negeri 3 Cimahi
10. Ibu. Gina selaku pembimbing industri dari SMK Negeri 3 Cimahi
11. Teman teman yang telah mendukung pelaksanaan praktik kerja industri.
12. Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusun dalam
melaksanakan Praktik Kerja Industri dan dalam penyusunan laporan ini
yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per- satu.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun
dari ilmu pengetahuan yang penyusun kuasai. Oleh karena itu saya selaku
penyusun mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan pembuatan laporan dimasa mendatang. Akhirnya penyusun
mengucapkan terimakasih atas segala dukungan dan bantuan sehingga laporan ini
dapat tersusun dengan baik.

Cimahi, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................


Daftar Isi................................................................................................................
Daftar Tabel ..........................................................................................................
Daftar Gambar........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Prakerin ..................................................................................
1.1.1 Landasan Hukum…………………………………….
1.2 Maksud dan Tujuan..........................................................................................
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan ............................................................................ 2
1.4 Tempat Praktik Kerja Industri (Prakerin) ....................................................... 2
1.5 Manfaat Prakerin ............................................................................................. 3
BAB II
URAIAN UMUM ................................................................................................ 4
2.1 Gambaran Umum Instansi.................................................................. 4
2.1.1 Sejarah Singkat Instansi ..................................................... 4
2.1.2 Visi & Misi Instansi ........................................................... 12
2.1.3 Struktur Organisasi ............................................................ 13
2.2 Uraian Kerja / Bidang Pekerjaan yang dilakukan .............................. 16
2.3 Jadwal Kegiatan ................................................................................. 23
BAB III
URAIAN KHUSUS ............................................................................................. 24
3.1 Landasan Teori Penunjang Untuk ..................................................... 24
3.2 Temuan / Pelaksanaan kerja yang dilakukan
3.3 Pembahasan ........................................................................................ 26
BAB IV
PENUTUP / KESIMPULAN ............................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Indutri


Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) adalah sub system dari pendidikan di
sekolah yang secara khusus disiapkan untu menghasilkan tenaga kerja
terampil singkat menengah untuk mengisi keperluan dunia usaha atau industri.
Era globalisasi berdampak semakin terbuka untuk bekerja sama saling
mengisi dan saling melengkapi kepentingan bersama. Pihak pihak yang
berkepentingan dan menimbulkan persaingan yang semakin ketat dan tajam,
sehingga hanya Negara-negara yang secara sungguh-sungguh mempersiapkan diri
terhadap proses globalisasi yang akan memperoleh masa depan yang semakin
cerah.
Keahlian Profesi adalah andalan utama yang menentukan keunggulan kadar
keahlian professional tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi akan
menentukan muu. Indonesia memerlukan tenaga kerja yang memiliki keahlian
profesi professional yang tinggi untk menghadapi perkembangan ekonomi global
masa kini dan masa yang akan datang.
Dengan melauli Pendidikan Sistem Ganda atau Praktik keterampilan
produktif pendidikan di sekolah dan keahlian ang diperoleh melalui dunia usaha
atau industry merupakan perpaduan yang saling mengisi dan saling melengkapi
sehingga akan menghasilkan tenaga kerja professional yang aktif sesuai kebuthan
dunia usahaatau industry.
Penjelasan pasal 15 UUSPN tahun 2003 menjabarkan tujuan khusus SMK
ialah :
1. Menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha atau industry
sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan
program keahlian yang diminati.
2. Membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih
dalam berkompetensi dan mamu mengembangkan dan mampu bersikap
professional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu mengembangkan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Menurut Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) No. 23
yaitu tentang standar kompetensi bahwa siwa-siswi SMK wajib melaksanakan
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US). Oleh karena itu (PRAKERIN) di
wajibkan bagi seluruh Sekolah SMK Negeri maupun Swasta.
Praktek Kerja Industri adalah salah satu penyelenggaraan pendidikan
keahlian professional yang memadukan sistematik dan sinkron antara program
pendidikan disekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan
bekerja secara langsung dengan dunia kerja secara terarah untuk membentuk
keahlian dan mental siswa agar pada saat lulus dari SMK siap terjun dalam dunia
kerja.
Selain itu tuntutan sumber daya manusia yang singkat sehingga
meningkatkan sekolah-sekolah SMK yang di dirikan (PRAKERIN) atau sering
dikenal dengan Praktik Kerja Industri memberikan semangat atau dorongan di
dalam dunia kerja yang akan dihadapi di tahun yang akan datang, serta bertujuan
untuk mengembangkan watak dan kepribadian seseorang menjadi lebih baik
secara teori, praktek dasar keahlian maupun keterampilan yang akan di akui oleh
dunia kerja. Selain itu (PRAKERIN) juga mengasah kemampuan dan menerapkan
pengalaman yang nyata, yaitu dengan di terjunkan langsung kelapangan.
Dalam era globalisasi sekarang tidak sedikit orang yang dengan mudah
bekerja sesuai jurusan yang dipilihnya, tetapi SMK dengan jurusan jurusan nya itu
dapat menyiapkan siswa untuk siap kerja, sehingga dapat membantu siswa agar
lebih trampil dan mempunyai wawasan yang luas sebelum bekerja.
Pemilihan tempat Praktik Kerja Industri penulis memilih di INSTANSI PUSAT
PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH WILAYAH KABUPATEN
BANDUNG BARAT, karena menurut penulis instansi tersebut sesuai dengan
jurusan Administrasi Perkantoran. Sehingga penyusun dapat memperoleh
wawasan yang lebih banyak tentang jurusan Administrasi Perkantoran.
Berdasarkan hal diatas, maka penulis mengangkat judul “Pelayanan di Bagian
Konfirmasi Keprogresifan dan Formulir”. Adapun alasan mengangkat judul
tersebut karena penulis merasa tertarik tentang “Latar Belakang” sampai
pembentukan laporan. Hal ini sebagai pendorong bagi penulis untuk memilih
judul tersebut.

1.1.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Praktek Kerja Industri

Pelaksanaan prakik kerja dalam rangka PSG didasarkan pada ketentuan


ketentuan yang tertuang dalam :
1. Keputusan Mendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang “Pedoman
Penyusunan
2. Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Sekolah”
3. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan
Nasional”
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2005 tentang “Standar Nasional
Pendidikan”
5. Keputusan Mendiknas RI Tahun 22 Tahun 2006 tentang “Standar isi”
6. Keputusan Mendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang “Standar
Kompetensi Lulusan”
7. Permendikbud No.60 Tahun 2014 Lamp. 1a III B, i-l
8. Permendikbud No. 60 Tahun 2014 Lamp. IIIC.7
9. Permendikbud No. 53 Tahun 2015 Pasal 13
10. Panduan Penilaian PKL (Dirjen PMK, Desember 2015 : Bab III halaman
45 : Penilaian PKL
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri
Praktik Kerja Industri adalah program sekolah yang harus dilaksanakan oleh
setiap siswa di SMK Negeri 3 Cimahi yang berbentuk kegitan Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN). Sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan, SMK
Negeri 3 Cimahi melaksanakan leraning by doing (belajar melalui
aktivitas/kegiatan nyata, yang memberikan pengalaman belajar bermakna)
yang dikembangkan menjadi pembelajaran berbasis produksi melalui pola
pendidikan system ganda maka tujuan Praktik Kerja Industri yaitu :
1. Meningkatkan dan memperluas, Ilmu juga materi yang membentuk
kemampuan siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang
sesuai dengan program studi yang dipilihnya.
2. Menumbuh kembangkan sikap professional yang diperlukan siswa untuk
memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.
3. Menambah pengalaman serta wawasan dalam menjalani berbagai aktivitas
di tempat industri.
4. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional yakni
tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos
kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
5. Memperkokoh link dan match antara sekolah dan dunia kerja.
6. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas professional. (sama)
7. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian dari proses pendidikan.
8. Melahirkan keterampilan yang dimiliki siswa/siswi sehingga dapat bekerja
dengan baik.
9. Memberikan motivasi semangat dalam menggapai citacita.
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan Prakerin
Tujuan dari pembuatan karya tulis laporan praktik kerja lapangan adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai syarat mengikuti Uji Kompetensi di SMK Negeri 3 Cimahi
2. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan tugas yang diberikan oleh sekolah
3. Memperkenalkan dunia usaha/dunia industry pada peserta didik
4. Sebagai salah satu bentuk dari hasil pengalaman praktik kerja lapangan.
5. Sebagai salah satu bukti keefktifan pelaksaan Praktek Kerja Lapangan
6. Sebagai contoh dan panduan bagi adik kelas yang nantinya juga akan
menyusun laporan saat masa prakerin, dan tidak diperkenakan untuk
menduplikat secara sepihak.
7. Melatih peserta didik agar terampil dalam menyusun, menguraikan, dan
menyimpulkan pengalaman kerja yang didapat di industry kedalam bentuk
laporan.
8. Memberikan bukti tertulis kepasa pihak sekolah dan industry tentang
semua kegiatan yang dilakukan selama industri.
BAB II
URAIAN UMUM

2.1 SEJARAH PERUSAHAAN


Proklamator bangsa kita menyatakan bahwa bangsa yang besar adalah
bangsa yang menghargai sejarah dan menghormati jasa-jasa pahlawannya.
Memang ini dalam skala kenegaraan tapi tentu pemahamannya dapat ditarik pada
skala-skala lebih kecil seperti kedinasan. Kalimat tersebut pendek namun
memiliki makna luar biasa bila dapat dihadirkan dalam skala yang terkecil
sekalipun. Sebagai pelaku sejarah, tidak jarang kita melihat antar pelaku sejarah
melakukan koreksi terhadap pelaku sejarah lain, makanya tidak heran didalam
kenegaraan kita sering menemui pemelintiran sejarah. Hal ini mengilhami bahwa
kita harus memahami sejarah, menghargai dan menguasai sebagai modal kedepan
dalam menentukan arah pergerakan Dinas Pendapatan. Merujuk hal tersebut,
Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat memandang perlu untuk senantiasa
membangun komitmen kedinasan jajaran aparaturnya. Komitmen kedinasan
adalah suatu keniscayaan karena kalau tidak dibangun menjadi satu, jangankan
yang asal muasalnya sangat heterogen yang homogen juga bisa memiliki persepsi
berbeda, visi berbeda, opininya berbeda. Apalagi aparatur Dinas Pendapatan
berasal dari berbagai organiasi perangkat daerah (OPD). Oleh karenanya penting
komitmen kedinasan menjadi satu masa lalu yang dilalui pada OPD lain sebagai
referensi penguat, sebagai referensi pembanding, tapi ketika menjadi bagian
aparatur Dispenda harus memiliki esprit de corps kuat terhadap organisasi.
Membangun komitmen kedinasan melalui pengungkapan sejarah
dipandang langkah tepat karena sejarah bisa menjadi modal dalam mengilhami
serta inspirasi kedepan. Dinas Pendapatan telah menepuh suatu perjalanan
panjang tanpa terhindar dari pasang surut, hal ini pula yang menjadi salah satu
pertimbangan ketika adanya wacana penggabungan Dinas Pendapatan dan Biro
Keuangan, pertimbangan sejarah panjang bahwa tidak mudah membangun Dinas
Pendapatan yang memiliki asal muasal dari Biro Keuangan Daerah. Ini bagian
dari satu pertimbangan selain pertimbangan-pertimbangan lain. Jadi sejarah ini
telah membuktikan bahwa pengalaman itu adalah guru dalam kehidupan kita.
Perkembangan Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat, diawali dengan
terbentuknya Djawatan Perpadjakan dan Pendapatan Dalam Lingkungan
Pemerintah Daerah Propinsi DT I Jawa Barat. Dengan Keputusan Gubernur
Propinsi Jawa Barat Nomor: 219/Po/V/O.M/SK/1971 tanggal 25 September 1971
dan tanggal itu pula yang dijadikan tonggak sejarah hari jadi Dinas Pendapatan
Propinsi Jawa Barat.

Sebelum itu dengan Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat No.


60/PO/V/OM/SK/71 sudah dibentuk suatu Biro Pendapatan dan Perpajakan, akan
tetapi unit kerja ini hanya merupakan embrio semata, karena unit kerja tersebut
tidak berdiri sendiri dan masih diposisikan sebagai sub ordinat dari administratur
bidang keuangan. Bidang pendapatan dan keuangan adalah satu rumpun, ketika
proses mekanisme berkembang, pendapatan berkembang, keuangan berkembang,
maka bidang ini dipecah menjadi disiplin fungsi sendiri.
Tugas pokok Jawatan adalah menyelenggarakan tugas-tugas dan
kewenangan–kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam bidang
Perpajakan Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku serta garis-garis
kebijaksanaan yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Cq.
Gubernur. Pada awalnya susunan organisasi jawatan terdiri dari unsur pimpinan
yaitu kepala jawatan dan unsur pembantu pimpinan adalah kepala bagian, kepala
sub bagian dan kepala seksi. Sebagai Kepala Jawatan yang pertama yaitu Drs. H.
MAHBUB MESRIE dengan periode jabatan dari tahun 1972 – 1976. Sebagai
unsur pelaksana adalah kantor-kantor perwakilan jawatan ditingkat Inspektorat
Wilayah yang terdiri dari:
1. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Banten disebut wilayah I yang terdiri dari
4 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan propinsi di kabupaten/kotamadya.
2. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Bogor disebut wilayah II yang terdiri dari
5 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan propinsi di kabupaten/kotamadya.
3. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Cirebon disebut wilayah III yang terdiri
dari 5 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan propinsi di
kabupaten/kotamadya.
4. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Purwakarta disebut wilayah IV yang
terdiri dari 4 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan propinsi di
kabupaten/kotamadya.
5. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Priangan disebut wilayah V yang terdiri
dari 4 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan propinsi di
kabupaten/kotamadya.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat No.
219/Po/V/O.M/SK/1971 tanggal 25 September 1971, Struktur Organisasi Kantor
Pusat Jawatan dan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat.
Sebagai konsekwensi berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974,
maka sebutan atau nomenklatur kelembagaan berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 107/A.V/18/SK/1975
terhitung tanggal 12 April 1975 nomenklatur jawatan diubah dengan Dinas
Perpadjakan dan Pendapatan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Setelah berubah nama menjadi Dinas Pendapatan Propinsi Daerah Tingkat
I Djawa Barat dilakukan penyesuaian kelembagaan dengan Perda Propinsi DT I
Jawa Barat Nomor 7/DP.040/PD/78 tanggal 30 Agustus 1978 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DT I Jawa Barat.
Namun demikian sumber daya dinas yang dimiliki pada saat itu masih sangat
terbatas, baik pegawai, sarana maupun beban target pendapatan daerah. Bahkan
pada saat itu telah diupayakan penggalian sumber pendapatan baru berupa
Pungutan Bea Balik Nama Tanah (PBNT) yang kemudian di lakukan pembekuan
pemungutannya. Selanjutnya dilakukan penyesuaian kelembagaan dengan
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor: 7/DP.040/PD/78
Tanggal: 30 Agustus 1978 Tentang; Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah Propinsi DT I Jawa Barat. Berdasarkan susunan organisasi ini,
eksistensi kantor-kantor perwakilan jawatan di setiap wilayah ditiadakan sehingga
organisasi ditetapkan sebagai berikut :
1. Unsur pimpinan adalah kepala dinas;
2. Unsur pembantu pimpinan adalah kepala bagian tata usaha;
3. Unsur pelaksana adalah sub dinas, cabang dinas dan unit pelaksana teknis.
Pada fase inilah terjadi kerancuan organisasi pada tingkat operasional dimana
cabang dinas pembentukannya didasarkan pada Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor; 125/SK.L045/HUK/1982, sedangkan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dibentuk dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Barat Nomor; 125/SK.1046/HUK/82 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis PKB dan BBNKB
pada Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DT I Jawa Barat, yang memposisikan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada kepala dinas, sedangkan kepada kepala cabang hanya bersifat administratif
yaitu dalam hal peralatan, perbekalan dan belanja rutin.
Peristiwa monumental yang terjadi saat itu adalah dilakukannya reformasi
dalam sistem dan prosedur perpajakan propinsi, dimana pada tahun 1978,
dilaksanakan Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT)
berdasarkan keputusan bersama 3 menteri yang secara prosedur administratif
didasarkan pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 16 Tahun 1977
tentang Pedoman/Petunjuk Pelaksanaan System Administrasi Manunggal
Dibawah Satu Atap dalam Pengeluaran Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK),
Pembayaran Pajak-Pajak Kendaraan Bermotor (PKB/BBNKB) dan Sumbangan
Wajib Dana Kecelakaan lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) . Di sisi lain terjadi
penghentian pungutan yaitu Pajak Rumah Tangga (PRT) karena berdasarkan UU
Nomor: 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, obyeknya
diintegrasikan dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Demikian pula atas
dasar kebijakan pemerintah pusat untuk mendorong berkembangnya komoditi
ekspor non migas melalui Keputusan Mendagri Nomor: 48 Tahun 1984 tentang
Pemberhentian Pelaksanaan Pungutan Pemerintah Daerah atas Beberapa Komoditi
Non Mi Gas jo. Surat Menteri Dalam Negeri RI nomor:977/527/POUD, telah
dihentikan beberapa jenis pungutan diantaranya Retribusi Jembatan Timbang
(RJT), Biaya Bimbingan Industri (BIBININ) dan Iuran atas genset. Adapun
kepemimpinan Dinas Pendapatan pada periode tersebut dipegang oleh Drs. H.
RAGAM SANTIKA, yakni sejak tahun 1976 – 1984.
Sebagai akibat dari pelaksanaan SAMSAT di Jawa Barat, selain efektivitas
pemungutannya juga aspek pendapatan daerah telah terjadi lonjakan penerimaan
pendapatan yang sangat spektakuler. Dalam kerangka penguatan pelaksanaan
tugas pendapatan daerah, Pemerintah Daerah memandang perlu melakukan
recruitment pegawai pada tahun 1978 sebanyak 560 (lima ratus enam puluh)
orang.
Guna mencapai daya guna dan hasil guna kinerja pada tingkat operasional dan
tidak adanya legalitas kelembagaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari pemerintah
pusat, maka organisasi dan tata kerja cabang dinas ditetapkan dengan Perda
Nomor: 4 Tahun 1984 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Cabang Dipenda Tk I Jawa Barat, sehingga posisi organisasi cabang dinas
ditetapkan sebanyak 24 kantor cabang dinas dengan wilayah kerja di setiap
kabupaten/kotamadya. Demikian pula kantor dispenda pusat pindah lokasi dan
menempati kantor di Jalan Soekarno Hatta Bandung. Pucuk pimpinan Dinas
Pendapatan pada saat itu dijabat oleh. Drs. H. MOCH. SANUSI sejak tahun 1984
sampai dengan 1989.
Dalam menyikapi semakin beratnya beban tugas dinas pendapatan daerah
sebagai unsur pelaksanaan pemerintah daerah untuk melaksanakan sebagian tugas
urusan rumah tangga daerah di bidang pendapatan, maka dilakukan penataan
organisasi melalui Perda Propinsi Jawa Barat Nomor : 1 Tahun 1990 tentang
Perubahan Pertama Perda Prop. Dati I Jawa Barat No. 7/Dp.040/PD/78, untuk
Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat dan Perda Propinsi Jawa Barat Nomor 2
Tahun 1990 tentang Perubahan Pertama Prop. Dati I Jawa Barat No. 4 Tahun
1984 untuk organisasi Cabang Dinas Pendapatan Daerah. selanjutnya pelaksanaan
tugas dan fungsi mengalir seiring perjalanan waktu sampai terjadi peralihan
kepemimpinan Pada periode dinas yang dijabat oleh H. RUSMANA
ARDIWINATA SH, yaitu dari tahun 1989 sampai dengan 1993.
Berikutnya kepala dinas dijabat oleh Drs. H. DANNY SETIAWAN, M.Si,
yaitu dari tahun 1994 sampai dengan 1997, yang dalam perkembangan karir
politiknya menjabat Gubernur Jawa Barat Periode 2003-2008. Pada masa ini
dilakukan penataan d inas pendapatan daerah yang difokuskan pada penyediaan
perkantoran dan fasilitas pelayanan. Pada fase inilah pelayanan di kantor bersama
(SAMSAT) memasuki era komputerisasi dan dilanjutkan pada era kepemimpinan
Drs. H. MASDUKI yaitu dari tahun 1997 sampai dengan 1999. Pencapaian karir
politik beliau juga mencapai Wakil Gubernur Banten Periode 2007-2012.
Perubahan ketentuan pajak daerah dan retribusi daerah terjadi seiring dengan
ditetapkannya UU Nomor. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,
pada saat itu kembali Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat kehilangan jenis
pendapatan yang dikelola karena berdasarkan UU tersebut terdapat jenis pungutan
retribusi pengambilan air dan retribusi bahan galian golongan c ditetapkan
menjadi pajak kabupaten/kota. Seiring dengan itu, terjadi krisis moneter di
Indonesia yang berdampak terhadap penurunan pendapatan asli daerah secara
signifikan.
Perjalanan Dinas Pendapatan selanjutnya memasuki masa milenium ke 2 (dua)
yang pada saat yang sama diimpelemntasikan otonomi daerah dengan perubahan
sistem pemerintahan yang berdasar pada UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Tantangan akan peningkatan pendapatan semakin besar,
seiring dengan tuntutan masyarakat akan pelayanan oleh karenanya kebijakan di
segala bidang dilakukan penyesuaian termasuk kelembagaan Dinas Pendapatan
Propinsi Jawa Barat. Pada saat yang sama ketentuan perundangan di bidang pajak
dan retribusi daerah disempurnakan dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas UU Nomor. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,
terdapat penambahan jenis pajak baru yaitu pajak bahan bakar kendaraan
bermotor (PBBKB) dan kembalinya pajak pengambilan air menjadi kewenangan
pemerintah propinsi.
Dalam kerangka mengantisipasi tugas-tugas berat tersebut dengan
penyelenggaraan ekonomi di bidang pendapatan daerah, maka dilakukan
penyempurnaan kelembagaan dinas dengan rujukan Peraturan Pemerintah Nomor
84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan ditetapkannya
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas
Daerah Propinsi Jawa Barat yang selanjutnya disempurnakan dengan Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Propinsi Jawa Barat,
dimana pada level operasional diperkuat dengan 31 (tiga puluh satu) Unit
Pelayanan Pendapatan Daerah (UPPD). Pada saat itu kepemimpinan dijabat oleh
Drs. H. MAMAD SURYANA. M.Si, dan pencapaian penerimaan pendapatan
daerah terus berkembang sampai menembus angka Rp. 1 (satu) Triliun atau
dikenal dengan istilah era 1 (satu) trilyunan.
Perjalanan berikutnya, kepemimpinan dinas pendapatan dipegang oleh H.
TATANG PRIDASA. SH. M.Si, kebijakan dinas diarahkan pada penataan
efektivitas kinerja melalui perbaikan sistem, pemenuhan sarana pelayanan,
penyiapan dan peningkatan kompetensi pegawai serta kesejahteraan pegawai yang
memberikan dampak besar terhadap peningkatan kinerja penerimaan pendapatan
daerah dan mampu menembus angka Rp. 2 Triliun atau yang dikenal dengan
istilah era 2 ½ (dua satu per dua) Trilyun. Beliau pula yang memiliki gagasan
sekaligus menancapkan tonggak sejarah untuk memperingati hari jadi Dinas
Pendapatan Propinsi Jawa Barat setiap tahunnya.
Pada tahun 2005-2008, kepemimpinan dinas pendapatan dipegang oleh Drs.
H. WAHYU KURNIA, MBA. Pada era ini aktifitas yang menonjol dalam bentuk
capacity building pegawai melalui program strata 1 dan 2 di Universitas Winaya
Mukti.
Setelah Drs. H. Wahyu Kurnia, MBA memasuki masa pensiun, sebelum
ditetapkannya pejabat definitif untuk sementara kepemimpinan dinas dijabat oleh
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendapatan dijabat oleh Drs. H. YUYUN
MUSLIHAT, MM yang pada saat itu sedang menjabat Asisten Administrasi
Sekda Provinsi Jawa Barat.
Selanjutnya oleh Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, pada tahun 2008
ditetapkan Kepala Dinas Pendapatan defenitif yakni Drs. H. SUTRISNO, dengan
garis-garis kebijakan diletakkan pada keseimbangan capaian kinerja pendapatan
dan kinerja pelayanan. Didalam periode ini dibangun rumah masa depan Dinas
Pendapatan dengan struktur organisasi yang berdasarkan Perda no. 21 tahun 2008
tanggal : 19 november 2008 tentang : Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Provinsi Jawa Barat.
UPPD yang semula 31 akan ditambah 2 UPPD yaitu untuk Cinere dan Banjar,
serta ditambah pembentukan satu instalasi di Soreang. Bila dilihat dari komposisi
pegawai, dibanding tahun 1978 terjadi penurunan, yakni sekitar 1300 pegawai
menjadi 939 berikut tenaga kerja kontrak. Dalam kerangka pencapaian
keseimbangan pendapatan dan pelayanan, agenda-agenda yang dikedepankan
berkaitan dengan Drive Thru, SAMSAT online, Gerai SAMSAT atau banking
system, layanannya SMS dan SAMSAT Mobile.
Gubernur Jawa Barat Nomor 87 Tahun 2009 tentang Keringanan dan atau
Pembebasan Pokok Pajak serta Sanksi Administrasi PKB dan BBNKB, akan
dilaksanakan operasional terpadu di seluruh Jawa Barat yang bekerja sama dengan
Polda Jabar, Polda Metro dan PT. (Persero) Jasa Raharja dengan pola operasional
melibatkan kecamatan, kelurahan dan polisi sektor, serta memberikan stimulus
fiskal berupa keringanan pokok pajak dalam batas tertentu dan sanksi administrasi
atas pembayaran PKB/BBNKB serta keringanan jasa raharja sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku, yang kemungkinan akan diikuti provinsi
lain.
Setelah selama 45 tahun berkiprah di Provinsi Jawa Barat, terhitung tanggal 3
Januari 2017 Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Jawa Barat berganti
nama menjadi Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Barat.
Pergantian nama dari Dispenda ke Bapenda diresmikan secara langsung oleh
Kepala Bapenda (Kaban) Provinsi Jawa Barat, Dadang Suharto di Aula Besar
Gedung Bapenda Jawa Barat.

2.1.1 Profil Pusat Pelayanan Pendapatan Daerah Wilayah KBB

Nama Instansi : PUSAT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH


WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
(SAMSAT CIMAREME)
Alamat : Jl. Raya Cimareme No. 203 B, Bandung Barat, Jawa
Barat
Kontak : tlp (022) 6621010

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan


Visi bapenda

Menjadi pengelola pendapatan daerah yang amanah dan akuntabel

Misi bapenda

1. Meningkatkan kapasitas pendapatan daerah yang makin optimal .


2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang berdaya saing
2.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

KEPALA PUSAT

Dra. Hj. DWIYANTI PRETIANAWAT, MM


NIP. 19640414 199102 2 001

SUB. BAGIAN TATA USAHA

JABATAN FUNGSIONAL RIZKI FITRIANSYAH, SH, MM


NIP. 19741017 200604 1 012

1. Arsiparis PELAKSANA :
2. PranataKomputer 1. HERMANA, S.Sos
NIP. 19651118 199103 1 006
3. Pustakawan 2. WAHYUDIN, SE
NIP. 19470814 199309 1 001
3. YETI TRESNAWATI
NIP. 19740407 1993032 001
4. AGUS, SE
NIP. 19720126 200901 1 001
5. DEWI MULYATI
NIP. 198404032010012003

SEKSI PENDATAAN DAN PENETAPAN SEKSI PENERIMAAN DAN PENAGIHAN

Hj. NENENG RATNA KOMALA, SE.MM Dra. GINA LIGIABANON


NIP. 1961
NIP. 196305291986022005
PELAKSANA :
PELAKSANA :
1. CECEP SETIA KOMARA, S.Sos
NIP. 19680222199303 1 012 1. SRI SA’ADAH, S.IP
2. ARIFIN, SE
NIP. 19751223 200901 2 001
NIP. 19650718 199003 1 002
3. JOJO
2. FITA PUSPITHASARI SUNARYA, SE
NIP. 19660917199303 1 004 NIP. 19691215 199309 2 001
4. SUBANDI, SE 3. AGUS SUZANA
NIP. 19660517 198803 1 004 NIP. 196508261998031001
5. H. ARUSTANDI 4. RYAN IRIAWAN OKTORA
NIP. 19620215 198507 1 00 NIP. 19811015 201001 1 004
6. HERU HERMAWAN, SE
NIP. 19720201 200801 1 001 JUMLAH PERSONIL: 28 Orang
7. ENDRI YUDISTA BIMANTARA,SE
NIP. 19701212 199303 1 005 IV/d : - II/d : 1
8. FANDI SATRIA, SE. M.M IV/c : - II/c : 5
NIP. 19860427 201101 1 001 IV/b : 1 II/b : 2
9. INTAN NUR RAHMAH, S.Sos IV/a : 1 II/a : -
NIP. 19781128 201001 2 003
10. YOSSI MAYA OKTAVIANI III/d : 3 I/d : -
NIP. 19731028 200801 2 002 III/c : 5 I/c : -
11. DUDI DARMAJI III/b :8 I/b : -
NIP. 196307022000121001 III/a : 2 I/a : -
12. ANANG SUKANDAR
NIP. 19731028 200801 1 002
13. EVIK
NIP. 197904112009011002
14. DHANI ISMAIL
NIP. 19780225 200801 1 002
2.1.6 Peraturan Kerja

Pengertian peraturan perusahaan berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang


Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan)
adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Peraturan peraturan disusun oleh
pengusaha dan menjadi tanggung jawab dari pengusaha yang bersangkutan.
Penyusunan peraturan perusahaan dilakukan dengan memperhatikan saran dan
pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan.

Peraturan perusahaan bertujuan untuk menjamin keseimbangan antara hak


dan kewajiban pekerja, serta antara kewenangan dan kewajiban pengusaha,
memberikan pedoman bagi pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan tugas
kewajibannya masing-masing, menciptakan hubungan kerja harmonis, aman dan
dinamis antara pekerja dan pengusaha, dalam usaha bersama memajukan pekerja
dan keluarganya.

Adapun peraturan yang berlaku di Instansi Pusat Pelayanan Pendapatan


Daerah antara lain :

1. Jam kerja
1) Hari Senin masuk pukul 08.00 pulang pukul 16.00
2) Hari Selasa masuk pukul 08.00 pulang pukul 16.00
3) Hari Rabu masuk pukul 08.00 pulang pukul 16.00
4) Hari Kamis masuk pukul 08.00 pulang pukul 16.00
5) Hari Jum’at masuk pukul 08.00 pulang pukul 16.00
6) Hari Sabtu masuk pukul 08.00 pulang pukul 12.00
2. Seragam
1) Hari Senin memakai baju putih rok abu-abu
2) Hari Selasa memakai baju putih rok abu-abu
3) Hari Rabu memakai baju putih rok hitam
4) Hari Kamis memakai baju batik rok hitam
5) Hari Jum’at memakai baju batik rok abu
6) Hari Sabtu memakai baju putih rok abu

2.1.7 Pemeliharaan tempat kerja

1. Keteraturan

Mengatur waktu supaya konsisten dalam bekerja,memisahkan barang/dokumen


sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya an juga kekompakannya.

2. Kerapihan

Simpan dan rapihkan barang/dokumen ditempat yang aman dan sesuai dengan
tempat dan pengelompokannya.

3. Kebersihan

Bersihkan barang,peralatan dan juga lingkungan tempat bekerja.

4. Kelestarian

Lakukan perawatan/pemeliharaan tempat kerja,ruangan dan mesin secara peridic.

5. Kedisiplinan

Biasakan bekerja sesuai dengan aturan kerja dan datang tepat waktu.

2.2 RUANG LINGKUP UNIT KERJA

2.1.5 Tugas dan Fungsi Unit Kerja


Kepala Bapenda Provinsi Jawa

Barat
Tugas :
1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Badan Pendapatan;
2. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rancana pengembangan
pendapatan daerah;
3. Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis Badan Pendapatan sesuai
dengan kebijakan umum Pemerintah Daerah;
4. Menyelenggaraakn fasilitas pelaksanaan tugas dan fungsi kesekretariatan,
perencanaan dan pengembangan, pajak, non pajak, pengendalian dan
pembinaan serta UPTD;
5. Menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi
kepada Gubernur mengenai pendapatan dan pelayanan umum sebagai
bahan penetapan kebijakan Peemrintah Daerah;
6. Menyelenggaraakn koordinasi OPD yang berka8tan dengan Pendapatan
Daerah;
7. Menyelenggaraan pembinaan keseretariatan, perencanaan dan
pengembangan, pajak, non pajak, pengendalian dan pembinaan, UPTD
dan menyelenggaraakn pembinaan teknisu fungsional pendapatan daerah;
8. Menyelenggarakan fasilitasi dan kerjasama dengan instansi, unit kerja,
swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan
kegiatan badan pendapatan
9. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana strategis, LAKIP,
LKPJ, dan LPPD Dinas, pelaksanaan tugas teknis serta evaluasi dan
pelaporan yang meliputi kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan
pajak, non pajak, pengendalian dan pembinaan;
10. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi pemerintahan
dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di
kabupaten/kota;
11. Menyelenggarakan koordinasi dan mebina UPTD;
12. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
13. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Fungsi :
1. Penyelenggaraan penetapan kebijakan teknis pendapatan yang meliputi
kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan, pajak, non pajak,
pengendalian dan pembinaan;
2. Penyelenggaraan pelayanan umum pendapatan daerah;
3. Penyelenggaraan koordinasi pelasanaan tugas pendapatan daerah;
4. Penyelenggaraan pengadilan tugas-tugas pendapatan daerah dan
pembinaan teknis fungsional.

Sub Bagian Umum dan Perlengkapan


Tugas :
1. Melaksanakan penyusunan program kerja sub bagian umum dan
perlengkapan;
2. Melaksanakan urusan rumah tangga badan;
3. Melaksanakan ketertiban dan keamanan kantor;
4. Melaksanakan pemeliharaan sarana dan prasarana badan;
5. Melaksanakan pelaporan pemeliharaan sarana dan prasarana badan;
6. Melaksanakan keprotokolan dan fasilitasi rapat-rapat badan;
7. Melaksanakan tata usaha perkantoran;
8. Melaksanakan pengelolaan kearsipan di lingkungan badan;
9. Melaksanakan pengelolaan perpustakaan;
10. Melaksanakan pendokumentasian kegiatan badan;
11. Melaksanakan hubungan masyarakat;
12. Melaksanakan penyusnan bahan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
13. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan sub bagian umum dan
perlengkapan;
14. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan dan pengadaan barang
badan;
15. Melaksanakan penyediaan prasarana dan sarana pelayanan;
16. Melaksanakan pelaporan dokumentasi pengadaan barang badan;
17. Melaksanakan penerimaan,penyimpanan dan pendistribusian barang
badan;
18. Melaksanakan pembukuan dan inventarisasi barang badan;
19. Melaksanakan pelaporan dan penyimpanan barangbadan;
20. Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan barang badan;

Fungsi :
1. Pelaksanaan urusan rumah tangga dinas,ketertiban dan keamanan
kantor;
2. Pelaksanaan keprotokolan dan rapat;
3. Pelaksanaan tata usaha perkantoran;
4. Pelaksanaan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan;
5. Pelaksanaan tugas kehumasan;
6. Pelaksanaan penyusunan bahan rencana kebutuhan dan penganggaran
serta penyediaan dukungan sarana dan prasarana pelayanan;
7. Pelaksanaan pengadaaan barang;
8. Pelaksanaan penerimaan,penyimpanan dan distribusi barang;
9. Pelaksanaan pengamanan barang badan;
10. Pelaksanaan penatausahaan barang badan.

2.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja


BAB III

URAIAN KHUSUS

2.1 Teori Umum


2.1.1 Pengertian Pelayanan
Pelayanan secara umum adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau
ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, melalui pelayanan
ini keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi.

3.1.2 Pengertian Pelayanan menurut para ahli


1. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
”Pelayanan adalah sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Pada
hakekatnya pelayanan adalah serangkaian kegiatan yang merupakan
proses. Sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat,
proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain.”
2. Menurut R.A Supriyono
“Pelayanan adalah kegiatan yang diselenggarakan organisasi menyangkut
kebutuhan pihak konsumen dan akan menimbulkan kesan tersendiri,
dengan adanya pelayanan yang baik maka konsumen akan merasa puas,
dengan demikian pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam
upaya menarik konsumen untuk menggunakan produk atau jasa yang
ditawarkan”.
3. Menurut Liona
”Di dalam bukunya yang bertajuk hubungan masyarakat membina
hubungan baik dengan publik (2001:138). Yang beranggapan bahwa
sebuah pelayanan ialah suatu proses keseluruhan sebuah pembentukan
citra dari perusahaan, baik dengan melalui media berita, membentuk
sebuah budaya perusahaan secara internal, ataupun melakukan sebuah
komunikasi mengenai pandangan perusahaan pada para pemimpin
pemerintahan serta public yang lainnya yang berkepentingan.”
4. Menurut Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2)
”Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkainan aktivitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat
adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh organisasi pemberi pelayanan yang dimaksudnya untuk
memecahkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau
pelanggan.”

5. Menurut Moenir (2001:27)


“Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia
merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.
Lebih lanjut Moenir (2001:47) menerangkan bahwa :
Pelayanan umum yang didambakan adalah kemudahan dalam mengurus
kepentingan mendaptkan pelayanan yang wajar, perilaku yang sama tanpa
pilih kasih dan perlakuan yang jujur dan terus terang. Disamping itu, ia
juga menambahkan bahwa kewajiban yang dibebankan, system, prosedur,
dan metode yang memadai, pengorganisasian tugas pelayanan yang
tuntas, pendapatan petugas atau pegawai yang cukup untuk kebutuhan
hidupnya, kemampuan atau keterampilan pegawai, dan sarana kerja yang
memadai.”
6. Menurut Keputusan Menteri Negeri Aparatur Negara No.63 Tahun 2003
“Pelayanan adalah Segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan badan
usaha milik Negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan perbuatan
yang hasilnya ditujukan untuk kepentingan oranglain, baik perorangan,
maupun kelompok atau masyarakat.”

3.1.3 Jenis Jenis Pelayanan


Pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada dua jenis yaitu:
1. Pelayanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia.
2. Pelayanan admninstrasi yang diberikan oleh orang lain selaku
anggota organisasi (organisasi massa atau organisasi negara).
Dengan jiwa dan falsafah bahwa pelayanan adalah awal dari sebuah
pembelian (bagi pelayan untuk keuntungan) dan pelayanan adalah
awa; memberdayakan. Perlu dikenali bahwa alur pelayanan dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Pelayanan Internal (bahwa dalam organisasi terdapat proses
pelayanan) yang meliputi :
2. Pelayanan vertikal, yakni pelayanan dari pimpinan/manajemen
kepada unit atau anggota organisasi.
3. Pelayanan horizontal atau diagonal, yakni pelayanan dari
unit/anggota organisasi kepada unit atau anggota organisasi lain.
4. Pelayanan Eksternal, yaitu organisasi kepada masyarakat atau di luar
organisasi pelayanan dibedakan menjadi dua, yaitu:
5. Pelayanan makro/managerial, yaitu pelayanan dari organisasi
kepada masyarakat luas, organisasi yang tampilannya dapat dikur dari
kualitasmanajemen organisasi yang bersangkutan.
6. Pelayanan mikro, yaitu pelayanan organisasi kepada masyarakat
diluar organisasi yang tampilannya dapat diukur dari kualitas tampilan
fisiknya.

3.1.4 Pelayanan Prima


Pelayanan prima (Excellent service) adalah pelayanan sebaik baiknya
kepada pelanggan sehingga dapat menimbulkan rasa puas pada pelanggan.
Pelayanan prima merupakan pelayanan yang berorientasi pada pemenuhan
tuntutan pelanggan mengenai kualitas produk (barang atau jasa) sebaik-baiknya.
Melalui pelayanan prima, perusahaan dapat menarik pelanggan baru dan
perusahaan dapat mempertahankan pelanggan lama. Untuk menunjang pelaksaan
pelayanan prima, telah dikembangkan konsep total quality management (TQM),
yaitu system manajemen yang melibatkan semua manajemen dan pegawai untuk
memperbaiki kualitas dan kuantitas proses organisasi agar kebutuhan, keinginan
dan harapan pelanggan terpenuhi.

Jenis Pelayanan Prima


1. Core Service
Core Service adalah pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan yang
merupakan produk utamanya, misalnya untuk hotel adalah penyediaan kamar.
2. Facilitating Service
Facilitating Service ada;ah fasilitas pelayanan plus kepada pelanggan,
misalnya pelayanan front office pada hotel.
3. Supporting Service
Supporting service merupakan pelayanan tambahan atau pendukung untuk
meningkatkan nilai pelayanan atau untuk membedakan dengan pelayanan
pelayanan dari pihak pesaingnya, misalnya hotel dan restoran pada satu tempat.

Pentingnya Pelayanan Prima


Suatu perusahaan yang ingin maju mengharapkan pelanggan untuk
membeli barang atau jasanya dan tetap menjaa agar pelanggan tetap membeli
barangnya. Walaupun banyak perusahaan-perusahaan menawarkan produk yang
bersaing, tetapi tujuannya adalah menarik pelanggan yang sama.
Sebagian besar orang orang yang memberikan pelayanan yang terbaik, sebaliknya
suatu saat kita mendapat pelayanan yang buruk. Pengalaman ini tidak
menyenangkan dan menjadikan kita tidak suka untuk mengingatnya.
Jadi, pelayanan prima penting bagi perusahaan, pelanggan, dan staff
perusahaan. Penting bagi perusahaan karena dapat mempertahankan loyalitas
pelanggan dan membantu untuk mencerahkan masa depan bisnisnya. Penting bagi
pelanggan karena memberikan kombinasi untuk mengambil keputusan dalam
pembelian dan memilih produk, serta menjamin untuk memenuhi kebutuhan.
Penting bagi staff perusahaan karena akan memberikan kebanggaan pada mereka,
perusahaan, dan produknya.

Tujuan Pelayanan Prima


Tujuan pelayanan prima adalah memuaskan atau sesuai dengan keinginan
pelanggan. Untuk mencapai hal itu, diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan/keinginan pelanggan.

Contoh Pelayanan Prima


1. Pelayanan STNK dan BPKB di kantor kepolisian: suasana tertib
menggunakan nomor urut, petuas informasi, petunjuk atau cara
termpampang, waktu penyelesaian terpampang, serta penyerahan dan
pemeriksaan dokumen langsung ke loket. Pelayanan tersebar di beberapa
tempat.
2. Pelayanan di Bank: stapam menyapa, mengantar ke tempat yang dituju,
diberi nomor antrian, teller menyapa nama pelanggan, dan memberikan
senyuman.
3. Pelanggan di swalayan: karyawan menyapa pelanggan yang datang untuk
berbelanja dengan ciri khasnya, karyawan memperhatikan kebutuhan
pelanggannya, pemberian diskon untuk mencari pelanggan.

3.1.5 Pelayanan Publik


Pelayanan public adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan public.
1. Sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa dalam rangka
upaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
terdapat asas asas yang harus dijadikan pedoman dalam pelayanan
public oleh aparat pemerintah, diantaranya:
2. Kepentingan Umum:
Pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan
pribadi dan/ atau golongan.
3. Kepastian hukum:
Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan
pelayanan.
4. Kesamaan hak:
Pemberia pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender, dan status ekonomi.
5. Keseimbangan hak dan kewajiban:
Pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus
dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan.
6. Keprofesionalan:
Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai
dengan bidang tugas.
7. Partisipasif:
Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan
harapan masyarakat.
8. Persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif:
Setiap warga Negara berhak memperoleh pelayanan yang adil.
9. Keterbukaan:
Setiap menerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan
memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.
10. Akuntabilitas:
Proses penyelenggaraan pelayanan harus
dapatdipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
11. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
Pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta
keadilan dalam pelayanan.
12. Ketepatan waktu:
Penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai
dengan standar pelayanan.
13. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan:
14. Setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat, mudah, dan
terjangkau.

3.1.6 Bidang-Bidang Pelayanan Pemerintah


Bidang-bidang atau sector-sektor yang menjadi sasaran pelayanan public
oleh aparat pemerintah, antara lain:
1. Pendidikan
2. Pengajaran.
3. Pekerjaan dan usaha.
4. Tempat tinggal.
5. komunikasi dan informasi.
6. Lingkungan hidup.
7. Kesehatan.
8. Jaminan social.
9. Energi.
10. Perbankan.
11. Perhubungan.
12. Sumber Daya Alam.
13. Pariwisata.
14. dan sector strategis lainnya.
3.1.7 Konfirmasi Keprogresifan, Pemblokiran dan Formulir
Setelah melalui loket progresif , WP (Wajib Pajak) diarahkan menuju loket
2 yaitu loket Konfirmasi Keprogresifan dan Formulir . Pada loket ini , Wajib
Pajak diberikan formulir untuk melengkapi persyaratan untuk membayar pajak
kendaraan 5 tahun serta untuk melengkapi persyaratan BBN (Biaya Balik Nama)
dan Mutasi masuk ataupun mutasi keluar.
Adapun pajak tahunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak tidak diwajibkan
untuk mengisi formulir, hanya saja Wajib Pajak diarahkan untuk menuju ke meja
selanjutnya dan jika Wajib Pajak mempuyai kendaraan lebih dari satu maka
petugas memberitahukan bahwa kendaraan yang dimiliki terkena pajak progresif.
Jika salah satu kendaraan sudah tidak dimiliki (Hilang, Dijual, Dll) maka
Wajib Pajak wajib melakukan pemblokiran kendaraan milik sendiri dan juga
dapat diwakilkan dengan syarat membawa surat kuasa yang telah ditanda tangani
di atas materai oleh pemilik kendaraan tersebut.

3.1.8 Pajak Progresif


Pajak kendaraan bermotor progresif adalah pajak yang dikenakan kepada
seseorang yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari 1 unit. Kendaraan
tersebut bisa berupa mobil atau motor. Semakin banyak kendaraan pribadi yang
dimiliki seseorang maka semakin besar pajak kendaraan bermotor yang harus
dibayarkan. Sistem ini serupa dengan pajak penghasilan (PPh) yang bersifat
progresif. Semakin besar penghasilan yang Anda dapatkan maka semakin besar
pajak yang harus dibayar.
Syarat dikenakan pajak progresif adalah jika seseorang memiliki lebih dari
satu kendaraan bermotor dengan nama dan alamat yang sama.
Namun pajak kendaraan bermotor progresif tidak berlaku bagi kendaraan
dinas pemerintahan dan kendaraan angkutan umum.
Urutan Kepemilikan Tarif Pajak

Kendaraan Pertama 2%

Kendaraan Kedua 2,5%

Kendaraan Ketiga 3%

Kendaraan Keempat 3,5%

Kendaraan Kelima 4%

Pajak kendaraan bermotor bersifat progresif, Semakin Banyak Semakin Mahal.


Hal ini diberlakukan dengan harapan setiap masyarakat memiliki kendaraan yang
secukupnya untuk menghindari tingkat kemacetan. Jika Anda mempertimbangkan
untuk membeli kendaraan baru setelah memiliki kendaraan sebelumnya, coba
perhitungkan dulu berapa besar pajak yang harus dibayarkan nantinya. Jika
sekiranya tidak terlalu diperlukan sebaiknya Anda menghindari memiliki terlalu
banyak mobil agar tidak terkena pajak progresif yang sangat tinggi.

3.1.9 Pemblokiran Kepemilikan Kendaraan

Pemblokiran kepemilikan kendaraan yaitu wajib pajak melakukan proses


pemblokiran kepemilikan kendaraan yang salah satu kendaraan nya sudah tidak
dimiliki (Hilang, Dijual, Dll) maka Wajib Pajak wajib melakukan pemblokiran
kendaraan milik sendiri dan juga dapat diwakilkan dengan syarat membawa surat
kuasa yang telah ditanda tangani di atas materai oleh pemilik kendaraan tersebut.

3.1.9 Alasan Penting Blokir STNK dan Pajak Progresif Mobil dan Motor
Sebelum kita membahas cara terperinci tentang blokir perpanjangan
STNK dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) baik motor maupun mobil,
sebaiknya perlu mengetahui alasannya. Dan berikut ini adalah hal penting yang
perlu dipahami :

1. Terhindar dari pajak progresif. Inilah yang kami sebutkan di atas bahwa
kebanyakan masyarakat Indonesia mengira satu-satunya alasan
pemblokiran. Nilai pajak mobil dan motor yang besar terutama
kepemilikan kendaraan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, seolah jadi
momok bagi masyarakat. Kenaikannya memang sangat significant
dibanding mobil yang sama jika dimiliki seseorang pertama kali. Perlu
anda ketahui bahwa yang akan diikat dan dikenai progesif adalah
berdasarkan nama dan atau alamat yang sama.

2. Terhindar dari permasalahan pelanggaran lalu lintas. Tahukah anda bahwa


saat ini di sebagian kota di Indonesia, termasuk di wilayah Jawa Timur,
sedang dipasang kamera video pemantau lalu lintas? Jika ada pelanggaran
berat, pihak kepolisian bisa saja memanggil anda sebagai pemilik. Apakah
anda kebayang jika telah menjual mobil dan pembelinya melakukan
pelanggaran ini? Dapat dipastikan bahwa anda akan diminta keterangan
oleh yang berwajib karena plat nomer kendaraan mencantumkan nama dan
alamat anda.

3. Blokir plat / pajak stnk motor dan mobil juga bisa menghindarkan diri dari
permasalahan kriminal atau pidana yang dilakukan orang lain. Menurut
informasi yang kami dapatkan, hampir semua tindak kejahatan
perampokan menggunakan mobil atau sepeda motor bekas, dimana nama
pada STNK bukanlah nama pelaku kejahatan. Walaupun anda sebagai
pemilik lama tidak melakukan kejahatan tersebut, tetapi kejadian ini akan
merepotkan anda karena akan dimintai keterangan.

Ketiga alasan di atas sangat krusial untuk segera ditindak lanjuti. Pastikan anda
melakukan pemblokiran terhadap surat tanda nomer kendaraan (STNK) baik
mobil dan motor, sesaat setelah melakukan penjualan unit. Disinyalir
beberapa leasing pegadaian bpkb maupun BPR dan koperasi melakukan tindakan
ini untuk menggiring nasabah yang menunggak.

3.1.10 Syarat Pemblokiran STNK & Pajak

Adapun syarat yang diperlukan adalah sebagai berikut:

 Fotokopi KTP / SIM pemilik lama.

 Fotokopi KK (kartu keluarga).

 Copy STNK dan PKB (salinan pajak).

 Jika diurus orang lain, pastikan mencantumkan surat kuasa bermeterai


6000 dan fotokopi KTP penerima kuasa.

3.2 Teori Khusus


3.2.1 Prosedur Pelayanan

Beberapa hal yang diatur dalam beretika secara umum, antara lain :
1. Penampilan.

Penampilan merupakan keseluruhan dari cara berpakaian, berbicara,


gerak-gerik, sikap dan perilaku dengan tujuan agar dapat membuat
pelanggan terkesan. Penampilan ini harus dijaga dengan baik dan
prima selama jam kerja.

2. Sikap dan Perilaku.


Pada saat berhubungan dengan pelanggan seringkali sikap dan
perilaku kita diperhatikan oleh pelanggan, terutama sikap yang
menolong dan peduli terhadap kebutuhan pelanggan.
3. Cara berpakaian.
Cara kita berpakaian harus serasi antara baju dan celana termasuk
menghindari menggunakan warna yang terkesan berlebihan.

4. Cara berbicara.

Berbicara dengan pelanggan harus jelas, singkat, dan tidak bertele-


tele. Janganlah berbicara mengenai hal-hal yang bukan pada pokok
bermasalahan dan hindari pembicaraan yang mengejek pelanggan.

5. Gerak-gerik.
Pada saat melayani pelanggan, kita harus memperhatikan atau
menjaga gerak-gerik anggota badan karena hal ini akan selalu
diperhatikan oleh pelanggan pada saat kita memberikan pelayanan.
Oleh karena itu kita harus menghindari gerak-gerik yang dapat
membuat curiga pelanggan kita, misalnya tatapan mata yang sinis.

6. Cara bertanya.

Dalam memberikan pelayanan, kita juga harus mengetahui sifat-


sifat pelanggan yang berbeda-beda terutama dalam hal bertanya
kepada pelanggan. Bila pelanggan pendiam, maka karyawanlah yang
harus proaktif untuk bertanya atau memulai pembicaraan sehingga
membuat pelanggan mau berbicara. Sedangkan bila pelanggan yang
banyak tanya, sebaiknya karyawan mendengarkan dengan baik dan
menjawab dengan baik pula.

Dalam mewujudkan etika yang baik dalam pemberian pelayanan


dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama, yaitu faktor manusia yang
memberikan pelayanan tersebut. Manusia (petugas) yang melayani
pelanggan harus memiliki kemampuan melayani pelanggan secara
tepat dan cepat. Di samping itu, petugas pelayanan harus memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi, sopan santun, ramah, dan
bertanggung jawab penuh terhadap pelanggan, serta memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memahami kebutuhan
pelanggan.

Etika yang harus dijalankan oleh setiap petugas pelayanan adalah


sebagai berikut:
1. Selalu ingin membantu setiap keinginan dan kebutuhan
pelanggan/ nasabah sampai tuntas.
2. Selalu memberikan perhatian terhadap permasalahan yang
dihadapi pelanggan/ nasabah.
3. Sopan dan ramah dalam melayani nasabah.
4. Memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam menghadapi nasabah.
5. Menjaga perasaan nasabah agar tetap merasa nyaman, tenang dan
menimbulkan kepercayaan.
6. Dapat menahan emosi dari setiap kasus yang dihadapi terutama
dalam melayani nasabah yang berperilaku kurang baik.
7. Menyenangkan orang lain merupakan sikap yang harus selalu
ditunjukkan oleh setiap karyawan, terutama customer service.

3.2.2 Cara Menangani Komplain Pelanggan


1. Jadilah pendengar yang baik untuk meredakan emosi pelanggan
2. Ketika pelanggan melakukan komplain, maka hal pertama yang
mereka inginkan adalah agar keluhan dan pendapat mereka
didengarkan.
3. Tunjukan empati, meskipun belum tentu itu semua kesalahan
produk dan layanan dari bisnis anda, tetaplah tunjukkan empati
sewajarnya.
4. Segera berikan solusi yang cerdas dan tepat.
5. Ketika pelanggan mulai mereda emosinya, selanjutnya tawarkan
lah beberapa solusi untuk permasalahannya yang mereka hadapi.
6. Ambil keberanian untuk bertanggung jawab atas komplain
7. Lakukan tindakan untuk mengobati kekecewaan pelanggan
8. Meskipun anda telah memberikan solusi yang terbaik untuk
pelanggan, jika dirasa perlu, maka tawarkan paket khusus dan
hadiah gratis untuk produk tertentu, voucher diskon atau diganti
produknya dengan yang lebih baik.
9. Bersikaplah Luwes, jangan kaku
10. Banyak orang yang berubah menjadi kaku dan grogi ketika
menghadapi pelanggan yang sedang melakukan komplain.
11. Catat semua komplain sebagai bahan evaluasi
12. Komplain adalah salah satu komponen penting untuk
meningkatkan layanan bisnis kita kepada pelanggan.
13. Berdayakan semua karyawan untuk dapat mengatasi komplain
dengan baik di dalam bisnis, meningkatkan pelayanan dan kualitas
adalah hal yang sangat penting agar pelanggan tetap setia dan
bisnis dapat berkembang dengan baik.

3.2.3 Cara Konfirmasi Keprogresifan Wajib Pajak

1. Menerima berkas dari meja pajak progresif


2. Memeriksa dan menyusun terlebih dahulu berkas wajib pajak
3. Melihat bukti keprogresifan di halaman depan map
4. Jika terdapat ada kendaraan lebih dari satu dengan nama yang sama dan
alamat yang sama, maka petugas memanggil wajib pajak tersebut dan
menanyakan kepada wajib pajak jika kendaraan nya lebih dari satu, dan
memberitahu wajib pajak jika kendaraan yang akan dibayar diposisi ke
dua atau posisi selanjutnya, jika wajib pajak mengakui masih memiliki
kendaraan tersebut, maka petugas mengarahkan wajib pajak untuk
menandatangi di bukti keprogresifan sebagai tanda persetujuan terkena
pajak progresifan yang posisi nya lebih dari 1. Namun, jika ternyata wajib
pajak mengakui bahwa kendaraan yang sebelumnya sudah dijual maka
petugas memberitahukan agar wajib pajak memblokir kendaraan nya agar
tidak terkena pajak progresif.

3.2.4 Cara memproses pemblokiran kendaraan


1. Menerima berkas dari meja pajak progresif
2. Mengecek keprogresifan atau kepemilikan
3. Memanggil Wajib Pajak ke meja pelayanan
4. Menanyakan pemilik kendaraan nya, jika diwakilkan menggunakan surat
kuasa
5. Menanyakan apakah kendaraan yang akan diblokir tersebut sudah dijual
atau belum
6. Jika telah dijual dan setuju akan memblokir kepemilikan kendaraan maka
petugas memberitahukan persyaratan pemblokiran kepemilikan kendaraan
7. Jika persyaratan pemblokiran kepemilikan kendaraan sudah terpenuhi,
petugas menanyakan dan memastikan kembali nomor polisi dan merk
kendaraan yang akan di blokir.
8. Setelah petugas menulis nomor polisi kendaraan yang akan diblokir lalu
petugas mengarahkan wajib pajak untuk mengisi terlebih dahulu nama,
alamat, no ktp, dan no hape di formulir pemblokiran beserta tanda tangan
wajib pajak di atas materai 6000.
9. Setelah wajib pajak selesai mengisi dan menandatangani, petugas
memberikan cap di formulir pemblokiran dan menulisi nomor dan tanggal
tanda bukti penerima petugas pemblokiran.
10. Jika wajib pajak hanya memblokir kepemilikan saja tidak disertai dengan
membayar pajak tahunan, 5 tahun, bbn, atau mutasi, maka petugas
memberitahukan wajib pajak bahwa wajib pajak boleh pulang dan
pemblokiran akan segera di proses, namun jika wajib pajak melakukan
pemblokiran dan disertai membayar pajak tahunan, 5 tahun, bbn, dan
mutasi maka petugas memberitahukan kepada wajib pajak agar menunggu
terlebih dahulu karena pemblokiran akan segera diproses terlebih dahulu.
11. Lalu, petugas meminta tanda tangan Kasie Pendataan dan Penatapan
12. Setelah formulir telah di tanda tangani oleh Kasie Pendataan dan
Penetapan maka petugas memberikan berkas kepada ruangan control
untuk di proses pemblokiran kepemilikan
13. Jika telah selesai di proses oleh ruangan control, maka petugas mengambil
kembali berkas di ruangan control.
14. Jika wajib pajak yang hanya melakukan pemblokiran saja tidak disertai
membayar pajak tahunan dan 5 tahun maka berkas pemblokiran
kepemilikan disimpan pada map yang sudah tertera sesuai tanggal. Namun
jika wajib pajak melakukan pemblokiran dan disertai dengan membayar
pajak tahunan dan 5 tahun maka petugas mengeluarkan kembali pajak
progresif yang terbaru.
15. Setelah itu, petugas memanggil wajib pajak dan menyerahkan berkas nya
serta mengarahakan wajib pajak ke nomor meja selanjutnya.

3.2.5 Cara Memberikan Formulir Kepada Wajib Pajak

1. Menerima berkas dari meja pajak progresif ataupun wajib pajak yang
mendatangi langsung kepada meja 2.
2. Memeriksa dan menyusun berkas wajib pajak
3. Sebelum memeriksa dan menyusun berkas wajib pajak, petugas harus
mengetahui terlebih dahulu persyaratan apa saja yang harus petugas
berikan formulir ke wajib pajak.
4. Setelah selesai memeriksa dan menyusun berkas wajib pajak, maka
petugas memanggil wajib pajak dan memberikan formulir kepada wajib
pajak yang akan memperpanjang stnk 5 tahunan, Biaya Balik Nama,
Mutasi Masuk, serta Duplikat stnk.
5. Ketika memberikan formulir petugas mengarahkan kepada wajib pajak
untuk terlebih dahulu mengisi formulir dari stnk dan ktp lalu petugas
mengarahkan wajib pajak ke nomor selanjutnya sesuai dengan urusan nya
masing masing.
3.3 Alur Kerja

Mulai

Menerima berkas dari


meja pajak progresif
Memeriksa
keprogresifan dan
menyusun berkas
Wajib Pajak

Memanggil

Wajib Pajak

Blokir
kepemilikan
Ya Tidak
kendaraan

Menyerahkan
Proses
berkas kepada
pemblokiran Wajib Pajak

Memberikan formulir
Mengeluarkan data
kepada WP yang
pajak progresif yang
memperpanjang stnk
Memanggil,
baru
5 tahun, bbn, mutasi,
menyerahkan berkas
dan duplikat serta
serta mengarahkan Selesai
mengarahkan cara isi
Wajib Pajak ke nomor
formulir dan
meja yang dituju
mengarahkan WP ke
nomor meja akan
yang dituju.
Pembahasan :

1. Sebelum mengerjakan apa yang harus dikerjakan maka harus menerima


berkas terlebih dahulu dari meja pajak progresif. Berkas berkas yang
diterima dari meja pajak progresif yaitu berkas wajib pajak yang akan
membayar pajak tahunan, memperpanjang stnk 5 tahun, dan wajib pajak
yang akan memblokir kepemilikan kendaraannya. Ada pula berkas wajib
pajak yang langsung diberikan ke meja 2 oleh wajib pajak nya itu sendiri
yaitu berkas wajib pajak yang akan biaya balik nama, mutasi, serta wajib
pajak dari perusahaan yang akan membayar pajak tahunan maupun
memperpanjang stnk 5 tahun.
2. Memeriksa keprogresifan dan menyusun berkas Wajib Pajak, setelah
menerima berkas lalu langkah selanjutnya adalah menyusun berkas berkas
wajib pajak dengan rapih dan sesuai dengan persyaratan nya masing
masing. Jika ada salah satu persyaratan yang kurang, maka petugas wajib
memberitahukan kepada wajib pajak dan menanyakan persyaratannya
yang kurang tersebut. Setelah persyaratan dan menyusun berkas selesai,
lalu melihat dan memeriksa bukti keprogresifan di halaman depan map
wajib pajak yang sudah di keluaran oleh meja pajak progresif. Jika
terdapat ada kendaraan lebih dari satu dengan nama yang sama dan alamat
yang sama, maka petugas memanggil wajib pajak tersebut.
3. Setelah memanggil wajib pajak lalu langkah selanjutnya adalah
menanyakan kepada wajib pajak bahwa kendaraan nya lebih dari satu, dan
memberitahu wajib pajak jika kendaraan yang akan dibayar diposisi ke
dua atau posisi seterusnya. Jika wajib pajak mengakui masih memiliki
kendaraan tersebut, maka petugas mengarahkan wajib pajak untuk
menandatangi di bukti keprogresifan sebagai tanda persetujuan terkena
pajak progresif yang posisi nya lebih dari 1. Namun, jika ternyata wajib
pajak mengakui bahwa kendaraan yang sebelumnya sudah dijual maka
petugas memberitahukan agar wajib pajak memblokir kendaraan nya agar
tidak terkena pajak progresif.
4. Blokir kepemilikan kendaraan yaitu wajib pajak melakukan proses
pemblokiran kepemilikan kendaraan yang salah satu kendaraan nya sudah
tidak dimiliki (Hilang, Dijual, Dll) maka Wajib Pajak harus segera
melakukan pemblokiran kendaraan oleh pemilik kendaraan tersebut dan
juga dapat diwakilkan dengan syarat membawa surat kuasa yang telah
ditanda tangani di atas materai oleh pemiik kendaraan tersebut.
5. Jika memilih ya, maka wajib pajak menyetujui akan memblokir
kepemilikan kendaraan terlebih dahulu sebelum memproses pembayaran
nya
6. Proses pemblokiran, yaitu suatu proses yang akan memblokir kepemilikan
kendaraan atau menghapus dan menghilangkan kepemilikan kendaraan
wajib pajak. Sebelum proses pemblokiran di lakukan maka langkah
selanjutnya adalah menanyakan siapakah pemilik kendaraan nya, jika yang
datang bukan pemiik kendaraan nya langsung maka wajib pajak harus
memberikan surat kuasa sebagai tanda bukti diwakilkan mengurusi
pemblokirannya. Lalu, menanyakan apakah kendaraan yang akan diblokir
tersebut sudah dijual ataukah belum. Jika kendaraan tersebut telah dijual
dan setuju akan memblokir kepemilikan kendaraan maka langkah
selanjutnya adalah memberitahukan persyaratan pemblokiran kepemilikan
kendaraan. Persyaratan pemblokiran kepemilikan kendaraan yaitu
membawa fotocopy KTP pemilik kendaraan, materai 6000, jika
pemblokiran kepemilikan diwakilkan maka harus membawa surat kuasa
yang telah ditanda tangani oleh pemilik kendaraan tersebut dan dilengkapi
foto copy pemilik kendaraan dan yang menerima kuasa tersebut. Jika
persyaratan pemblokiran kepemilikan kendaraan sudah terpenuhi, lalu
menanyakan dan memastikan kembali nomor polisi dan merk kendaraan
yang akan di blokir. Setelah itu menulis nomor polisi kendaraan yang akan
diblokir lalu petugas mengarahkan wajib pajak untuk mengisi terlebih
dahulu nama, alamat, no ktp, dan no hape di formulir pemblokiran beserta
tanda tangan wajib pajak di atas materai 6000. Setelah wajib pajak selesai
mengisi dan menandatangani, lalu memberikan cap di formulir
pemblokiran dan menulisi nomor dan tanggal tanda bukti penerima
petugas pemblokiran. Jika wajib pajak hanya memblokir kepemilikan saja
tidak disertai dengan membayar pajak tahunan, 5 tahun, bbn, atau mutasi,
maka memberitahukan wajib pajak bahwa wajib pajak boleh pulang dan
pemblokiran akan segera di proses, namun jika wajib pajak melakukan
pemblokiran dan disertai membayar pajak tahunan, 5 tahun, bbn, dan
mutasi maka petugas memberitahukan kepada wajib pajak agar menunggu
terlebih dahulu karena pemblokiran akan segera diproses terlebih dahulu.
Lalu, langkah selanjutnya adalah meminta tanda tangan kepada Kasie
Pendataan dan Penatapan. Setelah formulir telah di tanda tangani oleh
Kasie Pendataan dan Penetapan maka langkah berikutnya adalah
memberikan berkas kepada ruangan control untuk di proses pemblokiran
kepemilikan. Jika telah selesai di proses oleh ruangan control, maka
langkah selanjutnya adalah mengambil kembali berkas di ruangan control.
7. Mengeluarkan data pajak progresif yang baru, Jika wajib pajak yang hanya
melakukan pemblokiran saja tidak disertai membayar pajak tahunan dan 5
tahun maka berkas pemblokiran kepemilikan disimpan pada map yang
sudah tertera sesuai tanggal. Namun jika wajib pajak melakukan
pemblokiran dan disertai dengan membayar pajak tahunan dan 5 tahun
maka petugas mengeluarkan kembali pajak progresif yang terbaru.
8. Setelah proses pemblokiran kepemilikan kendaraan telah selesai dan telah
diberi data pajak progresif yang baru lalu setelah itu memanggil, dan
menyerahkan berkas serta mengarahkan Wajib Pajak ke nomor meja yang
dituju. Jika wajib pajak yang akan sekalian membayar pajak 5 tahun dan
bbn atau mutasi maka diberikan formulir dan diarahkan pengisian formulir
tersebut lalu mengarahkan wajib pajak ke nomor meja yang akan di tuju.
9. Jika memilih tidak, berarti wajib pajak akan membayar pajak kendaraan
tersebut. Dan jika yang memiliki kendaraan lebih dari satu maka artinya
menyetujui bahwa akan membayar pajak dengan posisi progresif yang
lebih dari satu dan kendaraan tersebut masih dimiliki.
10. Lalu langkah selanjutnya adalah menyerahkan berkas kepada Wajib Pajak
dan jika wajib pajak memiliki kendaraan lebih dari satu maka
memberitahukan wajib pajak untuk menandatangani bukti progresif di
halaman map depan sebagai bukti bahwa telah setuju terkena pajak
progresif.
11. Setelah itu, memberikan formulir kepada wajib pajak yang
memperpanjang stnk 5 tahun, bbn, mutasi, dan duplikat serta
mengarahkan cara isi formulir dan mengarahkan WP ke nomor meja akan
yang dituju.

Pembahasan

Dalam teori khusus dapat membandingkan antara teori dengan dunia nyata dalam
melaksanakan prakerin prosedur yang ada dalam teori telah sama dilaksanakan
dalam kegiatan dunia kerja yang telah beberapa bulan di alami. Seperti cara
berpenampilan rapih, tata cara dalam berbicara harus baik dan benar, gerak gerik
sikap harus di jaga dengan baik, cara bertanya harus tepat, cara mengatasi
komplain pelanggan, cara konfirmasi keprogresifan, cara memproses pemblokiran
kepemilikan kendaraan, dan cara memberikan formulir.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pelaksanaan praktik kerja industri merupakan salah satu program sekolah


yang harus diselesaikan demi memenuhi syarat keluusan. Dengan adanya kegiatan
prakerin, siswa/i dapat mengembangkan ilmu sesuai dengan program keahlian dan
juga dapat memberikan gambaran dunia kerja yang sesungguhnya. Kegiatan
Praktek Kerja Industri merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi siswa
dan siswi, bertujuan agar dapat mengenal lebih jauh bagaimana cara bekerja
dilapangan sesuai keahlian masing masing siswa. Sehingga siswa dapat melihat
gambaran mengenai kegiatan bidang usaha dimasa yang akan datang, serta siswa-
siswi mengetahui standar kompetensi yang akan dijadikan peluang kerja dan
kesempatan kerja. Pada Praktik Kerja Industri ini diperlukan keahlian yang cukup.
Selama penyusun melaksanakan Prakerin di Pusat Pengelolaan Pendapatan
Daerah Wilayah Kabupaten Bandung Barat (Samsat Cimareme), penyusun merasa
bangga bisa mendapatkan ilmu yang belum pernah penyusun dapatkan
sebelumnya serta memperoleh banyak pengalaman. Selama melakukan Praktik
Kerja Industri penyusun telah menemukan jati diri selama berada di instansi dan
berinteraksi dengan masyarakat luar dan kami mengerti akan pentingannya
komunikasi dalam suatu dunia usaha. Dengan demikian penyusun mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dan bimbingan dari
semua pihak terutama dari pihak Sekolah dan Instansi yang telah memberikan
kami kesempatan melaksanakan program (Prakerin) di Instansi atau Perusahaan.

Penyusun dapat mempelajari dan memahami berbagai hal selama melakukan


prakerin,
diantaranya :
1. Praktik Kerja Industri ini dapat memperluas dan menambah wawasan bagi
siswa dalam pendidikan didalam dunia kerja.
2. Pratik kerja Industri ini untuk menambah suatu gambaran dalam menjalani
dunia kerja.
3. Praktik Kerja Industri ini untuk menambah keterampilan siswa siswi
dalam setiap praktek dan menerapkan teori teori yang didapat langsung
pada objeknya.
4. Dengan adanya Praktik Kerja Industri ini, siswa/siswi tidak memerlukan
waktu latihan lanjutan bila ingin memasuki dunia kerja.
5. Dengan adanya Praktek Kerja Industri dapat menerapkan sikap disiplin
atas waktu yang tersedia dan membedakan waktu untuk bekerja dan
beristirahat.
6. Praktik Kerja Industri memberikan pelajaran mengenai etika dalam
melayani masyarakat, berbicara dengan atasan atau teman sejawat.
7. Praktek Kerja Industri ini menambah wawasan untuk memahami kondisi
yang tepat untuk menghadapi berbagai situasi dalam melakukan pekerjaan.

4.2 Saran
Setelah melakukan Praktik Kerja Industri penyusun melakukan analisa dan
terdapat beberapa hambatan yang penyusun alami selama melakukan Praktik
Kerja Industri, berikut saran yang dapat penyusun berikan memperbaiki
hambatan yang ada :

4.2.1 Saran untuk pihak Industri

1. Diharapkan pihak industri tetap mempertahankan kerjasama kru yang solid


agar tercipta suasana kerja yang lebih kondusif dan kekeluargaan.
2. Sebaiknya Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten
Bandung Barat (Samsat Cimareme) dapat memberikan kesempatan bagi
siswa-siswi yang prakerin di Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah
Wilayah Kabupaten Bandung Barat (Samsat Cimareme) untuk dapat
bekerja dan menjadi calon pegawai negeri sipil setelah prakerin selesai.
3. Pihak industri diharapkan mau menerima kembali siswa-siswi yang akan
melaksanakan Praktek Kerja Industri di tahun-tahun berikutnya.
4. Sebaiknya pihak industri Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten
Bandung Barat lebih meningkatkan hubungan kerja sama yang telah
terjalin selama ini dengan pihak sekolah SMKN 3 Cimahi.
5. Pihak industri perlu meningkatkan kerja sama dan hubungan antara
pegawai dengan siswa sehingga akan menimbulkan suasana kerja yang
aman dan menyenangkan.
6. Lebih meningkatkan kinerja masing masing pegawai.

4.2.2 Saran untuk pihak sekolah

1. Hubungan kerjasama pihak sekolah dan industri sebaiknya lebih


ditingkatkan lagi, agar kegiatan praktik kerja industri dengan berlangsung
dari tahun ke tahun nya.
2. Hubungan industri sebaiknya lebih melebarkan sayapnya untuk
memasarkan lulusan SMKN 3 Cimahi agar semakin banyak perusahaan
yang menjalin kerja sama dengan pihak sekolah.
3. Adanya komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan pihak siswa-
siswi agar lebih memahami kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh
siswa-iswi SMKN 3 Cimahi.
4. Sekolah memperluas jaringan kerja dengan pihak perusahaan maupun
instansi, agar pelaksaan prakerin sudah banyak yang langsung ditentukan
oleh pihak sendiri tidak mencari cari dengan siswa.
5. Sekolah sebaiknya lebih meningkatkan lagi mata pelajaran produktif.
6. Memberi contoh pengalaman yang didapat selama prakerin.
7. Para pembimbing di sekolah dapat berkonsultasi dengan pembimbing dari
perusahaan untuk memonitoring kegiatan siswa dan segala hal yang
bersangkutan dengan kegiatan prakerin.
8. Praktek kerja industri sebaiknya dilakukan dikelas 11 semester 2.

4.2.3 Saran untuk pihak jurusan :

1. Pelajaran produktif lebih dipelajari secara mendalam dan dikemas dengan


secara sederhana.
2. Membuat pelatihan fisik dan mental dari jurusan agar siswa benar benar
mantap untuk terjun ke dunia kerja.
3. Jurusan lebih memperhatikan penempatan tempat praktik kerja industri
sesuai kemampuai siswa-siswi nya.

ALHAMDULILLAH SELESAI

Anda mungkin juga menyukai