Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

KASUS-KASUS DALAM HUKUM PAJAK

Oleh:

` NAMA : ANGELICA SEBAYANG


NIM : A1011171115
KELAS : A - REGULER A (PAGI)
DOSEN : PUJI RAHAYU SUBANDI, SH,MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
Kasus Pajak, Direktur di Semarang Dihukum 7 Bulan Penjara

Semarang - Direktur sebuah perusahaan jasa transportasi, CV. Bumi Raya dihukum 7 bulan
penjara dan denda Rp 11,74 miliar terkait tindak pidana perpajakan. Terdakwa bernama
Soetijono (64) itu menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai
(PPN) dengan isi yang tidak sesuai kenyataan.

Hukuman tersebut diketok majelis hakim yang diketuai hakim Moh. Zaenal Arifin di
Pengadilan Negeri Semarang, Rabu (9/11/2016). Hakim menilai Soetijono terbukti
menyampaikan SPT masa PPN masa pajak Januari-Desember 2007 dengan tidak benar.

Perbuatan curang ini dilakukan Soetijono dengan membuat faktur pajak yang tidak
berdasarkan transaksi ekonomi yang sebenarnya. Selain itu berdasarkan keterangan saksi dari
pihak-pihak perusahaan, tidak ada yang melakukan transaksi jual beli dengan CV Bumi Raya
dalam perkara itu.

Soetijono terbukti melakukan tindak pidana melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf c jo pasal 43
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yang telah diubah dengan UU RI Nomor 16 tahun 2000.

"Perbuatannya merugikan negara sebesar Rp 5,8 miliar," kata pelaksana tugas Kepala Kanwil
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Dasto Ledyanto dalam siaran pers yang diterima
detikcom, Kamis (10/11/2016).

Dasto mengatakan tidak hanya perkara tersebut yang prosesnya terus berlanjut. Saat ini
Kanwil DJP Jawa Tengah I sedang melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan terhadap 16
wajib pajak.

"Kami juga melaksanakan penyidikan terhadap 8 wajib pajak," kata Dasto.

Dasto menjelaskan, dengan berlakunya UU RI nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan


Pajak, setiap wajib pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak.
Namun hal ini tidak berlaku bagi wajib pajak yang sedang menjalani penyidikan dan berkas
penyidikan sudah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan. Pengampunan pajak juga tidak berlaku
terhadap wajib pajak yang sedang dalam proses peradilan, atau wajib pajak yang sedang
menjalani hukuman pidana atas tindak pidana bidang perpajakan.

"Oleh sebab itu diimbau kepada wajib pajak baik yang sedang dilakukan proses pemeriksaan
bukti permulaan maupun penyidikan untuk memanfaatkan Undang-Undang Pengampunan
Pajak," jelas Dasto.
Analisis :

Salah satu dampak negatif dari penggelapan pajak adalah pengelakan pajak sangat
memengaruhi persaingan sehat di antara para pengusaha. Maksudnya, pengusaha yang
melakukan pengelakan pajak dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar. Sehingga,
perusahaan yang mengelakkan pajak memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan
pengusaha yang jujur. Walaupun dengan usaha dan produktifitas yang sama, si pengelak
pajak mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pengusaha yang jujur.
Kejahatan yang oleh Soetijono terbukti melakukan tindak pidana melanggar Pasal 39 ayat (1)
huruf c jo pasal 43 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yang telah diubah dengan UU RI Nomor 16 tahun 2000.
Soetijono telah terbukti melakukan pidana menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masa pajak Januari -Desember 2007 yang isinya tidak benar
dengan modus membuat faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi ekonomi yang
sebenarnya dengan sejumlah perusahaan.
Yang tentu saja merugikan merugikan berbagai pihak salah satu nya adalah
perusahaan lain. Ini mengsakibatkan tidak sesuainya pendapatan yang diterima oleh suatu
perusahaan dan persaingan perusahaan dinilai tidak sehat karena beban yang di tanggung oleh
perusahaan yang mempunyai laba yang besar dan melaporkannya secara transparan harus
membayar pajak yang cukup besar kepada negara sesuai hukum yang berlaku.

Putusan Pengadilan Negeri Palembang Atas Kasus Penggelapan Pajak


Oleh Bendahara
Hari ini Selasa tanggal 1 Desember 2015, Pengadilan Negeri Palembang  melaksanakan
sidang putusan atas kasus penggelapan pajak oleh 2 (dua) terdakwa Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Pemerintah Kota Pelembang yaitu Nana Mardiana, yang pada saat kasus ini bergulir
bertugas sebagai Bendahara Kesbangpol Linmas Kota Palembang periode 2008-2010 dan
sekarang menjadi PNS BKD Palembang, serta Sana Masni, PNS di Setda Kota Palembang.
Putusan Pengadilan Negeri Palembang untuk terdakwa Nana Mardiana yaitu pidana penjara
selama 2 tahun 3 bulan penjara serta denda sebesar Rp376.548.854 subsider 6 bulan penjara.
Putusan ini lebih ringan dibanding dengan tuntutan dari JPU yaitu pidana penjara selama 2
tahun dan 6 bulan serta denda sebesar Rp777.186.384 untuk perbuatan di tahun 2008 dan
sebesar Rp376.548.854 untuk tahun 2009.
Sedangkan terdakwa Sana Masni, yaitu pidana penjara selama 1 tahun 5 bulan penjara serta
denda sebesar Rp376.548.854 subsider 5 bulan penjara. Putusan ini lebih ringan dari tuntutan
jaksa yaitu dengan pidana penjara selama 2 tahun penjara serta denda sebesar
Rp376.548.854.
Kasus ini berawal dari adanya kecurigaan saat dilakukan pengawasan pembayaran melalui
Surat Setoran Pajak (SSP) oleh KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Setelah dilakukan
pemeriksaan, tersangka diduga tidak menyetorkan pajak yang telah dipungutnya dan
membuat SSP yang tidak sah. Perbuatan itu dilakukan pada saat tersangka menjabat sebagai
Bendahara dalam kurun waktu tahun 2008 – 2009. Adapun kerugian negara yang ditimbulkan
oleh tersangka Nana Mardiana dan Sana Masni adalah sebesar Rp. 576.971.553,-
Sebelumnya dalam kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh Bendahara di wilayah kerja
Kanwil DJP Sumatera Selatan dan Kep. Bangka Belitung, sebanyak 3 (tiga) kasus yang
dilimpahkan oleh penyidik Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel sudah diputuskan vonisnya
oleh pengadilan. Penegakan hukum kepada Wajib Pajak khususnya Bendahara diharapkan
dapat memberikan efek jera kepada Bendahara lainnya untuk tidak melanggar aturan
perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Analisis :
Selain penggelapan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menutupi laba agar pajak yang
harus disetor kepada Negara agar memperoleh keuntungan pribadi mapun perusahaan, kasus
penggelapan pajak juga dapat terjadi dalam pengelolaan pajak yang telah disetor ke negara.
Penggelapan yang dilakukan oleh 2 Bendahara pegawai Pajak ini merupakan salah satu
contoh kasus nya, berawal dari adanya kecurigaan saat dilakukan pengawasan pembayaran
melalui Surat Setoran Pajak (SSP) oleh KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Setelah dilakukan
pemeriksaan, tersangka diduga tidak menyetorkan pajak yang telah dipungutnya dan
membuat SSP yang tidak sah. Adapun kerugian negara yang ditimbulkan oleh tersangka
Nana Mardiana dan Sana Masni adalah sebesar Rp. 576.971.553,-
Tentu saja akibat yang dilakukan oleh 2 oknumkantor pajak ini sangat merugikan berbagai
pihak , selain merugikan negara dalam jumlah yang sangat besar, perbuatan ini juga
merugikan pihak pihak yang telah menyetorkan pajak , sehingga bisa saja pihak yang telah
membayar malah terkena imbasnya seperti dianggap tidak menyetor pajak kepada negara ,
dan dapat dipermasalahkan kemudian hari.
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan
umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana
pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang. Sekali lagi pajak adalah kewajiban yang dibayarkan demi kenyamanan berbagai
pihak karena pajak merupakan iruan yang pada akhirnya dipergunakan untuk kelancara dan
pengadaan berbagai fasilitas yangbermanfaat bagi seluruh masyarakat jika di kelolah dengan
baik dan sebagaimana mestinya.
TUGAS

KASUS-KASUS DALAM HUKUM PAJAK

Oleh:

` NAMA : JOSUA NANDA L. TOBING


NIM : A1011171252
KELAS : A - REGULER A (PAGI)
DOSEN : PUJI RAHAYU SUBANDI, SH,MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
Penyelewengan Pajak oleh Perusahaan Pertambangan PT Ancora Mining Service

Perusahaan ini diduga sewenang-wenang karena dimiliki oleh Kepala Badan


Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan dan dilaporkan oleh Forum
Masyarakat Peduli Keadilan pada hari Senin 11 Januari 2011, berdasarkan dokumen dugaan
penyelewengan pajak yang dilakukan PT Ancora Mining Service yang terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2008 dan ditemukan berbagai potensi kerugian negara yang diakibatkan perusahaan tersebut
dengan cara menghindari pembayaran pajak.

Kejanggalan dalam dokumen neraca PT Ancora Mining Service per tanggal 31


Desember 2008 itu antara lain, tidak terdapat pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan
investasi. Tetapi dalam laporan laba rugi tahun buku yang sama, perusahaan tersebut malah
membukukan penghasilan Rp 34.942.600.000. Juga di neraca yang sama, PT Ancora Mining
Service mengaku tidak memiliki utang, namun dalam laporan laba rugi ditemukan
pembayaran bunga sebesar Rp 18.346.170.191. Pada laporan fiskal per tanggal 31 Desember
2008 ditemukan bukti pemotongan pajak senilai Rp 5.331.840.000 dari sebuah perusahaan.
Tetapi tidak ada kejelasan atas transaksi apa pemotongan pajak tersebut dilakukan.

Selain itu juga ditemukan adanya sumbangan dari sebuah perusahaan tambang Middle
East Coal (MEC) yang berbasis di Singapura dan Jakarta. MEC diketahui telah menyumbang
dana sebesar 500 ribu dolar AS kepada Yayasan Ancora yang didirikan Gita Wirjawan
dengan remittance information: MEC Sponsorship for Indonesia Pintar Program.

Menurut Forum Masyarakat Peduli Keadilan, sumbangan itu mencurigakan karena


selain tidak pernah dilaporkan pajak penerimaannya oleh yayasan bersangkutan, juga dinilai
sarat kepentingan. Diduga hal ini terkait posisi Gita sebagai Kepala BKPM dan MEC yang
memperoleh konsesi tambang di Kalimantan Timur. Ditengarai, PT MEC yang memiliki
investasi tambang di Kaltim, sebelum menyetor dana sponsor kepada Yayasan Ancora, juga
telah menyetor dana sponsorship sebesar US$ 110.000 kepada PT Ancora Sports. Dana
sponsorship itu dalam rangka pertandingan Golf President Cup yang digelar pada bulan Juli
2009, sebelum Gita menjabat Kepala BKPM.
Kejanggalan lain yang ditemukan adalah tiadanya kegiatan investasi PT. Ancora Mining
Services, namun terdapat penghasilan Rp 34 miliar. Meski tidak memiliki utang, namun ada
pembayaran bunga Rp 18 miliar. Bahkan ditemukan bukti pemotongan pajak Rp 5 miliar,
namun tidak ada kejelasan atas transaksinya tersebut.

Analisis :
Hukum pajak atau hukum fiskal ialah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi
wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali
kepada masyarakat dengan melalui kas Negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum
publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau
badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak
Pada kasus PT. Ancora Mining Service terdapat dua kemungkinan ketidak-cocokan
antara laporan keuangan yang ada, yaitu perusahaan secara sengaja telah menggunakan jasa
akuntan baik internal maupun akuntan publik untuk mengeluarkan laporan keuangan yang
tidak benar ini, atau sering disebut dengan penggunaan pembukuan ganda, dimana
pembukuannya terbagi menjadi pembukuan untuk kepentingan internal dan pembukuan
untuk konsumsi publik dan/atau pajak. Hal ini tentu saja menjadi permasalahan atau kendala
bagi perusahaan dikarenakan terjadi penutup-nutupan aliran dana perusahaan, yang dimana
penentuan pajak akan sulit ditentukan karna ada dana yang tidak dicantumkan kedalam
laporan keuangan publik hanya demi keuntungan pihak intern.
PT. Ancora Mining Service dapat dikenakan tuduhan melakukan penggelapan pajak
selama dapat dibuktikan bahwa telah terjadi pemalsuan laporan keuangan sesuai dengan pasal
263 KUHP mengenai Pemalsuan Surat jo Pasal 55 Undang-undang no. 5 tahun 2011 tentang
Akuntan Publik jo pasal 24 Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Tindak lanjut dari pemeriksaan
Direktorat Pajak tersebut dapat meminta bantuan dari berbagai akuntan publik yang terlibat
dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan PT. Ancora Mining Services maupun
akuntan publik independen lain yang mempunyai reputasi baik dalam integritas kerjanya. Jika
hasil penyelidikan sesuai dengan tuduhan dan terdapat banyak penggelapan dana perusahaan
maka perusahaan ini dapat digugat dan harus mengikuti prosedur hukum yang bisa saja
menyebabkan berakhirnya perusahaan ini.
Penggelapan Pajak
TIM Tangkap Buron (Tabur) 31.1 Kejaksaan Agung berkomitmen untuk terus memburu para
tersangka, terpidana, dan terdakwa kasus pidana yang sempat melarikan diri dari jerat hukum.
Kali ini jajaran intelijen Korps Adhyaksa berhasil meringkus tersangka kasus perpajakan Erik
Ariyanto Kusumah, 45. Erik yang diamankan di wilayah Surabaya, Jawa Timur, langsung
digelandang ke kantor kejaksaan negeri setempat untuk menjalani pemeriksaan.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Mukri, Jumat (23/8), mengatakan
tersangka yang berprofesi sebagai wiraswasta, itu ditangkap tanpa melakukan perlawanan.
Keberadaannya pun diketahui setelah tim intelijen Korps Adhyaksa memperoleh informasi
lapangan.
Menurut dia, tersangka terbukti melanggar tindak pidana di bidang perpajakan, yakni Pasal
39A huruf a juncto Pasal 43 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 16/2009.
"Tersangka Erik yang merugikan keuangan negara sebesar Rp6,05 miliar ditangkap di sebuah
ruko pusat perbelanjaan modern di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya, kemarin," katanya.
Penangkapan tersebut merupakan wujud pelaksanaan program Tabur 31.1 yang digagas oleh
Jaksa Agung Muda Intelijen Jan Samuel Maringka. Program itu hasil rekomendasi rapat kerja
Kejaksaan Agung pada Desember 2017.
Program Tabur 31.1 itu dilakukan untuk eksekusi pelaku tidak pidana, baik tersangka,
terdakwa, maupun terpidana. Program itu bermakna 31 Kejati di seluruh Indonesia harus
menangkap minimal satu buron per bulannya.

Analisis :
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara selain dari sektor migas dan nonmigas.
Dengan posisi yang sedemikian penting itu pajak merupakan penerimaan strategis yang harus
dikelola dengan baik oleh negara. Dalam struktur keuangan Negara tugas dan fungsi
penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Dalam menjalankan usaha nya sebuah perusahaan yang memiliki laba
atau keuntungan yang besar tentu saja terbebani oleh kewajiban membayar pajak yang harus
di setor ke kas negara. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki laba per tahun lebih dari
500juta harus membayar pajak sebesar 30%.
Tentu saja jika ada oknum atau perusahaan yang melakukan penggelapan pajak dapat
menimbulkan suatu masalah. Salah satu cara menggelapkan pajak dengan cara melaporkan
keuangan yang terjadi secara tidak relevan , yakni melaporkan keuntungan yang didapat lebih
kecil dari yang sehausnya. Tentu saja dalam kasus ini Ering * tersangka ( melakukan tindak
pidana korupsi yang sangat merugikan negara. Tersangka harus mendapat sanksi pidana yang
setimpal dan tentusaja harus mengganti kerugian yang di alami oleh negara akibat dari
penggelapan pajak yang ia lakukan. Karena pajak merupakan iuran yang wajib disetorkan
kepada negara dalam jangkawaktu yang ditentukan, inj bertujuan agar tercapainya
kenyamanan serta kesejahteraan masyarakat dalam menikmati pembangunan yang ada dan
dapat digunakan bersama jika pajak yang di bayarkan sesuai dengan fungsi dan tujuan awal
diberlsakukannya pemungutan dan pembayaran pajak.

Anda mungkin juga menyukai