Anda di halaman 1dari 4

wajib pajak (WP) termasuk badan atau perusahaan lazim melakukan

perencanaan pajak (tax planning). Namun upaya inilah yang sering muncul
upaya mengakali aturan pajak.

"Saya kira dalam konteks perpajakan siapapun punya kesempatan dan peluang
melakukan tax planning yang pada akhirnya beurujung pada penghindaran
pajak," ujarnya kepada detikFinance, Jumat (5/7/2019).

Tax planning sebenarnya adalah seni untuk membayar pajak seefisien mungkin.
Nah upaya ini berujung dua persimpangan yakni tax evasion dan tax avoidance.
Keduanya sangat berkaitan tapi berbeda. Perbedaan antara kedua strategi pajak
itu adalah legalitasnya.

Tax avoidance adalah trik penghindaran pajak. Caranya dengan memanfaatkan


celah dari peraturan pajak yang ada. Upaya ini legal namun tidak etis dilakukan.

Sedangkan tax evasion adalah penggelapan pajak. Cara ini terbilang kotor dan
ilegal karena melakukan pengurangan pajak terutang atau bahkan tidak
membayar pajak sama sekali.

Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan berwenang melakukan : 1. Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 2. Pemeriksaan untuk
Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan

Direktur Jenderal Pajak berdasarkan Informasi, data, laporan, dan pengaduan


berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Waluyo mengemukakakn “jika
dari bukti permulaan ada indikasi kearah tindak pidana maka langkah
berikutnya adalah dilakukan penyidikan oleh penyidikan.

Profil :

PT. Gemilang Sukses Garmindo adalah perusahaan penyedia pakaian resmi pria
dengan product brand adalah Jackerton®  yang sudah berdiri selama 15 tahun.
Perusahaan ini memiliki Outlet penjualan hampir di seluruh Indonesia. PT
Gemilang Sukses Garmindo berlokasi di Jl. Pluit Selatan Raya No.Blok B,
RT.2/RW.9, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.

Studi Kasus :

Pada tahun 2019 , PT Gemilang Sukses Garmindo mengajukan restitusi atas


SPT Masa PPN yang diklami posisi lebih bayar. Namun, otoritas mengendus
adanya penyalahgunaan fasilitas restitusi yang dilakukan PT. GSG kerena
dinilai terjadi anomali. Indikasi fraud atas pelaporan SPT wajib pajak dapat
dideteksi dari sistem pengawasan terintegrasi yang ada di DJP.

Pembahasan :

Wajib pajak (WP) termasuk badan atau perusahaan lazim melakukan


perencanaan pajak (tax planning). Namun upaya inilah yang sering muncul
upaya mengakali aturan pajak. Tax planning sebenarnya adalah skema untuk
membayar pajak seefisien mungkin. Upaya ini berujung dua persimpangan
yakni tax evasion dan tax avoidance. Dalam kasus ini , PT GSG melakukan
tindakan berupa tax evasion yang merupakan penggelapan secara ilegal
terhadap objek pajak yang dilakukan korporasi. Penggelapan pajak ini
dilakukan dengan tidak melaporkan data yang benar kepada otoritas perpajakan
dengan tujuan mengurangi liabilitas pajaknya..

PT Gemilang Sukses Garmindo merupakan wajib pajak badan yang melakukan


sistem pembukuan. Dari temuan penyalahgunaan fasilitas restitusi yang
ditemukan , kemudian ditindaklanjuti Kanwil DJP Jakarta Barat dengan
melakukan pemeriksaan bukti permulaan terhadap PT GSG atas dugaan tindak
pidana di bidang perpajakan. Dari pemeriksaan internal itu disimpulkan PT
GSG melanggar tindak pidana korporasi.

Dari bukti permulaan tersebut ada indikasi kearah tindak pidana sehingga
dilakukan penyidikan oleh penyidik. Dugaan kecurangan yang dilakukan PT
Gemilang Sukses Garmindo diperoleh dari hasil pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) wajibpajak yang dideteksi dari pengawasan
terintegrasi yang ada di Direktorat Jendral Pajak. Perusahaan itu diduga
melanggar  Pasal 39A huruf a dan/atau Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. P T G e m i l a n g S u k s e s G a r m i n d o s e n g a j a
menyampaikan SPT masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan
faktur pajak tidak berdasarkan transaksi sebenarnya ( TBTS ). Tindakan
tersebut bertujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari hasil restitusi
SPT Masa PPN.
Pada 29 Juli Kejati DKI Jakarta menerima surat pemberitahuan dimulai
penyidikan dari penyidik Direktorat Jendral Pajak Jakarta Barat.
Pemberitahuan hasil penyidikan pada 10 februari 2020 dinyatakan sudah
lengkap (P21) telah dinyatakan oleh Jaksa Penuntut Umum Kejati DKI Jakarta
sehingga siap diserahkan ke Pengadilan Negeri Jakarta. PT GSG pun
dinyatakan sebagai tersangka korporasi dalam kasus tersebut.

Atas tindakan tersebut, PT Gemilang Sukses Garmindo akan didenda, jika


denda itu tidak dibayar, maka asset perusahaan tersebutakan di sita. Kepala
Kantor Wilayah Ditjen Pajak Jakarta Barat, Erna Sulistyowati
m engatakan bahwa saat ini yang sudah diamankan dari restitusi faktur
pajak fiktif atau faktur tidak berdasarkan transaksi sebenarnya yang dilakukan
PT Gemilang Sukses Garmindo sebesar 9 miliar.

Adapun regulasi yang dilanggar oleh Gemilang Sukses Garmindo adalah Pasal
39A huruf a dan/atau Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dalam aturan ini, pelaku dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat
6 bulan dan paling lama 2 tahun. Kemudian, denda paling sedikit 2 kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan. Jumlahnya paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. Namun karena yang
menjadi pelaku adalah Wajib Pajak (WP) Badan, maka perusahaan hanya akan
dikenai denda, tidak ada pidana penjara. Jika tidak bisa bayar denda, maka
akan ada penyitaan aset.

Dilansir dari laman putusan3.mahkamahagung.go.id , Menyatakan terdakwa


korporasi PT GEMILANG SUKSES GARMINDO telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana perpajakan menggunakan faktur
pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak dan/ atau bukti setoran
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya. PT GSG dijatuhi
sanksi pidana denda \sebesar 3 x Rp.9.981.505.876,- = 29.944.517.628 .

Namun karena yang menjadi pelaku adalah Wajib Pajak (WP) Badan, maka


perusahaan hanya akan dikenai denda, tidak ada pidana penjara. Apabila denda
yang dijatuhkan tidak bisa dibayar, maka dilakukan penyitaan aset.
Kesimpulan :
Alasan PT GSG melakukan tindakan restitusi ini adalah untuk memperoleh
keuntungan ekonomi dari hasil restitusi SPT Masa PPN. Dari pengajuan
restitusi PPN pada posisi lebih bayar , ditemukan indikasi adanya
penyalahgunaan fasilitas restitusi. Bersadarskan hasil pemeriksaan dan
penyidikan disebutkan jika PT GSG menggunakan faktur tidak berdasarkan
transaksi sebenarnnya (TBST). Sehingga ditetapkan sebagai tersangka dan
menrugikan negara senilai Rp 9 milyar. Atas tindakan tersebut , terdakwa
dijatuhi sanksi pidana denda berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan , Jumlahnya paling banyak 4 kali
jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan
yang dilakukan. PT GSG dijatuhi sanksi pidana denda \sebesar 3 x
Rp.9.981.505.876,- = 29.944.517.628 .

Kejati DKI juga menyatakan, penangguh pajak di balik perusahaan tersebut


juga bisa dijerat secara hukum. Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta, Siswanto menyatakan, pejabat di balik korporasi tersebut bisa dipidana
seandainya tidak bisa membayarkan denda yang ditetapkan dalam persidangan.
Namun, ia menyebutkan, hal itu tergantung perkembangan dalam persidangan
nantinya.
"Karena ini badan usaha tidak mungkin dipenjara. Maka pidananya adalah
denda. Sama juga korupsi juga begitu. Bisa ke penangguh pajaknya. Namun itu
semua butuh proses," kata Siswanto di Kejati DKI Jakarta, Senin (10/2/2020).

Anda mungkin juga menyukai